Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/61 |
|
e-Konsel edisi 61 (15-4-2004)
|
|
><> Edisi (061) -- 15 April 2004 <>< e-KONSEL *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Daftar Isi: - Pengantar : Adakah yang Berubah? - Cakrawala : Kebangunan Rohani di dalam Rumah Tangga - Bimbingan Alkitabiah : Kebangunan Rohani - Tips : Cinta Sejati akan Hal-hal Rohani - Surat : Kiriman e-Konsel 060 Tidak Utuh *REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI* -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*- Beberapa hari yang lalu kita baru saja memperingati PASKAH. Bagaimana dengan perayaannya di gereja Anda? Pasti ada banyak sekali kegiatan yang dilakukan untuk memeriahkannya. Tapi, jangan lupa di balik semua kemeriahan itu apakah Anda juga ikut merenungkan dan menghayati makna PASKAH bagi Anda sendiri? Adakah suatu perubahan dalam diri Anda, khususnya sehubungan dengan kehidupan rohani Anda setelah memperingati hari pengorbanan Kristus di kayu salib? Memang perubahan kehidupan rohani tidak bisa terjadi dalam semalam. Kehidupan Kristen adalah sebuah proses. Namun demikian harus ada kemajuan yang jelas, dari bayi rohani menjadi dewasa. Dengan pertolongan Roh Kudus maka hidup Kristen yang kita jalani itu akan mengalami perubahan terus menerus secara bertahap. Walaupun kelihatannya perlahan tapi harus pasti. Seperti yang telah kami sampaikan pada edisi sebelumnya, e-Konsel edisi 061 akan mengangkat topik Kebangunan Rohani. Kebangunan Rohani bisa terjadi di mana saja; baik di kelompok besar maupun kecil; bisa di suatu lingkungan gereja atau yang lebih besar, bahkan di seluruh kota. Tapi sebelum kebangunan rohani itu terjadi dalam lingkup yang besar, kebangunan rohani biasanya dimulai dari lingkup yang lebih kecil yaitu rumah tangga. Artikel yang kami sajikan ini mengajak pembaca untuk melihat bagaimana kebangunan rohani bisa terjadi dalam rumah tangga, khususnya di rumah tangga kita masing-masing. Kami sajikan pula tips Cinta Sejati akan Hal-hal Rohani dan tak ketinggalan ayat-ayat bimbingan yang menunjukkan bagaimana kebangunan rohani bisa terjadi. Anda siap menyediakan diri untuk dipakai Tuhan, menjadi sarana kebangunan rohani di rumah tangga Anda dan di lingkungan di mana Anda berada? Tim Redaksi *CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA* -*- KEBANGUNAN ROHANI DI DALAM RUMAH TANGGA -*- Beribu-ribu tahun yang lalu di dalam taman yang terindah yang pernah dikenal oleh dunia, berdiamlah seorang laki-laki dan seorang perempuan. Mereka dibentuk menurut peta Penciptanya, mereka hidup hanyalah untuk memuliakan Dia setiap saat sepanjang hari. Dengan kerendahan hati mereka menerima kedudukannya sebagai makhluk terhadap Sang Pencinta -- kedudukan yang penuh dengan kepatuhan dan sikap menurut yang sempurna kepada kehendak-Nya. Karena mereka selalu menundukkan kemauannya kepada kehendak-Nya, karena mereka hidup bagi Dia dan bukan bagi dirinya sendiri, maka mereka juga senantiasa tunduk seorang terhadap yang lain. Jadi di dalam rumah tangga yang pertama, di dalam taman yang indah itu, terdapatlah keselarasan, damai, kasih sayang dan persatuan yang sempurna, bukan saja dengan Allah, tetapi antara seorang dengan yang lain juga. Kemudian pada suatu hari keselarasan itu remuk, karena si ular beserta dengan dosa menyelundup ke dalam rumah tangga yang berpusatkan Allah itu. Maka sekarang, karena mereka telah kehilangan damai dan persekutuan dengan sesamanya, mereka tidak lagi hidup bagi Allah melainkan masing-masing hidup untuk dirinya sendiri. Mereka menjadi allah bagi dirinya sendiri, dan karena mereka tidak lagi hidup bagi Allah maka mereka tidak lagi hidup untuk sesamanya. Sebagai ganti damai, kasih dan kesatuan, terjadilah perselisihan dan kebencian atau dengan kata lain DOSA. Kebangunan Rohani Dimulai dalam Rumah Tangga -------------------------------------------- Ke dalam rumah tanggalah pertama-tama dosa itu masuk. Di dalam rumah tanggalah barangkali kita lebih banyak berdosa daripada di tempat lain dan kepada rumah tanggalah terutama kebangunan rohani perlu datang. Kebangunan rohani sungguh-sungguh sangat diperlukan di dalam gereja, di dalam negara, dan di dunia, tetapi kebangunan rohani di dalam gereja tanpa kebangunan rohani di dalam rumah tangga-rumah tangga akan merupakan suatu kemunafikan belaka. Rumah tangga ialah tempat yang paling sukar, sekaligus menjadi tempat yang paling perlu untuk memulainya. Tetapi sebelum kita meneruskan hal ini, marilah kita mengingatkan diri kita lagi, apakah arti sebenarnya kebangunan rohani itu? Kebangunan rohani semata-mata berarti hidup baru, di dalam hati orang di mana kehidupan rohaninya telah surut -- tetapi bukan hidup baru penuh dengan usaha si "aku" atau kegiatan-kegiatan yang diikhtiarkan oleh si "aku". Bukanlah hidup manusia, melainkan hidup Allah, hidup Tuhan Yesus yang memenuhi kita dan mengalir melalui kita. Hidup itu dinyatakan di dalam persekutuan dan persatuan dengan mereka yang hidup bersama-sama dengan kita; tak ada apa-apa antara kita dengan Allah, maka tak ada apa-apa pula antara kita dengan mereka. Rumah tangga adalah tempat lebih dahulu daripada segala tempat-tempat lain di mana hidup baru ini harus dialami. Tetapi alangkah berbedanya pengalaman dari kebanyakan kita yang menyebut dirinya orang-orang Kristen tetapi di dalam rumah tangga mereka masih ada sakit hati, pertengkaran, sikap mementingkan diri sendiri dan dendam; atau mereka yang dalam rumah tangganya tidak ada masalah tetapi tidak ada persatuan dan persekutuan, yang seharusnya menjadi ciri dari orang-orang Kristen yang hidup bersama-sama. Segala sesuatu yang menyisip di antara kita dengan orang lain, akan menyisip juga di antara kita dengan Allah, dan merusakkan hubungan kita dengan Dia, sehingga hati kita tidak berlimpah-limpah dengan hidup Ilahi. Apakah yang Salah di dalam Rumah Tangga Kita? --------------------------------------------- Sekarang, apakah sebenarnya yang salah di dalam rumah tangga kita? Bila kita berkata-kata tentang rumah tangga, kita maksudkan hubungan antara suami isteri, orangtua dengan anak-anak, saudara laki-laki dengan saudara perempuan, atau antara orang-orang lain siapapun yang disebabkan oleh macam-macam keadaan terpaksa hidup bersama- sama. Hal pertama yang keliru dalam banyak keluarga ialah bahwa kita tidak sungguh-sungguh terbuka dan berterus terang satu dengan yang lain. Kita banyak hidup di belakang tirai yang tertutup. Orang-orang lain tidak tahu orang seperti apakah kita ini sebenarnya dan kita tidak mau mereka mengetahuinya. Bahkan, mereka yang hidup di dalam hubungan yang amat karib dengan kita, tidak mengetahui apa yang ada dalam hati kita -- kesukaran-kesukaran, peperangan-peperangan, pergumulan-pergumulan, kegagalan-kegagalan kita, dan juga tidak tahu dari dosa apakah Tuhan Yesus harus menyucikan kita berkali- kali. Sikap kurang terus terang dan kurang terbuka ini senantiasa adalah akibat dari dosa. Akibat pertama dari dosa pertama menyebabkan Adam dan Hawa bersembunyi dari hadapan Allah di belakang pohon-pohon di Taman Eden. Mereka yang dahulu demikian berterus- terang terhadap Allah dan satu terhadap yang lain, pada waktu itu bersembunyi dari hadapan Allah, karena dosa; dan jika mereka bersembunyi dari hadapan Allah, Saudara sudah dapat memastikan bahwa mereka segera mulai tidak berterus-terang seorang terhadap yang lain. Ada reaksi-reaksi dan pikiran-pikiran di dalam hati Adam yang tak boleh diketahui oleh Hawa, demikian pula ada hal-hal serupa yang tersembunyi di dalam hati Hawa. Maka demikianlah seterusnya sejak saat itu. Karena ada sesuatu yang kita sembunyikan dari hadapan Allah, kita juga menyembunyikannya dari hadapan sesama kita. Di belakang dinding sikap menyisih itu, yang berlaku sebagai topeng, kita menutupi si"aku" kita yang sebenarnya. Kadang-kadang kita bersembunyi dengan cara yang luar biasa sekali yaitu di belakang kelakuan pura-pura jenaka. Kita takut bersikap serius karena kita tidak ingin orang lain terlalu dekat dengan kita dan mengetahui bagaimana kita ini sebenarnya, lalu dengan jalan itu kita mempertahankan siasat gertak sambal. Kita tidak bersungguh-sungguh seorang terhadap yang lain dan tak seorangpun dapat bersekutu dengan orang yang tidak bersungguh-sungguh, dan demikianlah persatuan dan persekutuan erat mustahil ada di dalam rumah tangga itu. Inilah yang dinamakan oleh Kitab Suci "berjalan di dalam kegelapan" -- karena kegelapan itu ialah segala sesuatu yang menyembunyikan. Kegagalan Mengasihi ------------------- Hal kedua yang salah di dalam rumah tangga kita ialah kegagalan kita untuk saling mengasihi dengan sungguh-sungguh. "Nah", kata seseorang, "hal itu tak dapat dikatakan tentang keluargaku, karena tak ada orang yang dapat mengasihi orang lain lebih daripada suamiku dan kami saling mencintai". Tetapi tunggu dahulu! Jawaban itu bergantung kepada apakah yang Saudara maksudkan dengan kasih. Kasih bukanlah berarti suatu perasaan sentimentil saja, dan bukan suatu hawa nafsu kuat. Bagian yang terkenal dalam 1Korintus 13 menerangkan kepada kita tentang kasih yang sejati dan jika kita menguji diri kita menurut ini, maka kita mungkin mendapatkan, bahwa sesudah ditinjau lagi, kita hampir tidak saling mencintai sama sekali dan tingkah laku kita semuanya menuju kepada hal yang berlawanan sekali -- dan lawan kasih ialah benci. Marilah kita menyelidiki beberapa hal yang dikatakan dalam pasal itu tentang cinta-kasih. "Kasih itu panjang sabar dan penyayang". "Kasih itu tiada dengki". "Kasih itu tiada memegahkan dirinya, tidak sombong". "Kasih itu tiada melakukan yang tiada senonoh (tiada kasar)" "Kasih itu tiada mencari keuntungan bagi dirinya saja, tidak pemarah, tiada menyimpan kesalahan orang (tidak mempertimbangkan pikiran-pikiran yang tidak ramah tentang orang lain)." Apakah kita dapat lulus dalam ujian seperti itu di dalam rumah tangga kita? Seringkali kita justru bertindak sebaliknya. Kita berkali-kali kurang sabar satu terhadap yang lain, dan bahkan tidak ramah di dalam cara kita menjawab kembali atau memberikan reaksi. Alangkah seringnya iri hati terdapat di dalam suatu rumah tangga. Seorang suami dan isteri dapat saling iri hati atas pembawaan-pembawaannya, bahkan mengenai kemajuan rohani mereka. Para orangtua mungkin iri hati terhadap anak-anaknya, dan betapa seringnya terdapat iri hati yang pahit antara saudara-saudara laki- laki dengan saudara-saudara perempuan. Juga bagaimanakah mengenai "tiada melakukan yang tiada senonoh" yang berarti budi bahasa? Budi bahasa ialah kasih dalam hal yang kecil- kecil, tetapi di dalam hal yang kecil-kecil inilah kita tergelincir. Kita sangka kita dapat "kurang mempertahankan budi-bahasa" di rumah. Alangkah seringnya kita congkak. Kecongkakan itu kelihatan dalam segala macam cara. Kita menyangka kitalah yang benar-benar tahu, kita menghendaki jalan kita sendiri, maka kita menggoda atau bertindak sebagai tuan besar terhadap orang lain itu dan sifat ini menuju kepada kecenderungan menghina dia juga. Justru sikap kita bahwa kita lebih utama daripada orang lain itu menempatkan kita di atasnya. Dalam dasar hati kita, kita mengejikan seseorang, kita mencelanya atas segala hal -- namun kita mengira kita memberi kasih sayang. Lalu bagaimana tentang "tiada mencari keuntungan dirinya saja"? Hal itu berarti: berpusat kepada diri sendiri saja. Sering dalam keseharian kita, kita lebih mendahulukan keinginan dan kepentingan kita daripada keinginan dan kepentingan saudara kita. Alangkah mudahnya kita ini menjadi "pemarah"! Alangkah cepatnya kita ini panas hati terhadap sesuatu di dalam saudara kita! Alangkah seringnya kita membiarkan pikiran yang kurang ramah atau perasaan sakit hati atas sesuatu yang telah diperbuat atau yang dilalaikan oleh saudara kita! Namun kita mengatakan bahwa tak ada kegagalan dalam cinta-kasih di rumah tangga kita. Hal-hal ini terjadi tiap hari, tetapi kita menganggapnya enteng saja. Kesemuanya ini adalah lawannya cinta-kasih, dan lawannya kasih ialah kebencian. Ketidak- sabaran itu kebencian, iri hati itu kebencian, kesombongan itu kebencian, begitu juga sikap mementingkan diri sendiri, sikap mudah tersinggung dan mendendam. Dan kebencian adalah DOSA. "Barangsiapa berkata, bahwa ia berada di dalam terang, tetapi ia membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan sampai sekarang" (1Yohanes 2:9). Alangkah banyaknya ketegangan-ketegangan, rintangan-rintangan, dan perselisihan yang disebabkan oleh semuanya itu, maka persekutuan baik dengan Allah maupun dengan manusia lain menjadi mustahil. Satu-satunya Jalan Keluar ------------------------- Soalnya sekarang ialah apakah saya mengingini hidup baru, kebangunan rohani, di dalam rumah tangga saya? Saya harus menantang hati saya mengenai hal ini. Apakah saya siap meneruskan kehidupan dalam keadaan sekarang ini atau apakah saya benar-benar lapar akan hidup baru, yaitu hidup-Nya, di dalam rumahku? Karena tak akan terjadi, kecuali jika saya sungguh-sungguh lapar, saya bersedia mengambil langkah-langkah yang sangat diperlukan. Langkah pertama yang harus saya ambil ialah menyebut dosa sebagai dosa (dosaku, bukan dosa orang lain itu) lalu membawanya ke kayu salib, dan percaya bahwa Tuhan Yesus pada saat itu juga menyucikan saya dari dosa. Pada saat kita menundukkan kepala kita pada kayu salib, maka kasih- Nya yang begitu besar bagi orang lain, kepanjang-sabaran-Nya, dan bersabar hati-Nya mengalir ke dalam hati kita. Darah-Nya yang indah itu menyucikan kita dari kurang cinta kasih dan dendam dan Roh Suci memenuhi kita dengan pembawaan Tuhan Yesus sendiri. 1Korintus 13 itu tidak lain dari pembawaan Tuhan Yesus, dan kesemuanya itu merupakan karunia semata-mata, karena pembawaan-Nya akan menjadi pembawaan kita, jikalau Dia milik kita. Proses yang penuh dengan berkat ini dapat terjadi pada tiap kalipun, bila permulaan dosa dan perasaan kurang cinta kasih itu menyelundup ke dalam hati kita, maka pancuran darah yang menyucikan itu senantiasa dapat kita pergunakan setiap saat, sepanjang masa. Kesemuanya ini akan menetapkan kita supaya sungguh-sungguh berjalan pada jalan salib di rumah tangga kita. Sebentar-sebentar kita akan melihat tempat-tempat dimana kita harus menyerahkan hak-hak kita, sebagaimana Tuhan Yesus menyerahkan hak-hak-Nya bagi kita. Kita akan harus insyaf bahwa hal di dalam kita yang memberikan reaksi begitu tajam terhadap sikap egoistis dan kesombongan orang lain itu hanya semata-mata sikap egoistis dan kesombongan kita sendiri yang enggan kita korbankan. Kita akan harus menerima cara-cara dan perbuatan- perbuatan orang lain itu sebagai kehendak Allah bagi kita, lalu dengan rendah hati menundukkan kepala kita kepada semua keadaan yang diatur oleh Tuhan. Ini bukan berarti bahwa kita harus menerima sikap egoistis orang lain itu sebagai kehendak Allah bagi mereka -- jauh dari pada itu -- tetapi hanya sebagai kehendak Allah bagi kita. Sejauh berkenaan dengan orang lain itu, Allah mungkin menghendaki memakai kita, jika kita hancur, maka kita dipakai untuk menolong dia supaya ia insyaf akan kebutuhannya. Sudah tentu, jika kita seorang bapak atau ibu, kita akan sering diperlukan untuk mengoreksi anak kita dengan kekukuhan. Tetapi janganlah hal ini dilakukan oleh karena pendorong yang egoistis, melainkan hanya karena cinta kasih terhadap orang lain itu dan karena kerinduan akan kepentingannya saja. Kesenangan, dan hak-hak kita sendiri harus diserahkan. Hanya dengan demikianlah kasih sayang Tuhan Yesus akan dapat memenuhi kita dan menyatakan dirinya melalui kita. Bilamana kita telah dihancurkan di Golgota kita harus bersedia mendamaikan hal-hal yang salah dengan orang lain -- kadang-kadang bahkan dengan anak-anak kita. Ini, seringkali, merupakan ujian atas kehancuran hati kita. Kehancuran hati adalah kebalikan dari kekerasan hati. Kekerasan hati mengatakan: "Itu kesalahanmu" tetapi hati yang hancur mengatakan: "Itu kesalahanku". Alangkah lainnya suasana yang akan terjadi di dalam rumah tangga kita bila mereka mendengar kita berkata demikian. Biarlah kita ingat bahwa di kayu salib hanya ada tempat untuk seorang saja: Kita tak dapat mengatakan: "Saya telah bersalah tetapi Saudara bersalah juga, Saudara harus datang juga". Tidak, Saudara harus datang sendiri sambil mengatakan: "Saya yang bersalah". Di dalam hati orang lain itu Tuhan akan bekerja lebih melalui kehancuran kita daripada melalui apa saja yang dapat kita perbuat atau katakan. Tetapi, mungkin kita harus menantikan -- barangkali lama sekali. Tetapi, itu akan hanya menyebabkan kita lebih sama rasa (bersimpati) dengan Allah karena, seperti telah dikatakan oleh seseorang "Ia juga harus menunggu lama sekali sejak usaha-Nya yang mulia untuk membereskan hal-hal dengan manusia walaupun tak ada salah pada pihak-Nya". Tetapi Allah pasti mau mengabulkan doa kita dan membawa orang lain itu ke Golgota juga. Di sanalah kita akan menjadi satu; di sanalah dinding pemisah di antara kita itu akan diruntuhkan dan di sana kita akan dapat berjalan di dalam terang, di dalam keterusterangan dengan Tuhan Yesus dan dengan sesama kita, saling mengasihi dengan hati yang suci murni dan asyik. Dosa memang hampir satu-satunya hal yang kita miliki bersama dengan tiap orang lain; dan demikian pada kaki Tuhan Yesus di mana dosa disucikan ialah satu-satunya tempat di mana kita dapat bersatu. Persatuan yang sungguh-sungguh dapat kita bayangkan sebagai dua orang atau lebih dari dua orang yang berdosa, bersama-sama ada di Golgota. -*- Sumber diedit dari: -*- Judul Buku : Jalan Golgota Judul Artikel: Kebangunan Rohani di dalam Rumah Tangga Penulis : Roy and Revel Hession Penerbit : YAKIN, Surabaya, 1950 Halaman : 49 - 58 *BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*--*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH* -*- KEBANGUNAN ROHANI -*- Ayat-ayat berikut ini berisi proses bagaimana kebangunan rohani terjadi pada masa Perjanjian Lama. Kami harapkan ayat-ayat ini bisa menjadi pendorong bagi Anda yang ingin mengalami kebangunan rohani. 1Raja-raja 15:9; 2Raja-raja 18:5, 22:1; 2Tawarikh 14:4, 29:5, 34:30; Nehemia 8:2,10; Mazmur 80:2-19, 85:7, 126:5-6; Yeremia 4:4; Hosea 6:2-3; Habakuk 3:2; Kisah Para Rasul 3:19. -*- Sumber diedit dari: -*- Indeks untuk Topik Kebangunan Rohani (CD SABDA) Nomor Topik: 08640 Copyright : Yayasan Lembaga SABDA [Versi Elektronik (SABDA) *TIPS *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TIPS* Tips berikut ini merupakan bagian dari artikel yang dimuat dalam milis publikasi e-Reformed Edisi 029/2002. Bagi Anda yang menginginkan edisi lengkapnya, silakan berkunjung langsung ke: ==> http://www.sabda.org/publikasi/e-reformed/029/ ==> http://www.sabda.org/reformed/prak13.htm atau kirim email ke alamat: <staf-konsel@sabda.org> -*- CINTA SEJATI AKAN HAL-HAL ROHANI -*- (Oleh : John Owen) Tanpa adanya perasaan cinta dan sukacita atas hal-hal rohani, kita tidak akan dapat memiliki pola pikir rohani! Bagaimana kita tahu bahwa itu adalah cinta sejati? Apakah yang dimaksud dengan cinta rohaniah? Hal utama yang harus kita ingat adalah tidak akan ada cinta sejati atas hal-hal rohani dalam diri manusia, kecuali bila terjadi pembaharuan rohani atau kelahiran baru dalam hidup mereka, sebagai karya dari anugerah Allah dan kuasa Ilahi-Nya! Kita hendaknya mulai dengan pernyataan tersebut, karena semua aktivitas alamiah jiwa kita memang telah dicemari oleh dosa (Titus 3:3). Karena ini bukan tempat yang tepat untuk mendiskusikan masalah tersebut secara terperinci, maka saya hanya akan memberikan sedikit komentar singkat. Fakta pencemaran jiwa kita oleh dosa telah dipahami oleh semua orang, termasuk oleh mereka yang tidak mempelajari Alkitab sekalipun. Sudah menjadi rahasia umum bahwa di dalam diri kita senantiasa terdapat kesiapan untuk melakukan kesalahan. (Dan bila hanya dengan pemahaman akal manusia semata, kecemaran ini telah dapat menjadi nyata, betapa berdosanya mereka yang mengabaikan dan menolaknya justru setelah memperoleh pengajaran Alkitab tentang hal ini!) Kesiapan untuk melakukan kesalahan yang merupakan kecenderungan alamiah setiap kita, terjadi bukan hanya pada satu macam dosa tertentu. Sebaliknya, kesiapan tersebut nampak dalam berbagai bidang kehidupan secara menyeluruh! Itulah sebabnya, tak satu pun dosa dapat ditanggalkan tanpa adanya pembaharuan pada hakekat keberdosaan seseorang. Kalaupun orang tersebut telah berhenti melakukan suatu jenis dosa tertentu, dosa-dosa lainnya akan segera bermunculan oleh adanya hakekat keberdosaan di dalam dirinya. Adanya hakekat berdosa dalam diri kita akan membuat kita memiliki kemungkinan melakukan dosa apa pun! Kita akan melakukan apa saja yang kita inginkan (Kolose 3:5-7). Bahkan meskipun akal kita telah memberitahu kita bahwa menuruti naluri berdosa merupakan suatu kebodohan, namun kuasa naluri berdosa tersebut sedemikian kuat, hingga kita tetap melakukannya. Bukti paling sederhana dari hakekat keberdosaan kita adalah pertama, adanya kebencian terhadap Allah dan hal-hal rohaniah; dan kedua, adanya kecintaan akan dunia ini yang membuat kita sibuk mengejar keuntungan duniawi, bagaikan sekawanan lebah yang mengitari sebuah stoples madu. Saya harus mengingatkan Saudara bahwa ada kemungkinan bagi seseorang untuk mengalami suatu pembaharuan dalam hidupnya, yang meskipun cukup penting tetapi tidak dapat menghasilkan suatu pola pikir rohani. Ini jelas bukan merupakan pembaharuan khusus Allah. Adakalanya seseorang untuk sementara waktu dapat dipengaruhi oleh pemberitahuan firman dari Alkitab (Matius 13:20-21). Kadang, seseorang juga dapat berubah oleh pendekatan suatu konsep filsafat, suatu pengalaman mengerikan, ataupun oleh pendidikan serta suatu tanggung jawab yang baru (1Samuel 10:9). Tetapi pembaharuan semacam itu tidak akan menghasilkan suatu pola pikir rohani, karena hanya mengubahkan arah keinginannya dari duniawi menjadi sorgawi. Mencintai hal-hal terindah di dunia ini mungkin dapat membangun, tetapi tetap saja tidak ada keterlibatan konsep keagungan rohaniah di dalam hal-hal tersebut. Aroma darah akan segera membuat seekor hewan jinak menjadi liar kembali. Kadangkala, orang-orang tidak beriman mempermalukan kita yang mengaku sebagai orang percaya, dengan cara hidup mereka yang demikian sabar, baik, dan bermanfaat bagi orang lain. Tetapi hanya pembaharuan yang dikaryakan oleh Roh Kudus di dalam diri seseorang lah, yang dapat mengubahkan inti dari hakekat kemanusiaannya dan dengan demikian, menjadikannya orang saleh sejati (Efesus 4:23). Sumber Asli: Judul Buku: Berpola Pikir Rohani Penulis : John Owen Penerbit : Momentum, Surabaya, 2001 (114 halaman) Halaman : 67-78 dan 83-87 -*- Sumber -*-: e-Reformed Edisi 029/2002 ==> http://www.sabda.org/publikasi/e-reformed/029/ ==> http://www.sabda.org/reformed/prak13.htm *SURAT*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-DARI ANDA-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*SURAT* Dari: kelvin@ >yth. Redaksi E-konsel, >Artikel Edisi April 01; kok tidak ada dalam kiriman kali ini ? yang >ada cuman surat dari Pdt. Williem Liem dan jawaban dari Redaksi >saja. Apa ada kesalahan? >Thanks and GBU, >Kelvin Redaksi: Apakah ada pembaca lain yang mengalami hal yang sama dengan Sdr. Kelvin ini? Wah... kami tidak tahu bagaimana hal itu bisa terjadi karena kami mengirimkan edisi April 01 itu secara utuh. Nah, sementara sedang dicari sebab musababnya, kami akan mengirimkannya kembali edisi April 01 lewat jalur pribadi ke Anda dalam surat terpisah. Bila masih ada masalah, silakan menghubungi kami lagi. e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL STAF REDAKSI e-Konsel Yulia, Ratri, Natalia PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2004 oleh YLSA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org> Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. dapat dikirimkan ke alamat: <owner-i-kan-konsel@xc.org> *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org Berhenti: Kirim e-mail kosong: unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel ARSIP publikasi e-Konsel: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |