Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/57 |
|
e-Konsel edisi 57 (13-2-2004)
|
|
><> Edisi (057) -- 15 Februari 2004 <>< e-KONSEL *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Daftar Isi: - Pengantar : Topik yang Tak Pernah Lekang - Cakrawala : Bagi yang Sedang Berpacaran - Telaga : Perjodohan [T #24B] - Tips : Memilih Pasangan Hidup - Surat : Dukungan Doa *REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI* -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*- Khusus untuk menyambut Hari Kasih Sayang atau lebih akrab disebut Hari Valentine, tanggal 14 Pebruari, maka e-Konsel sengaja muncul lebih awal dari biasanya. Bagi Anda yang akan merayakannya dengan pasangan terkasih, kami yakin Anda pasti sedang mempersiapkan banyak acara menarik untuk dinikmati bersama. Tapi bukan berarti Hari Valentine hanya bisa dirayakan dengan pasangan terkasih/pacar. Anda juga bisa merayakan hari istimewa ini dengan orang-orang yang Anda kasihi, baik itu orangtua, kakak, adik, teman, sahabat atau siapa saja yang dekat dengan hati Anda. Meneruskan edisi lalu yang mengangkat topik tentang "Pacaran Secara Kristen", maka edisi ini kami membahas topik "Jodoh". Kami sengaja menghadirkan dua topik ini untuk menghangatkan pembicaraan kita tentang Hari Valentine. Memang harus kita akui bahwa topik "Jodoh" memang tidak akan lekang oleh waktu. Tidak heran jika semakin hari semakin banyak dan beragam artikel-artikel, tips, atau bahkan pandangan-pandangan yang menyoroti masalah perjodohan. Di antara isu- isu perjodohan yang muncul, maka pernyataan kontroversi yang sering muncul adalah yang mengatakan bahwa jodoh itu ada di tangan Tuhan dan Dia pasti akan memberikannya pada waktunya nanti. Betulkah demikian? Bagi Anda yang saat ini masih sedang menggumulkan tentang siapa yang akan menjadi pendamping hidup Anda, maka ada baiknya jika Anda menyimak sajian-sajian dalam edisi ini. Nah, tunggu apa lagi? Cepatlah simak sajian kami. Tak lupa, kami mengucapkan: Selamat Hari Valentine! Redaksi *CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA* -*- BAGI YANG SEDANG BERPACARAN -*- Setiap orang yang berpacaran cepat atau lambat harus mengambil keputusan! Pada umumnya dilema yang dihadapi sama, yakni memastikan bahwa kekasih kita adalah pasangan hidup kita yang tepat. Nah, memastikan inilah yang sering kali menjadi masalah, sebab adakalanya hari ini kita merasa yakin, besoknya malah merasa bingung. Untuk mereka yang sedang berpacaran dan termasuk dalam kategori "ya-bing" (ya yakin, ya bingung), di bawah ini ada beberapa butir petunjuk yang mudah-mudahan bermanfaat. PERTAMA, nikahilah seseorang yang mengasihi Tuhan. Mungkin ada sebagian Saudara yang berteriak, "Saya tidak setuju! Orangtua saya adalah orang Kristen, namun pernikahan mereka tidak harmonis." Kepada Saudara yang berkata demikian, saya menjawab, "Saya setuju dengan keberatan Saudara!" Tidak dapat dipungkiri, di dunia ini ada pernikahan Kristen yang harmonis, namun ada pula yang tidak harmonis. Pernikahan bukan hanya berkaitan dengan hal sorgawi, pernikahan juga merupakan ajang dimana hal yang sorgawi dijelmakan dalam interaksi dengan sesama manusia. Di sinilah kita bergumul karena kita tidak senantiasa hidup dalam kehendak Tuhan yang menekankan pentingnya hidup damai satu sama lain. Namun demikian, izinkan saya sekarang menjelaskan pandangan saya ini. Dalam 1Korintus 7:39, Rasul Paulus menyampaikan firman Tuhan kepada para istri yang suaminya telah meninggal, "... ia bebas kawin dengan siapa saja yang dikehendakinya, asal orang itu adalah seorang yang percaya." Menikah dengan sesama orang yang percaya kepada Tuhan Yesus adalah kehendak Tuhan sendiri. Dengan kata lain, unsur ketaatan memang diperlukan untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Selain itu, pilihlah pasangan hidup yang bukan sekedar mengaku bahwa ia seorang Kristen, melainkan seseorang yang mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan akal budinya. Saya dan Santy (istri saya) tidak berani mengklaim bahwa kami senantiasa mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi. Namun, kami berani berkata bahwa kami berupaya untuk senantiasa mengasihi (mengutamakan) Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi. Tatkala saya memintanya untuk kembali ke Indonesia, ia mengalami pergumulan yang berat (adakalanya masalah ini masih mencuat sampai sekarang) sebab situasi kami saat itu sudah lebih berakar di Amerika Serikat. Secara manusiawi, kedua pandangan ini sukar ditemukan karena kami berdua tidak mau sembarangan menggunakan nama Tuhan untuk mengesahkan keinginan pribadi masing-masing. Faktor mengasihi Tuhanlah yang akhirnya menyelesaikan masalah ini. Berbekal keinginan dan tekad untuk hidup menyenangkan hati Tuhan, Santy memutuskan untuk pulang mendampingi saya. Hati yang rindu menyenangkan hati Tuhan, yang keluar dari kasih kita kepada-Nya adalah faktor pertama yang harus dimiliki oleh pasangan kita (sudah tentu oleh kita pula). Keharmonisan dalam pernikahan bergantung pada kemampuan kita menyesuaikan diri satu sama lain. Kemampuan kita menyesuaikan diri tidaklah terlepas dari keinginan untuk menyesuaikan diri; sedangkan keinginan untuk menyesuaikan diri sering kali harus timbul dari ketaatan kita pada Tuhan. KEDUA, nikahilah seseorang yang mengasihi diri Saudara. Pasti ada di antara Saudara yang bergumam, "Sudah pasti ia mengasihi saya, kalau tidak, mana mungkin ia bersedia menjadi pacar saya sekarang." Komentar saya untuk tanggapan Saudara adalah, "ya dan tidak", dalam arti tergantung pada pemahaman kita akan makna kasih itu sendiri. Dalam salah satu episode kisah "Return of The Condor Heroes", si Gadis Naga Kecil berkata kepada Yoko, "Asalkan aku dapat bersamamu, aku akan bahagia." (Saya tidak ingat secara persis kalimatnya, tapi kira-kira itulah intinya). Sudah tentu ungkapan seperti ini adalah salah satu akibat dari perasaan kita tatkala sedang mengasihi seseorang. Namun, ungkapan ini sekali-kali bukanlah kasih itu sendiri. Saya akan menjelaskan apa yang saya maksudkan. Bedakanlah kedua makna pernyataan ini. Pertama, "Karena saya mengasihimu, maka saya ingin hidup bersamamu." Kedua, "Saya ingin hidup bersamamu, oleh sebab itu pastilah saya mengasihimu." Kedua kalimat ini tidaklah sama meskipun secara sepintas terdengar serupa. Kalimat pertama menunjukkan bahwa keinginan hidup bersama timbul dari kasih; jadi kasih dahulu setelah itu baru muncul keinginan untuk hidup bersama. Kalimat kedua memperlihatkan bahwa keinginan hidup bersama mendahului kasih dan kasih seolah-olah dianggap pasti ada, oleh karena adanya keinginan hidup bersama. Menurut saya, yang sehat adalah yang pertama. Kita mengasihi seseorang dan karena mengasihinya, kita mulai berhasrat untuk hidup bersamanya dalam mahligai pernikahan. Namun jika kita tidak berhati- hati, kita bisa terperangkap dalam kesalahpahaman yang berkaitan dengan kalimat kedua tadi. Kita bisa saja ingin hidup bersama dengan seseorang, misalnya karena ia membuat kita bahagia. Sebelum kehadirannya, hidup kita bak awan mendung dirundung kekecewaan. Setelah kita bertemu dengannya, hidup kita ceria ibarat rumput yang diselimuti embun pagi. Reaksi seperti ini tidak selalu salah, tetapi apabila tidak mawas diri, kita bisa berpikir bahwa kita mengasihi seseorang, padahal yang terjadi adalah kita senang berada di dekatnya sebab ia berhasil memenuhi kebutuhan kita atau membawa perubahan tertentu dalam hidup kita. Saya kira ini bukan kasih. Kasih, sebagaimana yang diajarkan oleh Tuhan kita, dapat disarikan dalam satu kalimat, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal ...." (Yohanes 3:16) Dengan kata lain, kasih bersifat mengutamakan kebutuhan atau kepentingan orang lain, sebagaimana Tuhan Allah mengaruniakan Anak- Nya agar kita dapat menikmati hidup yang bebas dari kuasa dan kutukan dosa. Jadi, nikahilah seseorang yang mengasihi kita, yang bersedia berkorban demi kebutuhan dan kepentingan kita. Kasihnya kepada kita diwujudkan dalam kerelaannya mengutamakan kita, sekurang-kurangnya ia berusaha untuk melakukannya meskipun tidak sempurna. (Tidak usah saya tekankan lagi, sudah tentu kita pun harus menjadi orang yang mengasihi dia seperti itu pula, baru kita layak mengharapkan kasih yang serupa). KETIGA, nikahilah seseorang yang dapat mengasihi dirinya. Secara sepintas, saran ini bertentangan dengan butir kedua tadi. Bukankah kalau kita mengutamakan kepentingan orang lain, hal itu berarti kita mengesampingkan kepentingan pribadi? Betul, kita harus dapat mengesampingkan kepentingan diri dulu baru bisa mengasihi seseorang sedemikian rupa, namun ini tidak berarti bahwa kita menjadi orang yang tidak mengasihi diri kita sendiri. Mengasihi diri hanya dimungkinkan apabila kita telah mengenal siapa kita dan tidak berkeberatan menerima diri apa adanya. Mengasihi diri hanya dapat muncul apabila kita sudah memiliki konsep yang jelas dan tepat akan siapa kita serta memandang diri dengan "kacamata" yang positif. Mengasihi diri berarti mengutamakan kepentingan dan kebutuhan diri; dengan kata lain, menganggap diri cukup berharga untuk diperhatikan dan dipenuhi kebutuhannya. Butir kedua dan ketiga harus berdampingan; apabila tidak, timbullah masalah yang serius dalam pernikahan. Seseorang yang hanya mengutamakan kebutuhan orang lain tanpa menghiraukan kebutuhannya sendiri mungkin sekali adalah seseorang yang belum memiliki kepribadian yang mantap. Sebaliknya, seseorang yang mengutamakan kepentingannya belaka ialah seseorang yang egois dan serakah. Keseimbangan antara mengutamakan orang lain dan mengutamakan diri sendiri memang harus dijaga dengan hati-hati. Namun, yang jelas orang yang dapat menghargai dirinya barulah bisa menjadi orang yang menghargai orang lain. Tanpa penghargaan diri, penghargaan kita terhadap orang lain merupakan kewajiban semata-mata atau keluar dari rasa kurang aman. Pada awal pernikahan kami, Santy dan saya juga terjebak dalam perangkap "hanya mengutamakan kebutuhan yang lain". Ternyata sikap seperti ini tidak dapat bertahan lama, karena kebutuhan dan kepentingan kami masing-masing tidak bisa dikesampingkan terus menerus. Sampai pada suatu titik, kami harus lebih vokal menyuarakan apa yang menjadi kebutuhan kami. Setelah itu kami pun harus dan baru bisa belajar memenuhi kebutuhan satu sama lain secara lebih terarah. Apabila kita tidak mengkomunikasikan kebutuhan kita dengan jelas, bagaimana mungkin pasangan kita memenuhinya dengan tepat pula? Ketiga butir ini sesungguhnya merupakan penguraian dari perintah agung Tuhan kita, "Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (Matius 22:37-39) Singkat kata, nikahilah seseorang yang hidup dalam perintah dan firman Tuhan yang agung ini. Barulah setelah itu kita dapat menikmati pernikahan yang agung. -*- Sumber diedit dari -*-: Judul Buletin: Parakaleo, Vol.2/2 April-Juni 1995 Penulis : Pdt. Dr. Paul Gunadi, Ph.D. Penerbit : STTRII Halaman : 1 - 3 *TELAGA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TELAGA* -*- PERJODOHAN -*- Dalam kehidupan sehari-hari banyak orang yang mengatakan bahwa jodoh itu di tangan Tuhan sehingga tak jarang pula kita jumpai orang yang hanya pasif dalam menantikan jodoh atau pasangan hidupnya. Sebenarnya bagaimana pandangan kita sebagai orang Kristen menyikapi pendapat yang seperti ini? Anda penasaran? Segera saja simak cuplikan perbincangan dengan Pdt. Dr. Paul Gunadi, Ph.D. mengenai perjodohan atau pasangan hidup. Selamat menyimak! ----- T: Bagaimana pandangan iman Kristen tentang perjodohan atau jodoh itu? J: Pada dasarnya kita harus kembali pada konsep tentang maksud "jodoh di tangan Tuhan". Alkitab tidak memberi kriteria yang spesifik tentang jodoh kita. Bahkan kalau kita mau melihat dengan seksama, Alkitab tidak secara langsung menceritakan kisah dimana Tuhan menentukan jodoh orang. Yang kita ketahui dengan pasti pada saat Tuhan campur tangan dan menentukan jodoh secara langsung untuk seseorang adalah dalam kisah Ishak yang akhirnya menikah dengan Ribka, hanya dalam kisah itu saja. Seolah-olah memang Tuhan memberikan kebebasan kepada kita untuk memilih jodohnya dengan menggunakan prinsip-prinsip atau kriteria yang Tuhan sudah tentukan untuk kita. PRINSIP PERTAMA, kita ambil dari 2Korintus 6:14, "Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?" Jadi Tuhan menghendaki agar kita menjalin hubungan yang akrab, membentuk pasangan yang kuat dengan yang seiman sebab bagaimanakah mungkin kita dipersatukan dengan yang tidak seiman? Saya juga akan bacakan 2Korintus 5:17, "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." Dari ayat ini disimpulkan bahwa sebagai orang Kristen kita adalah ciptaan baru di dalam Tuhan dan seharusnyalah kita pun bersatu dengan ciptaan baru yang juga di dalam Tuhan. Ayat-ayat ini cukup kuat apalagi ditambah dengan 1Korintus 7:39, "Istri terikat selama suaminya hidup. Kalau suaminya telah meninggal ia bebas untuk kawin dengan siapa saja yang dikehendakinya, asal orang itu adalah seorang yang percaya." Sekali lagi ditekankan bahwa kita menikah dengan yang percaya pada Tuhan Yesus. Jadi prinsip pertama adalah Tuhan menghendaki kita menikah dengan sesama orang percaya. PRINSIP KEDUA juga dari 1Korintus 7:39, kita diberi kebebasan untuk menikah dengan siapa saja yang kita kehendaki (maksudnya dengan orang percaya), artinya yang sesuai dengan selera kita. Jadi kita tidak harus menikah dengan tipe tertentu! Kita ini masing-masing mempunyai keunikan dan selera yang juga unik dan berbeda. PRINSIP KETIGA diambil dari Kejadian 2, yaitu Tuhan meminta kita memilih istri atau suami yang juga sepadan dan cocok dengan kita, artinya yang pas menyangkut kecocokan sifat dan karakteristik. Alkitab hanya memberi kita tiga pedoman dalam mencari jodoh. Jadi dalam masa berpacaran kita perlu meminta hikmat Tuhan agar bisa melihat jelas apakah orang ini cocok atau tidak dengan kita. Konsep bahwa perjodohan di tangan Tuhan adalah benar, tapi dalam prosesnya Tuhan meminta kita memperhatikan ketiga prinsip tersebut. ----- T: Dalam menentukan jodoh, banyak orang yang meminta tanda dari Tuhan, misalnya kalau orangtuanya menghendaki berarti merupakan pertanda bahwa hubungan mereka memang dikehendaki Tuhan. Bagaimana dengan pemikiran seperti itu? J: Ada bahaya kalau kita sedikit-sedikit meminta tanda dari Tuhan. Kalau kita meminta tanda dari Tuhan, mintalah tanda yang mustahil dilakukan manusia dan hanya Tuhan yang bisa lakukan. Contohnya Gideon, tanda yang diminta Gideon adalah tanda yang berlawanan dengan hukum alam. Memang pada umumnya Tuhan tidak turut campur tangan dengan memberikan tanda-tanda khusus dalam mencari jodoh, tetapi Tuhan memimpin kita melalui hikmat. Seringkali manusia sebetulnya cukup melihat tapi tidak memiliki hikmat untuk mau mengakuinya. ----- T: Ada orang yang berpikiran atau berpendapat bahwa jodoh itu nanti Tuhan sendiri yang akan memberikan. Bagaimana dengan pendapat itu? J: Ini juga kesalahan konsep, kita tidak sepasif itu. Dalam mencari rumah, kita tidak pasif, bukan? Kita akan mencari rumah yang cocok. Dengan kata lain Tuhan mengharapkan kita berfungsi secara normal untuk hal-hal yang rutin, melakukan aktivitas-aktivitas yang memang harus kita lakukan, termasuk aktivitas mencari jodoh. Kalau rumah kita cari, pekerjaan kita cari, jodoh tidak kita cari saya rasa itu pengertian yang tidak pas. ----- T: Sekarang ada banyak program yang diadakan untuk mempertemukan orang-orang yang belum menikah dan sebagainya, bagaimana dampak sebenarnya? J: Hal itu saya rasa baik, tetapi saya minta untuk tetap dalam konteks yang seiman (prinsip-prinsip tadi harus tetap menjadi acuan yang kuat). Jadi jangan sampai kita juga sembarangan mengikuti biro jodoh-biro jodoh. Kita bisa mengikuti yang diadakan gereja kita, misalnya, itu lebih baik. -*- Sumber -*-: [[Sajian di atas, kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. #24B yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan. -- Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat e-Mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel@xc.org > atau: < TELAGA@sabda.org > ]] *TIPS *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TIPS* Tips yang kami tampilkan berikut ini merupakan cuplikan/potongan artikel yang kami ambil dari sebuah artikel yang ditulis oleh Wahyu Pramudya dengan judul: "Jodoh Di Tangan Tuhan: Benar atau Salah?" yang dimuat di Situs 5roti2ikan. Jika Anda ingin membaca artikel ini selengkapnya, silakan berkunjung ke alamat situs ini: ==> http://www.5roti2ikan.net -*- MEMILIH PASANGAN HIDUP -*- Allah menciptakan manusia dan memberinya kehendak bebas termasuk dalam memilih pasangan hidup. Allah juga menciptakan manusia dengan kemampuan untuk merasa dan berpikir dengan baik. Dengan kemampuan untuk merasa dan berpikir inilah seharusnya manusia memilih seseorang untuk menjadi pendamping hidupnya. Dalam proses pemilihan tersebut, Alkitab memberikan beberapa pedoman penting: 1. Jangan memilih seorang yang bukan Kristen sebagai pasangan hidup. ----------------------------------------------------------------- Rasul Paulus menyatakannya secara tegas dalam 2Korintus 6:14-15, "Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya?" Hal ini sangat penting untuk diperhatikan, oleh karena menyangkut satu hal yang sangat mendasar, yaitu dasar dan pandangan hidup. Perbedaan dasar dan pandangan hidup akan mempersulit proses komunikasi dan penerimaan satu dengan yang lain. 2. Pertimbangkanlah kesesuaian (compatibilities) antara diri Anda dan pasangan Anda. -------------------------------------------------------------- Allah menghendaki setiap orang Kristen mendapatkan pasangan yang seimbang dan sesuai di dalam kehidupannya. Kejadian 2:20, "Manusia itu memberi nama kepada segala ternak, kepada burung- burung di udara dan kepada segala binatang hutan, tetapi baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia." Kesesuaian adalah kunci untuk sebuah hubungan yang kuat. Kesesuaian tidak berarti sama persis, tetapi kesesuaian berarti berbeda tetapi bisa saling melengkapi dan menerima. Kesesuaian ini meliputi bidang-bidang: kerohanian, kemampuan rasio, dan kematangan sikap hidup. Semakin sedikit kesesuaian yang ada, semakin sulit untuk membangun relasi yang kuat dan mantap. Oleh karena itu, sebelum hubungan bergerak terlalu jauh, perhatikanlah masalah kesesuaian ini. Ingatlah, pernikahan hanyalah pengalaman sekali seumur hidup. 3. Pertimbangkanlah karakternya. ----------------------------- Dalam kisah Eliezer menemukan Ribka, Eliezer meminta Tuhan untuk menunjukkan kepadanya seorang wanita yang tindakannya menunjukkan kerendahan hati, ketaatan, dan sikap melayani (Kejadian 24:13- 14). Martin De Haan memberikan beberapa kualitas karakter yang penting bagi orang Kristen yang akan memasuki pernikahan pada masa kini: a. Kesediaan untuk melayani, kerendahan hati (Yohanes 13:1-7, Roma 12:16). b. Kemurnian dalam hal seksual (Roma 13:13-14, Ibrani 13:4). c. Prioritas yang benar dalam hidup (Pengkhotbah 2:1-11). d. Komitmen untuk bergereja dan melayani (Ibrani 10:24-25). e. Sikap mengasihi (Yohanes 13:35). f. Penguasaan diri (Amsal 23:20-21). g. Tanggung jawab (1Timotius 5:8). Tentunya daftar ini tidak seharusnya menjadikan kita mencari orang yang sempurna. Tidak ada orang yang sempurna, tetapi kesediaan untuk terus belajar dan bertumbuh dalam karakter-karakter di atas sangatlah penting. Beberapa tips yang berguna -------------------------- Dari kisah Eliezer menemukan Ribka bagi Ishak, terdapat beberapa tips yang berguna dalam proses menemukan pasangan hidup yang cocok. Perhatikanlah beberapa tips sederhana berikut ini: a. Carilah di tempat yang tepat. ----------------------------- Eliezer tidak mencari pasangan bagi Ishak di kampung orang Kanaan. Ia mencari pasangan bagi Ishak di tempat di mana orang- orang juga menyembah Tuhan yang benar. Demikian juga bagi kita sekarang. Temukanlah calon pasangan hidup kita, di tempat yang tepat. b. Minta pertolongan Tuhan. ------------------------ Eliezer berdoa dan memohon pimpinan Tuhan (Kejadian 24:12). Demikianlah juga hendaknya yang kita lakukan. Dengan berdoa berarti kita mengakui keterbatasan yang ada, dan sekaligus mengakui keutamaan Tuhan di dalam kehidupan kita. c. Jangan mendasarkan keputusan semata-mata mengikuti satu "tanda". ---------------------------------------------------------------- Meskipun kita menyakini "tanda" itu berasal dari Allah; tetap pergunakanlah akal sehat. Eliezer terus menerus mengamati dan menilai Ribka, walaupun ia sudah mendapati bahwa "tanda" yang dimintanya telah terpenuhi (Keluaran 24:21). d. Meminta pertimbangan orang lain. -------------------------------- Ribka pun sebelum ia akhirnya bersedia mengikuti Eliezar, terlebih dahulu mendengarkan pendapat dari keluarganya (Keluaran 24:51, 58-61). Satu hal yang perlu diingat dalam masa pencarian pasangan hidup: "True love takes time". Selamat mencari bersama dengan Tuhan! -*- Sumber diedit dari -*-: Judul Artikel: "Jodoh Di Tangan Tuhan: Benar atau Salah?" Penulis : Wahyu Pramudya Situs : 5roti2ikan < http://www.5roti2ikan.net/ > *SURAT*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-DARI ANDA-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*SURAT* Dari: <Melkias@> >Salam dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus yang menambahkan tahun >baru 2004 dan menjaga kita dari awal hari kemarin, hari ini, besok >dan sampai selama-lamanya. Perlu saya sampaikan kepada Bpk/Ibu >bahwa tolong doakan untuk saya sementara sedang cari pasangan hidup >yang baik sebab selama ini saya tidak mempunyai pacar dan apabila >kalau kehendak Tuhan pasti Tuhan akan berikan ...sebab Yesus >berkata "Barang siapa minta sesuatu dalam namaKu Aku akan >memberikan kepadanya" Injil Yoh 14:14. Terimakasih atas dukungan >doa dan Tuhan akan memberkati kita semua. >God's devoiding depart to we all. >Best wishes, Meeky Redaksi: Surat yang Anda kirimkan kepada kami sangat cocok sekali dengan topik yang sedang kami sajikan di edisi ini. Dengan senang hati kami akan membantu Anda dalam doa dan kami juga berharap edisi yang kami sajikan ini bisa menjadi penolong bagi Anda dalam mencari, menanti dan mendapatkan pasangan hidup. Kami juga sudah pernah menampilkan topik yang sama dalam dua edisi tahun lalu yang juga bisa Anda jadikan referensi. Anda bisa membaca kedua edisi tersebut dengan membuka di: ===> http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/009/ ===> http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/056/ Nah, selamat membaca! e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL STAF REDAKSI e-Konsel Yulia, Ratri, Irfan, Natalia PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2004 oleh YLSA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org> Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. dapat dikirimkan ke alamat: <owner-i-kan-konsel@xc.org> *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org Berhenti: Kirim e-mail kosong: unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel ARSIP publikasi e-Konsel: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |