Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/55 |
|
e-Konsel edisi 55 (15-1-2004)
|
|
><> Edisi (055) -- 15 Januari 2004 <>< e-KONSEL *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Daftar Isi: - Pengantar : Lanjutan Edisi Lalu - Cakrawala : Sekonyong-konyong - Telaga : Menghadapi PHK - Bimbingan Alkitabiah : Kehilangan Pekerjaan - Surat : List Transkrip Telaga *REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI* -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*- Seperti yang telah kita beritahukan pada edisi yang lalu, e-Konsel membahas tema-tema per bulan. Pada bulan Januari ini tema yang kami pilih adalah tentang "Pekerjaan". Untuk tema ini ada dua topik yang kita bahas. Edisi yang lalu telah membahas topik "Pandangan Kristen Terhadap Pekerjaan", maka edisi kali ini kami menyajikan topik tentang "Kehilangan Pekerjaan". Dalam hidup ini kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi pada kita. Suatu saat kita bisa saja tiba-tiba kehilangan pekerjaan, entah karena hasil yang tidak sesuai dengan yang diharapkan, kena fitnah, kurang dana, sudah saatnya berhenti dari pekerjaan itu (pensiun), dsb. Orang yang paling terpengaruh oleh kehilangan pekerjaan ini pastilah orang-orang yang terdekat -- bisa suami atau istri atau anak atau orangtua/mertua atau anggota keluarga yang lain yang dekat. Bagaimana kita dapat memberikan penghiburan atau dukungan kepada mereka? Nah, kami harap sajian edisi ini bisa memberikan gambaran kepada kita bagaimana menolong, terutama suami atau istri kita, untuk keluar dari kesulitan yang dihadapi karena kehilangan pekerjaan. Tanpa banyak basa-basi lagi, segera saja simak edisi kali ini untuk mendapatkan jawabannya. Redaksi *CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA* -*- SEKONYONG-KONYONG -*- Oleh: Pdt. Paul Gunadi, Ph.D. Tokoh Yusuf dalam Alkitab adalah seorang pemuda yang luar biasa. Bayangkan, dalam sekejap ia berubah status: dari seorang anak kecil yang dimanja ayahnya, sekonyong-konyong ia menjadi seorang budak yang dijual saudaranya. Dari seorang anak yang mempunyai segalanya, ia meluncur turun menjadi seorang budak yang kehilangan segalanya. Namun ia tidak selalu berada di dasar kehidupan, perlahan namun pasti ia merangkak naik menjadi kepala rumah tangga di rumah majikannya. Tetapi sekali lagi, ia harus mengalami bantingan yang menghempaskannya ke lantai dasar kehidupan: ia difitnah istri majikannya karena ia menolak berzinah dengan istri yang tidak setia itu. Terlemparlah Yusuf ke penjara dan di sanalah ia mendekam seraya menantikan hari pelepasannya. Hari itu pun tiba tatkala Raja Firaun bermimpi dan ia dipanggil untuk menerjermahkan makna mimpi itu. Dari seorang budak sekaligus tahanan, sekonyong-konyong ia melesat ke atas menjadi seorang perdana menteri -- orang kedua setelah Firaun! Ada satu pengamatan tentang Yusuf yang layak kita perhatikan. Kendati ia harus mengalami bantingan dan lonjakan -- yang selalu terjadi dengan sekonyong-konyong -- Yusuf tidak pernah berubah: Ia tetaplah Yusuf yang takut akan Tuhan. Karier atau tugas apa pun yang disandangnya, ia tetap sama: Ia mengerjakan semuanya dengan sebaik- baiknya dan dengan penuh tanggung jawab. Dan, ini yang penting: pada masa duka ia tidak mengkerut, pada masa suka ia tidak mencelat. Ia tetaplah Yusuf yang baik hati dan bagi saya, ini yang membuatnya luar biasa. Donald Super menjelaskan bahwa pembentukan karier berawal di usia remaja -- tahap yang disebutnya TAHAP KRISTALISASI -- masa di mana kita mulai memikirkan pelbagai pilihan karier. Selanjutnya, kita memasuki TAHAP SPESIFIKASI yakni kurun dimana kita menyempitkan pilihan pada satu atau dua bidang saja dan ini biasanya terjadi di akhir masa remaja. Kemudian kita membulatkan tekad dan menindaklanjuti pilihan itu dengan, misalnya berkuliah atau mengikuti pelatihan -- fase yang disebut Donald Super sebagai TAHAP IMPLEMENTASI. Setelah usai berkuliah, kita pun turun ke lapangan kerja dan mulailah kita membuat fondasi guna membangun karier. Tahap ini -- yang disebut TAHAP STABILISASI -- berlangsung pada masa dewasa awal dan berjalan sampai usia pertengahan. Pada bagian puncak dari perkembangan karier sebelum kita akhirnya mulai beranjak turun, biasanya kita melewati TAHAP KONSOLIDASI -- tahap di mana kita mengembangkan karier yang telah kita dirikan. Begitulah kira-kira perjalanan karier kita pada umumnya. Masalahnya adalah, tidak semua kita termaktub dalam kategori "pada umumnya". Ada sebagian dari kita yang harus dan terus berkutat menemukan pilihannya sampai usia senja. Ada sebagian lagi yang terpaksa beralih karier karena paksaan kondisi sehingga harus mengawali tahap stabilisasi lagi di saat seyogianya kita mulai mengembangkan karier. Dan, ada di antara kita yang sampai saat ini, tetap tidak tahu di mana seharusnya kita berada dalam garis karier ini. Kita masih merenung dan mungkin menyesali langkah-langkah yang pernah kita ambil. Kita tersesat di hutan belantara kehidupan dan tidak tahu bagaimana dapat keluar. Beberapa waktu yang lalu saya bercakap-cakap dengan seorang pengemudi taksi yang bercerita tentang masa lalunya. Ternyata ia keluaran sekolah lanjutan yang kondang di kotanya; bahkan ia pun pernah berkuliah di sebuah perguruan tinggi yang baik namun sebelum tamat, ia meninggalkan bangku kuliah. Ia tidak menjelaskan alasannya namun ia menyesali hidupnya. Sekarang pada usia menuju 40 ia terpaksa menumpang lagi dengan orangtuanya; ia merasa malu dan bersalah. Bagi kita yang pernah atau tengah menikmati karier, kita menyadari bahwa pada akhirnya kita mengaitkan karier dengan diri kita sendiri. Misalkan, seorang dokter medis kerap memanggil dirinya dengan sebutan "dokter" tatkala ditanya siapa namanya. Atau, seorang pendeta akan menyebut gelar kependetaannya sewaktu sedang memperkenalkan dirinya. Baik secara tersurat atau tersirat, kita mengidentikkan diri dengan pekerjaan yang kita lakukan sebab bukankah kita mencurahkan porsi terbesar dari waktu kita pada pekerjaan? Itu sebabnya mengubah garis karier kadang menjadi sebuah tugas yang berat. Saya kira salah satu penyumbang kesukarannya adalah karena perubahan karier bermuara pada perubahan identitas diri -- suatu gambar pengenal yang telah melekat pada diri selama bertahun-tahun. Kesukaran berikutnya berhulu pada kenyataan bahwa pembangunan karier tidak terjadi dengan sekonyong-konyong. Sebagaimana diuraikan Donald Super, fase penaburan dimulai pada masa remaja dan pada umumnya kita baru mencicipi hasil tuaian pada masa mendekati paro-baya suatu rentang waktu yang mencakup sekurangnya dua dekade. Perubahan karier berarti meninggalkan investasi waktu, tenaga, dan uang yang tidak sedikit. Namun, hidup tidak selalu berjalan seperti yang kita bayangkan. Adakalanya kita dibuat kaget karena sekonyong-konyong kita harus membelokkan arah perjalanan dan kita tidak siap. Ketidaksiapan bisa berbuntut panjang dan tragis: ada yang frustrasi, ada yang depresi, dan ada yang mengakhiri hidupnya. Saya kira Yusuf pun tidak pernah siap menyambut perubahan "karier" yang selalu menyapa hidupnya dengan sekonyong-konyong (Kejadian 37- 50). Dari seorang anak yang dihangati kasih sayang ayah, ia tidak siap dilempar ke dalam sumur untuk dibunuh oleh saudara kandungnya sendiri. Ia pun tidak siap menggantikan kondisi hidupnya dari seseorang yang merdeka menjadi seorang budak. Ia juga tidak siap difitnah dan dibuang ke penjara tanpa proses peradilan yang menurut perhitungan manusia di situlah ia akan terus mendekam sampai ajal menjemputnya. Terakhir, saya kira ia pun tidak siap menerima promosi yang tidak kepalang tanggung: menjadi penguasa salah satu negara terjaya pada zamannya. Charles Swindoll kerap mengingatkan agar kita tidak menggenggam hidup erat-erat -- peganglah hidup namun jangan menggenggamnya. Kita tidak tahu kapan kita harus melepaskan pegangan tangan kita dan genggaman yang erat sudah tentu akan menyulitkan kita untuk melepaskan apa pun itu yang kita sayangi, termasuk karier. Keengganan atau ketidaksiapan kita melepaskan genggaman karier bisa menimbulkan korban: kita sendiri atau orang lain yang kita tuding tengah mengancam karier kita. Meski ia tidak pernah siap, Yusuf bertahan dalam kondisi apa pun sebab ia tetap percaya bahwa masih ada Tuhan dalam hidup ini dan bahwa Ia tetaplah Allah yang baik yang masih melihat dan memelihara anak yang dikasihi-Nya. Situasi "sekonyong-konyong" tidak harus meluluhkan iman dan karakter kristiani kita. Apa pun kondisinya, ingatlah, jangan menggenggam karier, genggamlah tangan Tuhan saja! -*- Sumber -*-: Judul Buku: Parakleo, Edisi Juli-September, Vol.X, No.3 Penulis : Pdt. Paul Gunadi, Ph.D. Penerbit : STTRII Halaman : 2 - 4 Jika Anda tertarik untuk berlangganan Buletin Psikologi Parakaleo, Anda bisa menghubungi: Departemen Konseling STTRII Jl. Kemang Utara IX No. 10 Jakarta 12760 Telp. (021) 7982819, 7990357 Fax. 7987437 atau melalui e-mail di alamat: ==> < reformed@idola.net.id > *TELAGA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TELAGA* -*- MENGHADAPI PHK -*- Kehilangan pekerjaan secara tiba-tiba pasti menyebabkan kekecewaan yang mendalam pada orang yang mengalaminya. Bagaimana jika kejadian itu menimpa suami atau istri atau teman kita? Apa yang harus kita lakukan agar kejadian seperti itu tidak menimbulkan luka yang mendalam pada orang mengalaminya? Simak ringkasan perbincangan dengan Pdt. Dr. Paul Gunadi berikut ini! ------ T: Banyak orang terpaksa mengalami pemutusan hubungan kerja atau PHK, entah karena pensiunnya dipercepat atau karena perusahaan sudah tidak mampu lagi untuk membayar. Bagaimana pengaruhnya terhadap sebuah keluarga? J: Kita harus memahami proses atau dampak PHK pada keluarga. Waktu suami kehilangan pekerjaan, dia kehilangan jati diri, dia kehilangan dirinya. Nah, cukup umum pria-pria yang kehilangan pekerjaan juga mulai mengucilkan diri dari pergaulan sosial karena dia merasa tidak lagi mempunyai sesuatu yang bisa dibanggakan atau ditawarkan untuk masyarakat kecuali misalkan dalam tim/kelompok yang sama, ada orang-orang yang senasib dengan dia dan itu menjadi kekuatan bagi dia. Jika tidak, dia cenderung menarik diri. Tapi masalahnya bukan saja dari lingkungan dia menarik diri, ada kecenderungan para suami ini juga menarik diri bahkan dari istri mereka. ------ T: Misalnya seorang ayah di-PHK, kira-kira dukungan moril atau sikap apa yang harus diperbuat oleh seorang istri untuk mendukung supaya dia tidak terlalu frustrasi? J: Kita memang harus menyadari bahwa pada masa PHK apalagi kalau berkepanjangan pria bisa lebih labil secara emosional. Jadi mudah marah, mudah tersinggung tidak panjang sabar. Nah di sini dituntut pengertian yang sangat tinggi dari para istri. Pria pun harus sadar dia tidak boleh berdukacita dalam kelemahannya, dia harus juga belajar untuk sabar, jangan sampai terlalu mudah tersinggung dan sebagainya. Namun pada saat ini ada baiknya istri menjauhkan diri dari hal-hal yang berbau tuntutan sebab tuntutan mengingatkan si suami pada ketidakmampuannya memenuhi tuntutan tersebut. Jadi sewaktu si istri mengeluarkan kata-kata yang dapat ditafsir menuntut dia untuk menghasilkan uang lagi, hal itu bisa memicu kemarahannya atau membuat dia tersinggung dan sebagainya. Jadi yang saya anjurkan adalah untuk si istri mendekati si suami dari kacamata, "Mari kita bersama-sama membangun kembali rumah tangga ini. Mari kita bersama-sama memikirkan apa yang kita berdua bisa lakukan." Jadi, bukannya saya mau begini, saya mau begitu, saya mau kerja supaya rumah tangga ini bisa ada makanan lagi dan sebagainya itu juga harus dihindarkan karena sewaktu si istri mulai mengatakan kata-kata seperti itu membuat si suami makin terpojok dan makin terlihat lemah, dia akan merasa tidak lagi berfungsi sebagai suami dan sebagainya. ------ T: Dalam menghadapi keadaan seperti itu apakah bisa kalau seorang istri itu mencari teman untuk menasihati suaminya? J: Boleh saja, asalkan memang teman itu teman yang bisa diterima oleh si suami, namun sebetulnya peran istrilah yang paling penting. ------ T: Kalau sudah sangat serius apa yang bisa dilakukan atau orang lain lakukan terhadap korban PHK itu? J: Kita harus memperkuat yang di dalam dulu yaitu si istri jangan panik, harus tetap mendekati si suami, mengajak si suami untuk jalan-jalan, terus memberikan suatu sentuhan-sentuhan kepada si suami sehingga akhirnya si suami menangkap isyarat dari si istri bahwa si istri sedang bersama dengan dia dan si istri terus membangunkan semangatnya. Jadi hal ini terus menguatkan rasa percaya dirinya. Yang kedua adalah si istri dan suami harus mulai memikirkan langkah kreatif, misalkan si istri bisa masak atau si suami bisa masak maka bisa buka warung atau kedai makan jadi benar-benar kreatif untuk bisa menutupi lubang, apakah ini akan permanen atau tidak, tidak tahu. Tapi yang harus kita sadari sekarang ini kita harus melakukan sesuatu yang kreatif. Dan yang ketiga adalah meskipun kita belum melihat pemenuhan janji Tuhan, kita tidak meninggalkan Tuhan sebab janji Tuhan itu pasti terpenuhi namun kapan tidaklah kita ketahui. ------ T: Apakah benar kalau dalam menghadapi masalah itu wanita lebih tabah daripada pria? J: Cenderungnya begitu, karena wanita itu mempunyai endurance level, yaitu kemampuan menahan sakit untuk waktu yang panjang, yang tinggi. Sedangkan pria bisa menahan sakit yang besar tapi jangka waktunya pendek sehingga peranan wanita sangat besar di sini untuk bisa terus mengangkat si pria. Saya mau memberikan satu Firman Tuhan diambil dari Mazmur 91:14-15, "Sungguh, hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya sebab ia mengenal nama- Ku. Bila ia berseru kepada-Aku akan menjawab, Aku akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan memuliakannya." Saya suka sekali dengan perkataan "hatinya melekat kepada-Ku dan ia mengenal-Ku," jadi kuncinya adalah pada masa PHK ini hati kita harus terus melekat pada Tuhan dan kita mengenal siapa Tuhan kita, bahwa nama Tuhan kita adalah penyelamat, Yesus adalah penyelamat dan Dia adalah penolong kita. Jadi kita terus berseru kepada-Nya dan Tuhan berjanji Dia akan menjawab, "Aku akan menyertai dia dalam kesesakan." Orang yang depresi, orang yang tertekan seolah-olah dadanya sesak, jadi memang Firman Tuhan menggunakan istilah yang sangat grafik sekali di sini tapi Tuhan berkata Dia akan menyertai kita dalam kesesakan dan Dia akan meluputkan kita dan memuliakan kita, jadi tugas kita terus lekat dengan hati Tuhan, terus cari kerajaan sorga dan kebenaran-Nya, seperti janji-Nya maka Dia akan menambahkan. Jadi memang diperlukan sekali ketabahan dan diperlukan sekali kerelaan untuk mencoba yang baru, yang lainnya. -*- Sumber -*-: [[Sajian di atas, kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. #13B yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan. -- Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat e-Mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel@xc.org > atau: < TELAGA@sabda.org > ]] *BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*--*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH* -*- KEHILANGAN PEKERJAAN -*- AYAT ALKITAB ============ Mazmur 37:25 Filipi 4:6,7 Filipi 4:13,19 LATAR BELAKANG ============== Kita perlu peka akan trauma yang dihadapi seseorang yang kehilangan pekerjaannya, gagal mencari yang baru, bon-bon hutangnya yang menumpuk, dan surat-surat gadainya yang sudah lewat waktu. Orang sedemikian kehilangan harga diri, mengalami kecut hati, frustrasi dan depresi. Dari beberapa penyelidikan diketahui adanya kaitan erat antara masalah pengangguran dengan akibat-akibat negatif berikut: -- bertambahnya jumlah orang yang harus dirawat di rumah sakit jiwa; -- bertambahnya jumlah orang bunuh diri; -- bertambahnya tindak kekejaman sampai pada pembunuhan; -- bertambahnya kejahatan dan pemenjaraan; -- bertambahnya jumlah kematian karena serangan jantung, sakit liver, dan penyakit-penyakit akibat stress lainnya; -- bertambahnya kasus penyiksaan anak. STRATEGI BIMBINGAN ================== 1. Kuatkan hatinya dan katakan bahwa Anda senang dapat melayani dia, dan bahwa Anda memperhatikan dia. 2. Ingatkan bahwa dia tidak sendirian, tetapi banyak orang mengalami kesulitan yang sama. Kehilangan pekerjaan bukan hal luar biasa. Dengan mengerti ini, dia tidak perlu lagi merasa bahwa hanya dia seorang yang mengalami kemalangan itu. 3. Katakan padanya bahwa dia tidak perlu merasa hilang harga diri, tidak perlu merasa hilang hormat diri, dan merasa diri tidak berarti. 4. Nasihatkan dia untuk berkeyakinan dan tidak panik, sebab Allah tahu, mengasihi, dan memelihara. Dia harus belajar mempercayai Tuhan. 5. Anjurkan dia untuk berdoa meminta Allah menolong masalah keuangannya, mencukupi kebutuhan keluarganya, dan membuka kesempatan kerja baru. 6. Usulkan dia untuk menceritakan masalahnya kepada sahabat-sahabat Kristennya yang juga akan berdoa, dan kepada pendeta yang bersimpati yang mungkin bisa menawarkan bantuan mencarikan pekerjaan. (Gereja-gereja tertentu memiliki saluran khusus untuk membantu pencarian lowongan kerja anggotanya). 7. Nasihatkan dia untuk tidak melampiaskan frustrasinya pada istri/ suami dan anak-anaknya. Semua akan mendukungnya dalam situasi darurat itu. Semua ikut menanggung, dan krisis tadi sebenarnya dapat mempererat suasana kekeluargaan mereka. Mereka perlu merasakan manfaat berdoa bersama sebagai suatu keluarga. 8. Perkenalkan orang yang Anda layani kepada Yesus Kristus, sebagai Tuhan dan Juruselamat, jika dalam percakapan nampak bahwa dia belum mengenal Dia. Jelaskan "Damai dengan Allah", [["Damai dengan Allah" -- Traktat untuk menolong/menuntun orang non- Kristen agar dapat menerima Kristus (dari LPMI/PPA); atau Buku Pegangan Pelayanan, halaman 5; CD-SABDA: Topik 17750.]] -*- Sumber -*-: Judul Buku: Buku Pegangan Pelayanan Penulis : Billy Graham Penerbit : Persekutuan Pembaca Alkitab, 1993 Halaman : 100 - 101 CD-SABDA : Topik 17587 *SURAT*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-DARI ANDA-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*SURAT* Dari: rusli winata <r.winata@> >Kepada saudara yang terhormat, aku rusli mau meminta tolong, bisa >tidak aku mendapatkan list dari judul-judul yang telah paket telaga >buat. Dan transkrip apa saja yang telah sabda khususnya e-konsel >sudah terbitkan? apakah saya bisa mendapatkan transkrip yang saya >perlukan dari paket telaga tertentu? begitu saja salam dalam >Kristus, >rusli Redaksi: Untuk mendapatkan list judul-judul transkrip Telaga sekaligus transkrip lengkapnya, Anda bisa berkunjung ke Situs Telaga yang beralamat di: ==> http://www.telaga.org/ Selain bisa mendengarkan secara langsung kaset-kaset yang tersedia, melalui Situs Telaga ini pula Anda bisa memesan kaset Telaga secara langsung. Anda bisa mengisi formulir pemesanan yang tersedia. Sedangkan untuk mengetahui transkrip Telaga khususnya yang sudah pernah diterbitkan melalui e-Konsel Anda bisa melihatnya di situs C3I (Christian Counseling Center Indonesia) bagian TELAGA, di alamat: ==> http://www.sabda.org/c3i/telaga/ e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL STAF REDAKSI e-Konsel Yulia, Ratri, Irfan, Natalia PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2004 oleh YLSA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org> Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. dapat dikirimkan ke alamat: <owner-i-kan-konsel@xc.org> *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org Berhenti: Kirim e-mail kosong: unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel ARSIP publikasi e-Konsel: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |