Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/52 |
|
e-Konsel edisi 52 (18-11-2003)
|
|
><> Edisi (052) -- 15 November 2003 <>< e-KONSEL *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Daftar Isi: - Pengantar : Pelayanan Kunjungan - Cakrawala : Pentingnya Suatu Kunjungan Pastoral - Bimbingan Alkitabiah : Mendapat Tugas Penting - Tips : Tips untuk Melakukan Pelayanan Kunjungan - Surat : Terima Kasih atas Kirimannya *REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI* -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*- Ada berbagai cara yang dipakai oleh gereja untuk menjalin suatu hubungan yang lebih dekat dengan jemaatnya. Salah satu cara yang sering dipakai adalah dengan mengadakan pelayanan kunjungan. Dalam banyak segi, pelayanan kunjungan terbukti sangat menolong hamba Tuhan untuk mengenal kebutuhan jemaatnya dengan baik, khususnya ketika jemaat mengalami musibah atau masalah yang menekan kehidupan mereka. Namun sekalipun manfaat pelayanan kunjungan sangat jelas, gereja dan hamba Tuhan seringkali tidak memberikan perhatian yang sepantasnya. Tidak jarang pelayanan perkunjungan semacam ini terhenti di tengah jalan karena baik jemaat maupun tim yang bertugas untuk mengunjungi tidak bisa menjalin komunikasi yang baik atau bahkan kehilangan arah untuk melihat pentingnya pelayanan kunjungan ini dilakukan. Lalu, bagaimana menempatkan kembali perspektif yang benar tentang pelayanan kunjungan? Bagaimana sebaiknya pelayanan kunjungan dilakukan agar baik yang mengunjungi maupun yang dikunjungi tidak mengalami hambatan sehingga kunjungan tersebut bisa memberikan dampak yang positif bagi keduanya? Untuk mendapatkan jawabannya simaklah sajian e-Konsel edisi kali ini! Tim Redaksi *CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA* -*- PENTINGNYA SUATU KUNJUNGAN PASTORAL -*- Pada beberapa gereja, pelayanan kunjungan pastoral sering kali tidak berkelanjutan meskipun sebenarnya banyak cara untuk mempertahankan keefektifannya. Pada beberapa gereja, hanya kelompok-kelompok tertentu, seperti anggota-anggota baru yang menerima kunjungan pastoral. Gereja- gereja besar sering mengangkat pendeta, atau suatu tim pelayanan biasa, yang khusus untuk menangani kunjungan keluarga bagi semua anggota jemaat secara teratur. Apa pun cara yang Anda gunakan, ada beberapa gagasan khusus yang perlu diingat untuk menciptakan suatu pelayanan kunjungan pastoral yang mengena pada sasaran. Kunjungan pastoral keluarga telah menjadi suatu pelayanan yang mulia. Dalam banyak hal, bentuk pelayanan ini tidak berkembang. Seseorang membayangkan sebagai sosok hamba Tuhan yang ramah, berambut gelap, dengan Alkitab terdekap erat di dada, sedang mengetuk rumah seorang warga yang setia. Sapaannya yang lembut disambut oleh wajah seorang ibu yang tengah menggendong bayi pada lengan yang satu, dan lengan yang lain merangkul penuh sayang bocah tiga tahunan yang menggayuti kakinya. "Oh Pak Pendeta, senang sekali Anda berkunjung! Silakan masuk; saya baru saja mengangkat kue dari oven. Pasti Anda suka mencicipinya." Ketika baru lulus dari seminari, gambaran semacam ini melintas di kepala saya saat saya mengetuk pintu salah satu keluarga anggota gereja kami. Sesungguhnya, kunjungan pastoral biasa, yang ditandai dengan percakapan santai dan mungkin suatu doa penutup, merupakan gejala yang mulai menghilang. Baik hamba Tuhan maupun jemaat sama-sama sibuk dewasa ini. Dalam banyak hal, berkurangnya kunjungan pastoral justru dianggap menggembirakan. Kerap kali kunjungan dilakukan tanpa rasa kewajiban. Kebanyakan yang berlangsung hanya sendau gurau ringan yang dirasa cukup bila kedua pihak, yang berkunjung dan yang dikunjungi, merasa "enak". Percakapan tidak berkembang lebih mendalam lagi. Tapi bagaimanapun kunjungan pastoral tradisional masih memberikan pelayanan. Adanya pelayanan keluarga itu semata-mata untuk menunjukkan, bahwa gereja menaruh perhatian-perhatian secukupnya untuk meluangkan waktu dan berkunjung ke rumah. Bagi orang jompo dan orang sakit khususnya, pelayanan kunjungan ini sangatlah berarti. Kunjungan itu memperlihatkan bahwa mereka berharga. Mereka tetap terhitung meskipun tidak dapat hadir dalam kebaktian atau kegiatan jemaat lainnya. Kunjungan pastoral sering menjadi sarana bagi anggota jemaat untuk mengungkapkan ketakutan, sukacita, dan masalah mereka, baik yang bersifat pribadi maupun rohani. Meskipun bukan suatu konseling formal, kunjungan tersebut sering memberikan nasihat yang membantu. Kehidupan keluarga saat ini tentu saja berbeda dengan keadaan 25 tahun lalu. Baik pria maupun wanita banyak yang bekerja di luar rumah. Keluarga pecah oleh perceraian, dan sering ingin diperbaiki, entah akhirnya menjadi lebih baik atau lebih buruk, dengan menikah lagi. Anak-anak hidup dengan orangtua tunggal atau orangtua tiri. Bahkan yang dinamakan keluarga inti pun jarang di rumah bersama- sama. Kegiatan yang banyak dan beragam membuat tiap anggota keluarga sibuk oleh urusan mereka sendiri. Dalam keadaan semacam ini, bagaimana pelayanan kunjungan pastoral dapat tetap berjalan? Saya beranggapan bahwa pelayanan ini perlu memperoleh perhatian yang lebih seksama dibandingkan dengan masa- masa yang dahulu. Dalam lingkup konseling, hamba Tuhan memiliki kelebihan dibandingkan seorang konselor keluarga karena mereka lebih mudah diterima oleh keluarga. Dalam lingkungan keluarga, tiap anggota akan tampil sewajarnya daripada bila berada di ruangan seorang konselor. Saya akan memberikan gambaran. Dalam kunjungan pada keluarga yang tengah mengalami musibah, saya melihat dari dekat sumber persoalan yang menimbulkan keadaan tidak sehat itu. Sang ayah mulai bercerita kepada saya tentang pengalaman keagamaannya dahulu dengan bahasa yang emosional dan sangat agamawi. Dia pernah menghadiri suatu "kebaktian Roh Kudus" dan sangat berapi-api karenanya. Melalui gerak gerik atau kadang seruan langsung istrinya, saya dapat merasakan, bahwa istrinya sangat tidak senang dengan apa yang ia katakan. Sebelumnya, saya sempat bercakap-cakap dengan istrinya itu, ia sangat meragukan keberadaan Allah. Saya yakin, perkataan suaminya sangat mengganggu dan mempermalukan dia. Namun sang suami tidak juga tanggap terhadap rasa tidak sejahtera istrinya. Bahkan ketika istrinya tidak tahan lagi dan beranjak meninggalkan ruangan, ia tetap tidak mempedulikan bagaimana perasaan istrinya. Meskipun waktu itu saya merasa tidak pada tempatnya untuk bertindak sebagai terapis, kehadiran saya telah memberikan wawasan terhadap konflik yang ada. Wawasan tersebut membantu saya dalam berhubungan dengan keluarga lain pada masa selanjutnya. Kunjungan pastoral secara positif mencakup konseling atau paling tidak pemahaman akan hubungan dalam keluarga. Namun, menurut saya, fungsi utama kunjungan pastoral dalam pertumbuhan rohani adalah membantu orang atau orang-orang dalam keluarga untuk menyelami pengalaman hidup mereka, dan selanjutnya mengaitkan pengalaman itu dengan iman mereka. Hal itu akan tercapai bila ada kesediaan baik pada pihak hamba Tuhan maupun anggota jemaat untuk memperhatikan dengan sungguh-sungguh "sisi dalam" dari pengalaman hidup mereka. Kesediaan untuk membagikan perasaan yang terluka, rasa malu, dan juga sukacita akan mengungkapkan sisi dalam itu. Untuk itu, hamba Tuhan perlu peka memperhatikan isyarat-isyarat baik lisan maupun gerakan yang menunjukkan kesediaan seorang jemaat untuk membicarakan suatu hal yang lebih penting daripada cuaca atau skor pertandingan bola. Dapat pula hamba Tuhan bertanya dengan lemah lembut namun bersungguh-sungguh untuk mengetahui kehidupan dan iman anggota jemaat itu. Dari pengalaman dan percakapan dengan sesama hamba Tuhan, saya belajar bahwa kunjungan pastoral sebenarnya dapat menjadi suatu pelayanan yang berpengaruh. Kebanyakan rekan saya merasakan kekecewaan yang sama berhubung dengan kedangkalan pelayanan kunjungan pastoral yang rutin. Seseorang menyatakan, bahwa kunjungan terasa berarti ketika ia berbicara dengan remaja dan orangtua mereka untuk persiapan pembaptisan. Yang lain mengatakan, bahwa ia melaluinya dengan baik ketika mengunjungi mereka yang tengah menunggu saat penyerahan anak mereka. Kami menyimpulkan, bahwa kunjungan dengan tujuan yang ditetapkan secara jelas akan lebih berhasil daripada kunjungan yang hanya membuat anggota jemaat bingung: "Apa artinya kunjungan ini?" Dengan pola pikir demikian, saya ingin menyarankan suatu cara yang biasa saya gunakan dalam kunjungan pastoral. Pertama kali, saya memikirkan tujuan program kunjungan saya. Apa sesungguhnya yang saya harapkan, bagi orang yang saya kunjungi? Untuk lebih menegaskan, saya menuliskannya: "Agar orang-orang dapat mencapai kedalaman hubungan dengan Allah, dengan sesama, dan dengan diri mereka sendiri." Selanjutnya, saya mengembangkan rencana kunjungan, yang saya jalankan untuk mencapai hasil yang baik. Mula-mula saya mengirimkan surat berikut ini kepada keluarga atau orang yang hendak saya kunjungi. "John dan Sue yang terkasih, Salah satu cara orang Kristen untuk bertumbuh secara rohani adalah dengan saling membagikan pengharapan, kesukaran-kesukaran mereka, dan pengalaman iman mereka. Saya menganggap kesempatan untuk saling membagikan hal itu dengan orang-orang dalam jemaat kita merupakan keuntungan dan upah bagi pelayanan saya sebagai hamba Tuhan. Saya mempunyai rencana mengunjungi setiap keluarga dalam jemaat kita. Untuk mempersiapkan apa yang akan kita bicarakan dalam kunjungan nanti, silakan Anda memikirkan hal-hal berikut ini: 1. Apa keberhasilan atau kegagalan pribadi atau kejadian penting lainnya yang Anda alami baru-baru ini? 2. Bagaimana Anda mengatasi kejadian itu dan/atau bagaimana Anda merayakannya? 3. Bagaimana peranan pengalaman iman dalam kehidupan Anda? Pertanyaan di atas bukan ujian yang harus Anda jawab dengan segera. Pertanyaan itu hanyalah sarana untuk mempersiapkan kunjungan saya. Dalam pertemuan kita nanti, saya ingin sekali berbicara dengan Anda tentang hal-hal lain yang menarik minat Anda. Sekretaris gereja akan menelpon Anda untuk menentukan waktu kunjungan yang tepat. Salam dalam Kristus." Begitu tiba di rumah keluarga itu, saya segera menyinggung surat tersebut dan mempersilakan mereka menanggapinya dengan cara mereka. Saya menegaskan, tidak ada jawaban yang "tepat". Bila perbincangan beralih pada hal-hal lain, tidak perlu cemas. Pertanyaan-pertanyaan itu sesungguhnya hanya sarana untuk membantu kita membicarakan hal- hal yang ingin kita bicarakan. Melalui kunjungan semacam itu, saya menemukan, bahwa kita dapat mencapai taraf percakapan yang lebih dalam daripada yang biasa kita capai dalam kunjungan pastoral yang sambil lalu dan sekedar singgah. Dengan mengarah langsung pada pertanyaan-pertanyaan itu, kita dapat membicarakan masalah-masalah yang jarang diungkapkan pada rekan kerja, tetangga, atau bahkan teman dekat. Sering kali kunjungan itu meneguhkan ikatan kemesraan yang diliputi kesucian. Bila perlu, saya menawarkan doa bersama untuk mengucap syukur kepada Allah yang telah membuat kami saling membagi pengalaman kehidupan selama pertemuan itu. Tentu saja tidak setiap kunjungan berhasil dengan baik. Suatu ketika, orang yang saya kunjungi menyambut saya sambil memegangi surat itu. Ia mengatakan, bahwa ia dapat menjawab pertanyaan- pertanyaan itu dengan mudah, dan dalam tiga puluh detik ia telah merampungkannya. Tugas sudah selesai, begitu pikirnya, saya kira. Sisa waktu kami gunakan untuk mempercakapkan penyebab inflasi dua digit dan kemungkinan cara mengatasinya! Akan tetapi, sebagian besar kunjungan memberikan sesuatu yang berarti. Pernah saya mengunjungi sebuah keluarga yang berada, namun undur dari kehidupan jemaat. Saya menjumpai sang istri di rumah; dia memberitahu saya, suaminya menelepon dan memberitahukan bahwa atasannya memintanya kerja lembur. Sebelumnya hubungan saya dengan pasangan itu hanya berupa percakapan-percakapan kecil. Namun kali ini berbeda. "Begini, Mary, dalam surat saya untuk Anda, Anda pasti ingat, ada tiga pertanyaan yang menurut rencana akan kita bicarakan. Pertanyaan pertama berkaitan dengan kesuksesan atau kegagalan atau kejadian penting lainnya yang telah terjadi dalam kehidupan Anda." Jawabannya sungguh mengejutkan saya. "Pertanyaan itu telah mengenai sasaran. Sebenarnya suami saya dan saya telah berpisah." Sisa waktu kunjungan itu kami gunakan untuk membicarakan penyebab dan akibat- akibat peristiwa yang memecah belah keluarga itu. Ia dengan sungguh- sungguh mengungkapkan kepahitannya atas kejadian itu. Ia mengakui, "Saya merasa telah kehilangan iman saya." Kami mulai membahas kemungkinan-kemungkinan untuk menghadapi perubahan dalam kehidupannya. Dengan mengukur kunjungan tersebut dengan tujuan yang saya rasakan semula menyadarkan saya, bahwa kunjungan yang berhasil tidak selalu berupa kunjungan yang membuat saya gembira. Kadang- kadang keberhasilan berarti "menangis bersama mereka yang menangis". Ironisnya, kunjungan pada keluarga berikutnya memberikan suatu keberhasilan yang jauh berlainan. Dalam keluarga itu saya menikmati persahabatan pribadi, sebagaimana suatu hubungan kerja yang erat dalam kegiatan jemaat kami. Baik sang suami maupun istri merasa bebas meminta nasihat saya pada kesempatan itu. Saya diterima dengan hangat dan dengan mudah percakapan kami mengarah pada pokok persoalan, yaitu pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan dalam surat. Hal yang kami bicarakan adalah hubungan mereka sendiri. Tidak hanya pada saya atau melalui saya, namun mereka sering pula berbicara satu sama lain secara langsung dan secara terbuka mengungkapkan baik kekecewaan maupun kegembiraan mereka. Kejujuran, perhatian, keakraban dalam kunjungan itu termasuk salah satu hal yang paling berkesan dalam 11 tahun pelayanan saya sebagai hamba Tuhan. Saat akan pulang, saya menyatakan betapa berartinya mereka bagi saya. Mereka telah membantu saya bertumbuh sebagai seorang hamba Tuhan dan seorang manusia dengan kepedulian mereka terhadap saya dan kesediaan mereka menjadikan saya bagian kehidupan mereka. Dalam kata-kata Henri Nouwen, kunjungan semacam itu membantu saya dan anggota jemaat untuk "mengenal pekerjaan Allah dalam diri kita sendiri". Meskipun Nouwen menggunakan frase tersebut untuk peranan hamba Tuhan, saya tahu benar, saya sendiri sering dilayani oleh kunjungan itu. Anugerah Allah bukan hanya mengalir dari hamba Tuhan kepada jemaat, melainkan juga dari jemaat kepada hamba Tuhan. [Kenneth L. Gibble adalah pendeta pembantu pada Ridgeway Community Church of the Brethren di Harrisburg, Pennsylvania.] -*- Sumber -*-: Judul Buku: Kepemimpinan, Vol. 15/Th. IV Judul Asli: Mempersiapkan Jemaat untuk suatu Kunjungan Pastoral Penulis : Kenneth L. Gibble Penerbit : Yayasan ANDI, Yogyakarta, 1989 Halaman : 26 - 30 *BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*--*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH* Artikel berikut ini menyajikan bagian-bagian Alkitab yang menceritakan tentang pelayanan kunjungan yang dilakukan oleh Titus kepada jemaat di tiga kota yaitu Korintus, Kreta, dan Dalmatia. Tugas khusus yang diberikan Paulus kepada Titus itu selain untuk menguatkan iman jemaat, tugas ini juga menjadikan dia seorang pemimpin jemaat yang bisa membawa jemaatnya ke arah kehidupan yang sesuai dengan kehendak Tuhan. -*- MENDAPAT TUGAS PENTING -*- Diutus ke Korintus ------------------ Ada beberapa kali Titus mendapat tugas khusus dari Paulus. Tujuannya adalah untuk mengukuhkan dirinya sebagai pemimpin dalam pelayanan jemaat. Ketika terjadi gejolak sosial di antara orang-orang kudus di Yerusalem, Titus diutus untuk mewakili Paulus ke Korintus. Di sana ia mengingatkan dan menasihati jemaat Korintus agar mau membuka diri dan hati mereka, dan menyediakan bantuan pangan bagi orang-orang percaya di Yerusalem yang sedang menderita (2Korintus 8:6, 16-24). Beberapa waktu kemudian, timbul masalah intern lain yang berkaitan dengan perkembangan jemaat di Korintus. Paulus mengambil keputusan untuk mengirim Titus ke sana. Dengan wewenang dan mandat dari Paulus, Titus diterima dengan baik oleh jemaat Korintus. Karena ada komunikasi yang baik di antara kedua belah pihak, maka ia berhasil menyelesaikan masalah tersebut dengan baik juga (2Korintus 8:16). Berkaitan dengan tugasnya di Korintus, Paulus secara terbuka memberi pujian kepada rekan sekerjanya ini. Pujian tersebut tidak dimaksudkan agar seseorang menjadi sombong karena berhasil dalam tugasnya. Pujian (penghargaan) yang wajar diberikan Paulus kepada Titus karena ia telah berjerih lelah melayani bagi kemuliaan Tuhan di Korintus. Pujian itu semacam suatu dorongan moril untuk membesarkan hati Titus agar ia bertekun melakukan pekerjaan kudus ini. Penugasan Titus ke Korintus terjadi ketika Paulus berada di Efesus -- pada pekabaran Injil yang ketiga (Kisah Para Rasul 19). Ia mendengar bahwa jemaat Korintus mengabaikan pelayanan sosial kepada jemaat di Yerusalem. Karena itu, untuk menumbuhkan solidaritas antar umat Allah, Paulus mengutus Titus sebagai dutanya untuk mendorong orang- orang Korintus membagi kasihnya kepada jemaat Tuhan. Diutus ke Kreta --------------- Penugasan lain yang penting adalah pelayanan Titus di Kreta. Pada saat itu Titus masih muda belia, tetapi ia cakap dalam penatalayanan jemaat. Ia diutus ke Kreta untuk membangun kehidupan iman jemaat secara baik dan bertanggung jawab. Tanpa ragu-ragu, Paulus menjamin bahwa Titus adalah seorang pekerja Kristus yang berkualitas. Melalui surat penggembalaan kepada Titus, Paulus mendorong jemaat di Kreta agar menerima Titus sebagai pemimpin yang sah, karena ia ikut bertanggung jawab atas citra Titus sebagai salah seorang pemimpin Kristen. Tenney memberi penilaian yang demikian, "Keadaan di Kreta sangat mengecewakan. Gereja tidak terorganisasi dengan baik dan tingkah laku para anggotanya pun ceroboh." Titus menghadapi keadaan ini dengan bersandar pada pimpinan Tuhan. Rupanya kehadiran dan kepemimpinan Titus sangat dibutuhkan. Ternyata ia mampu membawa jemaat ke tahap kehidupan rohani yang lebih tinggi. Tugas Titus yang lain adalah memperbaiki tata tertib (disiplin) dalam jemaat supaya mereka hidup sesuai dengan standar Firman Tuhan. Selain itu, tugas utama Titus di Kreta adalah menyelesaikan masalah- masalah dalam jemaat yang belum diatur oleh Paulus, dan mengangkat penatua-penatua bagi jemaat-jemaat, serta mengontrol pelayanan dan pengajaran doktrin. Tantangan lain yang dihadapinya ialah mengubah pandangan dunia (world view) masyarakat Kreta yang masih berbaur dengan ajaran dongeng-dongeng Yahudi dan Yunani serta yang lainnya. Dengan demikian setiap orang percaya di Kreta bebas dari ajaran kekafiran yang masih mengikat mereka. Di mana pun di dunia ini, setiap kelompok masyarakat diperhadapkan kepada dua sikap: menganut pandangan dunia suku atau pandangan dunia Alkitab. Tugas yang diemban Titus ini sangat berat. Ia berhadapan dengan masalah sinkretisme (perpaduan dari beberapa paham yang berbeda untuk mencari keserasian dan keseimbangan). Akhirnya ia meyakinkan mereka untuk mengambil keputusan: memilih untuk menganut satu pandangan saja, yakni pandangan dunia Alkitab, Firman Allah, dan ajaran para rasul. Titus tidak segan-segan menegur orang yang hanya berpura-pura mengimani Kristus. Ia menuntut tanggapan dan pertobatan yang sungguh-sungguh dari masyarakat Kreta. Yang menjadi masalah utama orang-orang Kreta ialah mereka menyia- nyiakan kasih karunia Allah. Mereka keliru menafsirkan anugerah Allah -- seolah-olah keselamatan kekal itu tidak ada sangkut-pautnya dengan kehidupan yang saleh dan ketekunan. Inilah yang menjadi hambatan besar. Karena itu, Titus perlu meluruskan pandangan yang keliru tersebut. Kehidupan yang kudus dan bertanggung jawab dalam iman merupakan panggilan umat Tuhan. Setelah melayani beberapa waktu di Pulau Kreta, Paulus memanggil Titus ke Nikopolis (Nikopolis berarti "Kota Kemenangan") untuk bertemu dengannya. Ada beberapa keputusan penting yang perlu diambil. Titus akan mendapat tugas yang baru. Sebagai ganti Titus agar pembinaan iman jemaat-jemaat berjalan lancar, Zenas, dan Apolos diutus untuk melanjutkan pelayanannya di Kreta. Diutus ke Dalmatia ------------------ Sesudah pertemuan Titus dengan Paulus -- kemungkinan pembicaraan mereka seputar strategi pelayanan penjangkauan yang lebih luas dan keefektifan kepemimpinan -- ia berangkat ke Dalmatia di sebelah utara Nikopolis atau di sebelah barat Balkan. Di tempat yang baru inilah Titus mengembangkan pelayanan penggembalaan bagi jemaat di sana (2Timotius 4:10). Setelah melayani di Dalmatia, tidak dijumpai lagi informasi mengenai pelayanan Titus. Menurut dugaan beberapa sarjana Alkitab, Titus meningalkan pelayanan di sana dan menyusul Paulus ke Roma. Di Roma ia membantu Paulus dalam berbagai keperluan pribadi maupun pelayanan, bahkan ia mendampingi Paulus selama menjalani tahanan. Tetapi di kemudian hari, ia kembali lagi ke Kreta dan melayani di sana. Pembelaan Paulus bagi Titus --------------------------- Ketika terjadi pertemuan atau sidang di Yerusalem (Kisah Para Rasul 15), rasul-rasul yang lain menyudutkan Titus sebagai seorang "gentile" (bukan orang Yahudi alias kafir). Tetapi Paulus dengan bijaksana menentang pandangan tersebut. Ia bersikap tegas terhadap mereka dan membela Titus dengan menyebutnya "seorang yang sah dalam iman Kristen". Dengan kata lain, Paulus menyambut Titus karena imannya kepada Yesus Kristus. Inilah salah satu keistimewaan Paulus. Ia beberapa kali menyapa Titus dengan nada yang ramah dan penuh pengharapan: sebagai "saudara" (2Korintus 2:13); sebagai rekan sekerja dalam pelayanan (2Korintus 7:6). Paulus menempatkan keberadaan Titus pada posisi yang sebenarnya, sebagaimana pandangan dan sikap Allah terhadap manusia. Rupanya para pemimpin gereja di Yerusalem ini masih berpikiran sempit dan memandang orang Yunani dengan sebelah mata. Mata rohani mereka masih diselubungi oleh selaput ke-Yahudi-an, sehingga kasih dan cara pandang mereka terhadap orang luas tidak sesuai dengan kasih karunia Allah yang telah mereka terima. -*- Sumber -*-: Judul Buku : Dari Betsaida Sampai Ke Yerusalem Judul Artikel: Mendapat Tugas Penting Penulis : Sostenis Nggebu, M.A. Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 2002 Halaman : 83 - 87 *TIPS *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TIPS* -*- TIPS UNTUK PELAYANAN KUNJUNGAN -*- Ada empat hal berguna yang perlu diketahui ketika Anda melakukan pelayanan kunjungan agar kunjungan yang Anda lakukan tidak mengalami kebuntuan. Keempat hal tersebut yaitu: 1. Jadualkan kunjungan terlebih dulu. ---------------------------------- Sebelum melakukan kunjungan, Anda perlu membuat jadual kunjungan terlebih dulu dan memberitahu keluarga/jemaat yang akan Anda kunjungi. Karena seringkali keluarga/jemaat merasa tidak siap atau mungkin mereka tidak berada di tempat jika tidak ada pemberitahuan kunjungan sebelumnya. Kunjungan yang dilakukan secara mendadak seringkali juga membuat keluarga/jemaat merasa malu jika rumah masih berantakan pada waktu kunjungan dilakukan karena tidak sempat melakukan persiapan-persiapan, misalnya membereskan rumah agar terlihat rapi. Selain itu, pemberitahuan kunjungan juga menyiapkan keluarga/jemaat yang akan dikunjungi agar berani terbuka untuk mengungkapkan permasalahan yang mungkin sedang mereka hadapi. 2. Lakukan komunikasi dua arah. ---------------------------- Saat berkunjung, usahakan agar Anda bisa menjalin komunikasi dua arah dengan keluarga/jemaat dan jangan sampai Anda mendominasi pembicaraan. Anda perlu juga mengarahkan pembicaraan ke sesuatu yang berarti supaya tidak hanya menjadi omong-omong kecil saja. Pelayanan kunjungan dimaksudkan untuk menguatkan iman keluarga/ jemaat. Oleh karena itu pada waktu kunjungan hindari basa-basi yang berlebihan dan pembicaraan yang memungkinkan timbulnya perdebatan karena hal ini justru akan menghambat proses pembentukan relasi. Usahakan pembicaraan dilakukan se-rileks mungkin, namun dengan bobot pembicaraan yang mendalam. 3. Gunakan kata-kata yang tidak memojokkan atau menyerang. ------------------------------------------------------- Pada saat melakukan pelayanan kunjungan, hindari pemakaian kata- kata yang menggurui. Juga jangan gunakan kata-kata yang memojokkan atau menyerang keluarga/jemaat yang dikunjungi karena hal ini bisa menghambat alur komunikasi. Adalah hal yang wajar jika muncul perbedaan pendapat di antara anggota keluarga yang dikunjungi. Hal ini tidak perlu dipermasalahkan karena tujuan utama dari pelayanan kunjungan bukan untuk menyamakan pendapat. 4. Jangan putus asa jika kunjungan tidak memberikan hasil yang menggembirakan. ----------------------------------------------------------- Jangan putus asa atau menyalahkan diri sendiri bila pelayanan kunjungan Anda tidak memberikan hasil yang menggembirakan ataupun tidak mendapatkan sambutan yang hangat. Ingatlah bahwa pelayanan kunjungan merupakan suatu proses pertumbuhan relasi. Tujuan utama dari pelayanan kunjungan bukan untuk mendapatkan penghargaan dari keluarga/jemaat yang dikunjungi tetapi pelayanan ini lebih menekankan pada terbentuknya relasi antara gereja dengan jemaatnya. Tim Redaksi *SURAT*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-DARI ANDA-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*SURAT* Dari: <ana @> >Saya merasa bersyukur sekali dengan adanya e-konsel karena melalui >e-konsel saya bisa belajar banyak terutama di edisi 51 yang >memberikan tips 7 menit bersama dengan Tuhan. Saya sudah mencobanya >dan sekarang saya bisa merasakan hasilnya bahkan sekarang saya bisa >meluangkan waktu lebih banyak lagi bagi Tuhan. Sekali lagi saya >mengucapkan banyak terima kasih! Tuhan memberkati. Redaksi: Kami juga sangat bersyukur untuk sharing Anda melalui surat ini. Kami yakin sharing Anda juga akan menguatkan kita semua untuk terus dekat dengan Tuhan. Jika Anda membutuhkan bahan-bahan lain, silakan berkunjung ke Situs C3I (Christian Counseling Center Indonesia) di alamat: ==> http:/www.sabda.org/c3i/ Nah, selamat berkunjung dan semoga semakin banyak berkat yang Anda dapatkan melalui pelayanan kami. e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL STAF REDAKSI e-Konsel Yulia, Ratri, Natalia, Purwanti PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2003 oleh YLSA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org> Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. dapat dikirimkan ke alamat: <owner-i-kan-konsel@xc.org> *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org Berhenti: Kirim e-mail kosong: unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel ARSIP publikasi e-Konsel: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |