Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/51 |
|
![]() |
|
e-Konsel edisi 51 (4-11-2003)
|
|
><> Edisi (051) -- 01 November 2003 <>< e-KONSEL *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Daftar Isi: - Pengantar : Dekatkah Kita dengan Allah? - Cakrawala : Kesendirian Bersama Tuhan - Bimbingan Alkitabiah : Kehidupan Yesus - Tips : Tujuh Menit Bersama Tuhan - Info : Program School of Healing - Surat : Minta Kiriman Artikel Lengkap *REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI* -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*- Kesibukan telah menjadi salah satu ciri yang menonjol dalam kehidupan orang modern saat ini. Banyak hal yang harus dikerjakan, banyak rapat yang harus diikuti, banyak orang yang harus ditemui, proyek-proyek yang harus diselesaikan, dsb. Kadang ada rasa jengkel jika pekerjaan terhambat atau tidak selesai, usulan-usulan yang tidak diterima, atau janji-janji yang tidak terpenuhi. Meskipun begitu, sangat sukar bagi banyak orang, termasuk orang Kristen, untuk tidak menjadi sibuk, karena kesibukan rupanya telah menjadi semacam lambang status. Beberapa orang bahkan memiliki perasaan kuatir, dan bertanya-tanya, "siapakah saya ini jika tidak mempunyai kesibukan lagi?" Betulkah bahwa kesibukanlah yang memberi manusia kepuasan, kedamaian dan kesejahteraan? Betulkah kesibukan yang membuat hidup manusia menjadi berarti? Bagaimana sikap kita sebagai orang Kristen menanggapi hal ini? Memang Alkitab tidak pernah melarang kita untuk hidup aktif dan produktif, bahkan sebaliknya Alkitab memberi contoh bagaimana orang- orang yang dipakai Tuhan bisa menjadi sedemikian sibuk. Hidup Tuhan Yesus sendiri memperlihatkan kehidupan yang sangat sibuk. Tetapi Alkitab juga mengingatkan kita agar kita hati-hati, karena hidup yang sibuk dapat membuat kita tidak lagi memiliki waktu untuk berbicara kepada Allah. Kehidupan rohani kita dapat kandas menjadi kehidupan yang tidak rohani jika kita tidak menempatkannya dalam perspektif Allah. Sehubungan dengan hal ini, maka Redaksi akan menyajikan sebuah tema yang akan sangat berguna untuk menolong kita terhindar dari kehidupan sibuk yang hanya mementingkan kedagingan saja. Tema "Dekat dengan Tuhan" sengaja kami pilih karena memang hanya dengan dekat dengan Tuhanlah maka hidup kita yang sibuk ini tetap berada dalam perspektif yang benar. Tim Redaksi. *CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA* Berikut ini adalah sebagian dari artikel yang ditulis oleh Henri J.M. Nouwen yang membahas tentang sebuah disiplin yang memungkinkan kita untuk memiliki kehidupan rohani yang benar. -*- KESENDIRIAN BERSAMA TUHAN -*- Tanpa memiliki kesendirian bersama Tuhan sangatlah tidak mungkin untuk hidup dalam suatu kehidupan yang rohani. Kesendirian untuk memberikan waktu dan tempat bagi Allah berbicara kepada kita. Jika kita benar-benar percaya bahwa bukan hanya Allah itu ada, tetapi juga percaya bahwa Dia hadir secara aktif dalam kehidupan kita -- menyembuhkan, mengajar, dan memimpin -- maka kita perlu meluangkan waktu dan tempat secara khusus untuk memberikan perhatian kita kepada-Nya sepenuhnya. Yesus berkata, "masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi." (Matius 6:6) Memberikan waktu untuk menyendiri bersama Tuhan dalam kehidupan kita merupakan salah satu hal yang paling penting, tetapi juga merupakan disiplin yang paling sulit. Meskipun kita mungkin memiliki kerinduan yang dalam untuk bersekutu secara pribadi dengan sungguh-sungguh bersama Tuhan, tetapi kita juga mengalami keprihatinan tertentu pada saat kita memasuki tempat dan waktu untuk menyendiri. Segera setelah kita sendirian bersama Tuhan, tanpa ada orang lain untuk bercakap- cakap, tanpa ada buku-buku untuk dibaca, tanpa televisi untuk ditonton, atau tanpa ada pembicaraan lewat telepon yang dilakukan, maka timbullah kegalauan di dalam hati kita. Kegalauan ini dapat begitu mengganggu dan membingungkan sehingga kita tidak dapat tahan untuk tidak melakukan kesibukan lagi. Akan tetapi, masuk ke dalam kamar pribadi dan menutup pintu itu tidak berarti bahwa kita lalu segera menumpahkan segala keraguan hati kita, kekhawatiran kita, ketakutan kita, ingatan buruk yang kita miliki, masalah kita yang belum terselesaikan, perasaan marah kita, dan keinginan hati kita. Sebaliknya, pada saat kita telah menghentikan kebingungan kita di luar, kita sering mengalami bahwa kebingungan kita di bagian dalam menjadi lebih nyata. Kita pun sering menggunakan kebingungan kita di luar itu untuk melindungi diri kita dari kegalauan di bagian dalam. Karena itu tidaklah mengherankan apabila sulit sekali bagi kita memiliki waktu untuk menyendiri bersama dengan Tuhan. Konfrontasi atau pergumulan yang terjadi di dalam hati kita itu bisa sangat menyiksa apabila kita tetap bertahan. Hal ini menyebabkan disiplin untuk menyendiri bersama dengan Tuhan menjadi lebih penting dari segalanya. Kesendirian bersama dengan Tuhan itu bukanlah suatu tanggapan (respon) yang spontan bagi kehidupan yang penuh dengan kesibukan dan keasyikan. Ada banyak sekali alasan untuk tidak menyendiri bersama dengan Tuhan. Karena itu kita harus dengan seksama merencanakan atau mengatur waktu untuk menyendiri dengan Tuhan. Lima atau sepuluh menit setiap hari barangkali kita semua bisa bertahan untuk melakukannya. Mungkin kita telah siap untuk menyediakan waktu satu jam setiap hari, semalam suntuk dalam seminggu, sehari penuh dalam sebulan, atau seminggu dalam setahun. Banyaknya waktu yang diberikan oleh setiap pribadi tidak sama antara satu dengan lainnya, sesuai dengan watak (temperamen), umur, pekerjaan, cara hidup, dan kedewasaan masing- masing individu. Tetapi kita tidak pernah mengalami kehidupan yang rohani dengan sungguh-sungguh jika kita tidak menyediakan waktu khusus untuk menyendiri bersama Allah dan mendengarkan suara-Nya. Mungkin kita harus menjadwalkan dalam kalender kegiatan harian kita sehingga tak seorangpun dapat mengambil waktu khusus tersebut. Dengan demikian kita akan bisa berkata kepada semua sahabat, tetangga, murid, langganan, klien, atau pun orangtua kita, "Maafkan saya, sebab saya telah membuat sebuah janji pada saat itu dan tidak dapat diubah." Pada waktu kita telah mengikat diri untuk menyediakan waktu secara pribadi bagi Tuhan, maka kita mengembangkan perhatian yang sungguh terhadap suara Allah di dalam diri kita. Pada hari-hari, minggu- minggu, bahkan bulan-bulan pertama, barangkali kita merasakan bahwa kita hanya membuang-buang waktu dengan melakukan hal itu. Pada awalnya waktu menyendiri bersama Tuhan itu mungkin lebih sedikit artinya dibandingkan dengan bila kita dibombardir oleh ribuan pikiran dan perasaan yang timbul dari tempat tersembunyi dalam pikiran kita. Seorang penulis muda Kristen menjelaskan tentang langkah awal doa seorang diri, dari pengalaman seseorang yang setelah bertahun-tahun hidup dengan pintu terbuka, pada akhirnya memutuskan untuk menutup pintu itu. Para pengunjung yang biasa datang dan memasuki rumahnya mulai mengetok pintunya, sambil bertanya-tanya mengapa mereka tidak diijinkan masuk. Hanya pada saat mereka sadar bahwa mereka tidak disambut dengan baik, secara berangsur-angsur mereka tidak datang lagi ke rumah orang itu. Hal ini merupakan pengalaman dari seorang yang memutuskan untuk melakukan persekutuan pribadi bersama Tuhan setelah sekian lama kehidupannya tidak memiliki disiplin rohani sama sekali. Pada awalnya, berbagai macam gangguan itu tetap menyatakan dirinya. Lama- kelamaan, karena mereka tidak diperhatikan lagi sama sekali, maka mereka dengan pelan-pelan meninggalkan tempat itu. Jelas sekali bahwa persoalannya adalah kesetiaan yang diperlukan pada disiplin ini. Pada permulaannya, menyendiri bersama dengan Tuhan itu tampaknya sangat berlawanan dengan segala keinginan kita sehingga kita terus-menerus digoda untuk melarikan diri dari hal itu. Salah satu cara untuk melarikan diri dari hal itu ialah mimpi di siang hari atau mudahnya, kita tertidur. Tetapi apabila kita memegang disiplin itu erat-erat, dengan keyakinan penuh bahwa Allah bersama dengan kita sekalipun kita belum mendengar suara-Nya, maka pelan-pelan kita mengerti bahwa kita tidak ingin kehilangan waktu kita untuk menyendiri bersama Allah. Walaupun kita tidak mengalami banyak kepuasan dalam kesendirian kita dengan Allah, kita menyadari bahwa satu hari tanpa menyendiri dengan Allah adalah kurang "rohani" daripada satu hari dengan menyendiri bersama Allah. Secara intuitif, kita tahu bahwa sangatlah penting bagi kita menyediakan waktu untuk menyendiri bersama Allah. Kita bahkan mulai menghargai waktu yang tadinya terbuang dengan sia-sia. Kerinduan untuk menyendiri bersama Allah seringkali merupakan tanda awal dari doa, tanda awal kehadiran Roh Allah tidak lagi tidak kita ketahui. Pada saat kita mengosongkan diri kita dari segala kekhawatiran kita, kita bisa tahu, bukan hanya dengan pikiran kita saja tetapi juga dengan hati kita, bahwa sebenarnya kita tidak pernah sendirian, bahwa Roh Allah selalu bersama dengan kita selama-lamanya. Dengan demikian, kita bisa memahami apa yang dituliskan oleh Paulus kepada jemaat Kristen di Roma, "bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita." (Roma 5:3-5) Dalam kesendirian bersama Allah itu, kita bisa mengetahui kehadiran Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita. Dengan demikian, perasaan sakit dan pergumulan yang kita hadapi pada saat menyendiri bersama Allah itu menjadi jalan menuju pengharapan, karena pengharapan kita tidak berdasarkan atas sesuatu yang akan terjadi setelah segala penderitaan kita berlalu, tetapi berdasarkan atas kehadiran Roh Allah yang benar-benar menyembuhkan semua penderitaan yang sedang kita alami. Disiplin untuk menyendiri bersama Allah ini secara bertahap memungkinkan kita untuk merasakan kehadiran Allah yang penuh harapan dalam kehidupan kita. Bahkan memungkinkan kita untuk mulai mencicipi sebagian kecil dari sukacita dan damai sejahtera yang baru akan kita alami sepenuhnya di dalam langit baru dan bumi baru kelak. Disiplin untuk menyendiri bersama Allah, sebagaimana telah saya jelaskan, merupakan salah satu disiplin yang paling besar kekuatannya di dalam mengembangkan kehidupan doa. Hal itu merupakan cara yang sederhana, meskipun tidak mudah, untuk membebaskan diri kita dari perbudakan kesibukan dan keasyikan kita serta mulai mendengarkan suara yang menjadikan segala sesuatu baru. Biarlah saya memberikan suatu gambaran yang lebih konkrit tentang bagaimana disiplin dalam menyendiri bersama Allah itu bisa dipraktekkan. Suatu keuntungan yang besar bila mempunyai sebuah ruangan atau pojok suatu ruangan -- atau kamar kecil (WC) yang besar! -- yang disediakan untuk disiplin menyendiri bersama Allah. Sebuah tempat yang telah "siap" semacam itu menolong kita untuk mengarahkan hati kita pada kerajaan-Nya tanpa persiapan yang memakan banyak waktu. Hal yang penting ialah bahwa tempat untuk menyendiri bersama Allah itu harus merupakan tempat yang sederhana atau bersahaja, tetapi bersih. Disanalah kita tinggal dalam hadirat Tuhan. Godaan bagi kita adalah melakukan sesuatu hal yang berguna: membaca sesuatu yang menimbulkan gairah, memikirkan sesuatu yang menarik, atau mengalami sesuatu yang tidak seperti biasanya. Tetapi waktu kita menyendiri bersama Tuhan itu justru merupakan waktu dimana kita ingin tinggal dalam hadirat Tuhan dengan tangan hampa, telanjang, lemah, tanpa banyak ingin menunjukkan, membuktikan, atau mempertahankan sesuatu kepada Tuhan. Hal itu merupakan cara bagi kita secara pelan-pelan belajar untuk mendengarkan suara Allah yang lemah lembut. Tetapi apakah yang harus kita lakukan dengan berbagai macam hal yang menganggu kita itu? Apakah kita harus memerangi semua gangguan ini dan berharap bahwa dengan demikian kita menjadi semakin penuh perhatian terhadap suara Allah? Hal ini tampaknya bukanlah cara untuk bisa berdoa dengan sungguh-sungguh. Menciptakan tempat yang kosong dimana kita dapat mendengarkan Roh Allah berbicara tidaklah mudah apabila kita sedang mengerahkan seluruh energi kita untuk memerangi semua gangguan itu. Dengan memerangi semua gangguan itu dalam cara yang langsung seperti itu, akhirnya kita lebih banyak memberikan perhatian kepada mereka daripada yang seharusnya mereka terima. Akan tetapi, kita harus menaruh perhatian terhadap Firman Allah. Sebuah mazmur, perumpamaan, cerita Alkitab, perkataan Yesus, atau sebuah kata dari Paulus, Petrus, Yakobus, Yudas, ataupun Yohanes dapat menolong kita untuk memusatkan perhatian kita pada kehadiran Allah. Dengan demikian, kita menghilangkan "berbagai macam hal lainnya" itu yang pengaruhnya selalu menganggu kita. Apabila kita menempatkan perkataan dari Alkitab di tengah-tengah kesendirian bersama Allah, entahkah kata-kata seperti -- pernyataan singkat, beberapa kalimat, atau sebuah teks yang lebih panjang -- dapat berfungsi sebagai tempat dimana kita kembali manakala hati dan pikiran kita telah mengembara ke berbagai tempat yang berlainan. Perkataan Firman Allah itu merupakan tempat berlabuh yang aman di tengah lautan yang menggelora. Pada akhir saat teduh yang seperti itu dimana kita tinggal bersama Allah, melalui doa syafaat, kita bisa membawa semua orang yang menjadi bagian dalam kehidupan kita, entahkan semua sahabat maupun orang yang memusuhi kita, ke dalam hadirat-Nya yang menyembuhkan. Dan mengapa tidak mengakhiri dengan kata-kata yang Yesus sendiri ajarkan kepada kita: Bapa Kami? Hal tersebut di atas hanyalah merupakan salah satu cara yang khusus (spesifik) dimana disiplin menyendiri bersama Allah bisa dipraktekkan. Berbagai macam variasi yang tidak ada habis-habisnya bisa saja dilakukan. Berjalan-jalan di alam terbuka, mengulangi doa- doa yang pendek, menyanyi, dan masih ada banyak unsur lainnya dapat menjadi bagian yang sangat bermanfaat dalam disiplin menyendiri bersama Allah. Tetapi kita harus menentukan cara khusus manakah dalam disiplin ini yang cocok bagi kita, sehingga kita dapat tetap setia. Lebih baik setiap hari menyendiri bersama Allah selama sepuluh menit daripada melakukan hal itu selama satu jam penuh tapi hanya kadang-kadang saja. Kesederhanaan dan keteraturan merupakan pemandu atau penuntun yang terbaik dalam menemukan jalan kita. Kedua hal itu memungkinkan kita menjadikan disiplin menyendiri bersama Allah sebagai bagian dalam kehidupan kita sehari-hari seperti halnya makan dan tidur. Apabila hal itu terjadi, segala kekuatiran kita yang sangat mengganggu itu secara pelan-pelan akan kehilangan kekuatannya dalam diri kita, dan aktivitas Roh Allah yang memperbaharui itu secara pelan-pelan pula akan membuat kehadiran-Nya diketahui. Semakin kita melatih diri kita untuk menyediakan waktu bersama Allah, dan hanya dengan Dia sendiri, semakin kita akan tahu bahwa Allah bersama-sama dengan kita dalam setiap saat dan di segala tempat. Dengan demikian, kita akan bisa mengenal Dia sekalipun di tengah-tengah kehidupan yang penuh dengan kesibukan dan aktivitas. Pada saat dan tempat yang hening itu menjadi keheningan di dalam hati kita, maka kita tidak akan pernah meninggalkan waktu menyendiri bersama Allah itu. Kita akan bisa menikmati kehidupan yang rohani tersebut di mana saja dan kapan saja. Jadi, disiplin menyendiri bersama Allah tersebut memampukan kita untuk menikmati kehidupan yang penuh dengan berbagai macam aktivitas di dunia ini. Sementara itu pula kita selalu tinggal dalam hadirat Allah yang hidup. -* Sumber -*-: Judul Buku : Kepemimpinan, Volume 6, Tahun II Judul Artikel : Kesendirian Bersama Tuhan Penulis : Henri J.M. Nouwen Penerbit : Yayasan ANDI, Yogyakarta, 1981 Halaman : 43 - 46 *BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*--*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH* Bagaimana kita bisa seperti Yesus yang bisa memusatkan perhatian hanya kepada Bapa-Nya di tengah-tengah kesibukan-Nya? -*- KEHIDUPAN YESUS -*- Ada keyakinan yang besar bahwa kehidupan Yesus merupakan kehidupan yang sangat sibuk. Dia sangat sibuk mengajar murid-murid-Nya, berkhotbah kepada orang banyak, menyembuhkan orang sakit, mengusir setan-setan, menjawab pertanyaan-pertanyaan dari musuh-musuh maupun sahabat-sahabat-Nya, dan berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Yesus begitu sibuk dalam berbagai macam aktivitas sehingga hal itu menyulitkan bagi-Nya untuk bisa menyendiri. Kisah yang tertulis dalam Markus 1:32-39 memberikan gambaran kepada kita tentang hal itu. "Menjelang malam, sesudah matahari terbenam, dibawalah kepada Yesus semua orang yang menderita sakit dan yang kerasukan setan. Maka berkerumunlah seluruh penduduk kota itu di depan pintu. Ia menyembuhkan banyak orang yang menderita bermacam-macam penyakit dan mengusir banyak setan; Ia tidak memperbolehkan setan-setan itu berbicara, sebab mereka mengenal Dia. Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana. Tetapi Simon dan kawan-kawannya menyusul Dia; waktu menemukan Dia mereka berkata: "Semua orang mencari Engkau." Jawab-Nya: "Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang." Lalu pergilah Ia ke seluruh Galilea dan memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat mereka dan mengusir setan-setan." Dari kisah tersebut sangatlah jelas bahwa Yesus memiliki kehidupan yang sangat penuh dengan berbagai macam kegiatan. Sepertinya Ia tidak pernah atau sulit sekali untuk bisa sendirian, tanpa ada orang yang mengikuti Dia. Bahkan bagi kita, Ia tampak seperti orang fanatik yang dipaksa untuk memberitakan Injil dalam segala keadaan tanpa memikirkan resiko yang dihadapi-Nya. Akan tetapi, kenyataan atau keadaan yang sebenarnya tidaklah demikian. Semakin dalam kita mempelajari kitab Injil yang menceritakan tentang kehidupan-Nya, semakin kita tahu bahwa Yesus bukanlah seorang fanatik yang berusaha mengerjakan banyak hal yang beraneka macam untuk mencapai suatu tujuan yang dibebankan pada diri-Nya sendiri. Sebaliknya, segala sesuatu yang kita ketahui tentang Yesus menunjukkan bahwa Ia hanya memusatkan perhatian-Nya pada satu hal saja, yaitu untuk melakukan kehendak Bapa-Nya. Dalam kitab Injil tak ada sesuatu yang lebih mengesankan daripada ketaatan Yesus yang tulus ikhlas terhadap Bapa- Nya. Dari perkataan-Nya yang dicatat pertama kali ketika Ia berada di Bait Allah, "Jawab-Nya kepada mereka: "Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?" (Lukas 2:49) hingga perkataan-Nya yang terakhir pada saat Ia tergantung di atas kayu salib, "Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: 'Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.'" (Lukas 23:46a), membuktikan bahwa perhatian Yesus hanyalah untuk melakukan kehendak Bapa-Nya. Ketaatan-Nya itu berarti suatu sikap dengar- dengaran yang sepenuhnya, bukannya karena rasa takut, kepada Bapa- Nya yang sangat mengasihi-Nya. -* Sumber -*-: Judul Buku : Kepemimpinan, Volume 6, Tahun II Judul Artikel : Kesendirian Bersama Tuhan Penulis : Henri J.M. Nouwen Penerbit : Yayasan ANDI, Yogyakarta, 1981 Halaman : 40 - 41 *TIPS *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TIPS* Pengantar dari Redaksi: Senada dengan tema "Dekat dengan Tuhan", maka kami sajikan Tips yang berjudul, "Tujuh Menit Bersama Tuhan". Melalui model saat teduh ini, diharapkan Anda akan belajar bagaimana memiliki suatu hubungan yang intim dengan Tuhan dimulai dengan tujuh menit. Diharapkan melalui keberhasilan menggunakan waktu tujuh menit ini, maka Anda akan terus terpacu untuk melipatgandakan waktu itu menjadi waktu yang jauh lebih lama dan lebih indah dengan Tuhan. -*- TUJUH MENIT BERSAMA TUHAN -*- Cara Merencanakan Saat Teduh ---------------------------- Istilah apa saja yang Saudara pakai untuk "waktu bersekutu dengan Tuhan" bukan soal, misalnya: waktu teduh, saat teduh sesaat dengan Allah, renungan pribadi, kebaktian perorangan atau lain sebagainya. Menit-menit yang suci pada permulaan tiap hari, itulah yang menjadi rahasia dari kuasa kehidupan Kristen. Itulah yang menjadi benang emas yang mengikat satu dengan yang lain antara tiap-tiap orang yang dipakai Tuhan secara luar biasa dari Abraham sampai Billy Graham, orang kaya maupun orang miskin, orang pengusaha atau orang militer. Tiap-tiap orang Kristen yang mau dipakai oleh Tuhan harus mengutamakan rencana bersekutu bersama-sama dengan Tuhan tiap-tiap hari. Daud berseru di Mazmur 37:8, "Hatiku siap, ya Allah, hatiku siap ...." Hati yang siap dan mantap senantiasa menghasilkan hidup yang tidak mudah tergoyahkan. Hanyalah sedikit orang Kristen yang mempunyai hati dan hidup seperti itu. Salah satu kekurangan adalah rencana yang praktis untuk memulai dan melangsungkan pertemuan pribadi dengan Allah secara teratur tiap hari. Saya ingin menyarankan kepada Saudara agar mulai dengan membatasi waktu hanya tujuh menit saja. Apakah Saudara rela memakai waktu sebanyak tujuh menit tiap-tiap hari untuk bersekutu bersama-sama dengan Tuhan? Bukan lima hari seminggu. Bukan juga enam hari seminggu untuk bersama Tuhan, tetapi tujuh hari dalam satu minggu bersama Tuhan! Mohonlah pertolongan Tuhan. Dalam permohonan itu mungkin Saudara berkata, "Tuhan, saya ingin bertemu dengan Engkau besok pagi, selama sekurang-kurangnya tujuh menit. Besok pada jam 5.00 saya mempunyai rencana bertemu dengan Engkau." Pagi harinya Saudara harus berdoa lagi: "Tuhan, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu, dan aku menunggu-nunggu" (Mazmur 5:4). Bagaimana caranya Saudara memakai waktu tujuh menit itu? Inilah resepnya. Sesudah beranjak dari tempat tidur dan membereskan keperluan pribadi, hendaklah Saudara mencari tempat yang teduh dan suasana yang sunyi untuk menikmati persekutuan dengan Allah melalui membaca Firman-Nya dan berdoa. DOA PERSIAPAN ------------- Pakailah 30 detik yang pertama untuk mempersiapkan hati Saudara. Ucapkanlah terima kasih atas pemeliharaan Tuhan semalam dan kesempatan-kesempatan dan pemeliharaan-pemeliharaan yang tersedia dalam hari yang baru itu. Kemudian berdoalah seperti ini, "Tuhan Yesus, sucikanlah hatiku supaya Engkau dapat berbicara kepadaku melalui Firman-Mu. Bukalah hatiku! Penuhilah hatiku dengan Roh-Mu! Jadikanlah pikiranku tajam, jiwaku peka, hatiku terbuka! Tuhan Yesus, kelilingi aku dengan kebesaran kasih dan kuasa-Mu selama waktu ini! Dalam nama-Mu aku berdoa. Amin." PEMBACAAN ALKITAB ----------------- Nah, sekarang selama empat menit Saudara membaca Alkitab. Kebutuhan pertama adalah mendengarkan Firman dari Allah! Biarkanlah Firman itu memberi terang dalam hati Saudara. Usahakanlah pertemuan dengan Tuhan seindah mungkin. Mulailah pembacaan Alkitab dari salah satu kitab Injil, misalnya Injil Markus. Bacalah secara berurutan ayat demi ayat, pasal demi pasal. Bacalah pelan-pelan dengan penuh pengertian. Pembacaan Alkitab ini dilakukan semata-mata untuk menikmati Firman Allah dan mendengarkan Allah berbicara kepada Saudara. Mungkin hanya 10 ayat, mungkin juga satu pasal penuh. Apabila Saudara telah menyelesaikan Injil Markus, lanjutkanlah dengan Injil Yohanes. Kemudian Saudara perlu meneruskan sampai seluruh Perjanjian Baru selesai Saudara baca dan selidiki. Sesudah Tuhan berbicara kepada Saudara melalui kitab-Nya, Saudara perlu membalas dalam doa. Sekarang Saudara mempunyai dua menit 30 detik untuk bersekutu dengan Dia dalam empat kawasan doa berikut. DOA PUJIAN ---------- Jenis doa ini adalah doa yang paling murni, sebab dalam doa ini tidak ada sama sekali unsur mementingkan atau menguntungkan diri. Sebagaimana Saudara tidak boleh menghadap seorang raja tanpa kata- kata yang patut, demikian juga dengan Allah. Sembahlah Dia. Renungkan kebesaran-Nya, kuasa-Nya, dan kedaulatan-Nya! DOA PENGAKUAN DOSA ------------------ Doa ini menyatakan kesadaran kita mengenai keberadaan kita dan keberadaan Allah. Dalam hal ini kita harus sadar bahwa Allah berada di tempat mahatinggi dan mahasuci, sedangkan kita berada di tempat kotor dan hina yang penuh dengan kenajisan. Keadaan kita yang penuh dengan dosa itulah yang harus kita akui di hadapan Allah dan harus kita tinggalkan pula bila kita menghadap-Nya. Dalam bahasa aslinya kata "pengakuan" berarti "setuju bersama." Dalam hubungannya dengan hal dosa, "pengakuan" berarti "setuju dengan pendapat Allah tentang dosa itu." Supaya Saudara mendapat gambaran yang jelas mengenai dosa itu dan sikap Allah terhadap dosa (bacalah Mazmur 66:18). "Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar." Oleh karena itu, akuilah dosa Saudara. DOA PENGUCAPAN SYUKUR --------------------- Doa ini menyatakan kesadaran kita akan besarnya pemeliharaan dan berkat Allah atas kita. Nyatakanlah terima kasih kepada Tuhan. Pertama-tama, karena pengampunan atas dosa Saudara yang baru saja diampuni sesuai dengan janji-Nya dalam 1Yohanes 1:9. Ingatlah beberapa hal yang khusus yang mendorong Saudara untuk mengucapkan syukur. Misalnya, ucaplah syukur atas pekerjaan Saudara dan pelayanan Saudara di gereja. Bersyukurlah atas ujian-ujian dan kesulitan-kesulitan yang Saudara alami, yang semuanya dapat teratasi melalui pertolongan-Nya. "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1Tesalonika 5:18). DOA PERMOHONAN -------------- Doa ini menyatakan keperluan yang Saudara pinta kepada Allah. Meminta dengan sungguh-sungguh dan rendah hati. Meminta untuk orang lain, juga untuk diri sendiri. Doakanlah orang-orang di keluarga dan di lingkungan sendiri. Doakanlah orang-orang di seluruh dunia, misalnya utusan-utusan Injil dan teman-teman di tempat yang jauh. Dan jangan lupa mendoakan orang di banyak negara yang belum pernah mendengar kabar kesukaan tentang Yesus Kristus. Marilah kita menyimpulkan tujuh menit. TUJUH MENIT BERSAMA TUHAN ------------------------- 1/2 menit - Doa Persiapan Mazmur 143:8 4 menit - Pembacaan Alkitab Mazmur 119:18 Doa 1/2 menit - Pujian 1Tawarikh 29:11 1/2 menit - Pengakuan Dosa 1Yohanes 1:9 1/2 menit - Pengucapan Syukur Efesus 5:20 Permohonan Untuk ... 1/2 menit - ... Diri Sendiri Matius 7:7 1/2 menit - ... Orang Lain Efesus 6:18:20 Rencana ini bukanlah jimat, tetapi pedoman. Kalau Saudara melakukannya dengan teratur, maka Saudara akan merasakan bahwa waktu tujuh menit kurang cukup lama. Pasti Saudara tidak mau lagi membatasi waktu Saudara dengan Tuhan hanya tujuh menit. Nanti akan terjadi hal yang menakjubkan. Tujuh menit menjadi 20 menit, dan tidak lama kemudian Saudara akan menikmati 30 menit yang sangat indah dengan Dia. Janganlah melakukan hal di atas sebagai suatu kebiasaan saja, tetapi lakukanlah itu dengan Yesus, Tuhan Saudara. Tuhan telah memberi Saudara kesempatan yang tak dapat dinilai harganya, yaitu kesempatan untuk bersekutu dengan Dia. Buatlah perjanjian dengan Allah sekarang juga untuk mengadakan, memupuk dan melanjutkan terus-menerus pertemuan Saudara dengan Tuhan selama tujuh menit atau lebih tiap-tiap hari. Bila Saudara merasa bahwa tujuh menit itu tidak cukup lama, perpanjanglah waktu itu. Bolehlah 15 menit, 30 menit, satu jam, dan lain sebagainya. -*- Sumber -*-: Traktat yang disadur dengan ijin Para Navigator Untuk Orang Kristen LLB (LEMBAGA LITERATUR BAPTIS) *INFO *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* INFO* -*- SCHOOL OF HEALING -*- Duta Pembaharuan kembali akan menyelenggarakan program School of Healing yang sekaligus merupakan rangkaian terakhir dari program yang telah diadakan sejak bulan Juli yang lalu. Program yang mengambil tema "Pelayanan Konseling yang Alkitabiah" ini akan diselenggarakan pada: Hari, tanggal: Kamis - Sabtu, 13 - 14 November 2003 Tempat : Bukit Hermon, Karang Pandan, Tawangmangu Pembicara : Rudy Aldri Alouw, S.Th., M.A. Materi : Dasar Alkitabiah; Metode-metode yang harus kita kuasai; Prinsip-prinsip konseling yang perlu kita terapkan; Cara-cara untuk membela diri (Defense Mechanisme); Konseling, Pelepasan dan Kesembuhan Luka-luka batin. Kontribusi : Rp 75.000; per orang Pendaftaran dapat dilakukan di: 1. Sekretariat Duta Pembaharuan, Kantor OC Yogyakarta, Telp./Fax. (0274) 496418, E-mail: <jogjaoc@indo.net.id>, 2. Titik Haryani Telp. (0271) 635676, Fax (0271) 630743 3. Theofani Sri Minarni, SE. Telp. (0276) 323041 (rumah), 321189 (kantor), HP. 081-22622555 Registrasi ulang akan dilakukan mulai pukul 14.00 - 16.00 WIB, di Bukit Hermon, Karang Pandan, Tawangmangu. *SURAT*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-DARI ANDA-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*SURAT* Dari: "EQ" <siber2000@> >Yth. Redaksi e-konsel >Salam Sejahtera, >Terima kasih atas pelayanan e-konsel selama ini. Sangat membantu >dalam pelayanan saya. Bersama ini, saya mohon kesediaannya untuk >mengirimkan artikel lengkap mengenai "Depresi yang Menimpa Hamba >Tuhan". Atas perhatian dan kerjasamanya, terima kasih. Tuhan >memberkati. >Salam dan doa, Ecky Redaksi: Ada banyak email senada yang masuk ke mailbox kami. Pesanan artikel lengkap tentang "Depresi yang Menimpa Hamba Tuhan" telah kami kirimkan ke alamat Anda masing-masing. Apabila di antara Anda yang belum menerimanya, silakan menghubungi kami lagi. Kiranya Anda semua mendapatkan berkat melalui kiriman artikel tersebut dan terima kasih atas dukungannya bagi pelayanan e-Konsel. e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL STAF REDAKSI e-Konsel Yulia, Ratri, Natalia, Purwanti PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2003 oleh YLSA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org> Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. dapat dikirimkan ke alamat: <owner-i-kan-konsel@xc.org> *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org Berhenti: Kirim e-mail kosong: unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel ARSIP publikasi e-Konsel: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
|
|
![]() |
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |