Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/51

e-Konsel edisi 51 (4-11-2003)

Dekat dengan Allah

><>                Edisi (051) -- 01 November 2003                 <><

                               e-KONSEL
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

Daftar Isi:
    - Pengantar            : Dekatkah Kita dengan Allah?
    - Cakrawala            : Kesendirian Bersama Tuhan
    - Bimbingan Alkitabiah : Kehidupan Yesus
    - Tips                 : Tujuh Menit Bersama Tuhan
    - Info                 : Program School of Healing
    - Surat                : Minta Kiriman Artikel Lengkap

*REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI*

                    -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*-

  Kesibukan telah menjadi salah satu ciri yang menonjol dalam
  kehidupan orang modern saat ini. Banyak hal yang harus dikerjakan,
  banyak rapat yang harus diikuti, banyak orang yang harus ditemui,
  proyek-proyek yang harus diselesaikan, dsb. Kadang ada rasa jengkel
  jika pekerjaan terhambat atau tidak selesai, usulan-usulan yang
  tidak diterima, atau janji-janji yang tidak terpenuhi. Meskipun
  begitu, sangat sukar bagi banyak orang, termasuk orang Kristen,
  untuk tidak menjadi sibuk, karena kesibukan rupanya telah menjadi
  semacam lambang status. Beberapa orang bahkan memiliki perasaan
  kuatir, dan bertanya-tanya, "siapakah saya ini jika tidak mempunyai
  kesibukan lagi?" Betulkah bahwa kesibukanlah yang memberi manusia
  kepuasan, kedamaian dan kesejahteraan? Betulkah kesibukan yang
  membuat hidup manusia menjadi berarti? Bagaimana sikap kita sebagai
  orang Kristen menanggapi hal ini?

  Memang Alkitab tidak pernah melarang kita untuk hidup aktif dan
  produktif, bahkan sebaliknya Alkitab memberi contoh bagaimana orang-
  orang yang dipakai Tuhan bisa menjadi sedemikian sibuk. Hidup Tuhan
  Yesus sendiri memperlihatkan kehidupan yang sangat sibuk. Tetapi
  Alkitab juga mengingatkan kita agar kita hati-hati, karena hidup
  yang sibuk dapat membuat kita tidak lagi memiliki waktu untuk
  berbicara kepada Allah. Kehidupan rohani kita dapat kandas menjadi
  kehidupan yang tidak rohani jika kita tidak menempatkannya dalam
  perspektif Allah. Sehubungan dengan hal ini, maka Redaksi akan
  menyajikan sebuah tema yang akan sangat berguna untuk menolong kita
  terhindar dari kehidupan sibuk yang hanya mementingkan kedagingan
  saja. Tema "Dekat dengan Tuhan" sengaja kami pilih karena memang
  hanya dengan dekat dengan Tuhanlah maka hidup kita yang sibuk ini
  tetap berada dalam perspektif yang benar.

  Tim Redaksi.


*CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA*

  Berikut ini adalah sebagian dari artikel yang ditulis oleh Henri
  J.M. Nouwen yang membahas tentang sebuah disiplin yang memungkinkan
  kita untuk memiliki kehidupan rohani yang benar.

                  -*- KESENDIRIAN BERSAMA TUHAN -*-

  Tanpa memiliki kesendirian bersama Tuhan sangatlah tidak mungkin
  untuk hidup dalam suatu kehidupan yang rohani. Kesendirian untuk
  memberikan waktu dan tempat bagi Allah berbicara kepada kita.

  Jika kita benar-benar percaya bahwa bukan hanya Allah itu ada,
  tetapi juga percaya bahwa Dia hadir secara aktif dalam kehidupan
  kita -- menyembuhkan, mengajar, dan memimpin -- maka kita perlu
  meluangkan waktu dan tempat secara khusus untuk memberikan perhatian
  kita kepada-Nya sepenuhnya. Yesus berkata, "masuklah ke dalam
  kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di
  tempat tersembunyi." (Matius 6:6)

  Memberikan waktu untuk menyendiri bersama Tuhan dalam kehidupan kita
  merupakan salah satu hal yang paling penting, tetapi juga merupakan
  disiplin yang paling sulit. Meskipun kita mungkin memiliki kerinduan
  yang dalam untuk bersekutu secara pribadi dengan sungguh-sungguh
  bersama Tuhan, tetapi kita juga mengalami keprihatinan tertentu pada
  saat kita memasuki tempat dan waktu untuk menyendiri. Segera setelah
  kita sendirian bersama Tuhan, tanpa ada orang lain untuk bercakap-
  cakap, tanpa ada buku-buku untuk dibaca, tanpa televisi untuk
  ditonton, atau tanpa ada pembicaraan lewat telepon yang dilakukan,
  maka timbullah kegalauan di dalam hati kita. Kegalauan ini dapat
  begitu mengganggu dan membingungkan sehingga kita tidak dapat tahan
  untuk tidak melakukan kesibukan lagi. Akan tetapi, masuk ke dalam
  kamar pribadi dan menutup pintu itu tidak berarti bahwa kita lalu
  segera menumpahkan segala keraguan hati kita, kekhawatiran kita,
  ketakutan kita, ingatan buruk yang kita miliki, masalah kita yang
  belum terselesaikan, perasaan marah kita, dan keinginan hati kita.
  Sebaliknya, pada saat kita telah menghentikan kebingungan kita di
  luar, kita sering mengalami bahwa kebingungan kita di bagian dalam
  menjadi lebih nyata. Kita pun sering menggunakan kebingungan kita di
  luar itu untuk melindungi diri kita dari kegalauan di bagian dalam.
  Karena itu tidaklah mengherankan apabila sulit sekali bagi kita
  memiliki waktu untuk menyendiri bersama dengan Tuhan. Konfrontasi
  atau pergumulan yang terjadi di dalam hati kita itu bisa sangat
  menyiksa apabila kita tetap bertahan.

  Hal ini menyebabkan disiplin untuk menyendiri bersama dengan Tuhan
  menjadi lebih penting dari segalanya. Kesendirian bersama dengan
  Tuhan itu bukanlah suatu tanggapan (respon) yang spontan bagi
  kehidupan yang penuh dengan kesibukan dan keasyikan. Ada banyak
  sekali alasan untuk tidak menyendiri bersama dengan Tuhan. Karena
  itu kita harus dengan seksama merencanakan atau mengatur waktu untuk
  menyendiri dengan Tuhan. Lima atau sepuluh menit setiap hari
  barangkali kita semua bisa bertahan untuk melakukannya. Mungkin kita
  telah siap untuk menyediakan waktu satu jam setiap hari, semalam
  suntuk dalam seminggu, sehari penuh dalam sebulan, atau seminggu
  dalam setahun. Banyaknya waktu yang diberikan oleh setiap pribadi
  tidak sama antara satu dengan lainnya, sesuai dengan watak
  (temperamen), umur, pekerjaan, cara hidup, dan kedewasaan masing-
  masing individu. Tetapi kita tidak pernah mengalami kehidupan yang
  rohani dengan sungguh-sungguh jika kita tidak menyediakan waktu
  khusus untuk menyendiri bersama Allah dan mendengarkan suara-Nya.
  Mungkin kita harus menjadwalkan dalam kalender kegiatan harian kita
  sehingga tak seorangpun dapat mengambil waktu khusus tersebut.
  Dengan demikian kita akan bisa berkata kepada semua sahabat,
  tetangga, murid, langganan, klien, atau pun orangtua kita, "Maafkan
  saya, sebab saya telah membuat sebuah janji pada saat itu dan tidak
  dapat diubah."

  Pada waktu kita telah mengikat diri untuk menyediakan waktu secara
  pribadi bagi Tuhan, maka kita mengembangkan perhatian yang sungguh
  terhadap suara Allah di dalam diri kita. Pada hari-hari, minggu-
  minggu, bahkan bulan-bulan pertama, barangkali kita merasakan bahwa
  kita hanya membuang-buang waktu dengan melakukan hal itu. Pada
  awalnya waktu menyendiri bersama Tuhan itu mungkin lebih sedikit
  artinya dibandingkan dengan bila kita dibombardir oleh ribuan
  pikiran dan perasaan yang timbul dari tempat tersembunyi dalam
  pikiran kita. Seorang penulis muda Kristen menjelaskan tentang
  langkah awal doa seorang diri, dari pengalaman seseorang yang
  setelah bertahun-tahun hidup dengan pintu terbuka, pada akhirnya
  memutuskan untuk menutup pintu itu. Para pengunjung yang biasa
  datang dan memasuki rumahnya mulai mengetok pintunya, sambil
  bertanya-tanya mengapa mereka tidak diijinkan masuk. Hanya pada saat
  mereka sadar bahwa mereka tidak disambut dengan baik, secara
  berangsur-angsur mereka tidak datang lagi ke rumah orang itu. Hal
  ini merupakan pengalaman dari seorang yang memutuskan untuk
  melakukan persekutuan pribadi bersama Tuhan setelah sekian lama
  kehidupannya tidak memiliki disiplin rohani sama sekali. Pada
  awalnya, berbagai macam gangguan itu tetap menyatakan dirinya. Lama-
  kelamaan, karena mereka tidak diperhatikan lagi sama sekali, maka
  mereka dengan pelan-pelan meninggalkan tempat itu.

  Jelas sekali bahwa persoalannya adalah kesetiaan yang diperlukan
  pada disiplin ini. Pada permulaannya, menyendiri bersama dengan
  Tuhan itu tampaknya sangat berlawanan dengan segala keinginan kita
  sehingga kita terus-menerus digoda untuk melarikan diri dari hal
  itu. Salah satu cara untuk melarikan diri dari hal itu ialah mimpi
  di siang hari atau mudahnya, kita tertidur. Tetapi apabila kita
  memegang disiplin itu erat-erat, dengan keyakinan penuh bahwa Allah
  bersama dengan kita sekalipun kita belum mendengar suara-Nya, maka
  pelan-pelan kita mengerti bahwa kita tidak ingin kehilangan waktu
  kita untuk menyendiri bersama Allah. Walaupun kita tidak mengalami
  banyak kepuasan dalam kesendirian kita dengan Allah, kita menyadari
  bahwa satu hari tanpa menyendiri dengan Allah adalah kurang "rohani"
  daripada satu hari dengan menyendiri bersama Allah.

  Secara intuitif, kita tahu bahwa sangatlah penting bagi kita
  menyediakan waktu untuk menyendiri bersama Allah. Kita bahkan mulai
  menghargai waktu yang tadinya terbuang dengan sia-sia. Kerinduan
  untuk menyendiri bersama Allah seringkali merupakan tanda awal dari
  doa, tanda awal kehadiran Roh Allah tidak lagi tidak kita ketahui.
  Pada saat kita mengosongkan diri kita dari segala kekhawatiran kita,
  kita bisa tahu, bukan hanya dengan pikiran kita saja tetapi juga
  dengan hati kita, bahwa sebenarnya kita tidak pernah sendirian,
  bahwa Roh Allah selalu bersama dengan kita selama-lamanya. Dengan
  demikian, kita bisa memahami apa yang dituliskan oleh Paulus kepada
  jemaat Kristen di Roma, "bahwa kesengsaraan itu menimbulkan
  ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji
  menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena
  kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang
  telah dikaruniakan kepada kita." (Roma 5:3-5) Dalam kesendirian
  bersama Allah itu, kita bisa mengetahui kehadiran Roh Kudus yang
  telah dikaruniakan kepada kita. Dengan demikian, perasaan sakit dan
  pergumulan yang kita hadapi pada saat menyendiri bersama Allah itu
  menjadi jalan menuju pengharapan, karena pengharapan kita tidak
  berdasarkan atas sesuatu yang akan terjadi setelah segala
  penderitaan kita berlalu, tetapi berdasarkan atas kehadiran Roh
  Allah yang benar-benar menyembuhkan semua penderitaan yang sedang
  kita alami. Disiplin untuk menyendiri bersama Allah ini secara
  bertahap memungkinkan kita untuk merasakan kehadiran Allah yang
  penuh harapan dalam kehidupan kita. Bahkan memungkinkan kita untuk
  mulai mencicipi sebagian kecil dari sukacita dan damai sejahtera
  yang baru akan kita alami sepenuhnya di dalam langit baru dan bumi
  baru kelak.

  Disiplin untuk menyendiri bersama Allah, sebagaimana telah saya
  jelaskan, merupakan salah satu disiplin yang paling besar
  kekuatannya di dalam mengembangkan kehidupan doa. Hal itu merupakan
  cara yang sederhana, meskipun tidak mudah, untuk membebaskan diri
  kita dari perbudakan kesibukan dan keasyikan kita serta mulai
  mendengarkan suara yang menjadikan segala sesuatu baru.

  Biarlah saya memberikan suatu gambaran yang lebih konkrit tentang
  bagaimana disiplin dalam menyendiri bersama Allah itu bisa
  dipraktekkan. Suatu keuntungan yang besar bila mempunyai sebuah
  ruangan atau pojok suatu ruangan -- atau kamar kecil (WC) yang
  besar! -- yang disediakan untuk disiplin menyendiri bersama Allah.
  Sebuah tempat yang telah "siap" semacam itu menolong kita untuk
  mengarahkan hati kita pada kerajaan-Nya tanpa persiapan yang memakan
  banyak waktu. Hal yang penting ialah bahwa tempat untuk menyendiri
  bersama Allah itu harus merupakan tempat yang sederhana atau
  bersahaja, tetapi bersih. Disanalah kita tinggal dalam hadirat
  Tuhan. Godaan bagi kita adalah melakukan sesuatu hal yang berguna:
  membaca sesuatu yang menimbulkan gairah, memikirkan sesuatu yang
  menarik, atau mengalami sesuatu yang tidak seperti biasanya. Tetapi
  waktu kita menyendiri bersama Tuhan itu justru merupakan waktu
  dimana kita ingin tinggal dalam hadirat Tuhan dengan tangan hampa,
  telanjang, lemah, tanpa banyak ingin menunjukkan, membuktikan, atau
  mempertahankan sesuatu kepada Tuhan. Hal itu merupakan cara bagi
  kita secara pelan-pelan belajar untuk mendengarkan suara Allah yang
  lemah lembut. Tetapi apakah yang harus kita lakukan dengan berbagai
  macam hal yang menganggu kita itu? Apakah kita harus memerangi semua
  gangguan ini dan berharap bahwa dengan demikian kita menjadi semakin
  penuh perhatian terhadap suara Allah? Hal ini tampaknya bukanlah
  cara untuk bisa berdoa dengan sungguh-sungguh. Menciptakan tempat
  yang kosong dimana kita dapat mendengarkan Roh Allah berbicara
  tidaklah mudah apabila kita sedang mengerahkan seluruh energi kita
  untuk memerangi semua gangguan itu. Dengan memerangi semua gangguan
  itu dalam cara yang langsung seperti itu, akhirnya kita lebih banyak
  memberikan perhatian kepada mereka daripada yang seharusnya mereka
  terima. Akan tetapi, kita harus menaruh perhatian terhadap Firman
  Allah. Sebuah mazmur, perumpamaan, cerita Alkitab, perkataan Yesus,
  atau sebuah kata dari Paulus, Petrus, Yakobus, Yudas, ataupun
  Yohanes dapat menolong kita untuk memusatkan perhatian kita pada
  kehadiran Allah. Dengan demikian, kita menghilangkan "berbagai macam
  hal lainnya" itu yang pengaruhnya selalu menganggu kita. Apabila
  kita menempatkan perkataan dari Alkitab di tengah-tengah kesendirian
  bersama Allah, entahkah kata-kata seperti -- pernyataan singkat,
  beberapa kalimat, atau sebuah teks yang lebih panjang -- dapat
  berfungsi sebagai tempat dimana kita kembali manakala hati dan
  pikiran kita telah mengembara ke berbagai tempat yang berlainan.
  Perkataan Firman Allah itu merupakan tempat berlabuh yang aman di
  tengah lautan yang menggelora. Pada akhir saat teduh yang seperti
  itu dimana kita tinggal bersama Allah, melalui doa syafaat, kita
  bisa membawa semua orang yang menjadi bagian dalam kehidupan kita,
  entahkan semua sahabat maupun orang yang memusuhi kita, ke dalam
  hadirat-Nya yang menyembuhkan. Dan mengapa tidak mengakhiri dengan
  kata-kata yang Yesus sendiri ajarkan kepada kita: Bapa Kami?

  Hal tersebut di atas hanyalah merupakan salah satu cara yang khusus
  (spesifik) dimana disiplin menyendiri bersama Allah bisa
  dipraktekkan. Berbagai macam variasi yang tidak ada habis-habisnya
  bisa saja dilakukan. Berjalan-jalan di alam terbuka, mengulangi doa-
  doa yang pendek, menyanyi, dan masih ada banyak unsur lainnya dapat
  menjadi bagian yang sangat bermanfaat dalam disiplin menyendiri
  bersama Allah. Tetapi kita harus menentukan cara khusus manakah
  dalam disiplin ini yang cocok bagi kita, sehingga kita dapat tetap
  setia. Lebih baik setiap hari menyendiri bersama Allah selama
  sepuluh menit daripada melakukan hal itu selama satu jam penuh tapi
  hanya kadang-kadang saja. Kesederhanaan dan keteraturan merupakan
  pemandu atau penuntun yang terbaik dalam menemukan jalan kita. Kedua
  hal itu memungkinkan kita menjadikan disiplin menyendiri bersama
  Allah sebagai bagian dalam kehidupan kita sehari-hari seperti halnya
  makan dan tidur. Apabila hal itu terjadi, segala kekuatiran kita
  yang sangat mengganggu itu secara pelan-pelan akan kehilangan
  kekuatannya dalam diri kita, dan aktivitas Roh Allah yang
  memperbaharui itu secara pelan-pelan pula akan membuat kehadiran-Nya
  diketahui.

  Semakin kita melatih diri kita untuk menyediakan waktu bersama
  Allah, dan hanya dengan Dia sendiri, semakin kita akan tahu bahwa
  Allah bersama-sama dengan kita dalam setiap saat dan di segala
  tempat. Dengan demikian, kita akan bisa mengenal Dia sekalipun di
  tengah-tengah kehidupan yang penuh dengan kesibukan dan aktivitas.
  Pada saat dan tempat yang hening itu menjadi keheningan di dalam
  hati kita, maka kita tidak akan pernah meninggalkan waktu menyendiri
  bersama Allah itu. Kita akan bisa menikmati kehidupan yang rohani
  tersebut di mana saja dan kapan saja. Jadi, disiplin menyendiri
  bersama Allah tersebut memampukan kita untuk menikmati kehidupan
  yang penuh dengan berbagai macam aktivitas di dunia ini. Sementara
  itu pula kita selalu tinggal dalam hadirat Allah yang hidup.

-* Sumber -*-:
  Judul Buku    : Kepemimpinan, Volume 6, Tahun II
  Judul Artikel : Kesendirian Bersama Tuhan
  Penulis       : Henri J.M. Nouwen
  Penerbit      : Yayasan ANDI, Yogyakarta, 1981
  Halaman       : 43 - 46


*BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*--*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH*

  Bagaimana kita bisa seperti Yesus yang bisa memusatkan perhatian
  hanya kepada Bapa-Nya di tengah-tengah kesibukan-Nya?

                       -*- KEHIDUPAN YESUS -*-

  Ada keyakinan yang besar bahwa kehidupan Yesus merupakan kehidupan
  yang sangat sibuk. Dia sangat sibuk mengajar murid-murid-Nya,
  berkhotbah kepada orang banyak, menyembuhkan orang sakit, mengusir
  setan-setan, menjawab pertanyaan-pertanyaan dari musuh-musuh maupun
  sahabat-sahabat-Nya, dan berpindah dari satu tempat ke tempat
  lainnya. Yesus begitu sibuk dalam berbagai macam aktivitas sehingga
  hal itu menyulitkan bagi-Nya untuk bisa menyendiri. Kisah yang
  tertulis dalam Markus 1:32-39 memberikan gambaran kepada kita
  tentang hal itu.

  "Menjelang malam, sesudah matahari terbenam, dibawalah kepada Yesus
  semua orang yang menderita sakit dan yang kerasukan setan. Maka
  berkerumunlah seluruh penduduk kota itu di depan pintu. Ia
  menyembuhkan banyak orang yang menderita bermacam-macam penyakit dan
  mengusir banyak setan; Ia tidak memperbolehkan setan-setan itu
  berbicara, sebab mereka mengenal Dia. Pagi-pagi benar, waktu hari
  masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang
  sunyi dan berdoa di sana. Tetapi Simon dan kawan-kawannya menyusul
  Dia; waktu menemukan Dia mereka berkata: "Semua orang mencari
  Engkau." Jawab-Nya: "Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota
  yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena
  untuk itu Aku telah datang." Lalu pergilah Ia ke seluruh Galilea dan
  memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat mereka dan mengusir
  setan-setan."

  Dari kisah tersebut sangatlah jelas bahwa Yesus memiliki kehidupan
  yang sangat penuh dengan berbagai macam kegiatan. Sepertinya Ia
  tidak pernah atau sulit sekali untuk bisa sendirian, tanpa ada orang
  yang mengikuti Dia. Bahkan bagi kita, Ia tampak seperti orang
  fanatik yang dipaksa untuk memberitakan Injil dalam segala keadaan
  tanpa memikirkan resiko yang dihadapi-Nya. Akan tetapi, kenyataan
  atau keadaan yang sebenarnya tidaklah demikian. Semakin dalam kita
  mempelajari kitab Injil yang menceritakan tentang kehidupan-Nya,
  semakin kita tahu bahwa Yesus bukanlah seorang fanatik yang berusaha
  mengerjakan banyak hal yang beraneka macam untuk mencapai suatu
  tujuan yang dibebankan pada diri-Nya sendiri. Sebaliknya, segala
  sesuatu yang kita ketahui tentang Yesus menunjukkan bahwa Ia hanya
  memusatkan perhatian-Nya pada satu hal saja, yaitu untuk melakukan
  kehendak Bapa-Nya. Dalam kitab Injil tak ada sesuatu yang lebih
  mengesankan daripada ketaatan Yesus yang tulus ikhlas terhadap Bapa-
  Nya. Dari perkataan-Nya yang dicatat pertama kali ketika Ia berada
  di Bait Allah, "Jawab-Nya kepada mereka: "Mengapa kamu mencari Aku?
  Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?"
  (Lukas 2:49) hingga perkataan-Nya yang terakhir pada saat Ia
  tergantung di atas kayu salib, "Lalu Yesus berseru dengan suara
  nyaring: 'Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.'" (Lukas
  23:46a), membuktikan bahwa perhatian Yesus hanyalah untuk melakukan
  kehendak Bapa-Nya. Ketaatan-Nya itu berarti suatu sikap dengar-
  dengaran yang sepenuhnya, bukannya karena rasa takut, kepada Bapa-
  Nya yang sangat mengasihi-Nya.

-* Sumber -*-:
  Judul Buku    : Kepemimpinan, Volume 6, Tahun II
  Judul Artikel : Kesendirian Bersama Tuhan
  Penulis       : Henri J.M. Nouwen
  Penerbit      : Yayasan ANDI, Yogyakarta, 1981
  Halaman       : 40 - 41


*TIPS *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TIPS*

  Pengantar dari Redaksi:
  Senada dengan tema "Dekat dengan Tuhan", maka kami sajikan Tips yang
  berjudul, "Tujuh Menit Bersama Tuhan". Melalui model saat teduh ini,
  diharapkan Anda akan belajar bagaimana memiliki suatu hubungan yang
  intim dengan Tuhan dimulai dengan tujuh menit. Diharapkan melalui
  keberhasilan menggunakan waktu tujuh menit ini, maka Anda akan terus
  terpacu untuk melipatgandakan waktu itu menjadi waktu yang jauh
  lebih lama dan lebih indah dengan Tuhan.

                   -*- TUJUH MENIT BERSAMA TUHAN -*-

  Cara Merencanakan Saat Teduh
  ----------------------------
  Istilah apa saja yang Saudara pakai untuk "waktu bersekutu dengan
  Tuhan" bukan soal, misalnya: waktu teduh, saat teduh sesaat dengan
  Allah, renungan pribadi, kebaktian perorangan atau lain sebagainya.
  Menit-menit yang suci pada permulaan tiap hari, itulah yang menjadi
  rahasia dari kuasa kehidupan Kristen. Itulah yang menjadi benang
  emas yang mengikat satu dengan yang lain antara tiap-tiap orang yang
  dipakai Tuhan secara luar biasa dari Abraham sampai Billy Graham,
  orang kaya maupun orang miskin, orang pengusaha atau orang militer.
  Tiap-tiap orang Kristen yang mau dipakai oleh Tuhan harus
  mengutamakan rencana bersekutu bersama-sama dengan Tuhan tiap-tiap
  hari.

  Daud berseru di Mazmur 37:8, "Hatiku siap, ya Allah, hatiku siap
  ...." Hati yang siap dan mantap senantiasa menghasilkan hidup yang
  tidak mudah tergoyahkan. Hanyalah sedikit orang Kristen yang
  mempunyai hati dan hidup seperti itu. Salah satu kekurangan adalah
  rencana yang praktis untuk memulai dan melangsungkan pertemuan
  pribadi dengan Allah secara teratur tiap hari.

  Saya ingin menyarankan kepada Saudara agar mulai dengan membatasi
  waktu hanya tujuh menit saja. Apakah Saudara rela memakai waktu
  sebanyak tujuh menit tiap-tiap hari untuk bersekutu bersama-sama
  dengan Tuhan? Bukan lima hari seminggu. Bukan juga enam hari
  seminggu untuk bersama Tuhan, tetapi tujuh hari dalam satu minggu
  bersama Tuhan! Mohonlah pertolongan Tuhan. Dalam permohonan itu
  mungkin Saudara berkata, "Tuhan, saya ingin bertemu dengan Engkau
  besok pagi, selama sekurang-kurangnya tujuh menit. Besok pada jam
  5.00 saya mempunyai rencana bertemu dengan Engkau."

  Pagi harinya Saudara harus berdoa lagi: "Tuhan, pada waktu pagi
  Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan
  bagi-Mu, dan aku menunggu-nunggu" (Mazmur 5:4).

  Bagaimana caranya Saudara memakai waktu tujuh menit itu? Inilah
  resepnya. Sesudah beranjak dari tempat tidur dan membereskan
  keperluan pribadi, hendaklah Saudara mencari tempat yang teduh dan
  suasana yang sunyi untuk menikmati persekutuan dengan Allah melalui
  membaca Firman-Nya dan berdoa.

  DOA PERSIAPAN
  -------------
  Pakailah 30 detik yang pertama untuk mempersiapkan hati Saudara.
  Ucapkanlah terima kasih atas pemeliharaan Tuhan semalam dan
  kesempatan-kesempatan dan pemeliharaan-pemeliharaan yang tersedia
  dalam hari yang baru itu.

  Kemudian berdoalah seperti ini, "Tuhan Yesus, sucikanlah hatiku
  supaya Engkau dapat berbicara kepadaku melalui Firman-Mu. Bukalah
  hatiku! Penuhilah hatiku dengan Roh-Mu! Jadikanlah pikiranku tajam,
  jiwaku peka, hatiku terbuka! Tuhan Yesus, kelilingi aku dengan
  kebesaran kasih dan kuasa-Mu selama waktu ini! Dalam nama-Mu aku
  berdoa. Amin."

  PEMBACAAN ALKITAB
  -----------------
  Nah, sekarang selama empat menit Saudara membaca Alkitab. Kebutuhan
  pertama adalah mendengarkan Firman dari Allah! Biarkanlah Firman itu
  memberi terang dalam hati Saudara. Usahakanlah pertemuan dengan
  Tuhan seindah mungkin.

  Mulailah pembacaan Alkitab dari salah satu kitab Injil, misalnya
  Injil Markus. Bacalah secara berurutan ayat demi ayat, pasal demi
  pasal. Bacalah pelan-pelan dengan penuh pengertian. Pembacaan
  Alkitab ini dilakukan semata-mata untuk menikmati Firman Allah dan
  mendengarkan Allah berbicara kepada Saudara. Mungkin hanya 10 ayat,
  mungkin juga satu pasal penuh.

  Apabila Saudara telah menyelesaikan Injil Markus, lanjutkanlah
  dengan Injil Yohanes. Kemudian Saudara perlu meneruskan sampai
  seluruh Perjanjian Baru selesai Saudara baca dan selidiki.

  Sesudah Tuhan berbicara kepada Saudara melalui kitab-Nya, Saudara
  perlu membalas dalam doa. Sekarang Saudara mempunyai dua menit 30
  detik untuk bersekutu dengan Dia dalam empat kawasan doa berikut.

  DOA PUJIAN
  ----------
  Jenis doa ini adalah doa yang paling murni, sebab dalam doa ini
  tidak ada sama sekali unsur mementingkan atau menguntungkan diri.
  Sebagaimana Saudara tidak boleh menghadap seorang raja tanpa kata-
  kata yang patut, demikian juga dengan Allah. Sembahlah Dia.
  Renungkan kebesaran-Nya, kuasa-Nya, dan kedaulatan-Nya!

  DOA PENGAKUAN DOSA
  ------------------
  Doa ini menyatakan kesadaran kita mengenai keberadaan kita dan
  keberadaan Allah. Dalam hal ini kita harus sadar bahwa Allah berada
  di tempat mahatinggi dan mahasuci, sedangkan kita berada di tempat
  kotor dan hina yang penuh dengan kenajisan. Keadaan kita yang penuh
  dengan dosa itulah yang harus kita akui di hadapan Allah dan harus
  kita tinggalkan pula bila kita menghadap-Nya.

  Dalam bahasa aslinya kata "pengakuan" berarti "setuju bersama."
  Dalam hubungannya dengan hal dosa, "pengakuan" berarti "setuju
  dengan pendapat Allah tentang dosa itu." Supaya Saudara mendapat
  gambaran yang jelas mengenai dosa itu dan sikap Allah terhadap dosa
  (bacalah Mazmur 66:18). "Seandainya ada niat jahat dalam hatiku,
  tentulah Tuhan tidak mau mendengar." Oleh karena itu, akuilah dosa
  Saudara.

  DOA PENGUCAPAN SYUKUR
  ---------------------
  Doa ini menyatakan kesadaran kita akan besarnya pemeliharaan dan
  berkat Allah atas kita. Nyatakanlah terima kasih kepada Tuhan.
  Pertama-tama, karena pengampunan atas dosa Saudara yang baru saja
  diampuni sesuai dengan janji-Nya dalam 1Yohanes 1:9.

  Ingatlah beberapa hal yang khusus yang mendorong Saudara untuk
  mengucapkan syukur. Misalnya, ucaplah syukur atas pekerjaan Saudara
  dan pelayanan Saudara di gereja. Bersyukurlah atas ujian-ujian dan
  kesulitan-kesulitan yang Saudara alami, yang semuanya dapat teratasi
  melalui pertolongan-Nya. "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab
  itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu."
  (1Tesalonika 5:18).

  DOA PERMOHONAN
  --------------
  Doa ini menyatakan keperluan yang Saudara pinta kepada Allah.
  Meminta dengan sungguh-sungguh dan rendah hati. Meminta untuk orang
  lain, juga untuk diri sendiri.

  Doakanlah orang-orang di keluarga dan di lingkungan sendiri.
  Doakanlah orang-orang di seluruh dunia, misalnya utusan-utusan Injil
  dan teman-teman di tempat yang jauh. Dan jangan lupa mendoakan orang
  di banyak negara yang belum pernah mendengar kabar kesukaan tentang
  Yesus Kristus.

  Marilah kita menyimpulkan tujuh menit.

  TUJUH MENIT BERSAMA TUHAN
  -------------------------
  1/2 menit - Doa Persiapan        Mazmur 143:8
  4 menit   - Pembacaan Alkitab    Mazmur 119:18
              Doa
  1/2 menit - Pujian               1Tawarikh 29:11
  1/2 menit - Pengakuan Dosa       1Yohanes 1:9
  1/2 menit - Pengucapan Syukur    Efesus 5:20
              Permohonan Untuk ...
  1/2 menit - ... Diri Sendiri     Matius 7:7
  1/2 menit - ... Orang Lain       Efesus 6:18:20

  Rencana ini bukanlah jimat, tetapi pedoman. Kalau Saudara
  melakukannya dengan teratur, maka Saudara akan merasakan bahwa waktu
  tujuh menit kurang cukup lama. Pasti Saudara tidak mau lagi
  membatasi waktu Saudara dengan Tuhan hanya tujuh menit. Nanti akan
  terjadi hal yang menakjubkan. Tujuh menit menjadi 20 menit, dan
  tidak lama kemudian Saudara akan menikmati 30 menit yang sangat
  indah dengan Dia. Janganlah melakukan hal di atas sebagai suatu
  kebiasaan saja, tetapi lakukanlah itu dengan Yesus, Tuhan Saudara.
  Tuhan telah memberi Saudara kesempatan yang tak dapat dinilai
  harganya, yaitu kesempatan untuk bersekutu dengan Dia.

  Buatlah perjanjian dengan Allah sekarang juga untuk mengadakan,
  memupuk dan melanjutkan terus-menerus pertemuan Saudara dengan Tuhan
  selama tujuh menit atau lebih tiap-tiap hari. Bila Saudara merasa
  bahwa tujuh menit itu tidak cukup lama, perpanjanglah waktu itu.
  Bolehlah 15 menit, 30 menit, satu jam, dan lain sebagainya.

-*- Sumber -*-:
  Traktat yang disadur dengan ijin Para Navigator Untuk Orang Kristen
  LLB (LEMBAGA LITERATUR BAPTIS)


*INFO *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* INFO*

                    -*- SCHOOL OF HEALING -*-

  Duta Pembaharuan kembali akan menyelenggarakan program School of
  Healing yang sekaligus merupakan rangkaian terakhir dari program
  yang telah diadakan sejak bulan Juli yang lalu. Program yang
  mengambil tema "Pelayanan Konseling yang Alkitabiah" ini akan
  diselenggarakan pada:

  Hari, tanggal: Kamis - Sabtu, 13 - 14 November 2003
  Tempat       : Bukit Hermon, Karang Pandan, Tawangmangu
  Pembicara    : Rudy Aldri Alouw, S.Th., M.A.
  Materi       : Dasar Alkitabiah; Metode-metode yang harus kita
                 kuasai; Prinsip-prinsip konseling yang perlu kita
                 terapkan; Cara-cara untuk membela diri (Defense
                 Mechanisme); Konseling, Pelepasan dan Kesembuhan
                 Luka-luka batin.
  Kontribusi   : Rp 75.000; per orang

  Pendaftaran dapat dilakukan di:
  1. Sekretariat Duta Pembaharuan, Kantor OC Yogyakarta,
     Telp./Fax. (0274) 496418, E-mail: <jogjaoc@indo.net.id>, 2. Titik Haryani
     Telp. (0271) 635676, Fax (0271) 630743

  3. Theofani Sri Minarni, SE.
     Telp. (0276) 323041 (rumah), 321189 (kantor), HP. 081-22622555

  Registrasi ulang akan dilakukan mulai pukul 14.00 - 16.00 WIB, di
  Bukit Hermon, Karang Pandan, Tawangmangu.


*SURAT*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-DARI ANDA-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*SURAT*

  Dari: "EQ" <siber2000@>
  >Yth. Redaksi e-konsel
  >Salam Sejahtera,
  >Terima kasih atas pelayanan e-konsel selama ini. Sangat membantu
  >dalam pelayanan saya. Bersama ini, saya mohon kesediaannya untuk
  >mengirimkan artikel lengkap mengenai "Depresi yang Menimpa Hamba
  >Tuhan". Atas perhatian dan kerjasamanya, terima kasih. Tuhan
  >memberkati.
  >Salam dan doa, Ecky

  Redaksi:
  Ada banyak email senada yang masuk ke mailbox kami. Pesanan artikel
  lengkap tentang "Depresi yang Menimpa Hamba Tuhan" telah kami
  kirimkan ke alamat Anda masing-masing. Apabila di antara Anda yang
  belum menerimanya, silakan menghubungi kami lagi. Kiranya Anda semua
  mendapatkan berkat melalui kiriman artikel tersebut dan terima kasih
  atas dukungannya bagi pelayanan e-Konsel.


e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL

                         STAF REDAKSI e-Konsel
                    Yulia, Ratri, Natalia, Purwanti
                    PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
                         Yayasan Lembaga SABDA
                     INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
                          Sistem Network I-KAN
                      Copyright(c) 2003 oleh YLSA

*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
  Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org>
  Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
  dapat dikirimkan ke alamat:             <owner-i-kan-konsel@xc.org>
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
  Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org
  Berhenti:     Kirim e-mail kosong:  unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org
  Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel
  ARSIP publikasi e-Konsel:  http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org