Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/50 |
|
e-Konsel edisi 50 (15-10-2003)
|
|
><> Edisi (050) -- 15 Oktober 2003 <>< e-KONSEL *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Daftar Isi: - Pengantar : Depresi yang Dialami Hamba Tuhan - Cakrawala : Pola-pola untuk Mencegah Depresi - Bimbingan Alkitabiah : Kebanyakan Depresi adalah Suatu Reaksi - Info : Program "School of Healing" - Kesaksian : Pemulihan Depresi - Surat : Artikel tentang Pekerjaan *REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI* -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*- Mungkin telah banyak kali Anda membaca artikel yang menjelaskan bahwa depresi dapat terjadi pada setiap orang. Tapi sadarkah Anda bahwa mungkin orang yang paling rentan terhadap depresi adalah para hamba Tuhan? Seorang hamba Tuhan tetaplah seorang manusia biasa meskipun dalam hidupnya mereka berusaha menerapkan pola kehidupan yang baik. Tugas-tugas pelayanan, permasalahan-permasalahan, dan pergumulan pribadi yang tidak tertangani dengan baik akan membuka peluang yang sangat besar untuk timbulnya depresi. Nah, pada kesempatan ini Redaksi akan menyajikan pembahasan yang bertemakan depresi, khususnya yang secara langsung menimpa para hamba Tuhan. Melalui artikel, bimbingan Alkitab dan juga kesaksian dalam edisi ini, diharapkan para hamba Tuhan mampu mengenali, mengatasi, dan mencegah terjadinya depresi dalam diri mereka. Jika Anda bukan seorang hamba Tuhan, kami harap sajian ini akan menolong Anda untuk mengerti masalah depresi yang mungkin sedang dialami hamba Tuhan di gereja Anda. Sebagai jemaat sangat penting jika Anda dan jemaat gereja untuk ikut serta menolong hamba Tuhan tersebut dengan memberikan dorongan, semangat, dan doa sehingga akan mempermudah proses pemulihannya. Selamat melayani! Tim Redaksi *CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA* Artikel berikut ini merupakan bagian dari artikel yang berjudul "Depresi yang Menimpa Hamba Tuhan" yang diambil dari majalah rohani KEPEMIMPINAN. Bagi yang menginginkan versi lengkapnya, silakan mengirimkan e-mail ke alamat: < staf-konsel@sabda.org > -*- POLA-POLA UNTUK MENCEGAH DEPRESI -*- Seorang hamba Tuhan dapat mengembangkan beberapa kebiasaan untuk membantu mencegah ketegangan-ketegangan yang, jika tidak terkontrol, dapat menyebabkan depresi. Belajarlah menetapkan batas-batas --------------------------------- Para hamba Tuhan harus menentukan dengan jelas batas-batas tentang apa yang hendak mereka harapkan dari diri mereka sendiri dan apa yang bisa diharapkan oleh orang lain dari diri mereka. Tetapi hal ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang menyakitkan: "Jika saya tidak bisa menanggapi permintaan-permintaan logis untuk menolong, bagaimana saya bisa menyatakan cinta Tuhan yang tidak terbatas bagi manusia? Bagaimana saya bisa mengatakan 'tidak' jika gereja/jemaat memanggil? Bukankah ini sama artinya mengatakan 'tidak' kepada Tuhan? Apa yang hendak dikatakan tentang nilai diri saya sebagai manusia jika saya tidak mampu memenuhi semua permintaan?" Kitab Suci memberikan sebuah contoh yang mengandung pelajaran tentang pemimpin-pemimpin gereja yang tanpa malu-malu menetapkan batas-batas tentang apa yang bisa diharapkan oleh orang lain dari diri mereka ketika para rasul menyerahkan sedikit tanggung jawab kepada anggota jemaat yang lain dalam Kisah Para Rasul 6. Mereka dapat menentukan batas-batas yang kuat karena mereka jelas-jelas merasakan untuk apa Tuhan memanggil mereka. Kata-kata perpisahan Kristus memberikan mereka satu perintah yang jelas untuk mewartakan dan mengajarkan Injil. Ketidaksetiaan jemaat awal tidak mengecilkan hati mereka (Kisah Para Rasul 5:1-10); rasa permusuhan dari pemimpin-pemimpin Yahudi setempat tidak membuat mereka takut (Kisah Para Rasul 5:17-29); siksaan dari para penguasa tidak membuat mereka berhenti mengajar (Kisah Para Rasul 5:40); dan tuduhan-tuduhan dari saudara-saudara seiman atas perbuatan melalaikan jemaat tidak membingungkan mereka (Kisah Para Rasul 6:1-4). Para hamba Tuhan dewasa ini mungkin merasakan kerugian dalam menetapkan panggilan mereka sendiri. Pengertian mereka atas panggilan sering diubah oleh usaha-usaha dari dalam: untuk disukai, untuk menjadi yang paling dihormati, untuk menjadi hamba Tuhan yang paling patut dicontoh di gereja, untuk menghindari pertentangan, untuk mengendalikan jemaat. Jadi, menentukan prioritas adalah suatu keharusan agar tetap setia pada panggilan mereka dan tetap bijaksana dalam melaksanakan tugas. Seorang uskup, pertemuan hamba Tuhan, atau dewan gereja dapat menjadi suatu sumber yang berharga bagi para hamba Tuhan dalam menentukan prioritas-prioritas ini. Mereka juga bisa meminta nasihat dari seorang hamba Tuhan yang berdekatan. Ini tidak boleh dipandang sebagai tanda kelemahan atau pernyataan kegagalan. Kesadaran atas irama kehidupan biologis mereka sendiri dapat membantu para hamba Tuhan berhasil menentukan prioritas mereka. Ada yang bangun pagi-pagi, ada yang bekerja larut malam; ada yang penuh tenaga, gagasan dan antusiasme; ada yang perlu mendorong diri mereka sendiri untuk menyelesaikan apa pun yang kreatif. Pola-pola ini dan yang lainnya dapat diubah-ubah sampai tingkat tertentu, tetapi yang paling efektif dan efisien adalah bahwa hamba Tuhan itu menerima irama hidup dan pekerjaan mereka sendiri dalam batas-batas mereka. Sam Eastwood adalah seorang hamba Tuhan yang mempunyai banyak gagasan yang kreatif. Dia sering berharap hanya membutuhkan lima jam saja untuk tidur. Sementara itu ia biasanya membutuhkan waktu delapan jam untuk tidur setiap malam. Dia selalu merencanakan jadwalnya untuk tidur lima jam saja; tetapi ia biasanya menjadi capai dan tertidur di ruang belajarnya. Dia kemudian akan tenggelam dalam kegagalan sekali lagi. Dia sama sekali tidak mengetahui keterbatasan tubuhnya sendiri. Dengan mengajar jemaat tentang panggilan, tujuan, dan keterbatasan hamba Tuhan, para hamba Tuhan dapat menanggapi dengan aktif harapan- harapan yang dibebankan kepada mereka dan dengan demikian mengurangi ketegangan yang mereka alami. Mengatakan "saya tidak bisa" hanyalah merupakan bagian pertama dari komunikasi. Bagian yang kedua adalah: "Sumber-sumber pemecahan masalah agaknya berada dalam diri Anda sendiri." Pendekatan ini membantu orang lain mencapai kewaspadaan dan kepercayaan terhadap diri sendiri sebagai teman kerja hamba Tuhan itu. Ini mencegah tumbuhnya ketergantungan yang mencekik pemimpin rohani. Belajar menjadi tegas --------------------- Kunci sukses untuk berhubungan dengan orang lain adalah apakah seseorang dapat secara terbuka mendiskusikan perasaan-perasaan negatif yang dialaminya dengan orang-orang yang menimbulkannya. Semakin seseorang menekan perasaan-perasaannya, perasaan-perasaan itu menjadi semakin hebat. Kadang-kadang perasaan-perasaan itu menjadi begitu kuat sehingga seorang hamba Tuhan tidak dapat menahan kemarahannya. Dengan segera ia meminta maaf dan berusaha untuk menghindari rusaknya hubungan, dan berjanji untuk tidak mengungkapkan perasaan-perasaan seperti itu lagi. Orang lain dalam hubungan itu merasakan adanya penarikan diri, dan hubungan itu dirusak oleh penarikan tersebut sama seperti oleh letusan kemarahan. Sebagai ganti menekan perasaan atau mengungkapkan letusan perasaan, ada pilihan ketiga yang melibatkan pengungkapan pikiran dan perasaan seseorang untuk memperkuat hubungan. Ada beberapa prinsip yang harus diingat: - Akuilah masalah yang ada. Tidak peduli betapa tidak menyenangkannya sikap orang lain, para hamba Tuhan harus menyampaikan reaksi-reaksi mereka sendiri daripada mempertalikan perasaan-perasaan mereka kepada orang lain. Ketika seorang hamba Tuhan berkata kepada seorang anggota pengurus gereja, "Anda tidak peduli terhadap orang lain sebab Anda mendesak untuk mengucapkan kata yang terakhir," orang tersebut harus membuktikan bahwa dia bukan orang yang tidak menyenangkan. Sebaliknya, hamba Tuhan itu dapat berkata kepada tua-tua itu, "Ketika Anda menyela saya, saya merasa terluka, seolah-olah apa yang harus saya katakan tidak ada apa-apanya. "Ini akan membantu menciptakan suasana di mana diskusi yang produktif dapat berlanjut. - Gambarkan sikapnya. Jangan menghakimi atau menilai orang atau alasan-alasannya. Gambarkanlah dengan sederhana sikap yang menimbulkan perasaan- perasaan negatif dalam diri Anda. Sebagai contoh, "Jika Anda melihat ke arah lain pada saat saya mendekati Anda, saya merasa ditolak." Ucapan ini menggambarkan suasana Anda tanpa menyampaikan penolakan orang lain. - Gunakanlah kata "saya". Nyatakan perasaan-perasaan Anda dengan sudut pandang orang pertama. "Saya merasa terluka dan tertolak." Hindarkanlah mengatakan, "Anda ingin melukai saya; Anda menolak saya," atau menggunakan sudut pandang orang ketiga, "Orang merasa ditolak jika Anda bertindak seperti itu." - Dukunglah orangnya. Alasannya adalah untuk membantu memelihara dan mengembangkan hubungan Anda. Biarlah orang lain tahu bahwa Anda memperhatikan dia dan hubungan Anda. Kemudian Anda berdua dapat meletakkan senjata-senjata pertahanan diri Anda dan menjadi saling terbuka satu sama lain. - Tanggapilah umpan baliknya. Perhatikanlah tanggapan orang lain, baik yang berupa kata-kata maupun yang bukan kata-kata. Sebelum memberikan suatu jawaban, ulangi kembali apa yang Anda dengar dari perkataan orang itu: "Saya mendengar Anda berkata bahwa urusan saya membuat Anda marah." Terimalah kebenaran apa pun yang ditunjukkan tentang diri Anda tanpa pembelaan diri, kemudian teruskanlah dengan menyatakan perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran Anda. "Saya dapat mengerti betapa ketidaksediaan saya telah membuat Anda marah; dan ini adalah sesuatu yang ingin saya perbaiki." Jangan berhenti menyatakan diri Anda setelah Anda memberikan dan menerima umpan balik. Hubungan yang efektif membutuhkan umpan balik yang terus menerus sepanjang terjalinnya hubungan tersebut. Gunakan waktu untuk menjalin hubungan ------------------------------------- Sebuah masalah pokok dalam depresi neurotis adalah rasa putus harapan, khususnya jika tidak ada hubungan yang berarti. Kesembuhan dari depresi sering bermula dengan memperoleh harapan kembali; harapan muncul ketika si penderita telah menyerah pada hidup tetapi kemudian mendapati bahwa seseorang tidak menyerah pada hidup. Perkembangan dan pemeliharaan hubungan yang penuh arti menuntut tanggung jawab waktu, baik kualitas maupun kuantitas. Para hamba Tuhan sering berkata bahwa pasangan dan anak-anak mereka adalah orang-orang yang paling penting di dunia, tetapi waktu yang mereka gunakan dalam menjalin hubungan dengan orang-orang yang penting itu seringkali terbatas. Sayangnya, pasangan dan anak-anak jarang mengibarkan bendera merah yang menandakan keputusasaan mereka. Jika para hamba Tuhan terus-menerus meletakkan keluarga sebagai prioritas nomor dua di belakang kebutuhan-kebutuhan jemaat, mereka akan mendapati bahwa akhirnya anak-anak, dan barangkali pasangannya, akan menumbuhkan rasa benci yang mendalam kepada mereka karena hal tersebut. Jika anak-anak kemudian tidak memadamkan rasa benci itu seperti yang mereka kehendaki, para hamba Tuhan akan dikuasai oleh depresi dan rasa bersalah atas kegagalan mereka dalam memikul tanggung jawab yang utama ini. Untuk memelihara hubungan pribadi dengan Tuhan, para hamba Tuhan harus berusaha menjadwal waktu pada suatu dasar yang tetap untuk meditasi, refleksi, dan doa. Waktu bersama Tuhan ini sering begitu mudah terampas oleh krisis dalam jemaat, dan hamba Tuhan perlu untuk sungguh-sungguh bertekad melindunginya. Ketika para hamba Tuhan merasakan kekosongan rohani yang amat besar karena tidak menjaga hubungan dengan Tuhan, mereka kemudian mengalami rasa bersalah dan ketidakaslian, sebab mereka berbicara tentang sesuatu yang tidak mereka alami. Akhirnya, para hamba Tuhan perlu membuat sebuah tempat dalam hidup mereka untuk persahabatan pribadi. Seorang teman yang sangat baik dalam jemaat bisa menimbulkan masalah; oleh karena itu para hamba Tuhan sering merasakan betapa sangat menolong mempunyai teman-teman yang dekat dan akrab yang bukan merupakan bagian dari jemaat mereka. Dengan menumbuhkan dan menguji pandangan-pandangan dengan seorang teman dekat, para hamba Tuhan memperoleh kekuatan dari dalam dirinya untuk melayani jemaat mereka. [Enos D. Martin adalah seorang psikiater yang mengajar di Fakultas Kedokteran, Universitas Pennsylvania.] -*- Sumber diedit dari -*-: Judul Buletin: Kepemimpinan, Volume 17/Th.V Judul Artikel: Hamba Tuhan Dapat Menanggulangi Depresi Penulis : Enos D. Martin Penerbit : Yayasan ANDI, Yogyakarta, 1982 Halaman : 42 - 45 *BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*--*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH* -*- KEBANYAKAN DEPRESI ADALAH SUATU REAKSI -*- Suatu reaksi depresi dipicu oleh suatu keadaan atau kejadian yang menyebabkan seseorang mengalami atau merasa kehilangan. Depresi bisa disebabkan karena kehilangan pekerjaan, kehilangan orang yang disayangi, penyakit, penghasilan, reputasi, harga diri, tenaga, atau kepercayaan diri. Depresi yang dialami Musa merupakan suatu reaksi ------------------------------------------------ Depresi yang dialami oleh Musa disebabkan karena beban tugas yang terlalu berat, bangsa Israel yang terus-menerus mengeluh tentang persediaan makanan dan air yang mereka dapatkan di perkemahan mereka, panas yang sangat menyengat di Gunung Sinai, dan akhirnya Musa harus menghadapi serangan musuh. Perasaan lelah, putus asa, dan depresi yang dialaminya diungkapkan melalui kata-kata. Musa menangis. "Aku seorang diri tidak dapat memikul tanggung jawab atas seluruh bangsa ini, sebab terlalu berat bagiku. Jika Engkau berlaku demikian kepadaku, sebaiknya Engkau membunuh aku saja, jika aku mendapat kasih karunia di mata-Mu, supaya aku tidak harus melihat celakaku." (Bilangan 11:14,15) Tuhan tidak membunuh Musa. Musa tidak bunuh diri. Tetapi Tuhan memberikan dua pemecahan masalah yang sangat masuk akal kepada pemimpin yang mengalami kelelahan ini. Pertama, Tuhan mendorong Musa untuk berbagi tugas dengan orang-orang Israel yang dapat dipercaya. Dan kedua, Tuhan membebaskan Musa dari tekanan masalah persediaan makanan bagi bangsa Israel. Dengan kata lain, Tuhan memerintahkan Musa untuk berusaha semampunya dan selanjutnya menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan. Ketika saya merasa beban pekerjaan saya terlalu berat, saya menemukan pemecahan yang sama yang harus diterapkan. Ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk menghilangkan tekanan-tekanan itu. Saya bisa mengatakan "tidak" untuk menambah tanggung jawab. Saya bisa membuat daftar orang-orang yang bisa saya mintai bantuan. Saya bisa menolak permintaan-permintaan yang tidak masuk akal. Jika orang lain tidak bisa memberikan bantuan untuk memecahkan permasalahan, saya bisa meletakkan beban berat saya pada sumber yang bisa saya andalkan, yaitu TUHAN. Depresi yang dialami Elia juga merupakan suatu reaksi ----------------------------------------------------- Saat itu secara fisik, rohani, dan emosional Elia sangat lemah dan lelah. Dia dihadapkan pada musuh rohani bangsa Israel, terlibat dalam perdebatan rohani dengan 450 nabi-nabi palsu, marah terhadap api dari surga, dan lari sejauh 17 mil untuk menyelamatkan diri dari kemarahan ratu yang sangat kejam. Selain ketegangan dari konflik yang terlihat jelas, Elia merasa ditinggalkan oleh teman-temannya dan percaya bahwa ia telah gagal membawa bangsanya kepada Tuhan. Elia merasa lelah ----------------- Dia berjalan ke padang gurun, duduk di bawah sebuah pohon dan dia meminta kepada Tuhan agar mengambil nyawanya. Dia mengatakan: "Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku." (1Raja-raja 19:4) Sekali lagi Tuhan menjawab keluhan yang menyebabkan hambanya ini depresi. Tuhan memberi kesempatan kepada Elia untuk beristirahat, Tuhan merawatnya, memberinya semangat, mengingatkan dia bahwa dia tidak sendiri, dan Tuhan mengubah tugasnya. Tidak ada lagi perdebatan dengan nabi-nabi palsu bahkan ia menjadi orang kepercayaan raja. Tuhan memberi dia seorang pembantu yang bernama Elisa. Tekanan-tekanan dihilangkan, depresi itu disembuhkan, dan Elia kembali melakukan tugasnya. Depresi yang dialami Yunus juga merupakan sebuah reaksi ------------------------------------------------------- Dia bingung, tidak tahu harus berbuat apa, dan merasa malu. Yunus membuat sistem kepercayaannya sendiri dan akhirnya menyadari bahwa itu adalah hal yang sia-sia. Dia percaya bahwa ketidaktaatan membawanya kepada maut -- tetapi ternyata ia tetap diselamatkan meskipun dia tidak taat. Dia tahu bahwa serangan ikan besar itu sangat berbahaya -- tetapi meskipun ia ditelan oleh ikan ia tetap hidup dalam perut ikan itu. Dia percaya bahwa bangsa yang licik akan dimusnahkan -- tetapi semua kesalahan mereka dihapuskan. Dia percaya bahwa Tuhan tidak akan mengasihi orang Niniwe -- tetapi Tuhan melakukan hal yang sebaliknya. Yunus tidak pernah mengalami kemuliaan Tuhan. Orang-orang yang dibenci-Nya juga Ia berkati. Terlebih lagi, Ia mau memberi pohon untuk berlindung dari panas dan maut. Dengan sepenuh hati Yunus rela mati. "Mati adalah lebih baik daripada hidup," katanya. Yunus mengalami depresi. Rasa kasihan pada dirinya sendiri mulai meracuninya. Dia membutuhkan suatu pemulihan. Tuhan mengingatkan kepadanya bahwa 120.000 jiwa yang ada di kota Niniwe yang besar dan licik ini adalah nilai yang lebih besar daripada sebatang pohon kecil yang melindunginya. Reaksi depresi disebabkan oleh keadaan atau peristiwa yang memicu timbulnya tekanan dan perasaan tidak nyaman. Kita menyalahkan Tuhan, kita mengasihani diri kita sendiri, dan berada dalam kegelapan. Depresi rohani Daud juga merupakan sebuah reaksi ------------------------------------------------ Depresi merupakan respon terhadap dosa. Dalam Ulangan 28:65, Tuhan mengatakan bahwa depresi terjadi karena ketidaktaatan. Tuhan menyebutnya dengan "jiwa yang merana." Kita menyebutnya rasa bersalah. Rasa bersalah yang terus menerus mengakibatkan depresi. Raja Daud dipenuhi dengan perasaan bersalahnya karena berzinah dan membunuh. Tubuhnya tidak terawat, dia terus-menerus mengeluh dan kehilangan tenaga dan kemampuannya. Depresi yang dialaminya merupakan suatu reaksi atas dosa-dosanya. Depresi ini akan pulih jika ia melakukan pengakuan dan pengampunan. -*- Sumber diterjemahkan dan diedit dari -*-: Judul Buku : Lord, I've Got a Problem Judul Artikel: Most Depressions are Reactive Penulis : Don Baker Halaman : 47 - 51 Penerbit : Harvest House Publisher, Oregon *KESAKSIAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* KESAKSIAN* -*- PEMULIHAN DEPRESI -*- Berikut ini kami sajikan sebuah kesaksian dalam bentuk penuturan dari pasangan suami istri Susan dan David Currie. Susan adalah seorang penulis sedangkan David, suaminya, adalah seorang pendeta di 'The Anchor Presbyterian Church'. Mereka tinggal di Newtown, Pennsylvania. Pada mulanya Susan tidak menyadari bahwa David, mengalami depresi. Ia baru menyadari hal itu ketika David mulai berubah. David mulai jarang memberikan respon ketika mereka sedang berdiskusi bahkan ia mulai malas untuk menyelesaikan tugas akhir sekolahnya. Perubahan itu berlangsung selama berbulan-bulan ditambah lagi dengan perubahan perannya dalam pelayanan karena ia harus mengambil cuti untuk menyelesaikan sekolahnya. David: Saya sangat terkejut, tidak terpikirkan dalam benak saya jika saya akan mengalami depresi yang sangat parah yang menyebabkan saya menjadi takut tidak bisa melewatinya dan tidak bisa lagi menikmati kebahagiaan. Seluruh sisi kehidupan saya terpengaruh. Setiap hari yang saya rasakan hanyalah kecemasan, ketakutan, dan tidak memiliki semangat hidup. Pada saat itulah saya merasa saya benar-benar tertekan karena depresi dan tidak bisa melakukan apa-apa. Semakin keras saya berusaha untuk keluar dari situasi ini semakin dalam saya terpuruk didalamnya. Biasanya saya selalu bersemangat untuk menyelesaikan tugas akhir, membaca buku, bahkan untuk kegiatan-kegiatan rohani, tetapi pada saat itu semangat itu tiba-tiba hilang. Keputusan-keputusan kecil menjadi sangat sulit, saya menjadi tertutup, mulai menghindar untuk bertemu dengan orang-orang. Saya bertanya-tanya apakah Tuhan benar- benar memanggil saya untuk terlibat dalam pelayanan. Yang saya rasakan saat itu adalah ada yang menutupi seluruh jiwa saya sehingga Tuhan terasa sangat jauh. Susan: Langkah pertama yang saya lakukan ketika David mulai mengalami depresi adalah memberikan kata-kata dukungan kepadanya bahwa ia mampu menyelesaikan sekolahnya dan mendorongnya untuk menggunakan kesempatan dalam pelayanan. Ketika kemampuannya diakui oleh orang lain baik di sekolah maupun dalam pelayanan, depresi yang dialaminya masih juga belum dapat dipulihkan. Pada saat itu saya benar-benar putus asa dan hal itu hampir membuat saya frustrasi. Saya mulai bosan dengan kemuramannya dan terpojok dengan hubungan kami, teman-teman dan keluarga kami. Membutuhkan waktu kira-kira tiga bulan untuk mengembalikan kepercayaan dirinya serta untuk lebih memantapkan dia dalam pelayanan. Dua bulan berikutnya dibutuhkan untuk memulihkan kembali kesehatannya. Proses penyembuhan itu membawa kami pada tahap baru sebagai murid Tuhan. Saya menyerahkan semuanya pada Tuhan karena hanya Dia-lah yang bisa mengeluarkan suami saya dari depresi yang dialaminya dan hanya Dia-lah yang menjaga saya agar tidak putus asa. David: Dengan pertolongan Susan dan bimbingan Tuhan, perlahan-lahan saya mulai bisa keluar dari depresi. Akhirnya saya sadar bahwa Kristus telah memberikan semuanya bagi hidup saya. Tahap-tahap penyembuhan yang saya lalui adalah penyembuhan secara psikis, hubungan dengan orang lain dan akhirnya penyembuhan secara rohani. Pada suatu sore kami berkumpul bersama dengan orangtua kami, mereka mendoakan saya dan memberi kesempatan pada saya untuk berdoa secara pribadi. Susan: Tiga cara yang saya lakukan untuk menolong David, yaitu: 1. Doa. Secara khusus saya minta pada Tuhan untuk memberi saya kesabaran, pengertian, dan kekuatan. Saya juga berdoa bagi David agar Tuhan memberikan perlindungan dari roh jahat, keterbukaan terhadap pekerjaan Tuhan, kekuatan setiap hari, dan kepercayaan diri serta visi pada masa depan. Saya juga berdoa agar diberi pengertian bahwa apa yang sedang terjadi adalah kehendak Tuhan dan semuanya itu demi kemuliaan-Nya. 2. Berdiskusi. Ketika saya mendengarkan David bercerita, saya mencoba mencari tahu bagaimana Tuhan bekerja dalam hidupnya. Karena saya tidak mengalami depresi maka saya bisa melihat lebih jelas apa yang sedang Tuhan kerjakan dalam hidup David. Saya tekankan pada David bahwa usahanya tidak akan sia-sia jika ia bersama-sama dengan Yesus. 3. Melibatkannya dalam kegiatan sehari-hari. Saya mencoba untuk tetap melibatkan David dalam kegiatan sehari-hari. Bermain bersama anak-anak, membaca buku, mengikuti kegiatan di luar rumah, berkumpul bersama teman-teman, dsb. Dengan demikian perlahan-lahan ia akan memiliki pandangan dalam hidupnya. David: Langkah-langkah yang saya lakukan sendiri dalam proses penyembuhan, yaitu: 1. Untuk menjaga kesehatan tubuh, saya makan makanan yang sehat dan bergizi atau berjalan-jalan sambil merasakan kebesaran Tuhan. 2. Dalam berhubungan dengan orang lain, saya mulai mencoba mensharingkan apa yang saya rasakan kepada orang yang saya percayai. Kesediaannya untuk mendengarkan dan memberikan dukungan baik dalam bentuk kata-kata maupun doa mendorong saya untuk semakin yakin pada panggilan Tuhan untuk melayani. Saya juga meminta dukungan doa dari keluarga dan teman-teman dekat. 3. Secara rohani, saya tahu kedamaian akan datang jika kita tidak menyembunyikan diri kita dari-Nya sampai panggilan- Nya dinyatakan kembali kepada saya. Oleh karena itu saya memutuskan untuk mengikuti retreat dimana saya bisa lebih memfokuskan diri pada Tuhan dan memiliki waktu yang lebih banyak lagi bersama-Nya untuk berdoa, membaca Alkitab, dan memahami firman-Nya. Dalam retreat itu saya melihat kembali visi dan tujuan hidup saya. Sampai akhirnya saya menyadari bahwa Tuhan sedang memanggil dan mempersiapkan saya untuk menjadi seorang pendeta. Dan pada saat saya mengalami depresi, saat itulah saya dipersiapkan. Saya bersyukur Tuhan memberi kesempatan untuk sendiri dan bertemu dengan-Nya pada saat saya lemah. Hubungan saya dengan-Nya diperbarui dan panggilan baik untuk menyelesaikan sekolah dan pelayanan di gereja dikuatkan dan semakin diperjelas. Dengan panggilan-Nya yang jelas dan ketentraman yang Ia berikan, akhirnya saya bisa keluar dari depresi. Susan: Pada saat David mengikuti retreat, saya membaca Mazmur 18 dan berdoa bagi David, sekarang doa itu telah terjawab. Setelah dua tahun lebih menyelesaikan sekolahnya, David menerima panggilan Tuhan sebagai pendeta di sebuah gereja baru di sebuah kota kecil Central Bucks di utara Philadelphia. David berhasil melewati tahun pertama di gereja baru itu tanpa banyak mengalami hambatan- hambatan dalam pelayanannya. Bertahan dalam depresi merupakan suatu usaha yang sangat sulit. "Tuhan telah mengirim kami dan Dia-lah yang akan menguatkan kami sehingga di masa-masa yang akan datang Dia akan terus mengirim kami," kata mereka. -*- Sumber diterjemahkan dan diedit dari -*-: Judul Buku : Leadership, Vol. XIII, No. 1, 1992 Judul Artikel: Escaping the Swamp of Depression Penulis : Susan dan David Currie Halaman : 101 - 105 *INFO *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* INFO* -*- SCHOOL OF HEALING -*- Program School of Healing akan kembali diadakan sebagai lanjutan dari program sebelumnya dengan topik bahasan "Pelayanan Keluarga", yang meliputi: peranan suami dan istri, hubungan seksual, hubungan antara orangtua dan anak-anak, pola komunikasi yang baik, proses pemulihan keluarga yang hancur, dan dasar-dasar Alkitabiah. Dua pembicara yang akan menyampaikannya adalah: 1. Pdt. Hanny Layantara, B. Th., M.A. ---------------------------------- Misiology dari Surabaya, gembala jemaat di GBI Happy Family Center Surabaya dan pengajar Ilmu Komunikasi dan Homelitika di STII (Sekolah Tinggi Injili Indonesia) Surabaya. 2. Dra. Agnes Maria Layantara, M.A. -------------------------------- Penginjil Interdenominasi dalam KKR dan Seminar Kristen sejak tahun 1986, dosen S2 di STII dan STT Bethany Surabaya, Pimpinan Umum Renungan Harian "Wanita" dan penulis beberapa buku Kristen. Program ini akan diadakan pada: Hari, tanggal: Kamis - Sabtu, 22 - 25 Oktober 2003 Tempat : Bukit Hermon, Karang Pandan, Tawangmangu Kontribusi : Rp 75.000; Untuk informasi pendaftaran, silakan menghubungi: 1. Sekretariat Duta Pembaharuan, Kantor OC Yogyakarta, Telp./Fax. (0274) 496418, E-mail: <jogjaoc@indo.net.id>, 2. Solo -- (Titik Haryani) Telp. (0271) 635676, Fax (0271) 630743 3. Boyolali -- (Theofani Sri Minarni, SE.) Telp. (0276) 323041 (rumah), 321189 (kantor), HP. 081-22622555 Informasi sebelumnya dapat Anda lihat pada e-Konsel edisi 045 dan 047 dengan mengakses: ==> http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/045/ ==> http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/047/ *SURAT*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-DARI ANDA-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*SURAT* Dari: <rnsurya@> >Salam sejahtera, >Apakah ada artikel dari Telaga yang membahas tentang >karir/pekerjaan diluar dari permasalahan PHK? Sekiranya ada, saya >sangat berminat untuk mendapatkan informasi tentang hal tersebut. >Terima kasih. Tuhan memberkati. Redaksi: Untuk menjawab pertanyaan Anda, silakan mengunjungi Situs TELAGA di: ==> http://www.telaga.org/ Anda bisa mendapatkan artikel yang membahas tentang karir/pekerjaan dengan menggunakan fasilitas "Cari Audio" yang tersedia di Situs TELAGA. Ketik kata "pekerjaan" dalam kolom "Cari Audio". Dua diantara hasil pencarian yang diperoleh berjudul "Memilih Pekerjaan" dan "Memelihara Relasi Kerja". Silakan klik artikel yang Anda kehendaki. Harapan kami, artikel tersebut bisa memberikan informasi yang Anda perlukan. Selamat bekerja! e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL STAF REDAKSI e-Konsel Yulia, Ratri, Natalia, Purwanti, Kiky PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2003 oleh YLSA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org> Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. dapat dikirimkan ke alamat: <owner-i-kan-konsel@xc.org> *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org Berhenti: Kirim e-mail kosong: unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel ARSIP publikasi e-Konsel: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |