Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/46

e-Konsel edisi 46 (15-8-2003)

Persiapan Sebagai Konselor

><>                 Edisi (046) -- 15 Agustus 2003                <><

                               e-KONSEL
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

Daftar Isi:
    - Pengantar            : Persiapan Sebagai Konselor
    - Cakrawala            : Konselor yang Siap Memasuki Proses
                             Konseling
    - Bimbingan Alkitabiah : Lima Langkah Bimbingan yang Alkitabiah
    - Tips (1)             : Petunjuk Bagi Mentor yang Berfungsi
                             sebagai Konselor
           (2)             : Lima Kesalahan yang Sering Dilakukan
                             Konselor
    - Info                 : Ceramah Umum Konseling
    - Stop Pres            : Pengiriman Publikasi ICW --
                             Edisi Konseling
    - Surat                : Edisi Tentang Bapa

*REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI*

                    -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*-

  Tugas utama dari seorang konselor Kristen adalah menolong konsele
  untuk bersama-sama bergumul menemukan jalan keluar bagi masalah-
  masalah yang dihadapinya, khususnya dari sudut pandang iman Kristen.
  Agar seorang konselor bisa memberikan pertolongan yang maksimal,
  seorang konselor harus memperlengkapi dirinya dengan baik termasuk
  melakukan persiapan-persiapan yang matang, baik secara fisik,
  mental, sosial maupun rohani.

  Edisi e-Konsel kali ini, dengan topik "Persiapan sebagai Konselor",
  memberikan ulasan yang pasti akan berguna bagi para konselor Kristen
  untuk dapat memberikan yang terbaik bagi konsele yang kita layani.
  Secara umum sajian kami ini berisi seputar hal-hal yang harus
  dipersiapkan oleh konselor sebelum memulai proses konseling.
  Kiranya wawasan para konselor, yang menjadi pembaca e-Konsel ini,
  baik mereka yang pemula maupun yang sudah berpengalaman, dapat
  semakin diperluas. Marilah kita tidak jemu-jemu memperlengkapi diri
  agar dapat dipakai semaksimal mungkin untuk menolong umat Tuhan yang
  membutuhkan pertolongan kita.

  Sajian edisi ini sekaligus akan melengkapi terbitan e-Konsel yang
  lalu (Edisi 003/2001), dengan topik "Konselor Kristen", yang telah
  membahas mengenai kualifikasi dan ciri-ciri seorang konselor
  Kristen. Jika Anda belum memiliki edisi tersebut, silakan
  mendapatkannya di alamat:
  ==>	http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/003/

  Selamat Melayani!

  Tim Redaksi


*CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA*

         -*- Konselor yang Siap Memasuki Proses Konseling -*-

  Tugas sebagai seorang konselor bukanlah hal yang mudah. Seorang
  konselor Kristen harus selalu siap memberikan bantuan yang terbaik
  kepada konsele. Oleh karena itu, seorang konselor membutuhkan suatu
  persiapan yang matang sebelum melakukan proses konseling karena
  tanpa persiapan yang baik maka hasil yang dicapai tidak akan
  maksimal. Berikut ini kami sajikan persiapan-persiapan apa saja
  yang perlu dilakukan oleh konselor sebelum memulai proses konseling.

  1. Kesiapan Fisik Konselor
     -----------------------
     a. Faktor kesehatan jasmani dari konselor sangat penting dalam
        menjalankan tugas pelayanan konseling. Dalam menjaga
        kesegaran fisiknya konselor perlu mengupayakan dan menggunakan
        waktu untuk rileks sebelum melakukan tugas yang melelahkan.

     b. Konselor juga perlu mengatur jam-jam makan pada waktunya,
        meskipun ada tantangan pelayanan yang harus dihadapinya. Di
        sini konselor harus bisa menetralisir diri sendiri dan
        menjaga keseimbangan serta kesegaran fisiknya.

  2. Kesiapan Mental Konselor
     ------------------------
     a. Konselor perlu siap secara mental untuk mendengarkan orang
        lain secara aktif. Hal ini dapat dilakukan dengan aktif
        mengikuti pembicaraan konsele dan sekaligus selektif dalam
        mendengarkan.

     b. Konselor perlu menetapkan pendirian bahwa ia akan membimbing
        konsele melalui proses dialog. Untuk berdialog, konselor perlu
        siap mendengar. Daniel Webbster mengatakan, "Dengan
        mendengarkan orang-orang pandai, seseorang telah belajar lebih
        banyak daripada membaca buku." Guna mencapai hal ini, konselor
        harus melatih diri untuk mendengarkan orang lain agar proses
        dialog dapat berjalan lancar.

     c. Konselor perlu belajar memusatkan perhatian atau
        berkonsentrasi terhadap masalah konsele. Kebiasaan
        berkonsentrasi perlu dilatih sejak dini. Pada sisi lain,
        konselor pun harus memahami daya konsentrasi dari konsele.
        Sebagai gambaran, daya konsentrasi usia anak-anak kecil
        sekitar 7-10 menit dan orang dewasa 40-45 menit, untuk
        menerima masukan dari orang lain pada satu kali pertemuan
        yang efektif. Dengan memahami hal ini, konselor akan
        tertolong untuk mengerti apa sesungguhnya yang dialami oleh
        konsele yang dilayaninya.

     d. Konselor perlu bersikap sensitif untuk melihat makna yang
        tepat dari pokok persoalan, sehingga ia akan sanggup mengamati
        persoalan konsele dengan jelas.

     e. Konselor perlu mengembangkan sikap untuk tidak cepat
        menganggap dirinya telah mengetahui semua makna pikiran
        konsele yang sedang dibicarakan. Sikap ini akan membantu
        konselor untuk terbuka mencari kemungkinan makna lain dibalik
        pikiran konsele.

  3. Kesiapan Emosi konselor
     -----------------------
     a. Konselor perlu mengontrol emosinya dalam menghadapi setiap
        konsele. Dengan mengontrol emosinya, konselor dapat
        mendeteksi secara dini apakah seseorang (konsele) itu
        bersungguh-sungguh atau hanya berpura-pura menemuinya.

     b. Konselor yang mengontrol emosinya akan bersabar dalam melihat
        dan memahami perasaan konsele. Jika ada hal yang tidak
        disetujui, konselor dengan sabar dapat belajar memahami
        perasaan konsele sehingga ia akan lebih gampang memberikan
        pertolongan.

     c. Dengan pengontrolan emosi, konselor dapat menolak hal-hal
        yang membingungkan dengan menggunakan pikiran yang jernih dan
        matang. Dengan mengontrol emosi diharapkan konselor tidak
        memotong pembicaraan sementara ia sedang mengikuti pembicaraan
        konsele yang menuturkan masalahnya.

     d. Pengontrolan emosi dapat membantu usaha konselor dalam
        membangun perhatian pada faktor yang sedang dibicarakan.
        Dengan demikian ia dapat berpikir dan membuat analisis yang
        lebih cepat dari konsele yang sedang berbicara.

     e. Dalam upaya mengendalikan emosi secara konsisten, konselor
        dapat menanyakan hal-hal yang memerlukan jawaban pendek,
        jelas, dan tepat dengan tidak menyela pada saat yang tidak
        perlu. Sikap ini dapat membantu konselor untuk setia pada
        pokok yang diungkapkan. Konselor yang mengontrol dirinya
        tidak akan berdebat dan membuat permasalahan baru.

     f. Pengendalian emosi dapat menolong konselor untuk menggali
        latar belakang asal usul konseli, antara lain faktor keturunan
        (genetika) -- dalam upayanya menolong konsele mengalami
        kesembuhan jiwa.

     g. Pengontrolan emosi dapat dengan sendirinya akan menolong
        konselor untuk berhati-hati dalam memberikan nasihat. Hal ini
        pun membantu konselor untuk siap mengatasi perasaan sendiri,
        rasa rendah diri, dsb. Dengan ini, konselor akan lebih
        berdisiplin dan tenang saat melaksanakan konseling dalam
        upayanya membantu konsele.

  4. Kesiapan Sosial Konselor
     ------------------------
     Kesiapan konselor secara sosial memberi kemampuan kepadanya untuk
     menempatkan diri secara benar saat menghadapi setiap konsele.

     a. Konselor harus bersedia untuk menghadapi setiap konsele pada
        level status sosial di mana ia berada. Konselor diharapkan
        agar tidak melihat status sosial konsele sehingga ia tidak
        segan untuk melayani atau bertindak tegas.

     b. Kesiapan sosial membantu konselor menangani pergaulan secara
        baik di mana ia dapat mempertahankan hidup kekristenan yang
        benar sebagai kunci untuk menghadapi konsele dengan penuh
        tanggung jawab.

     c. Kesiapan sosial meneguhkan konselor untuk menjunjung tinggi
        kesopanan dan menghargai konsele sebagai subjek yang patut
        diperlakukan semanusiawi mungkin.

     d. Kesiapan sosial menopang konselor memiliki sikap tulus hati,
        sehingga dalam percakapan konselingnya ia tidak mencoba-coba
        menipu atau memanipulasi konsele secara halus.

     e. Kesiapan sosial menunjang konselor untuk terus belajar
        menerima diri sendiri sebagaimana adanya, dan tidak mudah
        terpengaruh oleh konsep pemikiran orang lain, khususnya
        konsele yang dihadapinya.

  5. Kesiapan Rohani Konselor
     ------------------------
     Kesiapan rohani merupakan faktor fundamental bagi konselor untuk
     terlibat dalam pelaksanaan tugas konseling. Kesiapan rohani
     meliputi kebenaran sebagai berikut:

     a. Konselor Kristen harus memahami dan mengalami arti hidup dalam
        Kristus. Dia juga harus mengerti apa artinya mati dan bangkit
        bersama Kristus sehingga ia dapat membagikannya kepada setiap
        konsele.

     b. Konselor harus mengerti apa artinya dibenarkan oleh Kristus,
        sebagai dasar untuk menolong konsele dalam menghayati
        pembenaran yang membawa kedamaian hidup (Yesaya 32:17).

     c. Konselor patut menghayati dan mengalami arti kekudusan hidup
        dalam Kristus, sehingga ia dapat membantu dan memberi jalan
        kepada konselor untuk hidup sebagai penurut-penurut Allah yang
        dikuasai dan "dipenuhi oleh Roh Kudus" (Efesus 5:15-21).

     d. Konselor patut menghayati "arti hidup dipermuliakan bersama
        Kristus" (Yohanes 5:24; Efesus 1:13; Ibrani 9:28), sehingga ia
        dapat melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab bagi
        kemuliaan Allah.

  Perlu dipertegas di sini bahwa untuk menjadi konselor yang efektif
  konselor harus memahami arti kehidupan Kristen dengan benar
  berdasarkan kebenaran Alkitab. Pemahaman ini akan meneguhkan
  konselor untuk menggunakan Alkitab sebagai jawaban final atas setiap
  permasalahan yang dihadapi. Dengan demikian, dapatlah dikatakan
  bahwa strategi pelaksanaan konseling yang efektif membutuhkan
  persiapan pribadi konselor Kristen yang seimbang, baik secara
  teologis maupun psikologis yang dikembangkan melalui pendalaman
  pengalaman rohani, intelektual, emosional, dan sosial.

-*- Bahan diedit dari sumber -*-:
  Judul Buku   : Konselor Kompeten
  Judul Artikel: Konselor yang Siap Memasuki Proses Konseling
  Penulis      : Magdalena Tomatala, Ph.D.
  Penerbit     : YT Leadership Foundation, IFTK Jaffray, Jakarta,
                 2000
  Halaman      : 55 - 60


*BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*--*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH*

            -*- LIMA LANGKAH BIMBINGAN YANG ALKITABIAH -*-

  Dr. Gary R. Collins dalam bukunya yang berjudul "How To Be a People
  Helper" menuliskan lima langkah bimbingan yang Alkitabiah yang harus
  dilakukan konselor dalam proses konseling, yaitu:

  a. Membangun hubungan antara konselor dan konsele (Yohanes 6:63;
     Yohanes 16:7-13; 1Yohanes 4:6).

  b. Menggali masalah, memperjelas masalah dan menentukan apa saja
     yang telah dilakukan di masa lalu yang dapat digunakan untuk
     mengatasi masalah (Roma 8:26).

  c. Mengambil keputusan dalam suatu rangkaian tindakan. Ada beberapa
     alternatif yang dapat dicoba dalam suatu waktu (Yohanes 14:26; 1Korintus 2:13).

  d. Menstimulasi tindakan yang akan dievaluasi oleh konselor maupun
     konsele secara bersama-sama. Jika ada rencana yang tidak berjalan
     dengan baik, dapat dicoba lagi (Kisah para Rasul 10:19-20, 16:6;
     Yohanes 16:13).

  e. Mengakhiri hubungan konseling dan mendorong konsele untuk
     menerapkan secara pribadi apa yang telah ia pelajari dalam
     konseling (Roma 8:14).

-*- Diterjemahkan dari sumber -*-:
  Judul Buku: How To Be a People Helper
  Penulis   : Dr. Gary R. Collins
  Penerbit  : Regal Book, Ventura, California, U.S.A, 1976
  Halaman   : 52


*TIPS *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TIPS*

Tips (1)
========

     -*- PETUNJUK BAGI MENTOR YANG BERFUNGSI SEBAGAI KONSELOR -*-

  Bagi para konselor yang akan memulai proses konseling, ada beberapa
  hal yang perlu dipersiapkan dan beberapa hal yang harus dihindari
  agar hasil dari konseling tidak mengecewakan konselor maupun
  konsele.

  Berikut ini enam petunjuk yang harus dipersiapkan konselor sebelum
  memulai proses konseling, yaitu:

  1. Bersiap sedialah membimbing orang-orang yang berpotensi.
     Beradalah di mana mereka berada, usahakan berhubungan dengan
     mereka sebagai seorang saudara, dan merasa senanglah dengan
     mereka.

  2. Berusahalah memahami masalah yang dihadapi orang lain dan
     berdoalah bagi mereka. Gunakan waktu untuk berpikir, belajar dan
     berdoa untuk memperoleh hikmat yang dapat diterapkan pada masalah-
     masalah tersebut. Ingat pengalaman-pengalaman Anda sendiri yang
     berkaitan dengan masalah-masalah tersebut atau dengan masalah-
     masalah serupa.

  3. Hendaknya Anda selektif dalam memilih orang yang akan Anda
     bimbing secara terus-menerus.
     a. Ketahuilah secara pasti apa jenis pemberian kemampuan yang
        dibutuhkan orang yang Anda bimbing. Bila Anda tidak dilengkapi
        untuk membantu dalam hal tersebut, hubungkan dia dengan orang
        lain yang bisa membantu. Anda harus mengenal jaringan orang-
        orang, pria dan wanita, yang berfungsi sebagai mentor jenis
        Konselor dan mengetahui kekuatan-kekuatan dan kelemahan-
        kelemahan mereka dalam hal delapan fungsi pemberian kemampuan,
        yaitu: sebagai pendorong semangat, pemantul suara (pendengar
        dan pemberi umpan balik yang memancing reaksi), pengevaluasi
        utama, pemberi perspektif, pemberi nasihat khusus, penghubung,
        pemberi petunjuk utama, dan penyembuh batin.

     b. Perhatikanlah benar-benar apa daya tarik dan sifat cepat
        tanggap dalam pembimbingan dan apakah Anda akan mampu
        menetapkan pertanggungjawaban.

  4. Ketahui secara pasti harapan-harapan potensial dari orang yang
     Anda bimbing tersebut, mengenai kebutuhan-kebutuhannya, dan
     berapa lama bimbingan berlangsung.

  5. Janganlah tergesa-gesa dengan menetapkan jalan keluar (solusi)
     lebih dahulu. Sering kali mentor sebagai konselor telah
     menyiapkan "jalan keluar favorit" yang mereka coba gunakan
     seperti sebuah program komputer. Untuk bisa memahami masalah,
     dengarkan orang yang Anda bimbing, dan dengarkan Allah berkenaan
     dengan situasi orang itu secara pribadi. Bersiaplah bila Anda
     membuat terobosan dengan ide-ide yang belum pernah Anda ketahui.

  6. Berupayalah mengakhiri hubungan dengan cara sedemikian rupa
     supaya orang yang dibimbing mau melepaskan ketergantungannya dan
     menjadi mandiri.

-*- Sumber -*-:
  Judul Buku: Mentor
  Penulis   : Paul D. Stanley - J. Robert Clinton
  Penerbit  : Yayasan Penerbit Gandum Mas, Malang, 1996
  Halaman   : 89 - 90


*TIPS *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TIPS*

Tips (2)
========

         -*- LIMA KESALAHAN YANG SERING DILAKUKAN KONSELOR -*-

  Dalam proses konseling seringkali konselor melakukan kesalahan-
  kesalahan yang dapat menyebabkan konseling tidak berjalan lancar.
  Lima kesalahan yang perlu dihindari oleh konselor selama proses
  konseling berlangsung antara lain:

  1. Dalam menetapkan tujuan hubungan pembimbingan janganlah terlalu
     bersikap dominan. Demi membangkitkan motivasi, rasa memiliki, dan
     fokus yang tepat, ajaklah orang yang Anda bimbing untuk bersama-
     sama menetapkan sasaran pembimbingan.

  2. Jangan terlalu cepat memberikan tugas-tugas yang banyak. Biarkan
     orang yang dibimbing mengatur langkahnya.

  3. Hati-hatilah terhadap kemunduran di tengah jalan. Hubungan
     pembimbingan cenderung kehilangan semangat mula-mulanya di tengah
     perjalanan. Pastikan bahwa orang yang dibimbing membuat kemajuan,
     dan seringlah adakan kontak.

  4. Adakan penilaian dan seleksilah secara hati-hati orang yang akan
     Anda bimbing. Periksa motivasinya, sikap cepat tanggapnya dan
     apakah waktunya tepat.

  5. Hati-hatilah terhadap "penyelesaian yang lemah" dan
     pertanggungjawaban yang buruk. Hendaknya Anda penuh perhatian
     kepada orang yang Anda bimbing selama pembimbingan itu dan
     akhirilah hubungan dengan baik.

-*- Sumber -*-:
  Judul Buku: Mentor (Anda Perlu Mentor dan Bersedia Menjadi Mentor)
  Artikel   : Belajar dari Kesalahan-kesalahan
  Penulis   : Paul D. Stanley - J. Robert Clinton
  Penerbit  : Yayasan Penerbit Gandum Mas, Malang, 1996
  Halaman   : 193 - 194


*INFO *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* INFO*

                    -*- CERAMAH UMUM KONSELING -*-

  Pusat Pendidikan Konseling Kristen (PPKK) Bandung mengundang Anda,
  terutama yang tertarik dalam bidang konseling, untuk mengikuti
  ceramah umum dalam bidang konseling.

  Ceramah ini secara rutin diadakan pada:
  Hari      : Kamis
  Pukul     : 18.00 WIB
  Tempat    : Aula Hotel Sukajadi
              Jl. Sukajadi no. 176 (depan Pompa Bensin), Bandung
  Kontribusi: GRATIS dan tanpa diperlukan pendaftaran.

  Acara ini telah rutin diadakan selama lebih dari 6 bulan dan akan
  terus diadakan dengan topik yang bervariasi setiap minggunya.
  Ceramah ini selalu menghadirkan para pembicara yang profesional
  dalam bidang konseling sesuai dengan materi yang disajikan. Salah
  satu diantaranya adalah Pdt. Yopie Buyung, M.A. (Direktur dari PPKK
  Bandung dan konselor utama di Bandung Counseling Service).

  Jika Anda berminat, silakan datang langsung (tepat waktu) ke tempat
  acara berlangsung dan jangan lupa untuk mengajak teman Anda!


*STOP PRESS*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*STOP PRESS*

         -*- PENGIRIMAN PUBLIKASI ICW -- EDISI KONSELING -*-

  Melalui Stop Press ini kami mengumumkan bahwa hari Selasa (tanggal
  19 Agustus 2003), kami akan mengirimkan kepada semua anggota milis
  e-Konsel, Publikasi ICW (Indonesian Christian WebWatch) edisi
  1005/2003, yang kebetulan menyajikan ulasan khusus tentang situs-
  situs konseling. Di antara situs-situs tersebut, secara khusus akan
  dibahas Situs C3I (Christian Counseling Center Indonesia). Situs C3I
  yang baru saja diluncurkan bulan Agustus ini, merupakan situs
  terlengkap yang bukan saja menyimpan semua arsip terbitan e-Konsel,
  tetapi juga menyajikan bahan-bahan lain yang berkaitan dengan pokok
  bahasan konseling.

  Secara organisasi C3I adalah yayasan virtual yang menaungi pelayanan
  publikasi e-Konsel. Nah, jika ingin mengetahui lebih banyak tentang
  C3I, Anda bisa menengok lagi terbitan perdana e-Konsel (edisi
  001/2001), karena di sana telah diulas tentang visi, misi dan tujuan
  C3I. Silakan arahkan browser Anda ke alamat berikut ini:
  ==>    http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/001/
  atau silakan berkunjung langsung ke Situs C3I di alamat:
  ==>    http://www.sabda.org/c3i/about.php?bawah=4&idt=9&tanda=4

  Untuk berlangganan ICW: < subscribe-i-kan-icw@xc.org >


*SURAT*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-DARI ANDA-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*SURAT*

  Dari: <robi@>
  >Tolong kalau bisa keluarkan edisi yang ada hubungannya dengan
  >hati bapa atau hal-hal yang menyangkut kebapaan, baik bapa
  >dalam arti yang sebenarnya (ayah) atau bapa dalam arti
  >vertikal (yang di surga). Dan kalau bisa lengkap dengan semua
  >contoh dan pengajarannya. Atas perhatiannya saya ucapkan terima
  >kasih dan Tuhan Yesus memberkati!!!

  Redaksi:
  Terima kasih atas usulannya. Redaksi e-Konsel pernah menampilkan
  edisi yang mengulas tentang "Peran Seorang Ayah" (edisi 042/2003),
  terutama dalam peranan ayah dalam mendidik anak dan apa rahasianya
  untuk menjadi seorang ayah yang efektif. Anda bisa mendapatkan
  Publikasi e-Konsel Edisi 42 ini dengan mengakses:

  - Situs Arsip Publikasi e-Konsel
  ==>   http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/042/

  atau

  - Situs C3I (Christian Counseling Center Indonesia)
  ==>   http:/www.sabda.org/c3i/

  Kami berharap e-Konsel edisi 042 tersebut sesuai dengan yang Anda
  inginkan. Sedangkan usulan topik mengenai hati Bapa dalam arti
  hubungan vertikal dengan Allah Bapa, akan menjadi bahan pertimbangan
  untuk usulan topik tahun depan. Thank you.


e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL

                         STAF REDAKSI e-Konsel
                 Yulia, Ratri, Natalia, Purwanti, Kiky
                    PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
                         Yayasan Lembaga SABDA
                     INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
                          Sistem Network I-KAN
                      Copyright(c) 2003 oleh YLSA

*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
  Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org>
  Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
  dapat dikirimkan ke alamat:             <owner-i-kan-konsel@xc.org>
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
  Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org
  Berhenti:     Kirim e-mail kosong:  unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org
  Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel
  ARSIP publikasi e-Konsel:  http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org