Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/42 |
|
e-Konsel edisi 42 (15-6-2003)
|
|
><> Edisi (042) -- 15 Juni 2003 <>< e-KONSEL *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Daftar Isi: - Pengantar : Peran Seorang Ayah dalam Keluarga - Cakrawala : Peran Ayah dalam Mendidik Anak - Telaga : Peran Ayah dalam Pembinaan Anak [T 11A] - Bimbingan Alkitabiah : Janji-janji Khusus -- untuk Ayah - Kesaksian : Satu Jam Saja - Tips : Tujuh Rahasia Menjadi Ayah yang Efektif - Stop Press : Kaset Rekaman Ceramah Pemulihan Keluarga - Surat : Ayah dan Waktu Luang bagi Anak-anak *REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI* -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*- Setiap hari Minggu ketiga bulan Juni (tahun ini jatuh pada tanggal 15 Juni), rakyat Amerika memperingati "Hari Ayah" atau "the Father's Day". Di Indonesia kita memiliki Hari Ibu, untuk menghormati para ibu, tapi sayang sekali belum ada hari khusus untuk para ayah. Oleh karena itu bertepatan dengan "Hari Ayah" ala Amerika ini, kami menyajikan tema "Peran Seorang Ayah", terutama dalam tugasnya untuk mendidik anak secara kristiani. Salah satu tugas orang tua adalah mendidik anak-anaknya. Tetapi pada kenyataannya tugas ini sering dilimpahkan hanya kepada ibu saja karena ayah sangat disibukkan dengan tugas utamanya yaitu mencari nafkah untuk menghidupi keluarga. Dampak dari pola kehidupan yang seperti ini adalah anak lambat laun menjadi kehilangan sosok seorang ayah yang bisa menjadi contoh dalam bersikap, berpikir, bertindak, dsb. Memang dibutuhkan waktu dan kedekatan untuk mendidik anak tetapi sebenarnya hal ini tidak akan menjadi masalah jika ayah mau menyediakan waktunya, walaupun kadang hanya sedikit saja, untuk melakukan hal-hal kecil bersama dengan anak mereka, misalnya bermain bersama. Dengan demikian ayah akan tahu sifat-sifat dan kebutuhan anaknya sehingga menjadi lebih mudah baginya untuk mengajarkan hal- hal yang harus diketahui oleh anaknya Nah, bagaimana seharusnya peran seorang ayah Kristen dalam hal mendidik anak-anak ini? Sajian kami pada edisi ini diharapkan dapat menolong para ayah untuk ikut bertanggung jawab dalam mendidik anak. Semoga sajian kami menjadi berkat. Selamat menyimak dan Tuhan memberkati! Tim Redaksi *CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA* -*- PERAN AYAH DALAM MENDIDIK ANAK -*- Oleh: Pdt. Paul Gunadi, Ph.D. Peran ayah dalam pendidikan, dalam bahasa Inggris, ialah 'to father'. Di dalam bahasa Inggris terdapat tiga istilah yang berhubungan dengan tugas mendidik anak, yaitu 'mothering', 'fathering', dan 'parenting'. Meskipun semuanya membicarakan tentang tugas mendidik anak, namun ada keunikan masing-masing dalam konteks sumbangsih ayah dan ibu dalam mendidik anak. Salah satu tugas ayah kristiani ialah: "Kamu harus mengajarkannya (perintah Tuhan) kepada anak-anakmu dengan membicarakannya, apabila engkau duduk di rumahmu dan apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun;" (Ulangan 11:19) Dengan jelas Tuhan menghendaki agar kita mengajarkan perintah Tuhan dengan cara membicarakannya. Apabila Anda seperti saya, mungkin Anda juga mengalami kesulitan membicarakan, apalagi mengajarkan perintah Tuhan kepada anak-anak Anda. Saya kira membicarakan dan mengajarkan bukanlah perkara yang terlalu sulit, yang terlebih sukar adalah membicarakan dan mengajarkan secara tepat dan pada waktu yang tepat sehingga dapat dicerna oleh anak kita. Ada satu peristiwa yang Tuhan berikan kepada isteri dan saya dimana kami berkesempatan mengajarkan dan membicarakan Firman Tuhan kepada salah satu anak kami. Pelajaran yang kami sampaikan berasal dari Matius 7:12 dan wahana penyampaiannya, tak lain tak bukan, bola basket. Saya percaya bahwa salah satu alasan mengapa Matius 7:12 mendapat julukan "Hukum Emas" (The Golden Rule) adalah karena nilai yang terkandung di dalamnya bak emas yang sangat berharga. Hukum ini mengatur relasi kita dengan sesama secara agung sekaligus praktis. Perhatikan apa yang Tuhan Yesus katakan, "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." Berbahagialah orang yang mampu menerapkan Firman Tuhan. Apabila seseorang memperlakukan orang lain sama seperti ia ingin diperlakukan, ia sudah memiliki "emas" yang tak ternilai. Sebagai orang tua kami pun rindu agar anak-anak kami mempunyai "emas" yang tak ternilai itu dan Tuhan telah menyediakan sarananya. Suatu hari ibu guru salah seorang anak kami yang berumur hampir 9 tahun menelepon isteri saya untuk memberitahukan bahwa tadi anak kami menangis di sekolah. Menurut ibu guru tersebut, anak kami ingin bermain bola basket dengan kawan-kawannya namun mereka tidak mengizinkannya bermain dengan mereka. Ia merasa perlu memberitahukan kami sebab ia merasa prihatin melihat kesedihan anak kami yang mendalam itu. Pada sore harinya isteri saya menceritakan kepada saya perihal anak kami itu. Sebelumnya isteri saya sudah menanyakan anak kami dan ia bercerita bahwa memang benar ia menangis karena tidak diajak bermain bola basket. Reaksi alamiah kami adalah rasa iba sebab kami menyadari bahwa anak kami itu memang senang bermain basket. Penolakan teman-temannya sudah tentu mendukakan hatinya. Mendengar peristiwa tersebut, dengan didorong oleh rasa iba dan hasrat untuk menghiburnya, saya bergegas memanggil anak kami itu dan mengajaknya bermain bola basket di halaman rumah. Melalui permainan itulah akhirnya Tuhan menyadarkan saya akan salah satu tugas mendidik selain dari menghibur anak, yakni mengajarkan Firman Tuhan. Tuhan membukakan mata saya terhadap hal-hal tersembunyi yang jauh lebih hakiki daripada sekadar menghibur anak. Pada saat bermain itulah baru saya memahami mengapa teman-temannya enggan mengajaknya bermain. Alasannya tidak lain tidak bukan adalah ia bermain curang! Naluri keayahan saya mendorong saya bertindak sebagai pahlawan yang ingin membela anak kami, seolah-olah dengan mengajaknya bermain saya berkata, "Biar semua orang tidak mau bermain denganmu, saya akan selalu siap bermain denganmu." Namun, ternyata dia jugalah pemicu perlakuan teman-temannya. Pada waktu kami sedang bermain, kakaknya juga turut melempar-lempar bola ke basket. Adakalanya bola yang sedang dilemparnya bersentuhan dengan bola basket kakaknya dan ia pun dengan segera meminta mengulang ... dengan bola di tangannya lagi. Namun pada suatu ketika, bola itu bertabrakan dengan bola yang dilempar kakaknya, tetapi kebetulan saat itu, sayalah yang sedang melempar bola. Dengan serta merta ia mengambil bola dari tangan saya dan "menghukum" saya dengan cara memberinya hak untuk melempar bola ke basket dua kali. Saya berusaha menerangkannya bahwa keputusannya itu keliru namun ia tidak peduli dan malah mogok bermain. Dengan bersimpuh di tanah sambil menduduki bola itu ia bersikeras bahwa sayalah yang salah dan selayaknya menerima hukuman. Saya mencoba untuk menjelaskan bahwa ia telah bertindak tidak adil sebab pada waktu hal yang sama terjadi pada dirinya bukan saja ia tidak menghukum dirinya, ia malah menghadiahi dirinya. Ia tetap tidak menerima penjelasan saya dan menolak untuk mengakui ketidakkonsistenannya. Di dalam ketidakkonsistenannya itu saya jelaskan padanya bahwa jika ia tetap berbuat demikian maka tidak akan ada orang yang ingin bermain lagi dengannya dan saya tidak ingin melihat ia menjadi orang yang tidak mempunyai teman. Setelah mengatakan hal itu, saya lalu memeluknya dan ia pun mulai meneteskan air mata. Kemudian saya menanyakan kembali, dan sekarang ia siap mengakui ketidakadilannya itu. Sesudah itu saya mengajaknya bermain lagi dan ia pun bermain jujur dan adil. Saya berterima kasih kepada Tuhan yang tidak membiarkan saya melewati kesempatan emas yang tak ternilai itu. Betapa mudahnya bagi saya melakukan tugas keayahan saya dengan cara menghibur anak kami namun kehilangan pelajaran yang sangat berharga. Melalui peristiwa tersebut ada empat hal yang saya pelajari yang berfaedah bagi tugas keayahan: 1. Tugas mendidik menuntut waktu. --------------------------------- Sudah tentu keinginan atau kerinduan menjadi ayah yang baik adalah penting, namun tekad tersebut haruslah diwujudkan dalam bentuk waktu yang diberikan bagi anak kita. Tanpa waktu, tidak akan ada kesempatan "mengajarkan dengan cara membicarakan" pedoman hidup yang berasal dari Firman Tuhan. Jika saya tidak menyediakan waktu untuk bermain basket dengan anak kami, tidak akan ada peluang untuk menyaksikan kelakuannya dan sekaligus mengoreksi sikapnya. 2. Tugas mendidik membutuhkan kesediaan untuk melihat kelemahan anak kita. --------------------------------------------------------------- Kita perlu terbuka untuk menerima kenyataan bahwa anak kita bukan saja tidak sempurna, namun akibat dosa, ia pun berpotensi merugikan orang lain. Adakalanya sulit bagi kita untuk mengakui kelemahan anak kita karena kelemahannya sedikit banyak merefleksikan kekurangan kita pula. 3. Tugas mendidik lebih mendahulukan pendekatan kasih daripada konfrontasi. -------------------------------------------------------------- Kadang kita perlu memperhadapkan anak kita dengan perbuatannya secara tegas; sekali-sekali kita perlu menghukumnya. Namun yang harus lebih sering dan diutamakan adalah menegurnya dengan kasih. Makin keras saya menegurnya, makin bersikeras ia menyangkalnya. Sebaliknya, tatkala dengan lemah lembut saya menegurnya, ia pun luluh dan bersedia menerima perkataan saya. 4. Tugas mendidik yang kristiani menuntut kita menjadi ayah yang mengenal Firman Tuhan. ---------------------------------------------------------------- Tanpa pengenalan akan Firman Tuhan, kita tidak bisa mendidiknya seturut dengan Firman Tuhan. Hukum Emas dari Matius 7:12 sangatlah penting, tetapi masih banyak kebenaran Firman-Nya yang perlu kita sampaikan kepada anak kita. -*- Diedit dari sumber -*-: Judul Buku : Parakaleo IV/2 April - Juni 1997 Judul Artikel: Peran Ayah dalam Mendidik Anak Penulis : Pdt. Paul Gunadi, Ph.D. Penerbit : STTRII Jakarta *TELAGA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TELAGA* -*- PERAN AYAH DALAM PEMBINAAN ANAK -*- Salah satu peran yang dituntut Firman Allah terhadap ayah adalah mendisiplin anak. Dalam materi ini diajarkan bagaimana seorang ayah berperan dalam membina anaknya sesuai dengan Firman Tuhan. ----- T: Tugas mendidik anak-anak seringkali diserahkan kepada istri atau ibu dari anak-anak itu. Sebenarnya apakah pola pendidikan seperti itu bisa dipertanggungjawabkan dari sudut kristiani? J: Kalau dilihat dari sudut kristiani sudah tentu kurang begitu tepat karena Tuhan memang meminta ayah untuk terlibat. Budaya kita memang lebih memberikan tanggung jawab itu kepada para ibu, tapi yang disetujui oleh budaya belum tentu dikehendaki oleh Tuhan. Firman Tuhan dalam Efesus 6:4, "Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan." Ayat ini cukup menarik karena yang diperintahkan oleh Tuhan untuk mendidik anak bukanlah ibu tetapi ayah. Kata 'didik' sebenarnya berarti 'mendisiplin'. Jadi kalau diinterpretasikan dengan lebih luas, saya berkesimpulan bahwa peran mendisiplin anak-anak dan membesarkan anak secara fisik adalah tanggung jawab ayah. Namun membesarkan anak secara emosional saya simpulkan lebih berada di pundak ibu. ----- T: Jadi keduanya harus bekerja sama -- antara kedisiplinan dan membesarkan anak harus seimbang dan dilakukan bersama-sama. Padahal ayah seringkali waktunya habis dengan pekerjaannya, dengan kegiatan di luar, dan sebagainya. J: Betul, jadi Tuhan memang mendisain peranan ini dengan lengkap dan sempurna. Tidak realistis jika kita menuntut ayah untuk bertanggung jawab dalam hal membesarkan anak dalam pengertian memberi makan anak, merawat, mengasuh, memenuhi kebutuhan fisiknya, dsb. Saya kira ayah akan mengalami kesulitan untuk mengatur semua itu karena dia memang sudah bekerja dari pagi sampai sore. Namun Tuhan memang meminta ayah untuk berperan dalam rumah tangga sebagai seorang pendidik atau pendisiplin. ----- T: Mendisiplin anak juga dipengaruhi oleh kedekatan seorang ayah dan anaknya. Soalnya secara praktek seorang ayah yang seharian bekerja, malamnya sudah lelah dan sulit sekali dia itu untuk bisa berkomunikasi, untuk bisa dekat dengan seorang anak. Pada waktu anak itu didisiplinkan, si ayah mengalami kesulitan. J: Itu betul, jadi anak itu cenderung menerima disiplin kalau dia merasa dekat dengan orang yang mendisiplin dia. Si ayah yang otomatis akan sedikit jauh dari anak karena faktor pekerjaan tadi, memang merawankan si ayah tatkala mendisiplin anak. Maka tadi Alkitab berkata jelas, "Jangan bangkitkan amarah anakmu", artinya memang mendisiplin anak mempunyai resiko yang berkebalikan dari yang kita harapkan. Hasilnya tidak produktif malah merugikan karena membuat anak malah mendendam kepada kita. Nah, kalau anak merasa dekat dengan kita, dia akan lebih cenderung untuk menerima disiplin tersebut. Sekali lagi anak harus juga melihat apakah adil dan apakah motivasi si ayah ini benar dan baik, bukannya melampiaskan hasrat amarahnya saja. ----- T: Seandainya ayah itu kurang berperan di dalam pendidikan, dampak negatif apa yang terjadi pada diri si anak? J: Dampaknya bisa banyak karena pertama-tama, anak-anak itu, apalagi anak laki, memerlukan model/contoh bagaimana dia bersikap, berpikir, bertindak, dsb. Sewaktu ayah kurang berperan meskipun secara fisik hadir di rumah tetapi dia tidak banyak bicara dengan anak-anak, tidak banyak berinteraksi dengan anak-anak, malah hanya diam-diam saja di rumah, nah si anak akan kehilangan contoh peran yang seharusnya dia dapat. Saya takut kalau ayah tidak berperan, anak akan dirugikan dalam arti dia tidak cukup menerima bahan yang diserapnya untuk menjadikan dia seorang manusia yang tangguh dan sudah pasti dia kehilangan peran model itu, ayah yang positif seperti apa, ini saya pikir kerusakan yang paling berbahaya, yang paling besar. ----- T: Saya melihat bahwa peran pendidikan yang harus dilakukan baik oleh istri maupun suami, baik ayah maupun ibu, sebenarnya sangat mendasar. Jadi kalaupun ayah itu sekarang diminta untuk terlibat dalam pendidikan, itu bukan sesuatu hal yang baru tetapi kita kembali kepada prinsip-prinsip dasar yang Allah sudah berikan kepada kita untuk membina suatu rumah tangga yang baik. J: Betul, jadi yang kita mesti ingat, anak itu adalah anak kita berdua. Jadi tidak benar kalau ada prinsip: saya sebagai pria mencari uang. Engkau sebagai ibu yang mengasuh anak, membesarkan anak, dan mendisiplin anak. Budaya kita memang menganut prinsip tersebut tapi itu bukanlah pengajaran Firman Tuhan. -*- Sumber -*-: [[Sajian di atas, kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. #11A yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan.]] -- Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat e-Mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel@xc.org > atau: < TELAGA@sabda.org > *BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*--*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH* -*- JANJI-JANJI KHUSUS -- UNTUK AYAH -*- Tugas ayah untuk mendidik anak-anaknya memang bukan hal yang mudah. Ayat-ayat berikut ini berisi tentang tuntunan dan janji-janji yang khusus Tuhan berikan bagi para ayah dalam mendidik anak-anak mereka. Amsal 17:6, 15:20 Mazmur 103:13 Amsal 23:24, 19:18 Efesus 6:4 Amsal 22:6 2Korintus 12:14 Amsal 29:17, 13:22 Kolose 3:21 -*- Sumber -*-: Judul Buku : Indeks Masalah Sehari-hari Judul Artikel: Janji-janji Khusus -- untuk Ayah Nomor Topik : 09783 (CD SABDA) Copyright : Yayasan Lembaga SABDA [Versi Elektronik (SABDA)] *TIPS *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TIPS* -*- TUJUH RAHASIA MENJADI AYAH YANG EFEKTIF -*- Peranan dan tanggung jawab sebagai seorang ayah benar-benar sangat penting bagi pertumbuhan dan kesehatan anak-anak. Tugas menjadi seorang ayah memang bukan hal yang mudah tetapi keahlian itu dapat dipelajari. Berikut ini kami sajikan tujuh rahasia untuk menjadi seorang ayah yang efektif khususnya dalam mendidik anak-anaknya: 1. Komitmen. --------- Komitmen mencakup lebih dari sekedar mengakui anak Anda sebagai milik Anda, tapi juga suatu pilihan untuk menjadi ayah bagi anak Anda dan keputusan untuk bekerja bagi keuntungan anak Anda. Komitmen itu bukan hanya sekedar dorongan kemauan dari dalam hati kita tetapi juga suatu ekspresi yang berupa tindakan. Jika kita memilih untuk tidak secara aktif menjadi ayah dari anak-anak kita, maka seseorang atau hal lain yang akan melakukannya, misalnya televisi, sekolah, pacar, dll. 2. Mengenal anak Anda. ------------------- Kenali bagaimana anak Anda bertumbuh dan mengembangkan pikiran- pikiran dan kreativitasnya. Hasil riset yang telah dilakukan menemukan bahwa 'seorang ayah yang berhasil' mengetahui apa yang dilakukan oleh anaknya ketika merasa sedih, menghadapi hari yang sulit, hal-hal apa saja yang membuat anak mereka merasa senang, kelebihan dan kekurangan dari anak-anak mereka, nama-nama teman anak mereka, dan lain sebagainya. Anda dapat mengenal anak Anda dengan meluangkan waktu sejenak bersama dengan anak-anak Anda. 3. Konsistensi. ------------ Maksudnya adalah seorang ayah harus dapat menepati apa yang telah diucapkan atau dijanjikannya dalam suatu tindakan yang nyata, misalnya dengan menepati janjinya pada anak-anak. Dengan demikian maka ia dapat menjadi contoh seorang pemimpin bagi anak-anaknya. 4. Pelindung dan pemberi nafkah. ----------------------------- Peran sebagai pelindung dapat ditunjukkan dengan memberikan rasa aman dan tenang bagi keluarganya di saat krisis terjadi sehingga segala permasalahan dapat diselesaikan dengan efektif. Peran sebagai pemberi nafkah ditunjukkan dengan memberikan pendapatan yang tetap dan dapat dipercaya serta dapat menyediakan kebutuhan materi keluarga. 5. Mengasihi ibu dari anak-anak itu (istri Anda). ---------------------------------------------- Tunjukan kasih sayang Anda pada istri di depan anak-anak. Perkataan dan tindakan yang berjalan bersama-sama memberikan bukti yang menyakinkan bahwa ayah mencintai ibu dan semua berjalan dalam satu kesatuan. Hal ini penting karena bagi anak seorang ayah merupakan contoh seorang pemimpin yang patut ditiru. 6. Mendengar aktif. ---------------- Mendengar anak-anak Anda secara aktif berarti berkomunikasi dengan mereka dan menganggap bahwa mereka cukup istimewa untuk menerima perhatian penuh dari Anda. Berikan tanggapan yang bukan hanya sekedar basa-basi ketika anak Anda mengungkapkan atau menceritakan apa yang telah terjadi atau yang mereka rasakan. 7. Perlengkapan rohani. -------------------- Bantulah anak-anak Anda untuk menemukan hubungan dengan Allah. Tanamkan nilai-nilai kristiani dalam diri anak-anak Anda pada kehidupan mereka dengan menjadi contoh yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. -*- Diringkas dari sumber -*-: Judul Buku: 7 Rahasia Menjadi Ayah yang Efektif Penulis : Ken R. Canfield Penerbit : Yayasan ANDI, Yogyakarta, 1997 Halaman : 31 - 237 *KESAKSIAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* KESAKSIAN* Tugas seorang ayah dalam keluarga adalah mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Tidak jarang dia tidak mempunyai waktu yang cukup untuk bertemu dan menjalin komunikasi dengan anaknya. Sebagai akibatnya sang anak kurang mendapat perhatian dan kasih sayang dari ayahnya. Kesaksian berikut ini menggambarkan tentang kerinduan seorang anak yang ingin mendapatkan perhatian dari ayahnya walaupun hanya satu jam saja. Ia rela melakukan apa saja hanya untuk mewujudkan keinginannya itu. Nah, selamat menyimak! -*- SATU JAM SAJA -*- Seorang pria kembali terlambat pulang dari kerja, letih dan lesu, menemukan putranya yang berusia 5 tahun sedang menantinya di depan pintu. "Papa, bolehkah saya menanyakan sesuatu?" "Tentu, nak, apa yang ingin kau tanyakan?" jawab pria tersebut. "Papa, berapa jumlah uang yang Papa peroleh dalam satu jam?" "Itu bukan urusanmu! Mengapa kamu bertanya seperti itu?" tanya pria tersebut dengan marah. "Saya hanya ingin tahu. Tolong beritahukan berapa uang yang Papa peroleh dalam satu jam?" tanya anak itu. "Baiklah, bila kamu benar-benar ingin tahu. Papa mendapat per jam." "O," anak itu mengangguk-anggukkan kepalanya. Kemudian anak itu memandang kembali kepada pria tersebut dan berkata, "Papa, bolehkah saya meminjam ?" Dengan marah ayahnya menjawab, "Bila kamu hanya ingin tahu berapa jumlah uang yang Papa peroleh dalam satu jam agar kamu dapat meminta uang untuk membeli suatu mainan konyol atau mainan tak berguna lain, lebih baik sekarang juga kamu pergi ke kamarmu dan tidur. Pikirkan kembali mengapa kamu menjadi begitu egois. Papa letih bekerja keras berjam-jam setiap hari, dan tidak ada waktu untuk bermain dengan anak-anak seperti itu." Dengan diam anak kecil itu pergi ke kamarnya dan menutup pintu. Pria tersebut kemudian duduk dan semakin bertambah marah saat ia memikirkan tentang pertanyaan putranya. Betapa beraninya ia bertanya seperti itu hanya untuk memperoleh sejumlah uang. Setelah beberapa jam, amarahnya menyurut dan ia mulai berpikir mungkin ia telah bersikap terlalu keras terhadap putranya. Lagipula putranya jarang meminta uang kepadanya. Pria tersebut berjalan ke kamar putranya dan membuka pintu kamar. "Engkau sudah tidur, nak?" tanya pria tersebut. "Belum, Papa. Saya masih terjaga," jawabnya. "Papa baru saja berpikir, mungkin Papa terlalu keras terhadapmu tadi," kata pria tersebut. "Hari ini Papa sangat lelah dan tanpa sadar Papa menjadi cepat marah. Ini uang yang kamu minta." Anak itu segera bangun dan berseru dengan riang, "Oh, terima kasih, Papa!" Kemudian ia membalikkan bantalnya dan mengambil sejumlah uang yang ada di bawahnya. Pria tersebut melihat bahwa putranya telah memiliki uang, dan ia menjadi marah kembali. Dengan perlahan anak tersebut menghitung uangnya dan kemudian memandang kepada pria tersebut. "Mengapa kamu menginginkan uang lagi, padahal kamu sudah memilikinya?" tanya ayahnya dengan jengkel. "Karena uang saya belum cukup, tapi sekarang sudah cukup," jawab anak tersebut. "Papa, sekarang saya mempunyai uang . Sekarang, bisakah saya membeli satu jam dari waktu yang Papa miliki?" -*- Sumber -*-: Judul Buletin: Eunike, Edisi 15, Januari - Maret 1999 Situs : http://www.geocities.com/~eunike-net/ *STOP PRESS*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*STOP PRESS* -*- REKAMAN KASET CERAMAH PEMULIHAN KELUARGA -*- Beberapa waktu yang lalu kami mengumumkan tentang diadakannya CERAMAH PEMULIHAN KELUARGA, yang diselenggarakan atas kerjasama antara Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) dan Yayasan Lima Roti Dua Ikan di Malang. Ceramah tersebut telah terselenggara dengan sangat baik dan dihadiri lebih dari 200 orang peserta. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih untuk dukungan dan doa para pembaca e-Konsel. Bagi para pembaca e-Konsel, khususnya yang tidak sempat datang, yang ingin mendapatkan kaset rekaman Ceramah Pemulihan Keluarga tersebut, telah tersedia kaset rekamannya. Adapun judul-judul kaset adalah: 1. "Aku Hanya Minta Ditemani" -- Pdt. Paul Gunadi, Ph.D. (1 kaset) 2. "Menambah Kemesraan, Mengurangi Pertengkaran" -- Pdt. Timotius Wibowo, M.K. (2 kaset) 3. "Mengatasi Anak yang Keras Kepala" -- Heman Elia, M.Psi. (1 kaset) 4. "Mengembangkan Kepribadian Anak" -- Ev. Shirley Indrawati, M.K. (1 kaset) Harga per kaset: Rp. 10.000,00, Untuk bahan atau makalah, LBKK hanya menyediakan 2 makalah, yaitu: 1. "Mengatasi Anak yang Keras Kepala", 2. "Mengembangkan Kepribadian Anak" Bagi Anda yang berminat, pemesanan dapat dilakukan melalui: ==> e-mail ke: < telaga@indo.net.id > ==> surat ke : Sekretariat LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang 65122. Telp. (0341) 493645 dengan menyebutkan judul rekaman kaset dan makalah ceramah yang dikehendaki beserta jumlahnya. *SURAT*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-DARI ANDA-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*SURAT* Dari <ina@> >Saya adalah seorang ibu dengan dua orang anak. Saat ini saya merasa >kewalahan dalam mendidik anak-anak kami karena kami masing-masing >bekerja dari pagi hari hingga sore. Suami saya jarang sekali mau >meluangkan waktunya untuk bersama dengan anak-anak kami padahal >saya sudah sering mengatakan padanya bahwa ia juga harus >memperhatikan perkembangan anak-anak kami. Apa yang harus saya >lakukan agar suami saya bisa berubah dan mau meluangkan waktunya >bagi anak-anak kami? Redaksi: Kami mengucapkan terima kasih atas surat yang telah ibu kirimkan. Dari surat ibu, kami bisa melihat sepertinya ibu dan suami sama-sama mempunyai banyak kesibukan. Pernahkah ibu membicarakan dengan suami tentang bagaimana mengatur waktu bersama agar suami bisa menyediakan waktu untuk bersama dengan anak-anak? Jika terpaksa buatlah waktu bergiliran agar suami juga punya waktu sendiri bersama anak-anak. Hal lain yang bisa diusahakan bersama adalah mencoba melibatkan suami pada kegiatan yang biasa dilakukan dengan anak-anak, misalnya makan malam bersama, doa malam bersama, atau nonton film bersama dengan anak-anak sehingga mereka bisa merasakan kehadiran ayahnya. Libatkan suami dalam setiap obrolan-obrolan ringan pada waktu seluruh keluarga berkumpul. Cari waktu yang tepat untuk bisa membicarakan atau membaca buku tentang perkembangan anak-anak. Kitab Ulangan 11:19, bisa menjadi bahan renungan dan doa bersama dalam keluarga. Dan yang sangat penting, jangan lupa minta pertolongan Tuhan agar suami ibu dibukakan terhadap tanggung jawabnya sebagai orang tua dan ayah. Semoga berhasil! e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL STAF REDAKSI e-Konsel Yulia, Ratri, Natalia, Purwanti PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2003 oleh YLSA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org> Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. dapat dikirimkan ke alamat: <owner-i-kan-konsel@xc.org> *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org Berhenti: Kirim e-mail kosong: unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel ARSIP publikasi e-Konsel: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |