Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/41 |
|
e-Konsel edisi 41 (1-6-2003)
|
|
><> Edisi (041) -- 01 Juni 2003 <>< e-KONSEL *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Daftar Isi: - Pengantar : Manusia dan Permasalahannya - Cakrawala (Artikel 1): Proses Konseling Kristen (Artikel 2): Memulai Proses Konseling - Bimbingan Alkitabiah : Ayat-ayat yang Menguatkan - Tips : Pengawasan ... Beban Konseling - Surat : Dimana Bisa Mendapatkan Konseling Kristen? *REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI* -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*- Setiap orang dalam hidupnya pasti pernah mengalami masalah. Ada masalah yang bisa diatasi dengan mudah tanpa perlu bantuan dari orang lain tetapi ada pula masalah yang memerlukan bantuan orang lain untuk menyelesaikannya. Apabila masalahnya terlalu berat, orang Kristen bisa minta pertolongan kepada pendeta atau konselor untuk mendapat pelayanan konseling. Dengan perhatian dan kasih yang tulus, konselor dan konsele dapat melihat karya Tuhan melalui pelayanan konseling ini. Namun ada satu hal yang sering dilupakan, baik oleh konselor atau konsele, yaitu, kadang proses konseling untuk penyelesaian masalah tsb. tidak terjadi dengan mudah dan cepat, khususnya jika masalah yang dihadapi cukup rumit. Kadang konselor terlalu cepat ingin melihat hasilnya, lalu memberikan ayat-ayat Alkitab sebelum konsele sendiri dapat mengerti dengan jelas masalah yang dihadapinya. Dalam hal ini seringkali dibutuhkan suatu proses konseling yang cukup panjang agar konsele siap mendapatkan bimbingan dan agar masalah tersebut bisa diselesaikan sampai ke akarnya. Untuk itu dibutuhkan kesabaran, ketekunan, dan keyakinan yang penuh bahwa masalah itu akan dapat diselesaikan dengan campur tangan Tuhan. Berikut ini kami sajikan beberapa bahan yang diharapkan dapat menolong kita, khususnya bagi konselor, untuk memahami perlunya suatu proses dalam konseling. Kiranya sajian kami ini dapat membantu konselor dalam melaksanakan tugasnya. Selamat menyimak! Tim Redaksi *CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA* Artikel (1) =========== -*- PROSES KONSELING KRISTEN -*- Keluhan yang sering diterima seorang konselor dari klien pada umumnya adalah rasa kecewa, putus asa, kekhawatiran, dan ketakutan yang disebabkan oleh suatu hal yang sangat mengganggu kehidupan kliennya. Menanggapi hal tersebut konselor tidak boleh langsung menyarankan pada kliennya untuk membaca Alkitab dan berdoa serta menyerahkan semua permasalahannya kepada Tuhan. Bagi orang Kristen semua permasalahan memang berasal dari dosa kita dan satu-satunya jalan keluar adalah dengan beriman kepada Kristus. Sebenarnya yang menjadi sumber dari permasalahan hidup orang Kristen adalah iman atau kepercayaan yang salah, pandangan yang tidak tepat serta tidak Alkitabiah bahkan berlawanan dengan iman yang Alkitabiah. Dengan mengubah beberapa bagian dari bagan yang diberikan Lawrence J. Crabb Jr., (Basic Principles of Christian Counseling, 1975) penulis menggambarkan proses konseling Kristen sebagai berikut: 1. Perasaan Negatif 6. Perasaan Positif Situasi Negatif | | | 2. Perbuatan Negatif 5. Perbuatan Positif | | 3. Iman Negatif 4. Iman Positif (Misbelief) | | | | Pengajaran Alkitab dan | | Bimbingan Roh Kudus | |____________________________________| 1. Konselor mendengarkan dan menanyakan keluhan-keluhan konsele yang biasa dinyatakan melalui perasaan dan situasi negatifnya. Meskipun tidak selalu, namun perasaan seorang bisa menjadi negatif karena kelakuan yang negatif (perbuatan dosa). 2. Konselor kemudian menanyakan dan menyelidiki bersama konsele, perbuatan-perbuatan negatif apa saja yang telah diperbuat konsele. Perbuatan-perbuatan dosa dengan perasaan yang negatif sering disebabkan oleh pikiran dan kepercayaan (iman) yang negatif. 3. Konselor mencari penyebab atas perbuatan dan perasaan negatif konsele dengan melihat (mencari dan memperkirakan) pikiran, pandangan, pendapat, iman konsele -- yang salah, yang negatif, dan berdosa (misbelief). Langkah ini merupakan hal yang terpenting sebelum melangkah kepada terapinya. Beberapa bahan untuk didiskusikan dengan konsele antara lain mengenai latar belakang kehidupannya, keluarganya, hubungan dengan keluarganya, pengalamannya di masa lalu, pandangan atau sikap atau filsafat keluarganya maupun dirinya sendiri. 4. Setelah mengetahui iman atau kepercayaan yang salah, kita memperlihatkan dan mengajarkan kepada konsele iman atau kepercayaan yang benar dan yang Alkitabiah. Misbelief yang tampak pada langkah ketiga ini mungkin disebabkan oleh: a. Konsele tidak mengetahui iman atau pandangan yang benar sehingga konselor wajib mengajarkan iman dan pandangan yang benar. b. Konsele mengetahui iman yang benar tetapi tidak yakin dengan kebenarannya. Ia tidak yakin bahwa cara hidup yang diajarkan oleh Alkitab ialah cara hidup yang paling baik sehingga kita harus berusaha untuk menerangkan dan meyakinkannya lagi dan tetap berharap kepada Roh Kudus untuk meyakinkan konsele itu. c. Konsele sesungguhnya mengetahui dan yakin akan kebenaran iman yang benar, tetapi ia sengaja memilih kepercayaan yang salah. Dalam hal ini yang harus dilakukan oleh konselor adalah memberikan pilihan kepada konsele yaitu iman yang benar dan melakukan perbuatan yang benar atau ia sama sekali menolak dan tetap hidup dalam dosa dengan segala masalah yang menyertai penolakannya. 5. Apabila konsele rela hidup sesuai dengan Alkitab dan beriman benar, maka konselor bersama konsele membuat rencana untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang benar berdasarkan iman yang benar yang harus dilakukan konsele. 6. Jika langkah yang kelima sudah dilakukan maka timbullah perasaan yang benar dan positif. Situasi mungkin saja membaik tetapi mungkin juga tidak bila diakibatkan oleh perbuatan orang lain. Proses konseling seperti ini berlaku terutama untuk konseling terhadap masalah-masalah hidup tetapi dapat juga diterapkan untuk konseling karena musibah terutama karena perbuatan-perbuatan negatif. Tujuan utama proses konseling ini adalah secara radikal mengubah pola hidup dan tingkah laku seseorang yang bersifat dosa bukan mengganti perasaan yang negatif menjadi positif karena perubahan perasaan tidak akan bertahan lama bila masalah utamanya tidak diselesaikan dengan benar. Proses konseling ini bersifat Kristen sehingga hanya dapat dilakukan oleh seorang konselor Kristen. Hal ini dikarenakan konselor Kristen sangat mengharapkan keterlibatan Roh Kudus serta segala tindakannya harus didasarkan pada Alkitab. Ia harus memiliki keyakinan bahwa hidup yang benar hanya sesuai dengan Firman Allah yang benar. Contoh dari proses konseling ini adalah seorang istri datang kepada seorang konselor karena ia benci dan marah terhadap suaminya (ini adalah langkah pertama pada diagram di atas). Konselor mendengarkan pernyataan istri itu tentang sebab-sebab dan situasi konflik dengan suaminya yaitu bahwa akhir-akhir ini ia mendapati suaminya sudah tiga kali pergi ke WTS. Karena konselor hanya berbicara dengan sang istri, maka ia hanya mencurahkan perhatiannya pada perbuatan dan tanggapan sang istri. Tentunya ia perlu berusaha untuk bertemu juga dengan sang suami dan melakukan pembicaraan bertiga. Tetapi bila sang suami menolaknya, ia dapat tetap melayani sang istri. Setelah mengetahui kebencian dan kemarahan sang istri, konselor tidak boleh langsung melompat dari langkah pertama ke langkah keenam dengan mengatakan bahwa sebagai orang Kristen kita tidak boleh membenci dan menyarankan agar istri tersebut segera bertobat dan kembali mengasihi suaminya. Pernyataan ini tidak akan menyelesaikan masalah. Konselor sebaiknya menanyakan apa yang dilakukan sang istri setelah mengetahui perbuatan suaminya. Mungkin sang istri dengan jujur mengakui bahwa ia telah memaki-maki suaminya dengan kata-kata yang kasar atau bahkan tidak mengajak suaminya berbicara selama satu minggu. Setelah itu konselor harus masuk pada langkah yang ketiga yaitu menyelidiki, mendiskusikan, dan mengerti bagaimana konsele menghadapi seluruh peristiwa dalam hidupnya. Konselor berusaha mencari tahu apa yang menyebabkan ibu tersebut marah-marah kepada suaminya. Hal-hal apa saja yang membuat ibu tersebut tidak bahagia. Apabila konselor sudah menemukan dan menunjukkan iman yang salah yang mengakibatkan perbuatan, perasaan salah dan negatif, maka tugas konselor selanjutnya adalah mengajarkan iman yang benar dan yang Alkitabiah. Konselor dapat mengatakan bahwa sebenarnya kebahagiaan itu tergantung pada Allah bukan pada suami yang setia. Disinilah konselor Kristen sepenuhnya bergantung pada karya Roh Kudus untuk meyakinkan konsele. Langkah keempat adalah membicarakan dan mencari penyebab mengapa suaminya pergi ke WTS. Lebih baik lagi jika sang suami juga diajak berbicara karena persepsi dari satu pihak saja tidak akan cukup untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. Setelah selesai dengan langkah ini, selanjutnya konselor bisa mendiskusikan langkah- langkah apa yang sebaiknya dilakukan dan tentu saja harus sesuai dan berdasarkan pada iman yang positif. Kadang-kadang tindakan yang tepat tidak bisa segera diperoleh sehingga perlu dilakukan berbagai tindakan yang harus dicari sendiri oleh konsele (langkah kelima). Langkah yang terakhir adalah bila iman dan tindakan konsele telah tepat maka perasaan positif akan datang dengan sendirinya. Dengan demikian sang istri bisa bertahan dan memiliki hidup yang positif meskipun suaminya mempunyai kebiasaan yang buruk. -*- Diringkas dari sumber -*-: Judul Buku : Mengatasi Masalah Hidup Judul Artikel: Proses Konseling Kristen Penulis : Dr. Jonathan A. Trisna Penerbit : Kalam Hidup Pusat, Bandung, 1998 Halaman : 133 - 148 *CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA* Artikel (2) =========== -*- MEMULAI PROSES KONSELING -*- Bagi mereka yang berkecimpung dalam profesi menolong orang lain, ada kecenderungan alamiah untuk terlalu terbenam dalam upaya menolong orang. Mereka melaksanakan tugas mereka dengan keyakinan bahwa mereka harus berusaha memecahkan setiap masalah klien dan memberi kepastian hidup bagi orang-orang yang mencari pertolongan mereka. Keyakinan dan sikap ini tidak begitu bermanfaat sebab dapat sangat membebani si penolong. Sikap ini juga meremehkan posisi klien karena ia terpaksa merasa harus ditolong sepenuhnya. Lebih baik berpandangan bahwa orang-orang yang bermasalah tidak butuh mendapatkan "kepastian". Demikian juga tidak selalu bahwa mereka menginginkan masalah-masalah mereka dipecahkan. Sebagai konselor, kita perlu secara seksama menilai kebutuhan- kebutuhan dan masalah-masalah klien sebelum memutuskan jenis pertolongan yang dibutuhkan. Demikian pula, penting bagi konselor untuk mengetahui apa yang ingin dicapai dalam konseling, dan pendekatan apa yang akan dipergunakan. Kadang-kadang, kita menjanjikan terlalu banyak dan menetapkan sasaran-sasaran yang tidak realistis dan dapat menyesatkan klien atau membuat diri kita sendiri frustasi dalam prosesnya. Kadang-kadang, kita terlalu terpaku pada satu cara yang efektif. Hal seperti ini menyebabkan kita menjadi picik dalam konseling. Untuk memastikan efektifnya konseling, para konselor harus menyadari bahwa tidak semua orang membutuhkan konseling, dan tidak semua orang melihat manfaat apa pun dari konseling. Orang mungkin saja lebih memilih bentuk pertolongan lain untuk mengatasi masalah-masalah mereka. Kecenderungan wajar bila orang berusaha mencari sumber- sumber dukungan dan pertolongan yang sifatnya alamiah. Di Asia, keluarga biasanya merupakan satu sumber alamiah seperti yang dimaksudkan. Hal ini tetap saja berlaku bahkan seandainya keluarga sudah mengalami perubahan. Teman-teman juga merupakan satu sumber dukungan yang penting. Dalam suasana perkotaan, ikatan keluarga sudah melemah dan sering kali orang lari pada teman-teman mereka untuk mendapatkan pertolongan pada saat-saat stres. Terkadang satu- satunya yang mereka butuhkan pada saat-saat stres seperti ini adalah telinga yang bersedia mendengarkan. Mereka hanya membutuhkan kesempatan untuk menceritakan kesulitan-kesulitan mereka atau mencari dukungan emosional. Untuk orang-orang seperti ini, bergabung dalam sebuah kelompok pendukung atau kelompok beranggotakan orang- orang "yang menolong diri sendiri" sudahlah mencukupi. Konseling mungkin saja tidak dibutuhkan. Konselor harus memulai pekerjaan mereka dengan kesadaran seperti itu sehingga mereka tidak perlu mati-matian dalam usaha menolong orang lain. Sebaliknya, mereka perlu semakin seksama dalam menilai dan mendekati orang-orang yang mempunyai masalah. Oleh karena itu, tepat untuk mengajukan pertanyaan: Apakah konseling itu dan untuk siapakah konseling itu diberikan? Pada dasarnya, konseling ditawarkan untuk mereka yang memiliki masalah-masalah yang tidak dapat mereka pecahkan atau yang mereka pikir tidak ada jalan keluarnya. Konseling merupakan sejenis pertolongan emosional, psikologis, yang disediakan untuk mereka yang menghadapi situasi-situasi hidup yang agak tidak wajar, dimana mereka mengalami sejumlah besar masalah. Meskipun keluarga, teman- teman atau para pemuka agama maupun masyarakat, bisa benar-benar memberikan pertolongan, tetapi ada saat-saat di mana sumber pertolongan dari luar dibutuhkan. Sumber yang disebutkan terakhir ini menambahkan dan melengkapi apa saja yang sudah diberikan. Dan sumber pertolongan ini diberikan oleh seseorang yang secara khusus terlatih untuk tujuan tersebut. Untuk itu sebelum proses konseling dimulai konselor harus mengetahui bagaimana proses konseling itu akan dilakukan. Penelaahan proses konseling akan memberikan pemahaman tentang unsur-unsur konseling yang efektif, ketrampilan-ketrampilan memadai yang dibutuhkan dan harus diperlihatkan, serta cara-cara melibatkan klien dalam pemecahan masalah. Proses ------ Konseling pada dasarnya merupakan sebuah proses, yang dibuat dengan tujuan menolong klien yang bermasalah. Proses ini mempunyai awal dan akhir. Konseling merupakan satu situasi sementara yang menuntut terbentuknya relasi antara konselor dan klien dengan tujuan menolong klien. Proses konseling dapat berlangsung dalam satu kali pertemuan, beberapa kali pertemuan, atau lebih banyak lagi. Pandangan ini memperlihatkan bahwa konseling membutuhkan waktu. Prosesnya bergerak maju tahap demi tahap. Sebagai suatu situasi dinamis, konseling dipengaruhi oleh kepribadian, lingkungan dan relasi antara konselor dan klien. Kalau kita melihat konseling sebagai proses, kita juga perlu berusaha memahami bagaimana kita dapat mempengaruhi ini sehingga menghasilkan perubahan-perubahan pada diri klien. Ada kegiatan- kegiatan dan ketrampilan-ketrampilan tertentu yang dibutuhkan pada setiap tahap. Ketrampilan-ketrampilan ini dapat dikembangkan dan harus diterapkan secara saksama untuk mengarahkan klien agar membuka diri secara tepat dan ikut ambil bagian dalam konseling. Ini tidak selalu berhasil, karena tidak mudah melibatkan klien dalam konseling. Tugas ini menjadi lebih sulit lagi jika klien tidak mengerti tujuan atau arah konseling. Proses ini juga tergantung pada relasi antara konselor dan klien. -*- Diedit dari sumber: -*- Judul Buku : Konseling Suatu Pendekatan Pemecahan Masalah Judul Artikel: Memulai Proses Konseling Penerbit : PT BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2002 Penulis : Anthony Yeo Halaman : 135 - 137 *BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*--*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH* -*- AYAT-AYAT yang MENGUATKAN -*- Kadangkala dalam menghadapi suatu permasalahan, kita tidak hanya membutuhkan orang yang bisa mendengarkan keluh kesah kita, memberikan saran dan dorongan serta membantu kita dalam memecahkan masalah kita. Berikut ini kami berikan beberapa ayat dalam Alkitab kami yang harap akan dapat memberikan kekuatan serta dapat membantu Anda untuk lebih berserah pada Tuhan dalam menghadapi masalah Anda. Mazmur 42:6 Matius 6:33-34 Mazmur 34:5 Filipi 4:13 1Petrus 5:7 *TIPS *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TIPS* -*- PENGAWASAN ... BEBAN KONSELING -*- Menjadi seorang konselor bukanlah hal yang mudah. Tugas ini menuntut kerja keras dan kesabaran yang besar. Seringkali para konselor merasa seolah-olah mereka sedang mendayung perahu melawan arus yang sangat deras yang akan membawa mereka ke air terjun. Walaupun demikian, ada cara untuk memperlambat arusnya. Inilah beberapa jurus yang membantu saya untuk melakukan gagasan-gagasan yang saya ambil dari para konselor senior dan lulusan "Academy of Formidable Impacts", yang dikenal sebagai "School of Hard Knocks". 1. Tentukan Batas-batas Pelayanan --------------------------------- Tentukan batas maksimum janji temu konseling yang dapat ditangani dalam satu minggu. Buatlah daftar tunggu orang yang meminta konseling. Prioritaskan mana yang benar-benar harus dilayani tetapi jangan menghabiskan seluruh waktu hanya pada satu konseling saja. Membatasi janji konseling selain akan sangat membantu proses konseling juga akan melindungi waktu untuk pelayanan-pelayanan lainnya. Batasan-batasan ini tidak mutlak tetapi bisa meminta tingkat fleksibilitas atau keluwesan yang sama dari klien. 2. Kenalilah Tingkat Kemampuan Anda ----------------------------------- Konselor pastoral tidak selalu bisa menangani terapi jangka panjang sehingga mereka harus tetap berusaha untuk membangun hubungan dengan para konselor yang lebih profesional untuk melimpahkan kliennya. Para klienpun sebaiknya mengetahui keterbatasan konselor pastoral ini. Konselor yang profesional cenderung untuk bekerja keras, mempertahankan janji-janji kencan pertemuan yang lebih banyak, dan menunjukkan kemajuan yang lebih cepat meskipun para konsele harus membayar untuk konseling. Jadi di gereja kami, kami sering menawarkan dua jenis konseling, yaitu: (1) konseling pastoral, yang tidak membutuhkan bayaran (2) konseling profesional yang membutuhkan bayaran pada tingkat yang tinggi, yang didasarkan pada situasi keuangan kliennya. 3. Membuat Arsip Sumber ----------------------- Arsip sumber yang berisi nama-nama swasta, perwakilan-perwakilan pemerintah, unit kesehatan mental rumah sakit lokal, polisi setempat, nomor-nomor telepon dan alamat-alamat organisasi- organisasi (seperti Alcoholic Annonymous, yang mengkhususkan diri membantu orang-orang yang terlibat dalam penyalahgunaan obat), perwakilan-perwakilan yang mengkhususkan diri dalam perlindungan anak-anak atau isteri yang menjadi korban penyelewengan, informasi yang berkaitan dengan ketentuan-ketentuan perlindungan anak-anak lokal dan pusat akan sangat membantu konselor untuk memperlancar proses konseling. Saya bukan seorang konselor profesional, dan juga saya tidak memberi waktu yang tidak terbatas kepada konsele saya tetapi saya tetap menjadi pastor yang efektif untuk gereja kami karena saya menentukan batas-batas, mengetahui kemampuan-kemampuan saya, dan mengetahui di mana saya harus mencarikan orang-orang yang ahli. -*-Diringkas dan diedit dari sumber: -*- Judul Buku: Kepemimpinan, Volume 26/Th.VII Penulis : Armin B. Sommer Penerbit : Yayasan ANDI, Yogyakarta, 1991 Halaman : 57 - 60 *SURAT*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-DARI ANDA-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*SURAT* Dari: <iwan@> > Saya ingin bertanya dimana saya bisa mendapatkan konseling Kristen > secara gratis? Karena saat ini sebenarnya saya ingin menceritakan > masalah saya tapi saya bingung tidak tahu harus bercerita kepada > siapa. Sebelumnya saya mengucapkan banyak terima kasih. Redaksi: Sdr. Iwan, kami senang menerima pertanyaan Anda. Sebenarnya ada beberapa pelayanan konseling gratis yang bisa Anda dapatkan. Selain Anda bisa datang ke pendeta di gereja Anda, Anda bisa juga datang kepada rekan seiman yang telah dewasa rohani untuk menolong Anda dan permasalahan Anda. Namun jika Anda merasa sungkan untuk mendapatkan konseling di gereja, Anda bisa menghubungi pelayanan Hotline Konseling (Konseling via telepon) yang diadakan oleh beberapa lembaga Kristen. Berikut ini kami informasikan beberapa pelayanan yang bisa Anda hubungi: 1. Fokus Pada Keluarga (FPK) juga menyediakan Hotline Konseling Bebas Pulsa sebagai layanan bagi masyarakat. Adapun jenis konseling yang disediakan mencakup masalah: - Konflik Pernikahan - Kekerasan dalam Rumahtangga - Masalah Pengasuhan Anak - Mengatasi Dukacita Rumahtangga - Masalah Kepribadian Anak - Masalah Komunikasi - Masalah Keuangan - Masalah Hubungan Sosial - Masalah Keuangan Rumahtangga - Masalah Gender Konselor Fokus Pada Keluarga akan mendampingi Anda dalam mengatasi tantangan menuju keluarga bahagia. Silakan menghubungi Hotline Konseling Bebas Pulsa di nomor: 0-800-123-2000. Anda juga bisa melayangkan surat kepada konselor FPK di: P.O. BOX 1996, JKB 11000, Jakarta. 2. Hotline STTRII Anda bisa menelepon Hotline STTRII (Sekolah Tinggi Theologi Reformed Injili Indonesia) ke nomor (021) 798-2819 setiap hari Senin - Jumat, Pk. 08.00-12.00 dan Pk. 20.00-22.00 WIB, silakan menghubungi nomor tersebut dan para konselor akan siap membantu Anda. 3. Bandung Counseling Centre Anda bisa mengirimkan surat ke Jl. Cikawao Komp. Rukan Cikawao Permai Kav. B-11 No.23 Bandung atau telepon (022) 4262728 (Hunting). Selain itu Anda bisa juga menulis lewat email ke alamat: ==> < bcs2010@bdg.centrin.net.id >, 4. Staf Redaksi e-Konsel juga bersedia membantu Anda melalui email yang Anda kirimkan ke alamat berikut: ==> < masalah-konsel@sabda.org > Mudah-mudahan informasi ini dapat menjawab kebutuhan Anda dan para pembaca e-Konsel lain yang ingin mendapat pertolongan konseling. e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL STAF REDAKSI e-Konsel Yulia, Ratri, Natalia, Purwanti PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2003 oleh YLSA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org> Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. dapat dikirimkan ke alamat: <owner-i-kan-konsel@xc.org> *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org Berhenti: Kirim e-mail kosong: unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel ARSIP publikasi e-Konsel: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |