Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/387

e-Konsel edisi 387 (9-8-2016)

Kemerdekaan dari Trauma

Gambar: Situs Christian Counseling Center Indonesia (C3I)

Publikasi Elektronik Konseling Kristen
Kemerdekaan dari Trauma

Edisi 387/Agustus 2016

Salam konseling,

Peristiwa-peristiwa tidak menyenangkan atau yang mendatangkan musibah/bencana dalam hidup kerap kali mendatangkan trauma bagi orang yang mengalaminya. Situasi trauma tersebut akan menjadi momok atau duri-duri dalam kehidupan seseorang apabila ia tidak mendapatkan bantuan atau pertolongan yang memadai untuk menangani kondisi trauma yang dialaminya. Meskipun ada berbagai situasi atau peristiwa yang dapat menorehkan trauma, tetapi masalah kejiwaan menjadi hal yang perlu diperhatikan oleh para konselor ketika menghadapi konseli yang memiliki trauma dalam hidupnya. Untuk itu, dalam edisi e-Konsel kali ini, kami akan mengetengahkan dua artikel yang akan membahas topik mengenai trauma, masing-masing dalam kolom Telaga dan Tanya Jawab. Kiranya kedua artikel yang disampaikan dalam edisi bulan Agustus ini akan semakin memperlengkapi pelayanan Anda untuk menolong mereka yang membutuhkannya. Nah, selamat menyimak. Tuhan Yesus memberkati.

N. Risanti Pemimpin Redaksi e-Konsel,
N. Risanti

TELAGA
GANGGUAN STRES PASCATRAUMA

Salah satu penyebab seseorang sulit mengalami/menangani stres dengan baik adalah apabila ia pernah memiliki trauma/pengalaman mengerikan yang terjadi di masa lampau -- pengalaman buruk ini memengaruhinya dalam waktu yang sangat lama. Bagaimana cara mengatasi ataupun menolongnya? Bahkan, meski Anda tidak mengalami trauma atau Anda kemungkinan tidak hyper-sensitif/gangguan-stres, ringkasan diskusi dengan Pdt. Paul Gunadi berikut ini dapat berguna bagi Anda.

Gangguan Stres Pascatrauma

Gambar: Post Traumatic Stress Disorder

T: Makin hari, makin banyak orang yang menyadari tentang pengaruh keluarga di dalam pertumbuhan kejiwaannya. Nah, masalahnya, banyak masalah yang timbul dalam suatu pernikahan yang sebenarnya berasal dari suatu trauma atau suatu masalah yang dialami sebelum mereka menikah. Nah, apa yang bisa Bapak sampaikan atau uraikan tentang masalah-masalah seperti itu?

J: Yang pertama adalah saya ingin menjelaskan apa yang dimaksud dengan istilah trauma. Trauma itu berarti peristiwa mengerikan yang sangat menakutkan. Di dalam salah satu diagnosis ilmu gangguan jiwa disebut dalam bahasa Inggrisnya: PTSD (Post Traumatic Stress Disorder). Jadi, artinya adalah gangguan stres pascatrauma, yaitu stres yang muncul dan berkelanjutan, tetapi stres itu sebenarnya timbul setelah atau sebagai akibat pengalaman mengerikan yang kita alami di masa yang lampau.

T: Contoh-contoh konkret dari masalah yang mengerikan itu apa, Pak?

J: Misalnya, salah satu yang langsung saya ingat adalah masalah perkosaan. Misalnya, seseorang atau seorang gadis disergap pada waktu malam dan kemudian diperkosa atau ketika ia pergi dengan teman-temannya, tiba-tiba dicegat dan kemudian diperkosa. Nah, peristiwa itu akan menjadi trauma, peristiwa yang sangat mengerikan bagi dirinya. Dan, itu akan menyertainya untuk waktu yang sangat lama.

Atau, seseorang yang melihat suatu pembunuhan, hal ini juga bisa mengganggunya. Ini adalah gangguan yang sering dialami juga oleh para tentara. Saya ingat sekali ada cukup banyak veteran perang Vietnam yang ada di Amerika Serikat. Setelah pulang perang dari Vietnam, banyak dari mereka yang menderita gangguan PTSD. Salah satu tandanya adalah mereka sering diserang oleh mimpi buruk, malam hari terbangun dengan keringat dingin, ketakutan karena mengalami mimpi buruk yang sangat mengerikan. Dan, mimpi buruk ini memang sangat unik sekali, unik dalam pengertian mimpinya mempunyai tema yang sama -- misalnya, ia dikejar-kejar, ia akan dibunuh, ia akan disergap, dll.. Mimpinya bisa berbeda-beda, tetapi temanya sama, dan ia sering mengalami mimpi buruk seperti ini.

T: Kalau orang sudah mengalami seperti itu, bagaimana cara menghilangkannya?

Gambar: Tuhan itu Bai

J: Pertama-tama, dia harus mengenali dulu apa yang menjadi penyebab gangguan itu, sebab tidak sama dalam setiap kasus. Setelah dia bisa mengingatnya dengan bantuan seorang ahli terapi, seyogianya dia kembali lagi ke saat itu. Jadi, dia menghidupkan kembali memorinya, mengunjungi kembali masa di mana dia mengalami peristiwa tersebut, dan mengeluarkan emosi yang seharusnya dia keluarkan saat kejadian itu, tetapi mungkin karena ketakutannya ia tidak bisa mengeluarkan emosi itu. Atau, dia sudah mengeluarkan emosinya, mengekspresikan perasaannya, tetapi belum cukup. Ia harus melanjutkan pengekspresian emosi dan ketakutannya itu lagi. Jadi, ia perlu kembali ke masa tersebut dan mengeluarkan emosi-emosi yang terpendam. Setelah itu, baru ia dapat mulai merasa lebih lega. Setelah hal itu dilakukan, maka dalam ilmu terapi ia dapat diarahkan ke arah yang bersifat kognitif, yaitu penyembuhan kognitif. Artinya, ia akan mulai belajar melihat hidup ini atau situasi ini dengan kacamata yang berbeda. Dahulu, ia itu dalam keadaan tidak berdaya, tetapi sekarang ia dalam keadaan yang lebih berdaya. Dahulu, misalnya, waktu orangtuanya berkelahi ia tidak bisa berbuat apa-apa, tetapi sekarang ia sudah bisa. Ada kalanya orang-orang yang mengalami gangguan stres pascatrauma ini tetap menempatkan dirinya sebagai orang yang tak berdaya. Nah, ini yang perlu kita sampaikan kepada mereka bahwa Tidak! Engkau sekarang berdaya, engkau tidaklah setidakberdaya pada waktu engkau masih kecil. Jadi, harus dilawan dan berikan perspektif yang lebih luas. Namun, saya sadari ini memang berat sekali.

Sumber asli:
Judul artikel : TELAGA - Kaset T010B (e-Konsel Edisi 025)
Penulis : Pdt. Dr. Paul Gunadi
Diambil dari:
Nama situs : Christian Counseling Center Indonesia
Alamat URL : http://c3i.sabda.org/Gangguan_Stres_Pasca_Trauma
Judul asli artikel : Gangguan Stres Pasca Trauma
Penulis artikel : Pdt. Dr. Paul Gunadi
Tanggal akses : 25 Januari 2016

TANYA JAWAB
BAGAIMANA MENGATASI TRAUMA MASA LALU?

Pertanyaan:

Saya memang sial, Bu. Teman-teman punya orangtua yang mengasihi anak dan memberikan apa yang mereka butuhkan, bahkan kebanyakan memikirkan masa depan anak. Ayah saya penjudi, pemabuk, dan berganti-ganti wanita piaraan. Ibu bekerja keras menghidupi kami sekeluarga, suka marah yang disertai sumpah serapah. Punggung saya pernah dilempar seterikaan, rambut adik perempuan pernah digunting, sampai sebulan lamanya ia tidak berani keluar rumah.

Gambar: trauma

Setelah lulus S1 (ekonomi), saya bekerja di perusahaan paman, tetapi ia pelit sekali, dan saya tidak berani keluar. Akhir-akhir ini, saya lebih susah lagi karena pacar saya memutuskan hubungan kami. Bahkan, ia mengatakan saya seorang pria yang membosankan. Memang saya pernah 2x putus pacaran, dan yang terakhir ini saya sudah berusaha untuk hati-hati, bahkan dibantu dengan konseling oleh pendeta kami. Saat ini, ia tidak mau menemui. Saya sangat mencintainya, Bu. Mengapa saya selalu sial?? Tuhan tidak memihak pada saya dan apa yang harus saya lakukan??

Jawab:

Anda lahir dan dibesarkan dalam keluarga yang dysfunction di mana ayah dan ibu tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Akibatnya, Anda tidak mengerti bagaimana mencintai dan dicintai. Apa yang Anda lakukan terhadap pacar Anda mungkin bukanlah cinta yang dapat ia nikmati. Ada kemungkinan Anda cenderung juga posesif /takut kehilangan dan merasa tidak aman -- sehingga pacar Anda justru merasa terjebak, kehilangan kebebasan, dan tertekan. Kebutuhan Anda untuk membina dan mengikatkan diri dengan orang yang Anda cintai tidak dibekali dengan kemampuan sosial yang cukup. Anda bisa memulai, tetapi tidak bisa melanjutkan, memelihara atau mengembangkan hubungan pribadi tersebut. Kehadiran Anda juga tidak dirasakan sebagai kehadiran pribadi yang menyenangkan dan menstimulir pertumbuhan gairah hidup yang positif. Itulah sebabnya, ia ingin membebaskan diri dan meninggalkan Anda.

Gambar: <a target='_blank' href='http://alkitab.mobi/?isaiah+41:13'>isaiah 41:13</a>

Di samping itu, Anda juga mempunyai pengalaman yang buruk dengan suatu sistem kehidupan yang tidak sehat. Belajar dari pengalaman itu, apakah Anda akan terus-menerus menyesali keberadaan diri sebagai seorang yang selalu sial, atau Anda memilih yang terbaik untuk kembali kepada Tuhan dan belajar untuk mengubah apa yang masih bisa diubah. Sebagai seorang yang sudah dilahirkan baru, Anda tidak sendiri, Roh Kudus yang penuh dengan kuasa sudah menyertai dan akan selalu menolong Anda:

  1. Jika Anda sadar akan kelemahan dan ingin diperbarui.
  2. Anda siap untuk belajar membina cinta kasih yang sehat dan dewasa.
  3. Anda tidak memaksakan kehendak Anda sendiri.

Berarti ada kemungkinan Anda memang akan kehilangan pacar Anda. Akan tetapi, jangan takut dan belajarlah mulai membina dengan yang lain dengan kedewasaan dan kesadaran yang baru. Semoga Tuhan memberkati.

Sumber asli:
Judul artikel : Parakaleo (Edisi Apr. - juni 2002)
Penulis : Esther Susabda, Ph.D.
Penerbit : Departement Konseling STTRI
Diambil dari:
Nama situs : Christian Counseling Center Indonesia
Alamat URL : http://c3i.sabda.org/01/apr/2002/konseling_bagaimana_mengatasi_trauma_masa_lalu
Judul artikel : Bagaimana Mengatasi Trauma Masa Lalu?
Penulis artikel : Esther Susabda, Ph.D.
Tanggal akses : 25 Januari 2016


Stop Press! KOMUNITAS UNTUK PARA PEMIMPIN. BERGABUNGLAH!

Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mau berbagi, baik dalam hal wawasan, visi, keterampilan, pekerjaan, pendapat, dll.. Untuk itu, Yayasan Lembaga SABDA menghadirkan komunitas e-Leadership supaya para pemimpin Kristen dan awam bisa saling bertemu dan berbagi nilai-nilai penting seputar kepemimpinan Kristen.

Gambar: Komunitas Leadership

Jika Anda seorang pemimpin Kristen atau seseorang yang ingin mengenal lebih banyak tentang kepemimpinan Kristen, mari bergabung di komunitas e-Leadership sekarang juga!

 
 
Anda terdaftar dengan alamat: $subst('Recip.EmailAddr').
Anda menerima publikasi ini karena Anda berlangganan publikasi e-Konsel.
Redaksi: N. Risanti, Margaretha I., Odysius, dan Santi T.
Berlangganan | Berhenti | Arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
©, 2016 -- Yayasan Lembaga SABDA

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org