Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/377 |
|
e-Konsel edisi 377 (13-10-2015)
|
|
______________________________e-KONSEL________________________________ Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen ______________________________________________________________________ e-Konsel -- Konseling Keluarga Edisi 377/Oktober 2015 Salam konseling, Keluarga dibentuk atas prakarsa Allah Bapa. Ia rindu memperkenalkan Pribadi-Nya dan memberkati manusia melalui keluarga. Namun, di tengah dunia yang semakin cemar, keluarga mengalami berbagai tantangan yang dapat melemahkan fungsi alkitabiah dalam pengajaran dan pemeliharaan bagi roh maupun jiwa anak-anak. Untuk itu, orangtua perlu dibimbing untuk kembali mengingat tugas dan tanggung jawabnya di dalam keluarga. Artikel yang kami sajikan dalam edisi ini diharapkan dapat menolong para orangtua dalam menekankan ajaran firman Tuhan dalam membangun keluarga yang mencerminkan kasih Kristus di dunia. Selamat menyimak. Pemimpin Redaksi e-Konsel, S. Setyawati < setya(at)in-christ.net > < http://c3i.sabda.org/ > BIMBINGAN ALKITABIAH: MENGEMBALIKAN FUNGSI ALKITABIAH KELUARGA Diringkas oleh: S. Setyawati Pola pikir materialistis dapat mengikis mental alkitabiah dan mengganggu fungsi vital sebuah keluarga. Ketika kesadaran akan pemenuhan kebutuhan roh dan jiwa tidak lagi dianggap utama, semua praktik rancangan Tuhan untuk memelihara dan menggembalakan roh dan jiwa berhenti bertumbuh dan mati. Tuhan adalah Pemelihara jiwa. Dia ingin membangun jiwa melalui keluarga, sedangkan Setan ingin menghancurkan apa pun yang dapat membangun jiwa (Yoh. 10:10) -- pengajaran dan pemeliharaan jiwa (contohnya: gereja, sekolah, dan rumah tangga). Karena itu, orangtua harus mengetahui apa saja fungsi alkitabiah yang secara khusus berhubungan dengan pengajaran dan pemeliharaan roh dan jiwa anak-anak. Pemberian terpenting seorang ayah kepada anak-anaknya adalah berkat yang mengalir dari kemurahan hati Tuhan. Tuhan adalah Bapa yang baik, yang ingin memelihara anak-anak melalui kita. Pengaliran berkat untuk anak memerlukan kerja sama dengan orangtua. Jika orangtua tidak bersedia, Tuhan menahan tangan-Nya untuk memberikan berkat kepada anak meskipun Tuhan ingin membantu anak-anak lebih daripada kita sendiri. Tanpa berkat dari ayahnya, seorang anak mengembara di tanah yang gersang secara rohani dan yang tidak menghasilkan buah. Berkat seorang ayah membuka gerbang air surga (Kej. 12:3). "Maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya. Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman-Ku." (Kej. 22:17-18) Ribka bersekutu dengan Yakub melawan Esau untuk memperoleh berkat dari Ishak, dan menang (Kej. 27:27-29). Berkat Ishak atas Yakub bukanlah berkat murahan, tetapi berkat khusus. Setelah mendapat berkat dari Ishak, Yakub menjadi makmur, dilayani orang, dan diberkati. Berkat seorang ayah adalah perkataan Tuhan kepada anak-Nya untuk diteruskan kepada keturunan anak-Nya itu, dan firman Tuhan tidak akan sia-sia. Firman-Nya pasti terlaksana dan berhasil (Yes. 55:11). Selain memberkati, Yakub juga mengutuk/mengecam anaknya (Kejadian 49). Setiap pernyataan mengandung hukuman dan nubuat, spesifik dan berkuasa untuk menghancurkan, mendisiplin, mengampuni, dan memberkati. Esau, yang gagal mendapatkan berkatnya, berseru dengan sangat keras dalam kepedihan hatinya, "Berkatilah aku ini juga, ya bapa! ..." (Kej. 27:34b-40). Namun, apa yang sudah diucapkan Ishak bersifat spesifik dan mengandung nubuatan. Dan, selanjutnya, terjadilah seperti apa yang telah dinubuatkan oleh berkat Ishak. Ketika menyusun tulisan ini, awalnya penulis merasa berat. Ia terus meminta pertolongan kepada Tuhan dan menerima jawaban melalui Neh. 4:10, "... Kekuatan para pengangkat sudah merosot dan puing masih sangat banyak. Tak sanggup kami membangun kembali tembok ini." Kemudian, ayahnya tinggal bersamanya dan berdoa untuknya bersama Pdt. David Dengler dan Profesor Bill Johnson. Setelah itu, pekerjaan penulisannya menjadi ringan dan ia merasa disegarkan kembali. Hasilnya, selesailah tulisan yang berjudul "The Importance of Father`s Love" (Pentingnya Kasih Seorang Ayah - Red.) Para orangtua seharusnya berdoa untuk meminta bimbingan kepada Tuhan. Setelah yakin akan arahan Tuhan, ucapkanlah berkat atas anak-anak. Orangtua boleh berunding dengan anak-anak untuk menanyakan apa yang mereka inginkan. Persatuan adalah prasyarat dari kuasa (Mzm. 133). Dalam seluruh Perjanjian Lama, Tuhan mengatakan tentang turunnya permasalahan dan dosa dari generasi ke generasi (Kel. 20:5, 34:7; Ima. 26:39; Bil. 14:18, 33; Ul. 5:9; Ayub 21:19; Yes. 14:21; Yer. 32:18; Rat. 5:7; dan seterusnya). Namun, firman Tuhan juga mengatakan tentang pewarisan berkat, baik melalui Kristus (Rm. 8:17; Gal. 3:29; Gal. 4:7; Tit. 3:7; Ibr. 1:14, 6:17; dll.) dan manusia (Kej. 12:1-3; Kej. 15:1- 6; Kej. 17:1-8; Kej. 22:15-18; Kej. 26:24; Kej. 27:1-40; Kej. 49:1-28; Ams. 13:22; Mzm. 103:17; Yeh. 37:25; dll.). Berkat diturunkan dengan tiga cara pewarisan: melalui gen yang kita warisi, emulasi, dan pembentukan psikologis, serta hukum tabur tuai. Tidak seorang pun mengerti misteri dari gen dan keutuhan pewarisan karena firman Tuhan sangat spesifik dan tersembunyi. Kej. 12:3b mengatakan bahwa olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat, bandingkan dengan Ibr. 7:9 yang menyebutkan bahwa perbuatan Abraham adalah perbuatan Lewi, dan perbuatan Lewi juga perbuatan Abraham! Mungkinkah ada misteri integrasi dan pewarisan yang jauh melebihi tubuh fana kita? Mungkinkah semua "penurunan" ini hanya sebuah kebetulan? Berapa banyak berkat dan kecenderungan yang kita warisi dari orangtua? Tuhan menghendaki orangtua menjadi peka bahwa perbuatan baik yang mereka lakukan dan terima, mereka alami sebagai karunia spesifik dan harus diturunkan kepada anak-anak mereka. Hal terbaik apa yang dapat kita lakukan untuk anak-anak yang sudah beranjak dewasa? Kita harus memurnikan hati. Semua yang terjadi dalam hidup kita dapat memberkati atau memengaruhi anak-anak. Perhatikanlah ketika Akhan mencuri barang-barang yang dikhususkan, orang Israel melemparinya, keluarganya, dan ternaknya dengan batu serta membakar semua miliknya (Yos. 7). Selain itu, bangsa Israel juga mengalami beberapa kali "pembuangan" untuk melenyapkan orangtua dan anak-anaknya (2 Sam. 12:14; 1 Raj. 14:12). Dosa-dosa dalam keluarga harus dibawa kepada salib. Segala yang terjadi kepada kita (orangtua) dapat memurnikan atau mengeruhkan aliran air berkat dari Tuhan untuk anak- anak kita. "Kebersihan" kita memperindah perairan mereka. Anak-anak diberkati "dengan perantaraan" orangtua. Ingatlah bahwa berkat yang besar turun atas anak-anak kita semakin dekat kita menghampiri Tuhan! "Orang baik meninggalkan warisan bagi anak cucunya, ...." (Ams. 13:22a) Satu-satunya cara yang harus dilakukan untuk memulihkan pewarisan orangtua kepada anak adalah kekudusan. "Saudara-saudaraku yang kekasih, karena kita sekarang memiliki janji-janji itu, marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah" (2 Kor. 7:1). Kekudusan pribadi kita sangat penting dalam menyalurkan berkat untuk anak-anak kita. Dengan menjaga kekudusan, kita tidak mencemari air tempat anak-anak kita hidup dan berenang untuk selamanya. Dengan demikian, kekudusan pribadi kita menjadi fungsi pengajaran dan pemeliharaan anak-anak kita. Sesungguhnya, tidak ada dosa pribadi, individual, rahasia, atau tersembunyi. Tidak ada berkat dan penyucian yang tidak efektif/sia- sia. Tidak ada perbuatan baik yang akan dilupakan. Karena itu, kita harus berdoa agar rasa memiliki antaranggota dalam keluarga terus terjaga dengan baik. Setiap orangtua perlu melihat bahwa disiplin dan otoritasnya adalah fungsi pengajaran bagi roh dan jiwa anak-anak. Firman Tuhan menjadi daging dalam pukulan, perintah, teguran, hukuman, diskusi, atau bahkan argumen. Dan, kita harus mengenalkan Tuhan kepada anak-anak setiap waktu. Oleh karena itu, Rasul Paulus memerintahkan anak-anak untuk menaati orangtua di dalam Tuhan supaya anak-anak berbahagia dan panjang umur di bumi. Dan, sebaliknya. Janganlah seorang ayah membangkitkan amarah di dalam hati anak-anak, tetapi hendaknya mendidik mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan (Ef. 6:1-4). Otoritas, kedisiplinan, dan ajaran haruslah dari Tuhan. Akan tetapi, orangtua harus mengambil pimpinan. Penting juga bagi orangtua untuk mengajarkan dan menerapkan sopan santun kepada anak-anak di rumah sehingga anak menjadi sopan dan sensitif di dalam rumah tangga dan di tempat lain juga. Dengan demikian, kita mewujudkan kehidupan Yesus di tengah-tengah keluarga kita dan melihat bahwa kesopanan semacam itu dalam Kristus merupakan fungsi spesifik dari pengajaran roh dan jiwa Kristen dalam pemeliharaan kita. Mengenai kehidupan seks, orangtua harus memandangnya sebagai fungsi pemeliharaan jiwa dan roh antara satu sama lain dan anak-anak mereka. Dalam beberapa konseling ditemukan bahwa kebanyakan orangtua hampir tidak memiliki kesadaran mengenai hubungan mereka satu sama lain sebagai fungsi pemeliharaan mereka bagi jiwa dan roh anak-anak. Melalui berkat warisan dan contoh nyata, anak-anak kita belajar hidup dan berekspresi kepada orang lain. Orangtua yang memberikan kehangatan, kasih sayang, gurauan, dan godaan akan mewariskan hal yang sama kepada anak-anaknya. Jadi, tidak mengherankan jika anak kita pun akan memiliki kecenderungan seperti kita kelak saat mereka dewasa dan menjadi orangtua. Kekudusan tidak bersifat kaku menurut hukum, melainkan kehidupan kasih yang dihidupi hari demi hari dalam sebuah keluarga. Kemunafikan tidak akan pernah mengungguli kekudusan; hanya kekudusan yang lahir dari kasih pribadi, yang diungkapkan secara pribadi dalam sebuah rumah tangga. Hubungan seksual adalah sesuatu yang pribadi, dan orangtua harus menjaga agar tetap demikian adanya. Anak yang masih bayi sebaiknya tidur di kamarnya sendiri supaya anak tidak melihat orangtua saat berhubungan atau mendengar suara-suara sebelum perlindungan dari pemahaman dapat menanganinya. Privasi dan kerendahan hati yang tepat pun adalah fungsi pemeliharaan dan pengajaran untuk jiwa dan roh anak- anak. Dua anak Nuh, Sem dan Yafet, dengan hati-hati mengangkat dia dan menutupinya ketika dia sedang mabuk dan terlihat auratnya, sementara Kanaan dikutuk karena dia merendahkan ketelanjangan ayahnya (Kej. 9:20-27). Orangtua perlu berhati-hati tentang ketelanjangan dan pemaparan yang berlebihan di sekitar rumah. Bukan karena adanya ketabuan dan ketakutan, tetapi karena adanya kekudusan seseorang yang perlu dihormati. Meskipun hubungan seksual itu pribadi dan tersembunyi, berkat warisan tetap berlaku di dalamnya. Orangtua perlu mengetahui bahwa pemeliharaan, kelemahlembutan, penghormatan, dan penghargaan satu sama lain dalam hubungan seksual juga menyediakan berkat warisan kepada keturunan mereka. Dalam konseling, sering kali ditemukan bahwa anak- anak perempuan dari para ibu yang dingin juga akan cenderung dingin, dan para ibu yang bebas bersemangat dan ekspresif secara seksual sering kali juga menurunkan anak-anak perempuan seperti mereka. Para ayah yang gagal atau sukses sebagai pecinta hampir selalu menurunkan anak-anak laki-laki yang seperti mereka. Doa memang dapat mengubah hal-hal itu, tetapi betapa lebih baiknya jika orangtua menambahkan pengetahuan kepada keinginan sehat mereka bahwa semakin baik kehidupan seksual mereka sendiri, semakin banyak berkat yang diturunkan, dan semakin sedikit yang harus diatasi dan digantikan oleh Yesus. Semua yang kita turunkan kepada anak-anak kita -- keterampilan dan talenta -- adalah sebuah pengajaran untuk jiwa dan roh mereka. Setelah kita menerima Yesus sebagai Juru Selamat, kita harus terus berubah menjadi lebih baik (Yes. 28:10b). Kita belum dapat mengekspresikan sifat-sifat-Nya, kasih karunia-Nya yang berlimpah dengan benar; karena itu, kita harus terus berjalan bersama-Nya, mengenal-Nya, dan mengasihi-Nya lebih sungguh supaya kita dapat memengaruhi anak-anak kita dengan kebaikan. (t/Odysius) Diterjemahkan dan diringkas dari: Judul buku: Restoring the Christian Family Judul bab: Restoring the Biblical Functions of the Family Judul asli artikel: Restoring the Biblical Functions of the Family Penulis: John dan Paula Sandford Penerbit: Victory House, Inc., Tulsa, 1979 Halaman: 221 -- 234 KOMUNITAS KONSEL: ANAK DARI KELUARGA YANG RUSAK (BROKEN HOME) Dalam forum diskusi in-christ net < http://www.in-christ.net/forum/index.php/topic,725.0.html >, telah didiskusikan tentang anak dari keluarga yang rusak. Demikian hasil diskusi yang terjadi: Setya: Teman-teman, kata orang, anak dari keluarga "broken home" itu biasanya nakal, susah diatur, dan tidak sukses dalam studi atau karier. Benarkah demikian? Share yuuk. Komentar: Pa_Ul: Tidak selalu begitu, malah anak dari keluarga yang lengkap, padu, malah nakal dan susah diatur banget. Ada anak dari keluarga yang dibuang di panti asuhan malah jadi anak baik banget. Adiana: Ya setuju. Perkembangan mereka tidak semata-mata dipengaruhi oleh orangtua yang bercerai, tetapi lebih dipengaruhi oleh lingkungannya, khususnya dengan siapa ia berteman. Walaupun, jika luka yang timbul dari "broken home" itu tidak pernah disembuhkan, mungkin akan jadi masalah nantinya, terlebih ketika ia mulai membangun rumah tangga. Pa_Ul: Ketika dia percaya Yesus, maka akan terjadi pemulihan, jadi tidak akan menimbulkan trauma atau apa pun. Yesus mampu memulihkan segala luka-luka batin. Setya: Umm ... terima kasih Pa_ul dan Adiana untuk tanggapan Anda. Dari penjelasan Anda berdua, bisa disimpulkan bahwa anak-anak dari keluarga broken home belum tentu menjadi anak-anak nakal ya, tergantung lingkungan yang memengaruhinya. Namun, kita tidak dapat memungkiri bahwa kekecewaan yang dirasakannya karena kondisi keluarganya yang berantakan dapat membuat seorang anak jadi memberontak `kan? Nah, tinggal bagaimana orangtua menjaga dan membimbing anak agar dapat menyalurkan potensinya untuk hal-hal yang positif ya. Saya sepakat dengan Pa_ul bahwa Yesus Kristus sanggup memulihkan kekecewaan dan luka hati yang ditimbulkan orangtua terhadap anak karena perpisahan orangtua. Memang, hanya dengan mengalami pengampunan dan kasih Kristus, kita dapat mengampuni dan mengasihi orang lain. Oke, deh. Sip! Kontak: konsel(at)sabda.org Redaksi: S. Setyawati dan N. Risanti Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-konsel/arsip/ BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati (c) 2015 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |