Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/376 |
|
e-Konsel edisi 376 (8-9-2015)
|
|
______________________________e-KONSEL________________________________ Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen ______________________________________________________________________ e-Konsel -- Konseling dan Pekerjaan Edisi 376/September 2015 Salam konseling, Pelayanan konseling juga sangat dibutuhkan dalam dunia kerja. Rutinitas dan tuntutan kerja sehari-hari tidak jarang membuat seseorang merasa penat, terluka, dan putus asa. Relasi antarkaryawan atau antara atasan dan karyawan juga berpotensi untuk menjadi konflik yang bisa saja menimbulkan masalah psikis jika tidak disikapi dengan benar. Berbicara tentang relasi antara atasan dan karyawan, bagaimanakah kita sebagai orang percaya, yang mendapatkan kesempatan untuk menjadi atasan dalam sebuah organisasi, mengelola karyawan kita? Dalam edisi ini, e-Konsel menyajikan artikel yang dapat menolong para konselor Kristen memberikan bimbingan bagi para atasan untuk melihat arti bekerja menurut Alkitab untuk mendapatkan pemahaman yang benar dalam mengelola karyawannya. Simak pula ringkasan program TELAGA yang berjudul "Memelihara Relasi Kerja" untuk melihat bagaimana seharusnya sebagai orang percaya, kita membangun relasi di lingkungan pekerjaan kita. Kiranya menjadi berkat. Redaktur Tamu e-Konsel, Odysius < http://c3i.sabda.org/ > CAKRAWALA: NASIHAT ALKITABIAH TENTANG BAGAIMANA MENGELOLA KARYAWAN Hampir seminggu berlalu, saya tidak mendengar cerita tentang seseorang yang diperlakukan buruk oleh atasan mereka di tempat kerja. Dalam beberapa perusahaan, sudah biasa bagi karyawan untuk meninggalkan pekerjaan dan merusak properti perusahaan jika mereka tidak mendapatkan gaji dan keuntungan sesuai dengan yang mereka tuntut. Hal ini, apalagi dengan adanya sensasionalisme kenyataan tersebut oleh pers, telah membuat banyak orang percaya bahwa atasan dan karyawan harus memperjuangkan apa yang mereka inginkan. Walaupun ada dua sisi cerita, penting bagi atasan untuk mencari tip dan nasihat alkitabiah tentang bagaimana mengelola karyawan. Apa yang Alkitab Katakan tentang Bekerja? Referensi pertama yang kita ketahui tentang bekerja ditemukan dalam Kejadian 2:15 ketika Allah mengambil Adam dan menempatkannya di taman Eden untuk mengusahakan dan memeliharanya. Sebelum dosa masuk ke taman, tugas Adam adalah menjalankan perintah Allah untuk menguasai bumi sekaligus mengatur persediaan makanan yang Allah sediakan (Kejadian 1:26-30). Selanjutnya, setelah Adam dan Hawa berdosa, Allah mengutuk tanah sehingga tanah tidak akan lagi mengeluarkan hasil jika manusia tidak mengusahakannya (Kejadian 3:17-19). Lalu anak-anak Adam dan Hawa, Kain dan Habel, membawa persembahan kepada Tuhan. Persembahan Kain berasal dari hasil panen yang ia tanam. Persembahan Habel adalah seekor anak domba dari domba-domba yang ia ternakkan. Allah menerima persembahan Habel, tetapi menolak persembahan Kain karena persembahannya bukanlah korban pencurahan darah dan persembahannya tersebut berasal dari hasil tanah yang telah terkutuk. Hal ini membuat Kain marah dan ia membunuh adiknya, Habel. Ketika hal ini terjadi, Allah mengutuk Kain sehingga ia tidak bisa lagi memperoleh hasil panen untuk dirinya sendiri sehingga ia harus mengerjakan pekerjaan lain dan ia harus membayar orang lain untuk mendapatkan makanan. Inilah awal mula orang mempekerjakan orang lain dan bekerja untuk mendapatkan upah (Kejadian 4:1-17). Apa Tanggung Jawab Atasan kepada Karyawan Mereka? Hal pertama yang perlu dilakukan seorang atasan adalah menciptakan lingkungan pekerjaan sebagaimana yang Kristus ciptakan. Kita melihat hal ini dijelaskan dalam 1 Timotius 6:1-12. Pertama, atasan harus menciptakan lingkungan yang saling menghormati (1 Timotius 6:1-2). Hal ini terwujud dengan membuat dan menerapkan prinsip kerja dan cara menjalankan usaha yang benar. Hal ini juga termasuk memuji orang-orang yang memperlihatkan prinsip benar tersebut dan memecat karyawan yang tidak menerapkan etika kerja tersebut (1 Timotius 6:2-5). Secara umum, seorang atasan harus melakukan apa saja yang dapat mereka lakukan untuk membuat karyawan mereka berhasil. Mereka harus berusaha keras untuk menginspirasi karyawan mereka supaya mau bekerja, sebab mereka ingin menjadi bagian sebuah tim yang bekerja keras dan melakukan hal yang benar karena hal tersebut memang benar dan suci untuk dilakukan. Hal ini berarti bahwa atasan harus belajar memotivasi karyawan dengan menginspirasi mereka dan tidak mengintimidasi mereka (Efesus 6:5-9). Selanjutnya, karyawan harus menempatkan kebenaran di atas keuntungan pribadi (1 Timotius 6:6-8). Hal ini berarti bahwa atasan seharusnya tidak mengambil keuntungan yang tidak adil dari konsumen atau karyawan mereka untuk mendapat keuntungan lebih banyak. Dengan demikian, atasan harus merasa puas dengan apa yang Allah anugerahkan kepada mereka. Dengan melakukan hal sebaliknya hanya akan menuntun mereka melakukan hal yang konyol dan menyakitkan terhadap karyawan mereka, yang akan memperlihatkan kesaksian yang buruk tentang keselamatan mereka (1 Timotius 6:9-10). Seorang atasan harus memberikan gaji yang semestinya dan memberikan keuntungan yang dapat mereka usahakan bagi karyawan mereka. Cara ini termasuk menggaji karyawan mereka atas apa yang mereka dapatkan dan memberikannya tepat waktu (Imamat 19:13; Ulangan 24:14-15; Yeremia 22:13; Maleakhi 3:5; Kolose 4:1). Terakhir dan yang terpenting, atasan dalam kehidupan pribadinya harus terus bertumbuh ke arah Kristus. Dengan begitu, reputasi mereka sebagai atasan dan usahawan akan membuka banyak pintu untuk memberitakan Kristus melalui karyawan, konsumen, dan rekan kerja mereka dalam komunitas (1 Timotius 6:11-12). Kesimpulan Bekerja untuk orang lain telah menjadi sebuah praktik yang terjadi sejak kejatuhan manusia dalam dosa. Relasi atasan dan karyawan harus dibangun di atas sikap saling menghormati. Atasan harus berusaha menciptakan lingkungan kerja sebagaimana yang Kristus ciptakan, yang mengupayakan keberhasilan para karyawan sebagai anggota tim ilahi yang penting. Atasan harus memberikan gaji yang semestinya dan keuntungan kepada karyawan mereka melalui pujian dan penghargaan karena telah melakukan hal benar. Atasan pada akhirnya harus memahami posisi mereka sebagai orang yang dapat memberikan dampak besar bagi banyak orang sebagai saksi Kristus. (t/S. Setyawati) Diterjemahkan dari: Nama situs: What Christians Want to Know Alamat URL: http://www.whatchristianswanttoknow.com/biblical-tips-and-advice-on-how-to-manage-employees/ Judul asli artikel: Biblical Tips and Advice On How To Manage Employees Penulis: Dr. Michael L. Williams Tanggal akses: 26 Agustus 2015 TELAGA: MEMELIHARA RELASI KERJA Untuk menolong kita bertahan di tempat kerja, kita harus mempunyai konsep yang tepat mengenai relasi kerja. Relasi kerja sebetulnya adalah sebuah kontrak yang masing-masing pihak diharapkan memenuhi tanggung jawabnya. Dalam kontrak tersebut, kedua belah pihak sebetulnya akan saling memberi dan saling menerima, yang bekerja akan menerima upah dan yang memberikan pekerjaan akan menerima jasa. Jadi, yang pertama-tama perlu dilakukan ialah mengetahui kejelasannya, yaitu apa yang akan dituntut dan apa yang akan diberikan. Langkah pertama ini sering kali dilewati oleh banyak orang sehingga mereka tidak begitu mengerti apa yang dituntut. Ada kontrak yang tertulis, ada kontrak yang tak tertulis. Jadi, yang perlu ditekankan adalah bagaimana ketika kita menghadapi pekerjaan yang kontraknya adalah yang tak tertulis. Artinya, segala sesuatu bisa diminta tanpa peringatan terlebih dahulu. Menurut saya, hal itu juga merupakan suatu kontrak. Jadi, saya mau menggarisbawahi juga satu prinsip di sini, yaitu penerimaan kerja tidak sama dengan penerimaan rekan kerja. Prinsip ini adalah dua hal yang sangat berbeda. Kita bisa disambut, diberi salam selamat datang, diberi kursi dan meja, tetapi hal itu sama sekali tidak menandakan kita sudah diterima sebagai rekan kerja, kita baru diterima untuk bekerja. Supaya bisa diterima sebagai rekan kerja, perlu waktu penyesuaian antara dua belah pihak sehingga akhirnya bisa klop. Tempat kerja yang baik adalah yang akomodatif. Akomodatif dalam pengertian bahwa staf lama atau yang senior bisa menerima keunikan orang yang baru. Salah satu cara yang saya tahu sering digunakan orang adalah melobi. Saya tahu dalam kasus-kasus tertentu melobi itu efektif, tidak selalu buruk. Namun, saya pribadi memang tidak begitu nyaman melobi. Alasan saya yang pertama, bagi saya kalau kita melobi seseorang untuk mendukung usulan kita dalam rapat bersama, sebetulnya tanpa disadari sudah terjadi kontrak, yaitu kontrak utang. Kita berutang kepada dia yang akan memberikan dukungan kepada kita. Alasan yang kedua, melobi akan menciptakan koalisi dalam suatu organisasi dan itu tidak sehat. Sampai batas mana kita bisa bertoleransi atau menentukan inilah saatnya untuk berhenti? Apalagi orang/pribadinya sudah diterima, tetapi idenya selalu tidak diterima. Saya kira ada dua pertimbangan: - Apakah sesuatu yang dilakukan di tempat pekerjaan kita itu merupakan dosa? Jadi, kita memakai standar firman Tuhan, kita tidak mau mengambil bagian dalam dosa. Pengertian dosa di sini bukannya yang interpretasi-interpretasi, tetapi dosa yang sungguh-sungguh jelas hitam atau putih. - Apakah kita tidak bisa efektif lagi dalam memberikan sumbangsih? Alasannya, misalnya, di sana kita sudah terlalu terhambat, kita tidak bisa lagi memberikan diri kita dengan baik, kita ditindas, kita dibedakan, dan sebagainya. "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23) Ayat ini merupakan suatu imbauan atau suatu permintaan Tuhan, apa pun yang kita lakukan dalam hidup ini perbuatlah dengan segenap hati seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Meskipun kita bekerja untuk manusia, tetapi kita bersungguh-sungguh dan memberikan yang terbaik. Perlu dihayati bahwa pekerjaan yang kita terima itu diberikan oleh Tuhan sehingga kita bertanggung jawab kepada Tuhan juga. Diambil dan disunting dari: Nama situs: TELAGA Alamat URL: http://telaga.org/audio/memelihara_relasi_kerja Judul audio: Memelihara Relasi Kerja (T096B) Narasumber: Pdt. Dr. Paul Gunadi Tanggal akses: 14 April 2015 STOP PRESS: PUBLIKASI E-LEADERSHIP Anda seorang pemimpin? Apakah Anda ingin memperdalam pengetahuan yang meningkatkan kompetensi kepemimpinan Anda? Untuk itu Anda memerlukan bahan-bahan bermutu tentang pemimpin dan kepemimpinan. Publikasi e-Leadership dari Yayasan Lembaga SABDA menyediakan bahan-bahan bermutu kepemimpinan yang Anda butuhkan! Bagi Anda yang ingin menambah wawasan mengenai kepemimpinan silakan mengirimkan email kosong ke < subscribe- i-kan-leadership(at)hub.xc.org > untuk didaftarkan menjadi pelanggan publikasi e-Leadership. Jangan lupa untuk berkunjung ke Situs Indo Lead < http://lead.sabda.org > Kiranya melalui publikasi e-Leadership setiap pemimpin Kristen akan semakin diperlengkapi dengan baik dan diberdayakan untuk melayani dan bersaksi bagi kemuliaan nama Tuhan. Kontak: konsel(at)sabda.org Redaksi: S. Setyawati dan N. Risanti Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-konsel/arsip/ BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati (c) 2015 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |