Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/372 |
|
e-Konsel edisi 372 (12-5-2015)
|
|
______________________________e-KONSEL________________________________ Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen ______________________________________________________________________ e-Konsel Akar Luka Batin Edisi 372/Mei 2015 Salam konseling, Luka hati adalah salah satu "luka" serius yang harus ditangani secara khusus. Jika tidak, luka tersebut akan membusuk dan menimbulkan luka- luka lain seperti kemarahan, kebencian, dan sebagainya. Bahkan, ada beberapa konseli yang menyimpan akar pahit didapati mengidap penyakit dalam, seperti maag atau kanker. Untuk menolong konseli yang masih "diperbudak" oleh luka batin, kita perlu membuka kembali luka lama yang tersimpan di hati dan membersihkannya dengan pimpinan dan kuasa Roh Kudus. Tanpa tindakan tersebut, sulit bagi kita untuk menolong konseli. Pada edisi bulan Mei ini, e-Konsel menghadirkan artikel mengenai akar dari kepahitan yang dapat menjadi akar luka hati dan artikel dari TELAGA. Silakan menyimaknya untuk memberi Anda bekal tambahan dalam menolong sesama. Pemimpin Redaksi e-Konsel, S. Setyawati < setya(at)in-christ.net > < http://c3i.sabda.org/ > CAKRAWALA: AKAR PAHIT Kepahitan dikenal dalam Alkitab sebagai racun rohani dan suatu jalan yang melaluinya banyak orang diperdaya (Ibrani 12:15). Kepahitan adalah sumber munculnya masalah fisik dan rohani yang tak terhitung banyaknya, yang ditemukan dalam jutaan jiwa manusia sekarang ini. Alkitab mengatakan kepada kita bahwa BANYAK orang diperdaya oleh rupa-rupa kepahitan. Kepahitan terkadang sulit dikenali karena kepahitan bukanlah suatu gejala atau sesuatu yang terlihat "di atas permukaan" (baca: secara lahiriah) seperti halnya kemarahan. Banyak orang mengaku bahwa mereka bukan orang yang pemarah atau pembenci, tetapi kepahitan bukanlah tentang hal-hal semacam itu. Banyak masalah yang tidak selalu terlihat secara lahiriah, tetapi menetap di dalam sistem seseorang. Kepahitan adalah sebuah akar! Ibrani 12:15, "Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang." Apa yang dimaksud dengan akar? Akar adalah sumber, atau suatu mata air yang membual, yang berada di bawah permukaan air. Akar tidak secara langsung memperlihatkan atau menunjukkan dirinya, tetapi ia adalah sumber nutrisi atau bahan bakar bagi elemen-elemen lain yang ada di permukaan. Pada umumnya, Anda tidak melihat sebuah tanaman menunjukkan sistem akarnya, tetapi apabila tanaman tersebut tidak memiliki sistem akar, tanaman tersebut tidak akan bertahan hidup. Akar tidak memperlihatkan dirinya di atas tanah, tetapi menjalankan fungsi di bawah tanah dan menjadi "bahan bakar" semua yang ada di atas tanah. Marilah kita amati sebuah sistem akar tanaman secara lebih dekat. Di mana letak akar-akar tanaman? Di bawah tanah. Dapatkah seseorang melihat sistem akarnya? Tidak, karena akar tersebut tersembunyi di bawah tanah atau di bawah permukaan tanah. Demikian halnya dengan kepahitan dalam jiwa seseorang. Kepahitan adalah sesuatu yang tersembunyi, yang terletak di dalam batin, dan kepahitan menimbulkan kemarahan dan emosi-emosi negatif lainnya terhadap orang lain dan keadaan di sekitar kita. Seseorang yang memiliki akar pahit menyadari bahwa ia akan lebih gampang marah karena sesuatu yang dilakukan orang lain di sekitarnya. Hal ini dapat diumpamakan seperti sebuah mata air yang mengalir di bawah tanah, yang menanti saatnya untuk memperlengkapi sesuatu yang ada di atas tanah. Kepahitan dapat tersimpan dalam diri seseorang. Ada begitu banyak wanita yang diperkosa mengembangkan perbudakan rohani dan emosional yang mengerikan. Hal ini bukan karena mereka sudah diperkosa, tetapi karena mereka membiarkan trauma menguasai mereka. Zaman sekarang, banyak wanita "diperbudak" karena mereka merasa pahit hati atas apa yang telah dilakukan kepada mereka bertahun-tahun yang lalu. Saya yakin Clinton Clark pernah mengatakan bahwa dalam pengamatannya, tampaknya anak-anak laki-laki yang dicabuli oleh pria-pria dewasa dan mengampuni si pelaku pencabulan serta melupakan hal itu, dapat menang dengan mudah tanpa tertawan oleh roh homoseksual yang najis. Akan tetapi, orang-orang yang membiarkan trauma mengganggu mereka, membiarkan hal itu berlalu dengan tetap dihantui roh homoseksual dan perbudakan-perbudakan yang lain. Begitulah cara roh-roh jahat memperoleh jalan masuk ke dalam kehidupan seseorang melalui peristiwa pemerkosaan dan tindakan kekerasan. Sesungguhnya, intinya bukan tentang tindakan kekerasan atau pemerkosaan, tetapi kepahitan dan perasaan tidak sehat yang berkembang dalam diri seseorang yang telah "dimanfaatkan". Setan-setan menumbuhkan kepahitan dan ketidakmauan untuk mengampuni, dan ini menjadi sebuah pintu yang terbuka lebar bagi mereka untuk masuk ke dalam diri seseorang dan meluaskan perbudakan rohani, mental, dan bahkan fisik. Saat ini, banyak orang yang telah terluka, tidak mengekspresikannya secara lahiriah, tetapi lebih memilih menyimpan perasaan terluka dan kepahitan di dalam batin. Di situlah, perasaan tersebut bertumbuh dan membusuk. Saya mengenal wanita-wanita yang telah diperkosa, mereka adalah orang-orang yang baik, lemah lembut, dan penyayang. Akan tetapi, di dalam batin, mereka diperbudak oleh apa yang telah diperbuat kepada mereka bertahun-tahun yang lalu. Meskipun mereka bukanlah pribadi-pribadi yang pemarah atau yang kasar, bukan berarti mereka bebas dari akar pahit. Seperti yang saya katakan di awal, kepahitan adalah akar, dan akar tidak selalu terlihat di permukaan. Akar pahit memunculkan kemarahan yang tidak benar dan emosi lain ke permukaan, tetapi kepahitan itu sendiri bekerja di bawah permukaan. Kepahitan adalah sebuah akar. Dengan demikian, kita lebih sulit mengidentifikasi dan mengeksposnya dibanding masalah-masalah yang terlihat lainnya. Namun, semuanya mengandung racun yang mematikan, yang perlu dikeluarkan. Apabila akar tersebut dibiarkan begitu saja, akar tersebut akan bertumbuh dan membusuk, serta memiliki kemampuan untuk memunculkan masalah-masalah lahiriah lainnya seperti sifat mudah tersinggung, kemarahan, kebencian, dll.. Orang-orang yang pahit hati lebih mudah melihat keadaan di sekitar mereka sebagai sumber masalah ketimbang melihat bagaimana mereka menangani keadaan tersebut. Alih- alih membiarkannya berlalu dan mengampuni, mereka membiarkan perasaan tersebut menguasai mereka, dan perasaan tersebut menelan mereka hidup- hidup. Ini adalah cara biasa yang digunakan setan untuk memasuki kehidupan manusia zaman sekarang. Entah kepahitan terwujud secara lahiriah atau tidak, tidak menjadi masalah. Karena sifat alamiah emosi dan perasaan yang selalu berubah- ubah, keduanya tidak selalu dapat diamati secara lahiriah, tetapi bagaimanapun juga, itu tidak mengurangi fakta bahwa emosi dan perasaan tersebut benar-benar ada. Jika ada akar pahit, kepahitan harus dipotong sampai ke akarnya dan dibuang dari jiwa seseorang. Kita harus memutuskan untuk membuang semua luka dan perasaan yang tidak keruan di dalam sistem kita, dan menyesal karena telah menyimpan racun tersebut di dalam hati kita. Berbaliklah dari perasaan tersebut dan tinggalkanlah perasaan itu, izinkanlah kasih Allah bekerja di hati Anda. (t/S. Setyawati) Diterjemahkan dari: Nama situs: Great Bible Study.com Alamat URL: http://www.greatbiblestudy.com/bitterness.php Judul asli artikel: Root of Bitterness Penulis artikel: Robert L. Tanggal akses: 25 Februari 2015 TELAGA: KORBAN TINDAK KEKERASAN Derita yang dialami oleh korban tindak kekerasan adalah pada batin atau hatinya. Untuk menyembuhkannya, membutuhkan waktu yang cukup lama. Ada salah seorang korban yang menyalahkan diri sendiri karena dia menjadi korban tindak kekerasan. Sebenarnya, yang bersalah itu tetap pada pelakunya, dan korban hanya sebagai pemicu dari tindak kekerasan. Sering kali, kita menyalahkan Tuhan, seolah-olah Tuhan tidak menolong kita saat terjadi tindak kekerasan. Padahal sebenarnya, Tuhan itu mengasihi manusia dan ingin manusia saling mengasihi dan memperhatikan, bukan saling menyakiti. Kalau itu diizinkan oleh Tuhan, Tuhan mempunyai rencana sendiri. Keluarga korban juga ikut menanggung derita akibat tindak kekerasan, tetapi keluarga harus menolong korban. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menolong korban: - Keluarganya harus lebih kuat dari korban, untuk melindungi. - Keluarga harus bangkit mencari bantuan kepada sesama orang beriman, konselor, dsb.. - Korban mempunyai kemauan yang keras untuk sembuh. Tindakan pertolongan yang bisa dilakukan oleh orang lain atau konselor: - Mendengarkan ceritanya. - Memercayai apa yang telah terjadi. - Mendampingi orang itu di dalam pemulihannya. - Mendorong dia untuk bisa mengampuni pelaku tindak kekerasan. Tanda-tanda dari korban tindak kekerasan yang sudah pulih memang tidak kelihatan secara fisik, tetapi bisa kelihatan bahwa bebannya sudah terlepas, tidak tertekan lagi, dan saat menghadapi sesuatu tidak mudah tersinggung, tidak menyimpan dendam karena hatinya sudah damai. Langkah-langkah yang dilakukan korban agar tidak terjadi untuk yang kedua kalinya: - Membuat batasan dengan pelaku atau menjaga jarak. - Mengenali kelemahan diri supaya tidak diperalat oleh orang lain. - Memutus hubungan jika penderitaan yang dialami sudah begitu dahsyat. Firman Tuhan: "Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang!" (Roma 12:17) Jadi, penyelesaiannya adalah "pengampunan". Diambil dan disunting dari: Nama situs: TELAGA Alamat URL: http://www.telaga.org/audio/korban_tindak_kekerasan Judul transkrip: Korban Tindak Kekerasan (T221B) Penulis: Pdt. Dr. Vivian Andriani Soesilo Tanggal akses: 20 Februari 2015 STOP PRESS: PUBLIKASI BERITA YLSA Ingin mendapatkan informasi terbaru seputar pelayanan YLSA? Publikasi Berita YLSA adalah jawabannya! Publikasi ini menyajikan informasi- informasi terbaru dan aktual seputar perkembangan pelayanan YLSA, yang diterbitkan secara khusus untuk menjangkau pribadi/yayasan yang telah mendukung dan menjadi sahabat YLSA. Untuk berlangganan publikasi Berita YLSA secara gratis melalui email, silakan mengirimkan email kosong ke < subscribe-i-kan-berita- ylsa(at)hub.xc.org >. Jangan tunda lagi, kirim email sekarang juga dan perluas wawasan Anda dengan berkunjung ke situs YLSA < http://ylsa.org >. Kontak: konsel(at)sabda.org Redaksi: S. Setyawati, Berlin B., dan N. Risanti Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-konsel/arsip/ BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati (c) 2015 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |