Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/367 |
|
e-Konsel edisi 367 (9-12-2014)
|
|
______________________________e-KONSEL________________________________ Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen ______________________________________________________________________ e-Konsel -- Natal Edisi 367/Desember 2014 Salam damai dalam Kristus, Momen Natal adalah momen yang istimewa bagi umat Nasrani. Pasalnya, pada momen inilah, kita kembali diingatkan akan awal mula penggenapan janji Allah tentang hadirnya Juru Selamat dunia. Namun, tidak sedikit umat Nasrani yang menghabiskan masa Natal ini di tempat yang terpisah dengan sanak keluarga. Hal ini mungkin saja menimbulkan kesepian bagi beberapa orang. Selain itu, mungkin karena sudah menjadi tradisi, maka masa Natal tidak dirasakan sebagai momen yang spesial bagi beberapa orang. Bagaimana kita bisa memaknai Natal? Kita perlu mengingat kembali mengapa kita memerlukan Natal. Nah, dalam edisi ini, Anda dapat menyimak bagaimana mengatasi kesepian saat Natal dan mengapa kita memerlukan Natal. Semoga bermanfaat. Akhir kata, segenap redaksi e-Konsel mengucapkan selamat merayakan Natal 2014 dan menyambut tahun baru 2015. Damai Kristus beserta kita semua. Mohon maaf apabila selama setahun ini, kami tanpa sengaja membuat ketidaknyamanan di hati Anda. Tuhan Yesus memberkati. Pemimpin Redaksi e-Konsel, S. Setyawati < setya(at)in-christ.net > < http://c3i.sabda.org/ > RENUNGAN: MENGATASI KESEPIAN SAAT HARI NATAL Sungguh, bagi banyak orang, hari-hari libur, seperti liburan Natal, bisa menarik kenangan-kenangan menyakitkan. Luka-luka dari masa kanak -kanak atau kehilangan orang-orang yang dicintai memukul perasaan mereka dengan keras selama masa sentimental ini. Sementara banyak orang merayakan sukacita masa Natal, orang-orang lainnya merasakan kesepian. Sesekali, di tengah masa-masa yang menyedihkan dalam kehidupan Daud, calon raja Israel yang diurapi ini menemukan dirinya sendiri berlari dari dua musuh yang terpisah -- hampir sulit menemukan waktu untuk "bebas". Dengan orang-orang Filistin di Barat dan Raja Saul di Timur, Daud yang tertekan mencari perlindungan di gua Adulam (1 Samuel 22:1 -2). Dari semua perspektif manusia, Daud sendirian. Dia menunjukkan apa yang dirasakannya dengan sebentuk doa: "..., tidak ada seorangpun yang menghiraukan aku; ..., tidak ada seorangpun yang mencari aku." (Mazmur 142:4) Akan tetapi, Daud juga berkata, "Ketika semangatku lemah lesu di dalam diriku, Engkaulah yang mengetahui jalanku ...." (Mazmur 142:3) Dalam bahasa Ibrani, kata "Engkau" berdiri dengan tegas, artinya hanya Allah yang benar-benar memahami rasa sakit yang dialami Daud. Dari gua yang dalam tersebut, Daud berseru dengan nyaring, "... Engkaulah tempat perlindunganku ...!" (Mazmur 142:5) Kata-kata Daud menggambarkan tekanan antara kepedihan jiwa dan kebergantungan kepada Allah. Rasa kesepian yang menyedihkan sering kali terasa seperti berada dalam penjara -- seperti itulah yang dirasakan Daud. Pikiran-pikiran dan tindakan-tindakan yang sudah tidak berpengharapan sering kali mengikuti. Namun, ketika kita merasa berbeban berat dan merasakan kesepian, kita dapat mengingat bahwa Tuhan ada dan "Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi" (Mazmur 139:3). Apa pun juga yang kita rasakan, janji-janji firman Allah pasti benar. Dia tidak pernah meninggalkan kita sendirian. Daud memberi contoh kepada kita bahwa masa-masa kesepian adalah masa -masa untuk mencari "perlindungan" dalam Allah melalui doa. Masa-masa itu bukan untuk mencari solusi dunia. Tuhan sering kali mengajar kita di tengah-tengah pergumulan ini dengan menyingkirkan segala sesuatu kecuali diri-Nya sendiri -- kebenaran Daud menegaskan: "Engkaulah tempat perlindunganku, bagianku di negeri orang-orang hidup!" Jadi, ketika kita merasa sendirian -- dan maksud saya benar-benar merasa sendirian --, kita harus berpegang teguh pada janji-janji Tuhan bahwa Dia tidak akan pernah meninggalkan kita ... tidak akan melalaikan kita ... dan tidak akan pernah membiarkan kita (Ulangan 31:8; Matius 28:20; Yohanes 14:18). Kesepian adalah panggilan Allah terhadap kita untuk mendekat kepada -Nya. (t/S. Setyawati) Diterjemahkan dari: Nama situs: Insight Alamat URL: http://www.insight.org/resources/articles/christmas/dealing-with-holiday.html?t=christmas Judul asli artikel: Dealing with Holiday Loneliness Penulis artikel: Wayne Stiles Tanggal akses: 8 Mei 2014 BIMBINGAN ALKITABIAH: ALASAN SEBENARNYA ANDA MEMBUTUHKAN NATAL Masa liburan, bonus akhir tahun, menerima hadiah-hadiah sesuai daftar harapan Anda ... tidak ada satu pun di antaranya yang tidak baik. Namun, Anda bisa mendapatkan semua hal itu tanpa Natal. Jadi, hal-hal itu tidak bisa menjadi alasan utama Anda membutuhkan Natal, bukan? Mungkin Anda berada di sisi yang berlawanan: Anda berpikir bahwa Anda tidak perlu Natal sama sekali. Dekorasi, pertemuan keluarga yang tidak saling membaur, belanja, dan bepergian, menambahkan begitu banyak stres. Atau, mungkin Natal membuat Anda merasa sangat kesepian. Anda akan senang untuk tidur sepanjang hari Natal dan bangun tepat pada waktunya untuk membunyikan lonceng menyambut tahun baru. Kesamaan dari kedua pola pikir ini adalah bahwa mereka masing-masing berfokus pada hal-hal tambahan dari makna sebenarnya, mengapa Natal itu ada dan mengapa kita merayakannya. Mengapa kita sebenarnya membutuhkan Natal? Apa gunanya Natal untuk kita, dan bagaimana Natal seharusnya memengaruhi kita? Jawabannya, Anda mungkin akan terkejut mengetahuinya, tidak terdapat di bagian pertama dalam kisah Natal dalam Injil. Alasan kita memerlukan Natal adalah kembali pada masa Natal pertama kali diberitakan, dalam Kejadian 3. Kebutuhan Kita akan Natal dalam Kejadian 3 Pasal ketiga dalam Kejadian adalah kisah sedih tentang bagaimana umat manusia jatuh ke dalam dosa. Adam dan Hawa, yang telah tergoda oleh ular, ingin "menjadi seperti Allah" (Kejadian 3:5), dan itulah sebabnya, mereka makan buah dari pohon pengetahuan yang baik dan jahat. Sangat menarik bahwa, setelah pengulangan tujuh kali "Allah melihat bahwa semuanya itu baik" dalam Kejadian pasal 1, maka di sini "perempuan itu melihat bahwa pohon itu baik" (Kejadian 3:6). Dia telah mengambil hak prerogatif Sang Pencipta dan menentukan tujuan baik apa suatu ciptaan dibuat. Hawa dan Adam telah mencoba menurunkan Allah dari takhta dan membuat diri mereka seperti Allah. Akibatnya tragis. Adam dan Hawa, yang mengharapkan pencerahan, langsung mengalami rasa malu setelah melihat ketelanjangan mereka. Mereka takut dengan kehadiran Tuhan dan saling menuding untuk menghindari murka-Nya. Ular, Hawa, dan Adam dikutuk. Kematian memasuki dunia. Mereka dilarang masuk lagi ke surga Allah. Meskipun kegelapan menyelimuti hari itu, seberkas harapan bersinar memancar -- dan di sinilah, kita kembali ke topik tentang Natal. Allah berjanji bahwa seorang anak yang istimewa akan lahir, yang akan mengalahkan ular: "Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya" (Kejadian 3:15). Allah berjanji bahwa seseorang dari keturunan Hawa akan meraih kemenangan mutlak atas ular. Janji Keturunan Ini Digenapi di Dalam Yesus. Apakah Anda orang berdosa? Jika demikian, Anda perlu Natal. Eksplorasi ke dalam Kejadian 3 yang cepat ini mengungkapkan alasan sebenarnya mengapa kita membutuhkan Natal. Salah satu liburan di antara liburan-liburan yang ada diciptakan bukan karena kita perlu liburan, hadiah, dan kebaktian gereja yang lebih banyak. Natal ada karena kita telah berdosa. Jika Kejadian 3 tidak terjadi, kita tidak perlu Natal. Jika kita memiliki hubungan yang murni, benar dengan Tuhan, kita tidak perlu Natal. Jika manusia percaya kepada Tuhan untuk menentukan apa yang baik dan yang jahat, kita tidak perlu Natal. Namun, karena Kejadian 3 itu terjadi, dan karena pemberontakan terhadap Allah terjadi di dalam hati kita setiap hari, kita sangat membutuhkan Natal. Matius, dalam catatannya tentang kelahiran Kristus, menulis, "Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka" (Matius 1:21). Kita membutuhkan campur tangan Tuhan dalam hidup kita, dan itulah yang dilakukan Allah Bapa dengan mengirimkan Anak Allah yang lahir dari seorang perawan dengan kuasa Allah Roh Kudus. Inilah Natal. Mengapa Ini Mengubah Cara Kita Merayakan Natal? Dengan merenungkan kembali tujuan Natal menjadikan perayaan Natal sebagai pengingat alasan Yesus datang, bukan hanya bahwa Ia datang. Ini seharusnya mengubah cara kita merayakan Natal. Kita membuat perayaan karena telah diselamatkan dari suatu hukuman. Kita kagum bahwa Allah mau mengulurkan anugerah-Nya kepada pemberontak seperti kita. Kita sekali lagi terpesona akan Yesus, Imanuel, Tuhan beserta kita. Memfokuskan diri terutama pada hal-hal yang ada saat Natal -- lampu -lampu, lagu-lagu, berbelanja, dll. --, benar-benar melenceng. Hal-hal itu baik apabila dilihat sebagai hal sekunder secara tepat. Akan tetapi, ketika itu menjadi fokus kita, hal-hal itu tidak akan menentukan pandangan kita secara tepat tentang masa Natal, entah itu positif atau negatif. Terlebih dahulu, marilah kita sungguh-sungguh mengingat mengapa kita memerlukan Natal. Selanjutnya, kita akan benar-benar bergembira atas fakta bahwa Yesus datang untuk menyelamatkan kita dari dosa-dosa kita. (t/Jing Jing) Diterjemahkan dari: Nama situs: Christianity Alamat URL: http://www.christianity.com/christian-life/christmas/the-real-reason-you-need-christmas.html Judul asli artikel: The Real Reason You Need Christmas Penulis artikel: Eric McKiddie Tanggal akses: 8 Mei 2014 STOP PRESS: TAFSIRAN MATTHEW HENRY VERSI BAHASA INDONESIA! Bagaimana penyelidikan Alkitab Anda saat ini? Apakah bahan-bahan yang ada sudah cukup menolong Anda memahami firman Tuhan? Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org > rindu untuk terus melengkapi modul-modul tafsiran/catatan dalam situs Alkitab SADBA < http://alkitab.sabda.org > sehingga dapat terus menolong para pengguna dalam studi Alkitab. Dan, kini telah hadir! Tafsiran/Catatan Matthew Henry (Matthew Henry Commentary) versi Bahasa Indonesia yang semakin melengkapi modul tafsiran/catatan berbahasa Indonesia di situs Alkitab SABDA < http://alkitab.sabda.org >. Tafsiran/Catatan Matthew Henry secara lengkap dan mendalam membahas penafsiran untuk kitab-kitab Injil (Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes). Mari kita memperkaya pemahaman akan firman Tuhan dengan tafsiran/catatan Matthew Henry versi Bahasa Indonesia! Segera kunjungi situs Alkitab SABDA < http://alkitab.sabda.org > dan mari semakin dalam mempelajari Alkitab! Tuhan Yesus memberkati. Kontak: konsel(at)sabda.org Redaksi: S. Setyawati, Santi T., dan Adiana Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-konsel/arsip/ BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati (c) 2014 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |