Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/366

e-Konsel edisi 366 (11-11-2014)

Mendampingi Lansia


______________________________e-KONSEL________________________________

        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
______________________________________________________________________


e-Konsel -- Mendampingi Lansia
Edisi 366/November 2014

Salam konseling,

Kasih yang orang tua berikan kepada anak-anaknya memang tidak
diragukan besarnya, meskipun kadang mereka tidak mengungkapkannya
secara langsung. Bahkan, tidak sedikit orang tua yang bekerja keras
agar kehidupan anak-anaknya jauh lebih baik daripada mereka sendiri.
Meskipun demikian, orang tua tetap manusia biasa yang tidak sempurna,
bukan? Dalam usia tua mereka, orang tua mungkin menunjukkan sikap yang
kurang menyenangkan dan banyak menuntut anak-anak untuk begini atau
begitu. Beberapa orang tua yang memasuki usia lanjut pun terkadang
"rewel". Bagaimana sikap kita menghadapi hal tersebut? Dalam edisi
ini, e-Konsel membahas bagaimana menangani orang tua yang memasuki
usia lanjut dengan kasih Kristus. Sajian yang kami hadirkan pada edisi
ini kiranya berguna bagi Anda. Selamat membaca, Tuhan memberkati.

Redaksi Tamu e-Konsel,
Yans Albert
< http://c3i.sabda.org/ >


            CAKRAWALA: MENANGANI ORANG TUA YANG MENUNTUT

Untuk memperoleh semacam kepuasan dalam relasi dengan orang tua Anda
yang sulit dan berusia lanjut, Anda perlu "kejam" dalam tindakan dan
penuh kasih sayang dalam sikap Anda.

Anak-anak dewasa dari orang tua yang menuntut sering kali mendapati
diri mereka berada dalam dilema yang sangat sulit: Mereka berkomitmen
untuk memenuhi kebutuhan orang tua mereka yang bertambah tua dan
memastikan bahwa kualitas hidup mereka setinggi mungkin; di sisi lain,
tugas tersebut membuahkan sedikit penghargaan. Anak-anak dewasa ini
terus-menerus ditantang oleh tuntutan yang bodoh, sering kali tidak
perlu, dari orang tua yang frustrasi, yang menghukum mereka karena
tidak hidup seperti harapan mereka atau menuduh mereka sebagai anak
-anak yang tidak berguna dan tidak bisa diandalkan. Orang tua yang
sangat kolot ini (yang sebenarnya memiliki kasih yang melimpah untuk
anak-anak mereka) melekat pada kebenaran masa lampau dan sangat tidak
terkontrol. Mereka menggeliat dalam nasib mereka sendiri dan akan
menyalahkan semua orang, kecuali diri mereka sendiri, untuk hal itu.
Mereka tidak bertindak berdasarkan kepentingan mereka atau Anda,
melainkan "bereaksi"  terhadap keadaan mereka yang tidak terkendali.
Mereka tidak mau menerima hal-hal yang  "normal" mengenai "kehidupan
tua" mereka, dan melampiaskannya pada anak-anak mereka karena mereka
tidak mengenal orang lain untuk dimaki. Mereka tidak memercayai siapa
pun dan merasa takut pada apa saja, mulai dari dokter sampai hal makan
malam. Mereka telah kehilangan kecakapan persuasi yang ramah dan
menggantikannya dengan tipuan yang tersamar. Kekesalan mereka yang
terbesar adalah bahwa mereka telah kehilangan kendali atas hidup
mereka. Kemampuan mereka untuk menghasilkan uang, membuat keputusan,
dan membuat Anda bahagia sudah usang dan mati. Mereka tidak suka
berada dalam kondisi tunduk lebih dari seperti saat Anda berada di
kereta dorong.

Namun, sesedih apa pun melihat orang tua Anda melalui masa yang tidak
berdaya ini dalam hidup mereka, jangan terpancing dengan cara mereka
yang kekanak-kanakan dan merendahkan martabat tersebut. Ingatlah,
hidup Anda yang lebih utama. Semakin bahagia dan puas hidup Anda,
semakin efektif juga Anda dapat merawat mereka. Jangan biarkan mereka
memperlakukan Anda dengan kejam atau mengatur-atur Anda. Tangani
mereka sama persis seperti Anda menangani anak-anak Anda. Izinkan diri
Anda sendiri untuk mengatakan tidak!  Kadang-kadang, ini memang
menyakitkan, tetapi jika Anda mengetahui hal terdalam di dalamnya, ini
demi kebaikan orang tua Anda, Anda harus kuat. Jika dia mengingatkan
Anda, "Aku ini masih orang tua kamu," setujulah, lalu bela diri Anda
dan lakukan hal yang benar. Untuk mencapai segala kepuasan dalam
relasi dengan orang tua Anda yang sulit dan berusia lanjut, Anda perlu
"kejam" dalam tindakan dan penuh kasih sayang dalam sikap Anda.

Kasih sayang yang "kejam"  berarti bahwa Anda mengambil tindakan yang
tegas mengenai apa yang benar, tetapi Anda berbelaskasihan serta
menghormati dilema khusus mereka. Kasih sayang yang "kejam"  merupakan
cara Anda mengasihi mereka sambil melakukan hal yang benar. Hal itu
memberikan izin yang melekat pada Anda untuk membuat keputusan
-keputusan tersebut untuk orang tua Anda karena Anda tahu di dalam
hati bahwa itu benar, meskipun mereka menantang Anda dengan perlawanan
sengit. Jika orang tua Anda terlalu kasar, katakan kepadanya bahwa
Anda tidak mau berkomunikasi dengan cara seperti itu dan Anda akan
pergi jika itu terus berlanjut. Jika kekerasan mereka tidak berhenti,
ingatkanlah orang tua Anda tentang apa yang baru saja Anda katakan dan
beri tahu bahwa Anda akan membicarakannya lain waktu. Tidak seperti
ketika Anda mendisiplin anak remaja Anda, pada akhirnya orang tua Anda
akan ada di sekitar Anda.

Saya tahu hati Anda terbelah antara kenangan indah tentang siapa orang
tua Anda, dan kenyataan menyakitkan tentang seperti apa mereka
sekarang. Namun, Anda harus berbelaskasihan secara "kejam" jika Anda
ingin merawat mereka dengan baik dan tetap mempertahankan kewarasan
Anda. Mengkhawatirkan dan memerhatikan mereka sudah cukup, tidak perlu
semakin stres karena menghiraukan hinaan/makiannya. Anda benar-benar
tidak perlu memerhatikan hinaan/makiannya. Apa pun kondisi fisik dan
mental mereka, Anda tidak perlu menghiraukan hinaan/makiannya. Bela
diri Anda sendiri, dan pada saat yang sama, lakukanlah apa yang
menurut Anda benar untuk dia. Situasi Anda ini khusus, dan dibutuhkan
tangan yang kuat/penuh kasih untuk menanganinya.

Rekomendasi berikut ini dibuat untuk membantu Anda menangani orang tua
Anda yang menuntut:

1. Kemarahan hanya menimbulkan kemarahan lain; reaksi satu menyebabkan
 reaksi yang lain. Sampai saat mereka menyinggung, Anda sebaiknya
 tetap ramah. Sampai saat mereka berbuat kasar, Anda sebaiknya tetap
 lembut. Sampai saat mereka berteriak, Anda sebaiknya tetap tenang.

2. Jika orang tua Anda terus-menerus memaki, katakan kepada mereka
 bahwa Anda tidak mau berkomunikasi seperti ini dan Anda akan
 pergi, atau orang tua Anda yang harus pergi, jika ini terus
 berlanjut. Jika makian tersebut tidak berhenti, ingatkanlah dia
 tentang apa yang baru saja Anda katakan dan beri tahu mereka bahwa
 Anda akan membicarakannya lain waktu.

3. Berkomunikasilah dengan mereka. Dorong mereka untuk membicarakan
 tentang monster yang disebut kehilangan kendali.

4. Jangan terjatuh ke dalam perangkap  "Saya masih orang tuamu". Ia
 memang masih orang tua Anda, tetapi ia tidak lagi memiliki hak
 untuk main perintah terhadap Anda, menyuruh-nyuruh Anda, atau
 menyiksa Anda secara emosional.

5. Mungkin mereka kecewa karena hidup mereka tidak seperti yang mereka
 inginkan. Dengan memaki Anda, mereka sebenarnya sedang menghukum
 diri mereka sendiri. Doronglah mereka untuk membicarakan masa
 lampau mereka dan akuilah keberhasilan-keberhasilan mereka.

6. Milikilah kebiasaan memakai kesabaran untuk membuat sumber
 penggerak kekejaman mereka kehabisan bahan bakar.

7. Jika mereka berbuat kasar terhadap Anda secara fisik, atau menjadi
 kejam, segeralah mencari bantuan dari seorang ahli.

8. Jika Anda diperlakukan kasar secara verbal, jangan bereaksi -
   - jadilah lebih tegar daripada makian tersebut dan biarkanlah hal
 itu berlalu.

9. Jika Anda diperlakukan kasar secara emosional, segeralah mencari
 bantuan dari seorang ahli. (t/Jing-Jing)

Diterjemahkan dari:
Judul asli buku: How to Care for Your Aging Parents and Still Have A Life of Your Own!
Judul bab: Handling A Demanding Parent
Judul asli artikel: Handling A Demanding Parent
Penulis: J. Michael Dolan
Penerbit: Mulholland Pacific, Los Angeles 1992
Halaman: 59 -- 62


                     SURAT: SAYANG IBU DAN SUAMI

Dari: Tambunan <tambunan(at)xxxxxx>

Saya seorang istri yang berusia 32 tahun. Saya dan suami sudah menikah
selama 4 tahun. Semenjak menikah, kami tinggal di rumah orang tua saya
karena ibu saya tinggal seorang diri. Lagi pula, saudara-saudara saya
yang lain juga meminta kami untuk menemani ibu saya. Selama tinggal di
rumah orang tua saya, saya rasa rumah tangga kami baik-baik saja.
Hingga suatu malam, ibu saya marah kepada saya karena suatu hal yang
saya anggap seharusnya tidak perlu dipermasalahkan. Yang paling
mengejutkan adalah ibu saya marah-marah dan mengatakan bahwa kami
memperbudaknya di rumahnya sendiri.

Karena suara ibu saya keras, saya dan suami yang ada di dalam kamar
pun mendengar dengan jelas. Karena mendengar ibu saya berteriak
seperti itu, suami saya pun menjadi marah. Ia marah kepada saya dan
ibu saya. Besok harinya, saat akan berangkat kerja, suami saya tidak
lagi berpamitan kepada ibu saya. Sampai saat ibu saya sakit, suami
saya tidak mau melihatnya. Saya sedih melihat suami saya berbuat
seperti itu kepada ibu saya. Suami saya pun sempat mengatakan bahwa
tahun depan, kami harus pindah dari rumah orang tua saya. Dia tidak
terima disebut sebagai orang yang memperbudak orang tua. Suami saya
pun akan menyampaikan niatnya itu kepada kakak saya yang tertua.

Sejujurnya, saya belum berencana untuk meninggalkan ibu saya sendirian
di rumah. Di satu sisi, saya mengakui bahwa ucapan ibu saat itu memang
cukup mengagetkan dan tidak mudah diterima. Di sisi lain, saya merasa
tidak enak juga kepada suami saya. Suami saya sakit hati mendengar
ucapan ibu saya. Saya ingin melihat suami dan ibu saya kembali rukun.
Saya tidak ingin hal ini berlanjut. Mohon doanya agar masalah ini
dapat segera kami selesaikan dengan damai.

Apa yang harus saya katakan kepada suami saya untuk meredam
kemarahannya itu? Dan, apa yang harus saya lakukan kepada ibu saya?
Saya menyayangi ibu dan suami saya. Mohon bantuannya untuk masalah
saya ini. Terima kasih.

Tambunan

Redaksi:

Menghadapi orang tua terkadang memang tidak mudah. Apalagi jika orang
tua kita sudah kehilangan pasangan hidupnya dan merasa tidak ada yang
bisa memahaminya. Meski demikian, sebagai anak, kita harus menyadari
bahwa orang tua kita adalah orang yang telah merawat kita, dan
sekarang ini giliran kita yang merawat mereka.

Kesalahpahaman mungkin akan sering terjadi jika tinggal serumah.
Apalagi jika ibu sudah tua dan tidak ada orang lain yang dapat ia ajak
bicara. Omelan dan kemarahan orang tua biasanya hanyalah suatu
pertanda adanya kebutuhan untuk mendapat perhatian. Seperti seorang
anak kecil kembali, yang tidak mengungkapkan apa keinginan yang
sesungguhnya, melainkan hanya marah-marah (bentuk lain dari rewel).

Dalam dunia psikologi, ada istilah yang dinamakan "inner child of the
past", yaitu suatu keadaan ketika seorang pribadi kembali ke usia
mental masa kanak-kanaknya dan biasa dialami oleh kaum lansia.

Ada baiknya jika Anda mengajak Ibu Anda bicara dari hati ke hati. Apa
maksud beliau dengan perkataannya. Jika ia tidak menerangkan asal
-muasal perkataannya, ada kemungkinan hal itu sekadar ungkapan untuk
menarik perhatian Anda atau suami Anda kepadanya. Mungkin Anda dan
suami terlalu sibuk bekerja dan mengurusi masalah pribadi sehingga
tidak bergaul atau kurang bergaul dengan ibu. Atau, mungkin ada
kebiasaan yang biasanya Anda lakukan bersama beliau, tetapi beberapa
waktu ini tidak dilakukan lagi. Misalnya, makan semeja antara Anda,
suami, dan ibu; atau jalan-jalan bersama atau nonton televisi bersama.

Mengenai suami, ada baiknya diberi pengertian bahwa orang tua memang
demikian karena secara umum memang mereka mengalami penurunan baik
mental maupun fisik sehingga sering kali mereka bersikap seperti "anak
kecil" dengan mengomel atau marah-marah jika memiliki keinginan. Jika
Anda dan suami masih mau menjaga ibu, hal ini harus diterima apa
adanya.

Demikian jawaban kami, semoga berguna. Kami juga turut berdoa bagi
pergumulan Saudari. Tuhan memberkati.


        STOP PRESS: SUMBER BAHAN NATAL BERKUALITAS DARI SABDA

Anda membutuhkan bahan-bahan Natal untuk persiapan Natal Anda tahun
ini? Yayasan Lembaga SABDA  (YLSA) telah menyediakan berbagai bahan
seputar Natal di Situs Natal Indonesia, Youtube, dan Facebook Natal.

Situs Natal berisi Renungan Natal, Artikel Natal, Cerita/Kesaksian
Natal, Drama Natal, Puisi Natal, Tips Natal, Bahan Mengajar Natal,
Blog Natal, Resensi Buku Natal, Gambar/Desain Natal, Lagu Natal, dll..
Selain itu, Anda juga bisa mendapatkan bahan Natal berupa video audio
dari SABDA melalui Youtube, serta bergabung dengan komunitas Facebook
Natal sehingga Anda dapat berbagi hal-hal seputar Natal dan menambah
relasi dengan saudara-saudari seiman. Jadi, tunggu apa lagi? Segera
kunjungi sumber-sumber bahan Natal dari YLSA!

--> Situs Natal: http://natal.sabda.org/
--> Youtube:
      1. Kisah Natal Matius: http://www.youtube.com/watch?v=q8tSbbQPGZg
      2. Kisah Natal Lukas: http://www.youtube.com/watch?v=MWxqm9U-KeY
      3. Carita Natal Matius: http://www.youtube.com/watch?v=w3Vt18UvxsU
      4. Carita Natal Lukas: http://www.youtube.com/watch?v=j0ThUUrWVV8
--> Facebook Natal: http://fb.sabda.org/natal


Kontak: konsel(at)sabda.org
Redaksi: S. Setyawati, Santi T., dan Adiana
Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-konsel/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2014 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org