Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/357 |
|
e-Konsel edisi 357 (11-2-2014)
|
|
______________________________e-KONSEL________________________________ Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen ______________________________________________________________________ e-Konsel -- Berkomitmen untuk Hidup dalam Kasih Tuhan Edisi 357/Februari 2014 Salam kasih, Sebagai konselor Kristen, kasih Kristus tentu menjadi dasar pendampingan kita terhadap konseli. Oleh karena itu, sikap menghakimi hendaknya tidak kita lakukan terhadap konseli. Artikel berjudul "Kasih Agape" dan kolom Tanya Jawab dalam edisi ini kiranya dapat menjadi pedoman bagi pelayanan kita. Akhirnya, marilah kita senantiasa melayani Tuhan dan sesama dengan kasih-Nya. Pemimpin Redaksi e-Konsel, S. Setyawati < setya(at)in-christ.net > < http://c3i.sabda.org/ > CAKRAWALA: KASIH AGAPE Diringkas oleh: S. Setyawati Manusia sering kali merasa diri lebih benar atau lebih baik daripada orang lain. Itulah sebabnya, manusia lebih mudah menghakimi orang lain dan berusaha mengambil selumbar di mata orang lain. Padahal, di dalam matanya sendiri, ada balok yang besar. Lukas 6:42 mengingatkan agar kita tidak menjadi orang munafik dan suka menghakimi. Apakah yang dimaksud "balok" dalam Lukas 6:42? Balok tidak berbicara mengenai dosa yang ada pada seseorang sebelum dia menghakimi orang lain. Orang yang mencoba menolong orang lain yang dosanya kecil (selumbar) tidak selalu memiliki dosa yang lebih besar (balok). Balok dalam perikop ini berbicara tentang sikap menghakimi. Dosa karena menghakimi (balok) selalu "lebih besar" daripada dosa orang yang dihakimi (selumbar). Sebab, penghakiman dan penghukuman adalah hak mutlak Allah. Hanya Allah yang mampu menghakimi dan menghukum manusia dengan adil. Manusia tidak akan pernah sanggup bertindak seperti Allah. Ketika kita menghakimi orang lain, kita justru berbuat dosa karena kita mencoba mengambil alih hak Allah. Dosa menghakimi itu seumpama balok yang menutupi mata kita sehingga kita tidak dapat melihat dan mengambil selumbar di mata orang yang kita hakimi. Sikap menghakimi membuat kita menjadi buta (Lukas 6:39). Selain itu, sikap menghakimi tidak menyembuhkan, tetapi menghancurkan. Bagaimana dengan kita? Untuk dapat menolong orang lain (konseli), kita harus berada dalam komunitas yang tidak saling menghakimi atau menghukum. Komunitas Agape Untuk menolong seorang pria yang sering melakukan kekerasan terhadap keluarganya, kita tidak boleh mengutuki kelakuan pria itu. Sebaliknya, kita harus melayani dengan hati yang penuh empati dan menolongnya untuk mengalami pemulihan dengan tidak menghakiminya. Kita perlu mengingat bahwa kita juga orang yang penuh dosa dan kelemahan. Cara pendampingan yang harus kita lakukan adalah dengan membangun hubungan dengannya dan mendengarkan dia. Dengan demikian, pria itu akan menemukan "selumbar" di matanya dan mengalami pemulihan secara total. Seseorang tidak akan mengalami perubahan hidup dan meninggalkan kebiasaan- kebiasaan buruknya jika ia masih menyimpan perasaan tertuduh, muak, malu, dan terhukum. Perasaan-perasaan itu justru akan memperkuat ikatan kebiasaan- kebiasaan buruk yang selama ini telah mengikatnya. Karena itu, sikap menghakimi dan menghukum tidak akan pernah membuat seseorang yang terikat dosa dapat menemukan "selumbar" di matanya. Sikap seperti itu hanya akan membuat ikatan dosa semakin kuat mengikatnya. Jadi, agar terjadi pemulihan dan perubahan hidup, orang tersebut memerlukan komunitas yang saling mengasihi. Sebuah komunitas yang, meskipun belum sempurna, terus-menerus mempraktikkan sikap yang penuh empati terhadap orang-orang yang terikat dosa. Ketika seseorang menceritakan kisah hidupnya dengan terbuka, benar-benar didengar dan dimengerti dengan penuh empati, otak kedua orang itu (yang bercerita dan yang mendengarkan) akan mengalami perubahan yang sejati. Otak kanan mereka mulai terhubung dengan otak kiri sehingga kedua bagian otak itu mulai terintegrasi. Alhasil, ada kesembuhan. Dosa menyebabkan otak manusia mengalami disintegrasi atau perpecahan sehingga otak kiri dan otak kanan tidak dapat bekerja sama untuk menghasilkan keputusan moral yang baik, dan cenderung melakukan apa yang ia benci dan yang tidak ingin ia lakukan (Roma 7:15). Agar kita dapat melakukan tindakan-tindakan kasih, kita perlu sentuhan kasih Allah. Kita dapat menemukannya dalam komunitas tubuh Kristus, yang adalah satu-satunya sarana penyalur kasih Bapa kepada manusia. Inilah yang disebut komunitas Agape -- komunitas yang di dalamnya kita dapat melihat "hubungan kasih dari tiga Pribadi Allah Tritunggal" (Yohanes 17:24). Dalam komunitas Agape, "semak-semak duri" dapat disingkap dan dibersihkan. Komunitas Agape tidak datang dengan sikap penghakiman dan penghukuman, tetapi dengan belas kasihan. Inilah yang dapat membuat "selumbar-selumbar" di mata seseorang dapat dikeluarkan. Komunitas Agape tidak hanya mendengarkan hal-hal yang ingin mereka dengar, tetapi mendengar dalam posisi orang yang mereka dengar, bahkan mendengar dengan hati Bapa. Dengan demikian, rasa empati mereka dapat dirasakan oleh orang-orang yang mereka dengar. Jika kita, tubuh Kristus, mempraktikkan kasih yang penuh empati, kita dapat menasihati konseli dengan berkata, "Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi." Hal ini dapat dilakukan konseli setelah ia mendengar Tuhan berkata kepadanya, "Akupun tidak menghukum engkau" (Yohanes 8:10-11). Ketika setiap orang mau berbagi cerita dengan penuh kasih, Kristus mulai bergerak di antara anggota-anggota tubuh-Nya untuk mengadakan pemulihan (2 Korintus 6:16). Bahkan, hal ini dapat terjadi atas banyak orang seperti yang dialami gereja mula-mula. Mari kita meneladani Paulus untuk menanggalkan pikiran-pikiran manusia lama dan mengenakan pikiran-pikiran manusia baru kita (Kolose 3:7-11), mengenakan kasih Agape karena kita satu tubuh (Kolose 3:12-15), serta saling mengajar dan menasihati dengan firman Tuhan (Kolose 3:16-17). Sebagai konselor Kristen, hendaklah kasih Kristus selalu melekat dalam hidup dan pelayanan kita. Imanuel. Diringkas dari: Judul buku: Transformasi Hati Penulis: Ir. Eddy Leo, M.Th Penerbit: Metanoia Publishing, Jakarta 2013 Halaman: 21 -- 27 TANYA JAWAB: BAGAIMANA CARANYA MENGEMBALIKAN "KASIH YANG MULA-MULA" Tanya: Saya sudah lama lahir baru, tetapi dalam masa itu, saya banyak mengalami jatuh bangun dalam iman. Saya pernah jatuh cukup lama dan sama sekali tidak memedulikan Tuhan. Saat ini, saya ingin lagi dekat dengan Tuhan, tetapi yang saya rasakan terkadang hampa dan kadang rasanya Tuhan jauh dari saya walaupun saya sudah berdoa. Hati saya seperti tidak ada lagi "kasih mula-mula" seperti saat pertama saya menerima Yesus sebagai Juru Selamat. Bagaimana caranya untuk mengembalikan "kasih yang mula-mula"? Jawab: "Kasih mula-mula" memang luar biasa. Ada perasaan yang ikut meledak-ledak dalam diri kita saat kita mengerti bahwa diri kita telah diterima, ditebus, dan diselamatkan oleh Kristus. Hidup kita diubahkan sehingga memiliki kerinduan untuk mencari Tuhan dan menceritakan perbuatan-Nya yang ajaib pada semua orang yang kita temui. Kita menjadi seperti bayi-bayi yang terus-menerus haus dan menginginkan air susu ibu yang murni. Ada banyak berkat rohani yang kita rasakan mengalir dalam hidup kita. Yang sering kali menjadi masalah bagi orang Kristen dalam hubungan mereka dengan Tuhan ialah saat perasaan itu seakan-akan mulai menghilang. Ada kesadaran bahwa mendekatkan diri kepada Tuhan menjadi tidak lagi mudah, harus diusahakan, dan perlu kerja keras. Sebagaimana layaknya bayi yang bertumbuh menjadi anak, ia sekarang harus belajar makan sendiri, tidak lagi minta disuapi. Ia juga menjadi semakin rewel soal makanan apa yang dipilih. Tuhan terkadang memakai ini sebagai proses pertumbuhan kita. Dalam kehidupan rohani pun ada kecenderungan seperti itu. Tuhan sepertinya tidak lagi hadir dengan sendirinya, harus dicari, tetapi rasanya seakan tak berdaya untuk membawa diri mendekat kepada Tuhan. Jika pada saat-saat seperti ini kita undur dari Tuhan, keadaan menjadi semakin sulit untuk kembali kepada Tuhan. Namun, bukan berarti Tuhan benar-benar jauh dari kita. Ia sebenarnya selalu dekat dengan kita, bahkan Ia menginginkan kita kembali kepada-Nya. Perasaan sulit untuk kembali kepada Tuhan sebenarnya karena ada yang menghalangi antara kita dengan Tuhan, yaitu dosa-dosa kita. Namun, jika kita datang kepada Tuhan dan memohon ampun akan dosa-dosa yang kita lakukan, serta berjanji untuk tidak lagi undur dari Tuhan, maka Ia setia, dan Ia akan mengampuni serta mengembalikan hubungan kita dengan Tuhan. Nah, jika Tuhan telah mengampuni kita, kita pun harus bersedia untuk mengampuni diri sendiri. Apakah sudah Anda lakukan? Jadi, tidak ada cara yang lebih ampuh untuk membuat kita bisa kembali mengalami hadirat dan kasih-Nya, selain kita terus datang dengan setia kepada-Nya. Melihat ketulusan dan kesetiaan kita mencari Pribadi-Nya dalam doa, maka Ia tidak akan tega membiarkan kita karena Ia sangat mengasihi kita. Tahukah Anda bahwa saat kita merasa berat untuk berdoa, justru sebenarnya adalah saat kita perlu dan harus berdoa? Tuhan jauh terlebih rindu kepada kita dibandingkan kerinduan kita kepada-Nya. Karena itu, janganlah putus asa. Awalilah dengan jam doa yang teratur, perenungan Alkitab yang rutin, dan bergabung dengan kelompok anak-anak Tuhan yang bisa mendorong Anda dalam iman. Janganlah tergoda dengan bujukan Iblis, lawanlah dia dengan kekuatan yang dari Tuhan. Selamat berjuang. (Sil) Diambil dan disunting dari: Nama situs: C3I Alamat URL: http://c3i.sabda.org/13/sep/2005/konseling_bagaimana_caranya_mengembalikan_kasih_yang_mula_mula Penulis: Tim Konselor YLSA Tanggal akses: 5 Desember 2014 STOP PRESS: KUMPULAN BAHAN PASKAH DARI YLSA Apakah Anda sedang bingung mempersiapkan acara Paskah di gereja, persekutuan, atau komunitas Anda? Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) menyediakan berbagai bahan Paskah pilihan dan alkitabiah untuk membantu Anda menemukan pengetahuan tentang Alkitab dan inspirasi untuk menyambut Paskah. Kunjungilah situs Paskah Indonesia! Situs Paskah Indonesia berisi bahan-bahan seputar Paskah seperti: Artikel, Drama, Puisi, Kesaksian, Buku, Humor, Tips Paskah, Lagu Paskah, dll.. Anda juga bisa memberikan bahan-bahan Paskah karya Anda di situs ini dan membagikannya kepada orang lain. Jika waktu Anda terbatas dan Anda membutuhkan referensi tepercaya seputar bahan Paskah, jangan khawatir, situs Paskah.co akan menolong Anda. Situs ini berisi berbagai sumber bahan Paskah yang sudah diseleksi dan berkualitas. YLSA juga menghadirkan kisah-kisah Paskah dalam bentuk video menarik yang memadukan unsur teks, audio, dan grafis, yang dapat diunduh secara gratis di YouTube. Kami juga mengundang Anda untuk berinteraksi dengan anak-anak Tuhan yang lain, berbagi berkat/pengalaman/bahan seputar Paskah di Facebook Paskah. Paskah segera datang, jangan menunda lagi. Segeralah kunjungi sumber-sumber bahan Paskah YLSA dan dapatkan berkatnya! Situs Paskah Indonesia: http://paskah.sabda.org Youtube: http://youtube.com/user/sabdaalkitab Facebook: http://fb.sabda.org/paskah Situs mini: http://paskah.co Kontak: konsel(at)sabda.org Redaksi: S. Setyawati, Santi T., dan Adiana Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-konsel/arsip/ BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati (c) 2014 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |