Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/355 |
|
e-Konsel edisi 355 (17-12-2013)
|
|
______________________________e-KONSEL________________________________ Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen ______________________________________________________________________ e-Konsel -- Natal dan Pemberitaan Kabar Baik Edisi 355/Desember 2013 Salam kasih, Dalam perjalanan hidup, kita tentu sering mendengar dua kabar, yaitu kabar baik dan kabar buruk. Ketika mendengar kabar buruk, kita merasa sedih. Sebaliknya, jika mendengar kabar baik, hati kita merasa senang. Akan tetapi, untuk kasus tertentu, bisa juga seseorang merasa sedih sekalipun ia mendengar kabar baik. Mengapa? Mungkin karena dia tidak bisa berbagi kebahagiaan dengan orang yang disayanginya. Apa yang bisa kita lakukan terhadap konseli kita yang mengalami kasus semacam itu? Untuk mendampingi konseli yang merasa sedih pada momen Natal, sebaiknya Anda membaca artikel yang kami hadirkan dalam edisi ini. Kiranya, dengan mengingat kembali kasih Kristus yang besar bagi kita, membuat kita/konseli tidak terlarut dalam kesedihan karena tidak adanya seseorang yang kita sayangi di samping kita. Simak pula kesan Sahabat Konsel tentang hubungan Natal dan Kabar Baik dalam kolom Komunitas Konsel. Untuk mengakhiri kebersamaan kita sepanjang tahun ini, segenap Redaksi e-Konsel mengucapkan "Selamat Merayakan Natal 2013 dan Menyambut Tahun Baru 2014". Terima kasih atas kesetiaan Anda menjadi pelanggan e-Konsel dan mendukung kami dalam doa. Kiranya, pada tahun yang akan datang, kita semakin dikenan Tuhan untuk menjadi konselor-konselor yang bertumbuh dan menjadi berkat bagi banyak orang. Segala kemuliaan hanya bagi Tuhan! Pemimpin Redaksi e-Konsel, S. Setyawati < setya(at)in-christ.net > < http://c3i.sabda.org/ > CAKRAWALA: MENGAPA NATAL SELALU DAPAT MENJADI KABAR BAIK? Jika ada sesuatu yang saya yakini, hal itu adalah bahwa Natal memiliki makna yang berbeda untuk setiap orang. Menurut refleksi saya sendiri mengenai Natal, saya telah membedakan bahwa keyakinan saya tentang Natal terus berkembang setiap tahun. Namun, dalam proses perkembangan keyakinan ini, saya mampu membedakan tiga tahap keyakinan saya tentang Natal. Tahap pertama adalah bagaimana saya memandang Natal sebagai seorang anak. Sebagai seorang anak, kebanyakan dari kita hanya memiliki pemahaman yang lemah perihal makna Natal. Hal mendasar bagi kita adalah bahwa ada kesempatan yang baik karena kita akan memperoleh banyak kado yang rapi. Siapa pun Yesus itu, saya bersyukur seseorang telah memutuskan bahwa adalah gagasan yang baik jika anak-anak mendapatkan banyak hadiah pada saat Natal. Pada tahap ini, saya hadir ke gereja dan mengikuti ibadah Malam Natal. Namun, saya masih berada pada tahap pertama tentang pemahaman Natal. Dan, pada tahap pertama ini, Natal selalu diartikan dengan bagaimana memperoleh hadiah. Tahap kedua dari pemahaman Natal, dari yang saya amati, adalah suatu momen ketika sebagian besar orang dewasa berpijak pada pengertian mereka sendiri tentang Natal. Pada tahap kedua ini, Natal bukan lagi tentang hadiah-hadiah, melainkan tentang manusia. Pada tahap kedua ini, keluarga merupakan pihak yang paling penting saat Natal. Pada tahap kedua, sukacita kita selama Natal sering kali dihubungkan dengan banyaknya kaitan makna yang kita ciptakan dengan anggota-anggota keluarga. Sebaliknya, pada tahap kedua ini, stres biasanya menunjukkan kehadirannya ketika harapan-harapan keluarga tidak terpenuhi. Jika seorang kerabat yang terkasih tidak mengunjungi kita, atau jika satu anggota keluarga mengatakan sesuatu yang menyinggung ketika berada di meja makan, hal ini dapat merusak Natal bagi seseorang yang berada pada tahap kedua. Dan tentunya, banyak dari kita yang merasa bahwa stres yang paling berat dalam tahap kedua adalah upaya kita untuk merayakan Natal selagi masih merasakan kesedihan karena kematian seseorang yang dekat dengan kita. Bagi orang-orang yang berada di tahap kedua pada pengertian mereka tentang Natal, masa-masa Natal ini benar-benar menyedihkan. Kini, sebelum saya memperkenalkan tahap ketiga, saya ingin menceritakan hal-hal pribadi termasuk judul-judul khotbah yang hampir dibuat untuk tata ibadah malam itu. Judul khotbah pertama yang saya pikir akan saya gunakan adalah "Mengapa saya merasa takut dengan Natal?" Judul khotbah kedua yang saya pertimbangkan adalah "Mengapa beberapa orang tinggal di rumah pada malam Natal?" Judul khotbah ketiga adalah "Jika Natal seharusnya menjadi momen penuh sukacita, mengapa saya menangis setiap tahun?" Saya memahami bahwa Natal adalah masa yang menyedihkan setiap tahun bagi banyak orang. Saya mengalaminya pertama kali saat saya merayakan Natal pada usia dua belas tahun, empat bulan setelah kematian ayah saya. Dampak dari kematian ayah saya membuat Natal kami terasa hampa dan berat. Natal tidak lagi sama seperti sebelumnya sejak saat itu. Anak laki-laki yang terbiasa tidak sabar menghitung hari-hari menjelang Natal, mulai merasa takut menghadapi Natal. Akhirnya, air mata mengalir untuk menepis depresi. Masa Natal adalah masa yang menakutkan sepanjang tahun bagi saya, bukan hanya karena saya telah kehilangan ayah saya, tetapi karena saya berada di tahap kedua pada pemahaman saya akan Natal. Saya pikir Natal adalah segala sesuatu tentang keluarga. Mungkin Anda pun meyakininya. Mungkin Anda percaya bahwa Natal adalah, yang pertama dan terutama, tentang keluarga. Jika Anda memercayai hal ini, saya tidak menjamin bahwa Anda akan menikmati Natal ini. Jika penekanan kita pada Natal adalah atas hubungan kita dengan sesama, kemungkinannya adalah Natal akan menjadi masa kepedihan dan kekecewaan. Saya senang mengatakan bahwa saya bisa menikmati Natal lagi, dan saya memiliki Anda, khususnya, untuk bersyukur karenanya. Dalam mempersiapkan khotbah Natal selama 4 tahun berturut-turut, saya belajar apa yang sudah tampak jelas bagi saya: Natal adalah tentang Kristus. Inilah tahap ketiga. Ya, Natal mencakup bertukar kado, tetapi hadiah-hadiah tersebut bukan intinya. Ya, Natal mencakup berkumpulnya keluarga, tetapi keluarga bukanlah intinya. Jika Natal benar-benar masa yang penuh sukacita, kita harus menjaga kebenaran berharga, yaitu bahwa Natal adalah mengenai Kristus. Saya mengajak Anda kembali memperhatikan Lukas 2, saat para malaikat menampakkan diri kepada para gembala dan berkata, "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud." (Lukas 2:10-11) Natal mulai dengan sebuah pemberitahuan akan "kabar baik tentang kesukaan besar". Pemberitahuan bahwa Juru Selamat telah lahir adalah berita terbaik yang pernah ada. Akan tetapi, apa yang saya takuti adalah bahwa banyak orang telah gagal untuk memahami betapa baiknya "kabar baik" tersebut. Saya menduga alasan untuk ini adalah bahwa kita telah mengabaikan kabar buruk. Karena merasakan tekanan untuk meringankan rasa sakit orang-orang, banyak pengkhotbah terburu-buru menyatakan betapa ajaibnya anugerah ini. Akan tetapi, masalahnya adalah kita tidak dapat menghargai keajaiban anugerah ini dengan semestinya sebelum kita terlebih dahulu menghargai fakta bahwa kita dahulu adalah "orang-orang celaka". Dan, sebagai orang-orang celaka, kita layak mendapatkan murka Allah. Dengan sangat jelas, Rasul Paulus memberi tahu kita, "Sebab upah dosa ialah maut ...." (Roma 6:23) Jika kita mati dan naik ke surga, ini bukan karena kita pantas ke sana. Karena "... semua orang telah berbuat dosa ...." (Roma 3:23) dan upah dosa kita adalah hukuman kekal. Berita buruk, bukan? Ini adalah berita yang paling buruk yang dapat saya bayangkan. Namun, kemudian sesuatu terjadi ... seorang malaikat menyatakan kepada beberapa gembala di padang bahwa "Seorang Juru Selamat" telah lahir. Seorang Juru Selamat dari apa? Seorang Juru Selamat dari kemiskinan? Bukan. Lebih baik daripada itu. Seorang Juru Selamat dari pemerintahan yang menekan? Bukan. Lebih baik daripada itu. Juru Selamat yang lahir itu telah datang untuk "menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka" (Matius 1:21). Dosa-dosa kita pantas berakhir dengan kematian kekal, tetapi Yesus telah lahir. Dia telah hidup dalam kehidupan yang sempurna demi kita. Dia telah mati menggantikan tempat kita. Kristus lahir untuk menyelamatkan kita dari dosa-dosa kita. Dia datang supaya "setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" (Yohanes 3:16). Banyak di antara kita di sini yang malam ini merasa sangat sedih. Banyak di antara kita bersedih karena seseorang yang sangat kita cintai tidak akan datang dalam perjamuan makan malam saat Natal. Bagi mereka yang kehilangan orang-orang yang terkasih, saya mengakui, Natal tidak akan pernah sama. Namun demikian, ini tidak berarti bahwa setiap Natal seharusnya tanpa semua sukacita. Para malaikat telah mengirimkan berita terbaik yang pernah ada, "Hari ini telah lahir bagimu Juru Selamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud". Bagi mereka yang telah meninggal di dalam Tuhan, dan bagi Anda yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Juru Selamat atas dosa-dosa Anda, hari pertemuan kembali sudah menanti. Natal selalu dapat menjadi kabar baik karena Natal dimaksudkan untuk mengingatkan kita bahwa perjamuan surgawi telah menanti mereka yang mengasihi Yesus Kristus. Dibanding menjadi masa yang menyakitkan dan menyedihkan, Natal seharusnya mengingatkan kita bahwa Tuhan sedang menyiapkan tempat bagi kita, di sana tidak ada lagi rasa sakit dan kesedihan. Hadiah-hadiah Natal memang mengagumkan. Makan malam bersama keluarga benar-benar istimewa, tetapi bagian terbaik tentang Natal adalah bahwa telah lahir bagi kita Juru Selamat, yaitu Kristus Tuhan. Amin. (t/S. Setyawati) Diterjemahkan dan disunting dari: Nama situs: Reformed Theology Alamat URL: http://www.reformedtheology.ca/luke2.10.htm Judul asli artikel: Why Christmas Can Always Be Good News Penulis: Rev. Bryn Macphail Tanggal akses: 28 Oktober 2013 KOMUNITAS KONSEL: HUBUNGAN NATAL DAN KABAR BAIK Dalam memaknai Natal, masing-masing kita mungkin memiliki cara pandang yang berbeda. Seperti apakah kita memandang Natal, adakah pesan yang terkandung di balik peristiwa ini? Apakah Natal itu sebuah kabar baik? Berikut ini, Anda dapat menyimak penjelasan dari beberapa Sahabat Facebook e-Konsel tentang hubungan antara Natal dan Kabar Baik. Selamat menyimak. e-Konsel: Menurut Anda, apakah hubungan Natal dengan Kabar Baik? Mari, berbagi pendapat dengan Sahabat e-Konsel di sini. Komentar: Adiana: Natal adalah Kabar Baik itu. Tapi, bukan Kabar Baik untuk mengadakan perayaan, pesta, dan kemeriahan karena Kabar Baik itu sebenarnya justru hadir di tengah kesederhanaan. Semoga makna Natal tidak bergeser pada budaya Barat seperti yang selama ini terjadi. e-Konsel: Yup ... kita harus terus mengingatkan diri sendiri dan saudara-saudara seiman untuk selalu ingat akan makna Natal yang sebenarnya ya, Adiana. Sip deh! Theresia: Natal dikaitkan dengan kelahiran Yesus Kristus ke dalam dunia. Di dalam Alkitab sendiri tidak ada istilah Natal. Namun, karena Natal adalah peringatan kelahiran Yesus Kristus, maka Natal bisa diterima karena Natal memberitakan Kabar Baik bahwa melalui kelahiran Yesus Kristus ke dunia, berarti apa yang difirmankan Allah digenapi. e-Konsel: Oke, terima kasih untuk respons Theresia. Kabar Baik yang diberitakan adalah telah lahirnya Juru Selamat di dunia. Dan, kelahiran-Nya diperingati sebagai Natal. Berlin: Yang dimaksud Kabar Baik = Injil, atau kabar yang baik? Kalau yang dimaksud yang kedua, Natal adalah kabar baik yang dinanti-nantikan orang Israel saat itu. e-Konsel: Yang saya maksudkan adalah kabar yang baik. Mengapa orang Israel menantikan kabar baik itu, Pak Berlin? Shmily: Menurutku, Natal adalah bagian dari Kabar Baik. Kabar Baik mempunyai 3 poin penting: Kelahiran Yesus Kristus, Kematian-Nya di kayu salib, dan Kebangkitan-Nya. Dengan adanya Natal (yang sering diartikan kelahiran Yesus Kristus), setiap orang yang percaya dan menanti-nantikan Kristus (Sang Juru Selamat) akan mendapatkan janji tersebut. e-Konsel: Hmm, jadi Natal adalah titik awal kabar baik yang terdiri atas serangkaian karya keselamatan yang Tuhan Yesus lakukan bagi manusia ya, Shmily? Okti: Natal adalah Kabar Baik, karena Allah yang mulia bersedia merendahkan diri-Nya untuk menjumpai dan menyapa manusia yang berdosa. Natal juga menjadi Kabar Baik karena melalui kedatangan Yesus, kita dapat mengenal Allah dan karya kasih-Nya. e-Konsel: Jadi, Natal sama dengan kabar baik ya, Bu Okti? Oke, terima kasih. Yohanes Bayu: Natal merupakan kabar baik itu sendiri. Juru selamat lahir untuk menebus dosa manusia. Semua malaikat bersorak gembira. Kita harus bisa memaknai setiap Natal karena di situlah Kasih Allah yang sejati ditunjukkan kepada manusia supaya kita juga bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan kita. e-Konsel: Terima kasih atas penjelasan Yohanes Bayu. Saya setuju bahwa kita harus memaknai Natal dengan berdasarkan pesan Alkitab. Telah lahir bagi kita, Juru Selamat dunia. Dia adalah Yesus Kristus. Kalau menurut Bayu sendiri, aplikasi apa yang dapat kita lakukan dalam hal ini? Bro Jack: Lilin, pohon Natal, hadiah, liburan, semuanya perlu disiapkan untuk memaknai Natal, tetapi yang terpenting adalah Kabar Baik yang pesannya harus disampaikan. Siapa yang tahu Tema Natal Nasional thn 2013? e-Konsel: Jadi, kembalilah ke pesan kabar baik yang terkandung dalam Natal ya, Bro Jack? Sip! Saya belum tahu tema Natal 2013 nih. AmiDya: Ya, Natal adalah kabar baik, kabar baik yang dinyatakan dalam kelahiran Kristus, Sang Juru Selamat dunia. Pada waktu Kristus lahir, penulis Injil menuliskan bahwa para gembala bersukacita, malaikat bersukacita, dan seluruh dunia tentunya juga bersukacita menyambut Juru Selamat dunia. Gloria In Excelsis Deo!! e-Konsel: Baiklah, terima kasih untuk tanggapan Anda, AmiDya. Katarina: Natal means reborn. Kedatangan-Nya menyebabkan kita lahir baru. e-Konsel: Natal = reborn? Bukankah kita lahir baru karena percaya bahwa Yesus Kristus mati dan bangkit, bukan hanya datang? Murni Rosa: Natal berarti kelahiran. Kristus yang datang dengan cara lahir sebagai anak. Kabar baiknya Yohanes 3:16. e-Konsel: Yup! Kelahiran Yesus Kristus ke dalam dunia adalah untuk menyelamatkan orang-orang berdosa yang mau bertobat ya. Terima kasih Ibu Murni Rosa. Bagaimana menurut Anda? Apakah Anda memiliki pemikiran berbeda? Silakan tuliskan komentar Anda di Facebook Konsel < https://www.facebook.com/sabdakonsel/posts/10152027112063755 >. Kami tunggu ya, terima kasih. Kontak: konsel(at)sabda.org Redaksi: S. Setyawati, Santi T., dan Adiana Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-konsel/arsip/ BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati (c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |