Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/35 |
|
e-Konsel edisi 35 (1-3-2003)
|
|
><> Edisi (035) -- 01 Maret 2003 <>< e-KONSEL *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Daftar Isi: - Pengantar : Panggilan untuk Melayani Tuhan? - Cakrawala : Bukti Seorang yang Dipanggil Melayani Tuhan - Telaga : Hikmat dalam Pengambilan Keputusan [T90A] - Bimbingan Alkitabiah: Apakah Setiap Orang Kristen Dipanggil untuk Melayani? - Tanya Jawab : Panggilan Melayani Tuhan - Surat : Cari Bahan Komunikasi Keluarga *REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI* -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*- Pada edisi ke 35 ini, e-Konsel akan membahas topik khusus tentang "Panggilan untuk Melayani Tuhan". Banyak orang Kristen berpikir bahwa panggilan untuk melayani Tuhan hanya berlaku bagi mereka yang melayani "full-time" -- yaitu para pendeta dan hamba-hamba Tuhan purna waktu. Oleh karena itu, sebagai orang Kristen awam, banyak yang berpendapat "kita tidak perlu bergumul atau memikirkan apakah kita memiliki panggilan untuk melayani Tuhan" atau "kita bukan pelayan 'full-time' ...." Dampak dari kesalahmengertian tentang panggilan ini cukup banyak membuat gereja dan pelayanan menjadi korban. Apakah dampak-dampak negatif tersebut? 1. Membuat orang Kristen awam menjadi tidak "berbuah" dan tidak produktif bagi Kerajaan Allah. 2. Banyak orang Kristen awam yang ikut ambil bagian dalam pelayanan tapi tidak serius dalam mengambil tanggung jawab. 3. Banyak orang Kristen awam yang melayani tetapi tidak merasa perlu untuk diperlengkapi atau dibekali dengan baik. Dampak-dampak negatif di atas menjadi salah satu sumber terjadinya masalah-masalah dalam pelayanan dan sering kali masalah-masalah tsb. membuat mereka cepat mengundurkan diri dari pelayanan, bahkan dengan berbagai alasan mereka berusaha supaya tidak terlibat dalam pelayanan. Namun, seperti yang dikatakan rasul Paulus bahwa setiap orang dipanggil oleh Kristus dalam pelayanan-Nya. Tidak seorang pun bisa berdalih bahwa ia tidak dipanggil oleh Tuhan dalam pelayanan. Semua anak Tuhan adalah pelayan Tuhan. Harapan kami, sajian edisi ini menolong jemaat Tuhan untuk lebih sadar akan panggilannya sehingga karya Tuhan boleh semakin nyata dalam dunia ini. Selamat melayani! Tim Redaksi *CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA* Panggilan untuk melayani Tuhan adalah panggilan yang sangat istimewa sebagai seorang pengikut Kristus. Namun banyak orang Kristen yang masih sering bertanya-tanya apakah buktinya bahwa kita [semuanya!!] dipanggil Tuhan untuk melayani. Artikel berikut ini akan menolong kita mengerti lebih jelas apa bukti dari seseorang yang dipanggil Tuhan untuk melayani, baik melayani sebagai orang Kristen awam maupun sebagai hamba Tuhan purna waktu. -*- BUKTI SEORANG YANG DIPANGGIL MELAYANI TUHAN -*- a. Seorang yang benar-benar dipanggil, pasti ia mempunyai bukti pengalaman "dilahirkan baru". Dibaptis, mengikuti Perjamuan Kudus, dan menjadi anggota gereja, bukanlah bukti bahwa orang tersebut sudah "dilahirkan baru". Pada waktu orang Israel keluar dari Mesir, di antara yang ikut serta, terdapat orang-orang kafir yang kemudian menjadi jebakan bagi orang Israel untuk berbuat dosa. Tuhan Yesus pernah memberikan perumpamaan tentang "Gandum dan Lalang" yang bertumbuh secara bersama-sama (Matius 13). Pada masa kini, gereja juga menghadapi kesulitan yang sama. Terlebih-lebih bagi gereja yang sembarangan saja menerima orang untuk menjadi anggota gereja. Orang yang berkarunia, bisa berdiri di mimbar membaca Alkitab, berdoa, bersaksi, dan sebagainya, tetapi tidak menjamin bahwa orang tersebut sudah diselamatkan. Penulis pernah melihat seorang yang sudah menyelesaikan studi di sekolah teologia dan terkenal pula dengan bakatnya, tapi siapa sangka, melakukan kejahatan dan harus berurusan dengan aparat pemerintah dan kemudian dimasukkan ke dalam penjara. Sebab itu seyogianya pihak gereja perlu memberi perhatian ekstra untuk mereka yang mau menyerahkan diri untuk menjadi hamba Tuhan. Pimpinan gereja, bukan hanya melihat bagaimana pelayanannya di gereja, tetapi juga perlu diperhatikan kehidupan rohani dan moralnya. Dari segi hidup rohani; apakah ia mempunyai kehidupan yang saleh dan bagaimana hubungan pribadinya dengan Allah? Di antara keluarga, bagaimana hubungannya dengan orangtua; di gereja, bagaimana sikapnya terhadap orang yang lebih tua, yang sederajat dan yang lebih muda? Bagaimana pula pergaulannya dengan lawan jenisnya? Jika ternyata yang bersangkutan mempunyai kelakuan yang tidak baik, perkataannya tidak bertanggung jawab, bertemperamen tinggi, dan sebagainya; biarpun bagaimana hebat bakatnya, jangan sekali-kali dengan sembarangan memperkenalkannya untuk masuk sekolah teologia. b. Seorang yang menerima panggilan, perlulah ia mempunyai bukti "panggilan dalam roh". Mungkin cara Tuhan memanggil seseorang tidak seperti cara Tuhan memanggil Paulus, tapi mungkin sama dengan pengalaman panggilan terhadap Elia. Kitab 1Raja-raja 19 memberitahukan bahwa Elia dipanggil tatkala ia berada di sebuah goa di bukit Horeb. Panggilan ini dilakukan bukan di tengah-tengah angin taufan atau di tengah-tengah gempa bumi yang dahsyat; melainkan dalam keadaan sunyi senyap. Panggilan pada Elia hanya dalam bentuk bisikan. Bisikan ini mempunyai daya penakluk yang tidak bisa dibantah, karena bisikan ini sampai ke dalam lubuk hati yang terdalam. Kemanapun ia pergi, bisikan ini akan terus mengikutinya, sampai ia benar-benar taat. Dan tentu, orang yang menerima bisikan ini, mempunyai satu jangka waktu untuk "pergumulan". Dalam masa pergumulan ini, ia mempertimbangkan tugas, tanggung jawab yang berat, dan kesulitan yang akan dialami dalam memenuhi panggilan bisikan ini, dan sekaligus pula melihat kelemahan dan kebodohannya. Pada waktu Musa dipanggil, ia mengatakan, "Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?" (Keluaran 3:11). Sewaktu Yeremia dipanggil, ia juga mengatakan hal yang sama, "Ah, Tuhan Allah! Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda." (Yeremia 1:6) Tapi jika memang benar Tuhan yang memanggil, maka Ia akan bertanggung jawab. Ia berkata dengan memberi jaminan kepada Musa, "Bukankah Aku akan menyertai engkau? Inilah tanda bagimu, bahwa Aku yang mengutus engkau: apabila engkau telah membawa bangsa itu keluar dari Mesir, maka kamu akan beribadah kepada Allah di gunung ini." (Keluaran 3:12). Tuhan juga memberi jaminan yang sama kepada Yeremia dengan mengatakan, "Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapapun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apapun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kau sampaikan. Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, demikianlah firman Tuhan." (Yeremia 1:7-8). c. Seorang yang dipanggil, harus mempunyai beban terhadap panggilannya dan kegetolan hati dalam penginjilan. Sama seperti pengalaman panggilan yang dialami oleh Yeremia dengan mengatakan: "Tetapi apabila aku berpikir: "Aku tidak mau mengingat Dia dan tidak mau mengucapkan firman lagi demi nama-Nya", maka dalam hatiku ada sesuatu yang seperti api yang menyala-nyala, terkurung dalam tulang-tulangku; aku berlelah-lelah untuk menahannya, tetapi aku tidak sanggup." (Yeremia 20:9). Sama pula yang dialami Paulus, "Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil." (1Korintus 9:16). Paulus menasehati penginjil muda Timotius dengan mengatakan, "Benarlah perkataan ini: "Orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah." (1Timotius 3:1) Mengapa dalam perkataan Paulus ditambah dengan kata, "Benarlah perkataan ini?" Dalam terjemahan bahasa Inggris The Amplified Bible menyebutkan, "Perkataan ini benar adanya dan tidak dapat dibantah atau ditolak (irrefutable), jika mau menjadi penilik jemaat, hendaklah ia merindukan pekerjaan yang terbaik (an excellent task)." Orang yang menerima panggilan Tuhan, harus menganggap bahwa memilih pekerjaan Tuhan itu adalah yang terbaik. Bagaimanapun orang lain mencemooh atau berpendapat, tapi tidak bisa menghalanginya untuk menerima panggilan Tuhan. Yang disebut "tugas yang baik", bukan karena tugas ini dapat mencukupi kebutuhan orang lain, melainkan semata-mata karena itu adalah panggilan Tuhan. Sebab itu, jabatan "hamba Tuhan" bukan semacam "profesi" (profession), melainkan "memiliki" (possession) amanat dan anugrah Allah. Ada seorang pendeta gereja besar mencari Dr. Howard Robinson dan berkata, "Howard, aku sudah mengambil keputusan untuk tidak mengabarkan Injil lagi." Dr. Robinson dengan ringan menjawab, "Bagus aku sangat senang mendengar kamu mengatakan demikian." Pendeta itu merasa terkejut mendengar jawaban yang demikian. Dengan perasaan heran ia bertanya, "Apa maksudmu dengan perkataan ini?" Dengan tidak kalah entengnya Robinson menjawab, "Jika kamu bisa meletakkan jabatan sebagai hamba Tuhan dan untuk seterusnya tidak menginjil, ini membuktikan kamu belum pernah mengalami panggilan Tuhan. Sebab itu, baik sekali kamu berhenti." Dua minggu kemudian, pendeta ini kembali lagi dan berkata kepada Dr. Howard Robinson, "Perkataanmu dua minggu yang lalu, memang benar. Aku tidak mau berhenti! Untuk selama-lamanya aku tidak mau berhenti." -*- Diedit dari sumber -*-: Judul Buku : Problematika Hamba Tuhan Judul Asli Artikel: Bukti Seorang Dipanggil dan Beban atas Panggilan Penulis : Rev. Yap Un Han, Th.M. Penerbit : Atas kerja sama Persekutuan Alumni SBC, Jakarta dan Yayasan Daun Family, Manado, 1998 Halaman : 18 - 22 *TELAGA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TELAGA* -*- HIKMAT DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN -*- Pengambilan keputusan bukanlah hal yang mudah untuk dikerjakan. Ada banyak faktor yang perlu dipertimbangkan agar keputusan yang kita ambil nantinya benar-benar bisa bermanfaat. Berikut ini adalah ringkasan empat prinsip (dari tujuh prinsip) pengambilan keputusan dalam diskusi bersama Pdt. Dr. Paul Gunadi. ----- T: Setiap hari kita selalu diperhadapkan pada pilihan untuk menentukan sikap, untuk mengambil suatu keputusan. Tetapi rasa-rasanya sejak kecil kita tidak pernah diajar secara khusus, secara sistematis untuk mengambil keputusan. Kita belajar secara alamiah saja sehingga banyak kesalahan yang kita lakukan dalam mengambil keputusan. Nah bagaimana sebenarnya kita harus bersikap dalam mengambil keputusan, khususnya sebagai orang yang percaya kepada Tuhan Yesus? J: Sungguh benar apa yang Anda katakan. Untuk menjadi seorang pilot, kita harus belajar secara formal. Kita juga harus bersekolah untuk menjadi seorang arsitek, tetapi tidak ada pelatihan atau sekolah yang mengajarkan pada kita bagaimana caranya mengambil keputusan. Jadi seringkali yang terjadi kita jatuh bangun agar dapat membuat keputusan yang baik. Ada sebagian kita yang seringkali membuat kesalahan dalam pengambilan keputusan, maka saya kira tepatlah saat ini jika kita gunakan waktu untuk membahas prinsip-prinsip yang bisa digunakan dan ditimba dari Firman Tuhan untuk menolong bagaimana kita mengambil keputusan. Marilah kita mendasarinya dengan mengambil cerita dari kisah Raja Rehabeam (1Raja-raja 12:3-11). Kisah ini memberikan kita suatu gambaran tentang seseorang yang gagal dalam mengambil keputusan secara bijaksana. Sebagai akibatnya bukan kemakmuran atau kesejahteraan yang ia hasilkan, namun justru kekacauan dan perpecahan yang terjadi di negaranya. Ada beberapa prinsip yang bisa kita petik dari kisah ini tentang pengambilan keputusan. PRINSIP PERTAMA, keputusan yang benar tidak mesti dikaitkan dengan bagaimana orang lain melihat diri kita. Di sini kita lihat keinginan Rehabeam untuk dipandang berkuasa telah membuatnya mengambil keputusan yang salah. Dengan kata lain adakalanya keputusan kita itu menjadi sangat salah karena yang memotivasi kita mengambil keputusan adalah karena kita lebih mempedulikan bagaimana orang lain melihat kita. Kita ingin agar orang melihat kita sesuai dengan citra yang kita coba proyeksikan kepada orang lain. PRINSIP KEDUA, keputusan yang benar didasari atas masukan dari sumber yang memahami duduk masalahnya. Rehabeam pertama-tama bertanya kepada para konselornya yaitu penasihatnya yang tua-tua, orang-orang yang mengerti kebijakan yang ditetapkan raja Salomo, ayah Rehabeam. Kesalahan Rehabeam adalah setelah mendengarkan nasihat dari para penasihat yang tua-tua itu dia lari kepada teman-teman sebayanya, yang tidak begitu mengerti duduk masalahnya. Akhirnya Rehabeam mengambil keputusan yang salah karena mendapatkan masukan dari orang-orang yang tidak kompeten. Namun, dalam mengambil keputusan sebenarnya yang betul adalah bukan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya, tapi setepat- tepatnya. PRINSIP KETIGA, keputusan yang benar berpijak pada konsep kebajikan yang universal. Misalnya apakah keputusan itu adil, apakah itu kasih, apakah itu baik. Nah di sini kita melihat Rehabeam menindas rakyat dengan menambahkan beban, tuntutan, tanggung jawab kepada rakyatnya. Hal itu tidak dapat dibenarkan oleh alasan apapun, penindasan tidak dibenarkan oleh alasan apapun. Jadi dalam pengambilan keputusan kita harus melihat juga aspek etis dan aspek moralnya. Apakah keputusan kita itu baik, apakah juga adil. Kadang-kadang hal itu baik untuk kita, tapi belum tentu baik untuk orang lain, otomatis kita coba untuk mengambil keputusan yang baik untuk semuanya. Apakah keputusan itu adil untuk kita dan untuk orang lain serta apakah ada unsur kasihnya, karena kasih adalah isi hati Tuhan yang paling dalam yang juga harus kita miliki. Jadi itu adalah aspek moral dalam keputusan yang kita mesti pertimbangkan. PRINSIP KEEMPAT, apapun keputusan yang kita ambil membawa dampak kepada lingkungan atau bahkan kepada diri kita sendiri. Jika Rehabeam mengabulkan permintaan rakyatnya, dia akan dicintai dan ditaati, sebaliknya penolakannya memang membuat rakyat takut kepadanya namun lebih dari itu penolakannya membuat rakyat membencinya dan tidak menaatinya. Jadi dalam pengambilan keputusan, prinsip keempat harus juga kita ingat yaitu keputusan yang benar mesti mempertimbangkan dampak dari keputusan itu. Orang bijaksana akan selalu mengingat apa akibat keputusan ini bagi saya, bagi relasi saya dengan orang lain dan bagi orang- orang lain juga .... Hal terakhir yang harus kita sadari adalah meskipun Tuhan bisa menggunakan segalanya, bahkan keputusan yang keliru tetap bisa dipakai untuk mendatangkan kebaikan (Roma 8:28), tetapi tidak dapat disangkal bahwa kekeliruan dalam pengambilan keputusan kadangkala membawa dampak yang sangat besar. Rehabeam berpikir mungkin pada saat itu masalahnya hanyalah rakyat ingin mendapatkan keringanan kerja. Dia mungkin sekali tidak sadar bahwa gara-gara keputusannya itu kerajaan Israel terpecah dua. Bukankah ini suatu dampak yang sangat besar dan sangat parah? Nah adakalanya kita mesti mengingatkan diri kita agar berhati-hati dalam pengambilan keputusan. Gunakan semua prinsip yang benar agar sampai pada keputusan yang benar itu. Sebab kadangkala keputusan yang salah dampaknya bisa berkepanjangan. -*- Sumber -*-: [[Sajian kami di atas, kami ambil dari isi salah satu kaset TELAGA No. #90A, yang telah kami ringkas/sajikan dalam bentuk tulisan.]] -- Jika Anda ingin mendapatkan transkrip seluruh kaset ini lewat e-Mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel@xc.org > atau: < TELAGA@sabda.org > *BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*--*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH* -*- APAKAH SETIAP ORANG KRISTEN DIPANGGIL UNTUK MELAYANI? -*- Pertanyaan: ----------- Apakah setiap orang Kristen dipanggil untuk melayani? Bagaimana mengetahui panggilan Tuhan? Jawaban: -------- "Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang 'terpanggil' sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:28) Ayat tersebut di atas memberitahu kita tentang dua hal: 1. Orang-orang yang mengasihi Tuhan adalah mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana-Nya. 2. Tuhan berjanji bahwa Ia turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka. Dalam Perjanjian Baru, istilah "dipanggil" ('kletos') dan "panggilan" ('klesis') muncul 22 kali. Semuanya menyatakan panggilan Tuhan kepada umat-Nya untuk sesuatu maksud yang rohani. Panggilan- panggilan ini tidak melulu panggilan untuk menjadi seorang pendeta atau missionari, melainkan seluruh jemaat dipanggil oleh Tuhan dimana 'kletos' + kata depan 'ek' = 'ekklesia'. Istilah "ekklesia" muncul dalam Perjanjian Baru sebanyak 115 kali, yang berarti "the called-out ones" dan diterjemahkan sebagai "gereja". Suatu gereja yang didirikan oleh Tuhan pasti terdiri atas individu- individu yang dipanggil oleh Tuhan. Mereka dipanggil ke luar dari keduniawian dan masuk ke dalam Kristus. Segala aktivitas dan cara hidup dlm gereja seharusnya tidak "serupa dengan dunia" (Roma 12:2), melainkan "berpadanan dengan panggilan itu" (Efesus 4:1). Paulus mengatakan bahwa ia "dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah" (Roma 1:1). Ini adalah panggilan khusus sebagai Pelayan Tuhan secara "full-time". Dengan istilah-istilah yang sama Paulus mengatakan bahwa anggota- anggota di jemaat Roma dan Korintus juga dipanggil oleh Kristus dalam pelayanan-Nya (Roma 1:6; 1Korintus 7:22). Ini adalah pelayanan umum yang harus dilakukan setiap orang Kristen. Tiada seorang pun yang boleh berdalih bahwa ia tidak dipanggil oleh Tuhan dalam pelayanan. Semua anak Tuhan adalah pelayan Tuhan. Secara praktis, banyak orang Kristen mempunyai alasan yang masuk akal untuk tidak terjun ke dalam pelayanan. Misalnya: "Aku tidak mempunyai talenta: Aku tidak berpendidikan tinggi; Aku lemah dan bodoh"; dan lain-lain. Saya anjurkan orang-orang yang demikian membaca 1Korintus 1:26-28. Di sana dikatakan bahwa "... ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, ...." Ayat-ayat ini bukan berarti semua orang yang dipakai oleh Tuhan adalah orang yang bodoh-bodoh, melainkan berarti bahwa sekalipun kita bodoh, Tuhan tetap dapat memakai kita. Bahkan Tuhan berjanji akan turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi Dia (Roma 8:28). Dalam masyarakat modern yang berkompetisi tinggi, perusahaan- perusahaan dan organisasi-organisasi dunia hanya mau memakai orang- orang yang "pandai, cakap, kuat dan mulia." Tetapi Tuhan memanggil segala macam orang yang "mengasihi Dia" (Roma 8:28) dan "yang kudus" (Efesus 4:12), untuk diperlengkapi bagi pekerjaan pelayanan. Istilah "diperlengkapi" ('katartismos', Efesus 4:12), boleh diterjemahkan "dipersenjatai" atau "disempurnakan." Syukur kepada Tuhan bahwa karena kerelaan melayani Tuhan, maka kita yang lemah dan bodoh "diperlengkapi" menjadi orang-orang yang pandai dan kuat. Seorang tokoh iman yang bernama A.W. Tozer mengatakan: "Tuhan hanya dapat memakai orang yang selalu bersukacita dan tidak menolak didikan atau ajaran Tuhan." Ada banyak orang yang melayani Tuhan secara "temporary" (sementara). Artinya, kalau ia "senang hati, lancar, banyak berkat, dipuji" maka ia mau melayani Tuhan. Tetapi kalau keadaan memburuk, maka ia tidak lagi berminat untuk melayani. Ini adalah sifat manusia yang egois. Ingatlah bahwa "Allah tidak menyesali kasih karunia dan panggilan- Nya" (Roma 11:29). Panggilan Tuhan bersifat "permanen", bukan "sementara". Yang terakhir, bagaimana kita mengetahui panggilan Tuhan atas diri kita masing-masing? 1. "Berusahalah sungguh-sungguh" (2Petrus 1:10a) untuk mengetahui panggilan Tuhan. 2. "Jikalau kamu melakukannya (taat), kamu tidak akan pernah tersandung" (2Petrus 1:10b). 3. Mintalah (berdoa) ... supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apa yang terkandung dalam panggilan-Nya (Efesus 1:17-18). 4. Semakin kita mengasihi Tuhan, semakin kita meyakini panggilan Tuhan. Menurut Roma 8:28, "mereka yang mengasihi Dia" identik dengan "mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." Maka ketaatan terhadap perintah Tuhan dan dorongan kasih kepada- Nya itulah yang mendasari pelayanan kita. Setelah kita mengerti panggilan Tuhan, marilah kita siap untuk terjun ke dalam pelayanan dengan segenap hati dan pengucapan syukur. Sebagaimana ada sebuah poster rekruitmen dari pemerintah/tentara USA yang mengatakan: "Your Country needs YOU" demikian pula "we (our church) need you" -- Gereja membutuhkan orang Kristen yang mengasihi Tuhan dan rela melayani-Nya. -*- Sumber -*-: Judul Buku : Menjawab Pertanyaan-pertanyaan Kontemporer Judul Artikel: Tentang Gereja dan Pelayanan (Bab III) Penulis : Dr. David Pan Purnomo Penerbit : Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang, 1994 Halaman : 57 - 59 CD SABDA : No topik: 17326 (CD SABDA) *TANYA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* JAWAB* -*- PANGGILAN MELAYANI TUHAN -*- Pertanyaan: ----------- Adakah kemungkinan orang awam melayani Tuhan secara penuh, mengingat pekerjaan sekuler banyak sekali menyita waktu sehingga tidak ada waktu untuk belajar maupun melayani? Jawab: ------ Pertama-tama kita harus menjernihkan dahulu konsep kita mengenai pelayanan. Orang berpikir pelayanan itu adalah kegiatan rohani saja. Itu suatu pandangan yang keliru, yang berasal dari pengkotak- kotakan. Hidup itu bukan terkotak-kotak, ada sebagian untuk Tuhan, sebagian untuk dunia dan sebagian untuk diri sendiri. Pengertian Alkitab yang benar ialah, seluruh hidup kita adalah milik Tuhan, sesuai dengan Kolose 3:17-23, "Apa pun yang kamu perbuat, perbuatlah itu seperti untuk Tuhan" dan Roma 12:1-2, "Persembahkanlah tubuhmu sebagai persembahan (Yun.- liturgi)...", sehingga pengertian sesungguhnya dari pelayanan itu adalah ibadah. Kita melayani Tuhan bukan hanya melalui perbuatan kegiatan rohani, melainkan kita melayani Tuhan berarti kita hidup memenuhi kehendak Tuhan. Maka dalam pengertian itu, di mana pun kita bekerja, di mana pun Tuhan menempatkan kita, itu adalah suatu bentuk pelayanan juga. Itu adalah pelayanan untuk Tuhan di dalam penempatan Tuhan, dan dengan kekuatan-Nya kita melaksanakan misi Tuhan baik dalam bidang- bidang rohani maupun dalam bidang-bidang yang mempengaruhi masyarakat dan kepentingan manusia. Tetapi kalau kita berkata demikian, bukan berarti kesimpulan kita dipersempit lagi; karena toh dalam pekerjaan sekuler saya sudah melayani Tuhan maka saya tidak perlu lagi melayani di luar itu. Ini juga salah. Kalau ada orang yang akhirnya menjadikan pekerjaan sekuler sebagai satu-satunya bentuk pelayanan, ia melupakan bahwa Tuhan juga mau supaya gereja Tuhan dibangun dan penginjilan dilaksanakan. Oleh sebab itu, sambil kita melaksanakan pekerjaan sekuler kita, kita perlu menyelesaikan dan mendisiplin pembagian waktu supaya ada keseimbangan, sehingga kita bisa memilih (dalam waktu yang sudah sempit itu) bentuk-bentuk pelayanan yang efektif untuk pekerjaan pembangunan Kerajaan Allah, dan kita minati itu dengan penuh konsentrasi. -*- Diedit dari sumber -*-: Judul Buletin: Momentum No. 3 Oktober 1987 Nama Kolom : TANYA JAWAB Pengasuh : Pdt. Dr. Stephen Tong dan Paul Hidayat, S.Th. Penerbit : Lembaga Reformed Injili Indonesia, Jakarta Halaman : 24 *SURAT*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-DARI ANDA-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*SURAT* Dari: andri firmansyah <@yahoo.com> >Salam kenal ... >Sebagai awalan dari perkenalan ini saya minta dan ingin menanyakan >beberapa informasi dan artikel yang berkenaan dengan skripsi saya >mengenai komunikasi keluarga. >,1. definisi komunikasi, keluarga, dan komunikasi keluarga >,2. karakteristik komunikasi keluarga >,3. kriteria-kriteria komunikasi keluarga >,4. prinsip-prinsip komunikasi keluarga >Saya ucapkan terima kasih atas bantuan informasinya. >Andri Redaksi: Dalam e-Konsel edisi 019, kami pernah mengulas mengenai gaya-gaya dalam berkomunikasi dan bagaimana gaya-gaya tsb. dapat menimbulkan masalah. Selain itu disajikan juga bahan-bahan lain yang dapat menolong untuk memperbaiki komunikasi, termasuk komunikasi antara suami dan istri. Kiranya edisi 019 ini dapat sedikit membantu Anda. ==> http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/019/ Pada masa yang akan datang topik tentang masalah komunikasi keluarga kami harap dapat kami bahas lebih banyak. Selain itu, Anda juga bisa membaca buku-buku yang mengulas tentang komunikasi antara lain: 1. Komunikasi Kunci Pernikahan Bahagia, oleh H. Norman Wright 2. Komunikasi Keluarga, oleh Sen Wahlroos, Ph.D. Good luck dalam mengerjakan skripsinya, ... and let us see the result ... ;-) e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL STAF REDAKSI e-Konsel Yulia O., Lani M., Kiki F. PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2003 oleh YLSA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org> Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. dapat dikirimkan ke alamat: <owner-i-kan-konsel@xc.org> *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org Berhenti: Kirim e-mail kosong: unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel ARSIP publikasi e-Konsel: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |