Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/347 |
|
e-Konsel edisi 347 (27-8-2013)
|
|
______________________________e-KONSEL________________________________ Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen ______________________________________________________________________ e-Konsel -- Perjuangan untuk Merdeka Edisi 347/Agustus 2013 Salam sejahtera, Ketika kita diperhadapkan pada dua pilihan: merdeka atau menjadi hamba, tentu tidak ada seorang pun yang akan memilih menjadi hamba. Pasalnya, menjadi hamba itu tidak menyenangkan, menderita, dan tertekan. Itulah sebabnya, tidaklah mengherankan jika semua orang ingin merdeka. Namun, sejak jatuhnya manusia ke dalam dosa, tidak ada seorang pun yang merdeka. Semua orang telah berdosa dan menjadi hamba dosa. Syukur kepada Allah karena Dia yang berinisiatif untuk memerdekakan kita dari ikatan dosa. Yesus berkenan menyerahkan diri-Nya untuk memerdekakan manusia dan menjadikan manusia sebagai hamba Tuhan. Pada bulan Agustus ini, e-Konsel menghadirkan tema kemerdekaan. Untuk edisi pertama, Redaksi menyuguhkan artikel tentang pentingnya merdeka dari ikatan pribadi dan hasil diskusi Sahabat e-Konsel terkait dengan mengatasi akar pahit. Anda ingin mengetahui lebih dalam? Silakan baca edisi ini sampai akhir. Selamat memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Anda. Pemimpin Redaksi e-Konsel, S. Setyawati < setya(at)in-christ.net > < http://c3i.sabda.org/ > CAKRAWALA: MERDEKA DARI IKATAN PRIBADI Diringkas oleh: S. Setyawati Tidak ada kemerdekaan yang dapat kita peroleh tanpa pengorbanan. Kulit telur harus pecah supaya anak-anak ayam mendapat kemerdekaan hidup, kulit biji-bijian harus pecah supaya dapat bertunas, demikian juga dengan kepompong yang harus terbelah supaya dapat menjadi kupu-kupu dan terbang bebas. Hal ini bukan sekadar prinsip alam, tetapi juga menggunakan konsep yang alkitabiah. Kehidupan baru harus didahului oleh kematian, dan kebangkitan diawali dengan penyaliban (Yohanes 12:24-25). Ayat tersebut menegaskan bahwa kita harus melakukan penyangkalan diri, yang diwujudkan ke dalam dua tahap: menerima diri sendiri dan menyangkal diri sendiri. Orang yang belum dapat menerima dirinya sendiri tidak akan dapat menyangkal dirinya sendiri. Hal ini terlalu berat, menyakitkan, dan tidak masuk akal. Hal menerima diri sendiri adalah bagian dari kehidupan Yesus. Yesus adalah Pribadi yang keadaan-Nya harmonis dengan diri-Nya sendiri dan harmonis dengan Allah. Ia tidak memusuhi manusia dan dunia yang penuh dosa (Keluaran 3:14 dan Yohanes 10:30). Itulah sebabnya, melalui diri-Nya, kasih Allah disalurkan kepada semakin banyak orang. Selain itu, kita harus menerima diri sendiri sebagai buatan Tuhan. Kita harus dapat menerima kemampuan dan kecakapan yang Tuhan berikan kepada kita, sekaligus menerima kekurangan/keterbatasan yang kita miliki. Kita harus menerima cara Allah membentuk dan menumbuhkan rohani kita. Pertanyaan selanjutnya, siapakah yang dimaksud dengan diri sendiri yang harus kita sangkal dan singkirkan? Jika kemerdekaan menuntut adanya pengorbanan, bagaimana Tuhan merombak kita? Apa hasilnya? Apakah nantinya kita tidak lagi memiliki kepribadian dan menjadi robotnya Tuhan? Penyangkalan Diri Setelah kita dilahirkan kembali, penampilan fisik dan kepribadian kita tidak berubah. Yang diubah adalah kepribadian kita, istilah yang digunakan Paulus adalah kedagingan. Setiap keinginan dan sifat kita yang tidak sesuai dengan kehendak Allah harus dimatikan. Akan tetapi, natur dosa sudah ada di dalam kita sejak kita dikandung ibu, lalu bagaimana kita bisa mencegah akibat dosa? Kita tidak dapat menyelamatkan diri dari kematian pribadi, hanya darah Kristus yang dapat menyucikan kita dari dosa dan membangkitkan kita dalam hidup rohani yang baru. Roh Kudus yang dianugerahkan Allah kepada kita seumpama antitoksin yang berfungsi memerangi infeksi dosa yang merusak seluruh hidup kita. Dengan demikian, ketika kita dilahirkan kembali, kita tidak saja hidup dalam masa peralihan, tetapi juga peperangan antara yang baik dan yang jahat (Galatia 5:17). Peperangan yang ada di dalam hati dan pikiran kita acap kali membuat kita hampir putus asa, namun dengan pertolongan Yesus Kristus dan campur tangan Roh Kudus, kita dimampukan untuk mematikan segala keinginan duniawi kita (Kolose 3:5-9). Inilah arti dari penyangkalan diri -- mengatakan tidak kepada dosa yang hendak menguasai kita, mengatakan tidak kepada kenikmatan yang ditawarkan oleh dosa. Untuk mematikan hal-hal duniawi, ada dua hal yang harus kita lakukan: 1. Menerima diri sendiri sebagaimana adanya -- yang baik dan yang jahat. Selain itu, kita harus berani mengakui dosa-dosa kita dan memohon ampun kepada-Nya. 2. Kita harus bekerja sama dengan Roh Kudus yang ada di dalam diri kita, yang mendorong dan memperlengkapi kita sehingga kita dapat mematahkan perlawanan musuh. Kalau kita gagal melakukan tindakan yang pertama, kita buta terhadap keadaan yang sesungguhnya. Karena itu, kebiasaan dosa kita akan menghambat pertumbuhan rohani kita. Dan, jika kita gagal melakukan tindakan kedua, kita berdosa karena kita memadamkan dan mendukakan Roh Kudus. Kita ingat bahwa pekerjaan Roh Kudus adalah mengubahkan kita supaya kita menyerupai Yesus. Ketika kita tidak mau menyerahkan dosa-dosa kita kepada Roh Kudus untuk dimusnahkan-Nya, kita mendukakan Roh Kudus. Ketika kita mengabaikan bisikan-Nya, "Serahkan semuanya," kita memadamkan Roh. Ketika kita tidak mau menyangkal diri, kita membatasi pekerjaan Roh Kudus dan melemahkan pertahanan kita terhadap godaan dan dosa. Sebaliknya, ketika kita taat kepada Roh Kudus, sekalipun rasanya enggan untuk melakukannya, kita sudah bekerja sama dengan Roh Kudus dalam menawan watak lama kita yang sudah tercemar oleh dosa. Dengan demikian, kehidupan kita yang baru di dalam Yesus dapat bertumbuh dengan semestinya. Perhatikanlah bahwa Tuhan mengetuk pintu kita untuk masuk ke dalam hati kita karena Ia ingin mengubah kita untuk menjadi serupa dengan-Nya (Wahyu 3:20). Si Aku Dihancurkan Melalui Pencobaan Bagaimana Tuhan menghancurkan si "aku" dan membangun diri kita yang baru? Salah satu caranya adalah melalui pencobaan. Melalui pencobaan, Tuhan berharap kita menyadari kelemahan kita dan keburukan di dalam hati kita yang terdalam. Pencobaan seharusnya tidak memberi peluang kepada si Iblis, namun menjadi pelajaran bagi kita. Kita dapat memanfaatkan konflik yang terjadi dalam diri kita sehingga pencobaan itu mendorong kita untuk hidup lebih kudus dan kita dapat mengalami kemerdekaan rohani. Dalam kisah pencobaan yang Yesus alami, kita dapat belajar bagaimana mengatasi taktik Iblis yang halus sehingga setelah pencobaan berlalu, kita akan lebih dipenuhi kuasa Roh Kudus. Ketika dicobai, Yesus harus memilih apakah Ia membiarkan kehidupan-Nya dikendalikan oleh diri- Nya sendiri atau oleh Allah. Dia memilih agar kehidupan-Nya dikendalikan oleh Allah. Godaan yang Iblis tawarkan kepada kita juga sama -- agar kita mementingkan keinginan kita sendiri. Yesus menolak segala sesuatu yang bersifat mementingkan diri sendiri. Kalau kita meneladani Yesus dan menyerahkan diri kita kepada kehendak Allah, Ia akan mengizinkan kita dicobai supaya keputusan kita semakin teguh. Godaan akan semakin lemah jika kita memutuskan bahwa Yesus adalah Tuhan atas kehidupan kita, dan kita menolak untuk mementingkan diri sendiri. Dengan begitu, pencobaan menjadi pintu menuju kemenangan, dan memberi kesempatan bagi Roh Kudus untuk menyelamatkan kita dari penyakit yang sangat mengganggu -- keakuan. Pekerjaan Roh Kudus Pekerjaan Roh Kudus membuat rohani kita lebih merdeka, lengkap, dan sehat. Ia masuk ke dalam pikiran dan keinginan kita yang terdalam sehingga kita menyerupai Yesus, menaati Dia, dan tidak egois (Yehezkiel 36:26-28). Orang yang berpikir seperti Tuhan berpikir, mengasihi seperti Tuhan mengasihi, dan yang taat kepada-Nya adalah orang yang merdeka. Namun demikian, kemerdekaan itu datang perlahan-lahan, seperti tetesan minyak yang meresap ke dalam serat kain, melunakkan, mengubah, dan mematahkan segala penghalang. Begitulah cara Allah merombak kita. Kehidupan lama kita harus dirombak terlebih dahulu supaya kehidupan baru yang jauh lebih baik dapat terwujud. Kekecewaan dan Kesusahan Selain pencobaan, kesusahan hidup terkadang Tuhan izinkan untuk menolong kita dalam menyangkal diri dan berserah penuh kepada-Nya. Bahkan, Tuhan juga mengizinkan kita mengalami kekecewaan, penghinaan, kepedihan, dan berbagai macam penderitaan. Tujuan-Nya adalah untuk membenahi arah kehidupan kita. Kesusahan dapat menjadi saat yang paling kreatif karena saat itulah Roh membebaskan kita dari "kungkungan kehidupan diri sendiri". Bekerja Sama dengan Tuhan Bagaimana kita memakai pencobaan dan kesusahan secara efektif? Caranya adalah sebagai berikut: Ketika kita menghadapi persoalan, catatlah, renungkan reaksi spontan kita, nilailah reaksi tersebut, dan bawalah persoalan itu kepada Tuhan. Kemudian, mintalah agar Dia menerangi pikiran kita dan menyelaraskannya dengan pikiran Allah. Serahkan keinginan diri sendiri kepada-Nya dan biarlah kehendak- Nya yang jadi. Kepribadian Saya Akan Hilang? Jika kita menyerahkan diri kepada Tuhan, apakah ini berarti bahwa kepribadian orang Kristen hilang lenyap? Tidak. Orang Kristen yang mengizinkan Roh Kudus menjamah dan mengubah diri dan hatinya terhadap segala pengalaman buruk yang pernah dialaminya, akan memperoleh pandangan baru tentang dirinya sendiri. Ia akan mendapatkan kesembuhan batin dan kemerdekaan rohani. Semakin kita menyerahkan diri kepada Tuhan, kita semakin sesuai dengan kehendak Tuhan dan merdeka. Roh Kudus tidak menghilangkan kepribadian kita atau menghapus diri kita. Roh Kudus bekerja secara tidak kentara seperti ragi yang mengkhamirkan adonan. Kepribadian kita dan Roh Kudus akan jalin-menjalin (Roma 8:16). Mengupas Lapisan yang Menghambat Kita Roh Kudus bekerja sama dengan roh kita untuk membuat kita menjadi anak-anak Allah. Namun, perubahan tidak dapat terjadi jika di dalam kita masih ada lapisan "keakuan" yang tebal. Keakuan harus disapu bersih agar dunia melihat bahwa Yesus ada di dalam kita. Pengikisan keakuan ini bisa terjadi secara tak kentara, tetapi terkadang juga terjadi secara dramatis dan menyakitkan. Tuhan mengenal hati kita dan keindahan yang ada di dalam diri kita. Ia menghendaki kita bisa melihat keindahan itu dengan mengizinkan hadirnya ujian- ujian di dalam kehidupan kita. Ia ingin sekali melenyapkan lapisan-lapisan citra diri yang palsu, yang dibuat-buat. Itulah sebabnya, Ia menghendaki kita menyangkal diri dan mengatakan "tidak" kepada segala hal yang tidak sesuai dengan ajaran Yesus Kristus. Di dalam Yesus, identitas kita tidak hilang. Sebaliknya, kita justru menemukan identitas kita yang sebenarnya. Diringkas dari: Judul asli buku: Living Free Becoming the Person God Intends You To Be Judul buku terjemahan: Bebas dari Ikatan Dosa Judul bab: Merdeka dari Ikatan Pribadi Penulis: Joyce Huggett Penerjemah: Doreen Widjana Penerbit: Lembaga Literatur Baptis, Bandung dan Yayasan ANDI, Yogyakarta 2002 Halaman: 156 -- 173 KOMUNITAS KONSEL: MERDEKA DARI AKAR PAHIT Selain di Facebook e-Konsel, forum komunitas e-Konsel juga dapat diikuti di In- Christ.net < http://www.in-christ.net/forum/index.php?topic=27.0 >. Ada berbagai topik diskusi yang dapat Anda ikuti dan komentari. Tuhan Yesus telah melakukan penebusan manusia dari dosa. Dia menghendaki kita bebas dari setiap ikatan dosa. Sayangnya, terkadang justru manusia sendiri yang belum membiarkan diri untuk dimerdekakan. Salah satu ikatan yang dapat membuat kita jatuh dan berkubang dalam dosa adalah menyimpan akar pahit terhadap orang lain. Rupanya, hal inilah yang menjadi pertanyaan salah seorang teman kita yang diutarakan di forum In-Christ.net. Wallcot: Eh, Mbak-mbak dan Mas-mas. Aku punya masalah nih. Bagaimana ya, biar om dan kakekku itu mau ke gereja lagi. Di dalam hatinya tersimpan akar pahit tuh, jadi dia tidak mau ke gereja. Bagaimana dong? Setya: Halo Wallcot, salam kenal ya. Kalau menurutku, cari tahu dahulu akar permasalahannya. Kenapa om dan kakekmu tidak mau ke gereja lagi. Akar pahit macam apa pula yang masih disimpan oleh mereka? Tanpa mengetahui dengan pasti penyebab akar pahit itu, ibarat kata, sang dokter pun akan mengalami sedikit kesulitan memberi obat jika dia sendiri tidak tahu sakit apa yang diderita si pasien. Saya rasa, om dan kakekmu perlu dibawa konseling atau membereskan hubungan yang rusak dengan orang-orang yang bersangkutan. Akan tetapi, kalau om dan kakekmu orangnya mudah tersinggung, musti pelan-pelan saja memberitahunya. Dan yang tak kalah penting, berusahalah untuk tampil sebagai teladan dalam bertingkah laku dan berkata-kata jika kamu mengalami hal yang sama seperti mereka sehingga mereka bisa melihat perbuatanmu yang baik dan mereka tergerak untuk mau berubah dan akhirnya mereka mau kembali ke gereja. Satu hal yang tidak boleh ketinggalan, bawa mereka dalam doa. Yah, walau jawabanku klise, kuberharap ini bisa bermanfaat sebagai jawaban atas pergumulanmu. God bless. LanFlat: Wah, akar pahit enaknya dicabut sampai tuntas, walau sakit. Mungkin perlu dijelaskan dan disadarkan pentingnya bersekutu dan beribadah. Tabita: Halo. Salam kenal ya. Memang agak susah kalau berurusan sama orang tua, apalagi kakek nenek. Akan tetapi, aku yakin kerinduanmu pasti Tuhan tahu. Untuk itu, bawa kerinduanmu itu pada Tuhan, berdoa, mintalah hikmat agar saat kamu berbincang-bincang dengan kakek dan ommu mereka bisa sadar dan membuang jauh- jauh akar pahit mereka. Selain itu, jadilah berkat, agar kakek dan ommu bisa mengingat kembali kebaikan Tuhan dalam hidup mereka. Siapa tahu mereka bisa kembali untuk ke gereja lagi. Biarlah terangmu bercahaya dan dilihat oleh semua orang supaya kemuliaan Tuhan nyata atas kamu. Good luck, sampai ketemu dalam doa ya. GBU. Pa ul: Orang-orang yang menyimpan akar pahit sampai-sampai tidak mau ke gereja? Itu menunjukkan mereka masih kanak-kanak, marahnya sama siapa? Kok gereja, bahkan Tuhan dibawa-bawa? Sori ya, GBU. Setya: Benar ... benar ... Sayangnya, masih banyak orang-orang tua yang secara rohani masih anak-anak. Ini memang perlu dibimbing secara khusus dan terus dimuridkan agar mereka menjadi dewasa. Kami mengundang Anda untuk ikut bergabung dalam komunitas kami di In-Christ.net. Ada berbagai topik yang bagus untuk dikomentari, lho. Jadikan diri Anda sebagai berkat untuk orang lain dengan memberikan komentar yang membangun dan bijaksana. Kami tunggu, ya. Kontak: konsel(at)sabda.org Redaksi: S. Setyawati, Santi T., dan Adiana Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-konsel/arsip/ BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati (c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |