Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/327

e-Konsel edisi 327 (15-1-2013)

Kepribadian Konselor

______________________________e-KONSEL________________________________

        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
______________________________________________________________________

e-Konsel -- Kepribadian Konselor
Edisi 327/Januari 2013

Salam damai,

Selain memiliki kehidupan rohani yang sehat dan kuat, seorang konselor 
Kristen dituntut untuk memiliki kepribadian yang baik, seturut dengan 
apa yang diajarkan oleh Alkitab. Apabila seorang konselor tidak bisa 
menyimpan rahasia, tidak menghormati konseli, dan memiliki gaya hidup 
yang tidak bisa menjadi teladan, niscaya ia tidak akan dipercaya untuk 
memberikan konseling yang alkitabiah. Alih-alih dihormati, ia justru 
dijauhi orang. Untuk itu, seorang konselor harus memiliki keseimbangan 
di antara keduanya. Dan, Alkitab adalah petunjuk bagi para konselor 
untuk membentuk kepribadian yang baik dan benar. Oleh karena itu, 
mendalami Alkitab setiap hari dan mengikutsertakan Tuhan dalam 
memberikan konseling sangat penting untuk dilakukan. Izinkan Tuhan 
mengubah hati dan hidup kita untuk membawa perubahan dalam hidup para 
konseli yang kita layani. Dan, biarkanlah Tuhan membentuk kita untuk 
memiliki kepribadian konselor yang baik dan bertanggung jawab. Selamat 
menyimak sajian kami dan selamat melayani.

Pemimpin Redaksi e-Konsel,
S. Setyawati
< setya(at)in-christ.net >
< http://c3i.sabda.org/ >


          CAKRAWALA: KEPRIBADIAN KONSELOR YANG ALKITABIAH

Mengabarkan Injil kepada Sesama

Seorang konselor alkitabiah haruslah seorang pewarta karena firman 
Tuhan memerintahkan kaum beriman untuk mewartakan Injil (Matius 28:19-
20; Markus 16:15; dan Kisah Para Rasul 1:8). Tanpa pewartaan Injil, 
tidak perlu ada konseling karena mereka yang non-Kristen tidak dapat 
memberikan konseling alkitabiah. Dengan tegas Adams menyatakan bahwa 
kita hanya dapat melakukan prakonseling terhadap kaum non-Kristen, 
untuk mempersiapkan mereka menerima kasta keselamatan melalui hubungan 
konseling. Jadi, melalui Alkitab, konselor harus mampu menunjukkan 
kepada orang lain bagaimana mereka bisa mendapatkan karunia kehidupan 
kekal. Seorang konselor yang tidak sedih apabila melihat nasib jiwa-
jiwa yang tersesat di kehidupan kekal nanti, akan kehilangan fokus 
utama kehidupan Kristus dan fokus semua pelayanan.

Keberhasilan mewartakan Injil tidak diukur dari hasil, melainkan 
diukur dari kecermatan dan keakuratannya dalam menyajikan Injil. Ini 
termasuk semua segi yang membuat kita mampu menyajikan Injil. Orang 
yang rajin membangun jembatan-jembatan hubungan dengan orang lain akan 
berhasil dalam pewartaan, kendatipun ia belum menyajikan Kabar Baik 
tersebut. Untuk memperindah penyajian Injil, seorang pewarta perlu 
mampu berperan menjadi segala sesuatu bagi semua orang karena hal ini 
juga merupakan bagian dari keberhasilan penyajiannya. Demikian pula, 
apabila seseorang hanya membangun jembatan-jembatan tanpa pernah 
membawa satu pesan pun sewaktu melintasi jembatan tersebut (mungkin 
karena ia sendiri gagal, takut, atau lalai), maka usahanya juga tidak 
akan membawa hasil.

Pewartaan Injil itu penting, terutama untuk konseling alkitabiah 
karena apabila konseli tidak dapat merasakan (belum merasakan) bahwa 
imannya dapat menyelamatkannya, maka tidak akan terjadi banyak 
kemajuan dalam proses konseling. Konselor mungkin menggunakan Alkitab 
untuk membantu sesama memperbaiki situasi mereka, tetapi ia juga harus 
selalu memberi tahu para konseli yang belum diselamatkan bahwa mereka 
tidak pernah mencapai semua keberhasilan yang sangat diinginkan Tuhan, 
sebab mereka tidak mendapatkan bantuan dari Roh Kudus yang tinggal di 
dalam diri setiap orang yang percaya. Mereka akan menerima tujuan yang 
jauh lebih kecil dari yang dimiliki Alkitab karena mereka tidak dapat 
memahami firman-Nya. Keberhasilan dalam hal-hal seperti ini mungkin 
dianggap sebagai perbaikan situasi, namun kita tidak dapat 
menganggapnya sebagai perubahan ke arah memuliakan Tuhan. Dalam proses 
menyelesaikan persoalan sehari-hari, konselor tidak boleh mengabaikan 
masalah konseli yang lebih besar dalam mendapatkan hidup kekal.

Menjadi Guru bagi Sesama

Konseling alkitabiah sebenarnya merupakan perluasan dari melakukan 
tugas kerasulan. Tidak ada perbedaan tajam di antara keduanya. Mungkin 
melakukan tugas kerasulan digambarkan sebagai tindakan mengajarkan 
semua prinsip dasar ajaran Kristen kepada seorang beriman, sementara 
konseling menggunakan semua prinsip tersebut untuk mengatasi situasi 
tertentu dalam kehidupan seseorang. Konseling yang paling produktif 
tumbuh dari pelayanan tugas kerasulan seseorang setelah keselamatan, 
dan mengajari berbagai prinsip dasar menjalani kehidupan kristiani 
kepada orang tersebut. Para konselor alkitabiah yang hendak melihat 
kehidupan orang lain berubah, haruslah menjadi guru yang agresif.

Melayani Sesama

Yesus tidak datang ke dunia ini untuk dilayani, melainkan untuk 
melayani (Matius 20:28). Apabila Tuhan yang menciptakan datang untuk 
melayani semua ciptaan-Nya, tentunya pelayanan yang seharusnya 
dilakukan oleh orang-orang yang diciptakan-Nya jauh lebih besar. 
Pelayanan konseling tidak boleh difokuskan untuk mendapatkan 
penghasilan, melainkan untuk memberikan pelayanan. Untuk terciptanya 
integritas dan keotentikan konseling alkitabiah, sikap melayani sesama 
amat penting. Konselor harus menjadi pelayan di rumah, di gereja, 
bahkan dalam posisinya sebagai seorang pemimpin.

Menghadapi Kecaman

Salah satu cara terbaik supaya berhasil dalam menanggulangi kecaman 
adalah dengan menghadapi kecaman tersebut sebagai kesempatan untuk 
belajar. Menjadi murid dari kecaman yang Anda terima, terutama 
bilamana Anda merasa tidak bersalah. Kendatipun membela diri atau 
mencoba membuat si penuduh melihat bahwa kita memang tidak bersalah, 
merupakan tanggapan yang alami apabila kita beranggapan bahwa kita 
tidak bersalah; namun sebaiknya kita mempelajari cara menanggulanginya 
untuk mendapatkan kesimpulan. Kita perlu menanyakan kepada penuduh apa 
yang dilihatnya sehingga ia melancarkan tuduhan tersebut. Dari jawaban 
yang diberikannya, kita dapat mengetahui seperti apa cara kita 
memandang atau berbicara kepada orang lain yang kita ajak 
berkomunikasi. Mungkin pemikiran dan motif-motif kita sama sekali 
tidak salah; akan tetapi, karena kurang berhati-hati, maka yang kita 
sampaikan berbeda.

Misalnya, Anda dituduh telah marah kepada seorang konseli. Sewaktu 
mengingat kembali acara konseling terdahulu, mungkin Anda tidak ingat 
lagi semua kemarahan atau kekecewaan Anda kepadanya selama diskusi. 
Namun, setelah Anda menanyakan apa yang telah membuat orang itu 
berpikir bahwa dulu Anda marah, Anda baru mengetahui bahwa sewaktu 
bercakap dulu, Anda mengomelinya tampak resah dan suara Anda menjadi 
lebih keras daripada biasanya. Konseli menafsirkan semua tanggapan 
nonverbal ini sebagai cara memperlihatkan amarah. Meskipun Anda tidak 
marah, Anda dapat mengerti mengapa konseli merasa Anda marah, dan Anda 
dapat memutuskan untuk lebih berhati-hati dalam memantau suara serta 
ekspresi wajah Anda di masa mendatang.

Apabila Anda ditantang, janganlah lari melainkan bertekadlah untuk 
belajar dari konflik tersebut. Cara membela diri terbaik adalah 
meminta pihak pengecam supaya mempertahankan kecamannya, sementara 
Anda mencoba mempelajarinya. Amsal 29:1 memperingatkan kita tentang 
mengabaikan teguran. Dalam 1 Samuel 16, Daud memandang kecaman Simei 
terhadap dirinya sebagai kecaman yang diarahkan oleh Tuhan demi 
kebaikannya. Kita perlu mengingatkan diri sendiri bahwa Tuhan 
mengendalikan semua kecaman yang kita terima, dan mungkin Ia telah 
mencegah kecaman tersebut apabila Ia berpendapat bahwa itu yang 
terbaik. Apabila Ia membiarkan kecaman tersebut dilontarkan, berarti 
kecaman tersebut untuk kebaikan kita dan keuntungan dari kecaman 
tersebut. Dengan mengamati cara kita belajar dari kecamannya ketimbang 
membela diri, si pengecam akan melihat tanggapan kita yang alkitabiah.

Cara terbaik untuk mempertahankan ketidaksalahan kita adalah dengan 
membiarkan berbagai fakta membuktikannya, dan fakta-fakta tersebut 
hanyalah fakta yang dapat diamati. Kita dapat meminta penantang untuk 
memberikan semua fakta yang membuatnya berkesimpulan seperti 
dugaannya, lalu menanyakan bagaimana ia dapat mengesahkan kesimpulan 
tersebut; pada saat bersamaan kita mengingatkan orang tersebut bahwa 
semua kesimpulannya tentang berbagai sikap kita itu, didasari oleh 
dugaan-dugaan bukan fakta-fakta yang sebenarnya, karena itu tidak 
dapat diperlakukan sebagai fakta. Dengan menunjukkan bahwa kita tidak 
takut apabila rasa tidak bersalah itu diperiksanya secara cermat; cara 
tersebut merupakan pembelaan terbaik bagi rasa tidak bersalah itu, 
bahkan di saat tuduhan tersebut mengancam integritas kita. Dalam 1 
Petrus 2:12 dan 3:16 diajarkan bahwa watak ilahi adalah pertahanan 
terbaik terhadap tuduhan yang keliru. Apabila tidak ada yang kita 
sembunyikan atau kita rasakan sebagai sesuatu yang memalukan, biarlah 
mutu watak Anda diteliti dengan cermat. Watak Anda yang ilahi akan 
membuktikan ketidaksalahan Anda.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul asli buku: Intoduction to Biblical Counseling
Judul buku terjemahan: Pengantar Konseling Alkitabiah
Judul bab: Disiplin Spiritual dan Konselor Alkitabiah
Judul asli artikel: Hubungan dengan Sesama
Penulis: John F. MacArthur, Jr., Wayne A. Mack, dan Staf Pengajar 
Master`s College
Penerjemah: Tim Penerjemah Gandum Mas
Penerbit: Gandum Mas, Malang 2002
Halaman: 185 -- 188


 ULASAN BUKU: TIPE-TIPE DASAR PENDAMPINGAN DAN KONSELING PASTORAL

Judul buku       : Tipe-Tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral
Judul asli       : Basic Types of Pastoral Care and Counseling
Penulis/Penyusun : Howard Clinebell
Penerjemah       : Pdt. B.H. Nababan, DPS
Editor           : Dra. Anne Hommes
Penerbit         : Kanisius, Yogyakarta 2002 dan PT BPK Gunung Mulia, 
                   Jakarta
Ukuran buku      : --
Tebal            : 563 halaman
ISBN             : 979-21-0103-9
Buku Online      : http://books.google.com/
Download         : --

Setiap pribadi tentu memiliki masalah, entah interpersonal ataupun 
intrapersonal. Demikian pula dengan jemaat Kristen. Tragisnya, tidak 
semua pribadi bersedia mengatasi masalahnya hingga tuntas. Tidak 
dimungkiri, beberapa jemaat tidak menyadari bahwa dirinya sedang 
"sakit". Alangkah memprihatinkannya jika ketidaksehatan jiwa jemaat 
tidak ditangani dengan baik oleh gereja. Mengingat kian kompleksnya 
persoalan ini, pihak gereja sudah seharusnya menyediakan konseling 
pastoral yang dinamis bagi jemaat.

Meskipun beberapa gereja mungkin sudah memiliki pelayanan konseling 
pastoral, namun tidak semua menggunakan tipe pendekatan yang sama. 
Buku Howard Clinebell berjudul "Tipe-tipe Dasar Pendampingan & 
Konseling Pastoral" menawarkan banyak hal dalam 17 babnya, antara 
lain:

- Satu pandangan untuk memperluas metodologi dan memperkaya model 
  pendampingan dan konseling pastoral bagi gereja.

- Melukiskan pertumbuhan holistik yang baru dan paradigma yang 
  berpusat pada keutuhan rohani dan etis. Penggambaran ini dilakukan 
  dengan mengintegrasikan penyembuhan dan pertumbuhan intrapsikis 
  dalam hubungan antar perseorangan, sehingga terjadi perubahan 
  konstruktif dalam struktur dan lembaga hidup bermasyarakat.

- Peninjauan pelayanan misi seluas-luasnya dengan dasar teologis, 
  historis, dan keunikan pendampingan dan konseling pastoral.

- Peninjauan kembali prosedur fundamental bagi semua pendampingan dan 
  konseling pastoral.

- Penjelasan tipe-tipe pendampingan dan konseling penting dan 
  normatif, yang menyangkut diri manusia, pelayanan umum, bantuan 
  krisis jangka pendek, dll..

Melalui uraian-uraian metodis yang diberikan Howard dalam buku ini, 
para gembala sidang dan konselor Kristen dapat menggunakannya untuk 
menolong jemaat mereka menghadapi dan mengatasi berbagai masalah. Buku 
ini menggunakan berbagai metode yang dikembangkan dari berbagai varian 
tipe pemeliharaan dan pendampingan pastoral, yang merupakan refleksi 
dari konteks kehidupan dan pekerjaan penulis. Keistimewaan lain pada 
buku ini, penulis menyediakan panduan untuk membaca dan melampirinya 
dengan referensi yang cukup lengkap untuk setiap bab. Buku ini juga 
telah diterjemahkan ke dalam bahasa Spanyol, Jerman, Korea, Mandarin, 
Jepang, Portugis, Hindi, dan Finlandia. Kendatipun bahasanya tidak 
terlalu mudah, buku ini cocok untuk semua orang Kristen, pendeta, 
majelis, teolog, dan bahkan orang non-Kristen.

Anda dapat membaca bagian buku elektronik ini di:
Nama situs: Google Books
Alamat URL: http://books.google.com/

Peresensi: S. Setyawati

Diambil dari:
Nama situs: GUBUK
Alamat URL:http://gubuk.sabda.org/tipetipe_dasar_pendampingan_dan_konseling_pastoral
Tanggal akses: 26 November 2012


Kontak: konsel(at)sabda.org
Redaksi: S. Setyawati, Santi T., dan Doni K.
Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-konsel/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org