Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/324

e-Konsel edisi 324 (18-12-2012)

Sukacita Natal bagi Keluarga

______________________________e-KONSEL________________________________

        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
______________________________________________________________________

e-Konsel -- Sukacita Natal bagi Keluarga
Edisi 324/Desember 2012


DAFTAR ISI
CAKRAWALA: YESUS, HADIRLAH SAAT AKU MENDENGAR
TELAGA: BURUK MUKA, CERMIN DIBELAH
ULASAN BUKU: MY FAVOURITE CHRISTMAS

Salam damai,

Natal merupakan hari istimewa bagi orang percaya karena pada momen 
ini, biasanya seluruh anggota bisa berkumpul dan menghabiskan waktu 
bersama dengan keluarga. Namun sesungguhnya, makna Natal lebih dari 
itu. Natal adalah penggenapan janji Allah akan hadirnya Juru Selamat. 
Dan, kebahagiaan itu tidak hanya dirasakan oleh para majus dan para 
gembala, tetapi lebih lagi oleh keluarga Yusuf dan Maria. Dalam edisi 
ini, kami masih menghadirkan bahan-bahan dengan nuansa Natal bagi 
Anda. Kami rindu, sajian kami semakin membuat Natal Anda berkesan dan 
bermakna.

Pada edisi akhir tahun ini, izinkanlah seluruh redaksi e-Konsel 
mengucapkan, "Selamat Natal dan Tahun Baru." Mari kita songsong Natal 
dengan hati yang penuh sukacita, dan kita sambut tahun yang baru 
dengan iman dan pengharapan yang terus berkobar, dalam nama Tuhan 
Yesus Kristus. Tuhan menyertai kita semua, kini dan selamanya. Amin!

Pemimpin Redaksi e-Konsel,
Sri Setyawati
< setya(at)in-christ.net >
< http://c3i.sabda.org/ >


         CAKRAWALA: YESUS, HADIRLAH SAAT AKU MENDENGAR

"Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya 
dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang 
letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar 
seperti seorang murid." (Yesaya 50:4)

Dalam kisah Natal, Allah berbicara kepada Zakharia melalui seorang 
malaikat di bait Allah; kepada Elisabet melalui suaminya; kepada Maria 
di rumahnya; kepada Yusuf dalam mimpi; kepada bayi yang belum lahir, 
yakni Yohanes Pembaptis, melalui salam Maria. Kepada setiap orang 
Yahudi yang sederhana ini, Allah menyampaikan berita besar yang secara 
nyata mengubah hidup mereka, dan menggenapi rencana Allah di sepanjang 
sejarah. Seperti Hana dan Simeon, orang-orang di atas telah setia 
menanti dan mendengarkan kabar tentang Mesias. Dan, Allah benar-benar 
berbicara kepada mereka.

Jika saja aku mau mendengarkan, sebenarnya setiap hari Allah juga 
berbicara kepadaku. Pada saat-saat itu, Dia menjadikan peristiwa-
peristiwa yang biasa menjadi kudus. Allah berbicara melalui hikmat-
Nya, mazmur dan firman-Nya, juga melalui penglihatan intuitif. Allah 
berbicara melalui alam, berbagai peristiwa, teman-teman, anak-anak, 
suami atau istri, dan melalui sakramen-sakramen. Allah bahkan 
berbicara melalui kesalahan-kesalahanku dan melalui kesalahan yang 
sengaja dilakukan orang lain terhadap aku.

Allah Bapa, terima kasih atas usaha-Mu yang tak kenal lelah untuk 
berkomunikasi denganku. Aku ingin selalu terbuka, siap sedia, siap 
mendengarkan, dan siap ikut ambil bagian untuk mewujudkan kerajaan-Mu 
di bumi, baik dengan cara yang sederhana dan biasa, maupun dengan cara 
yang luar biasa. Yesus, hadirlah saat aku mendengar.

"Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman 
Kristus." (Roma 10:17)

Diambil dari:
Judul asli buku: Jesus, Be in My Christmas
Judul buku terjemahan: Yesus, Hadirlah di Natalku
Penulis: Sarah Hornsby
Penerjemah: MB. Sri Sulistyowati, Andina M. Rorimpandey, Agnes Dewi A.
Penerbit: Gloria Graffa, Yogyakarta 2002
Halaman: 16 -- 17


               TELAGA: BURUK MUKA, CERMIN DIBELAH

Natal pertama adalah kisah "Buruk Muka, Cermin Dibelah". Firman Tuhan 
dalam Yohanes 1:9-11 menjelaskan, "Terang yang sesungguhnya yang 
menerangi setiap orang sedang datang ke dalam dunia. Ia telah ada di 
dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya tetapi dunia tidak mengenal-
Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya tetapi orang kepunyaan-Nya 
itu tidak menerima-Nya." Selama pelayanan-Nya di dunia, Tuhan Yesus 
tidak pernah mencuri, merampok, apalagi membunuh orang, namun Ia 
akhirnya mati disalib. Hanya ada satu hal yang dilakukan-Nya, yang 
membuat orang membenci Dia: Ia menunjukkan keburukan hati manusia. 
Kristus adalah Terang dan di bawah cahaya sinar-Nya, kejahatan manusia 
terkuak lebar. Dunia tidak (mau) mengenal-Nya, milik kepunyaan-Nya 
tidak (mau) menerima-Nya.

Ada banyak faktor yang membuat kita jahat. Pertama, pada dasarnya kita 
sudah memiliki benih kejahatan akibat dosa yang bersarang dalam hidup, 
sejak kita lahir ke dalam dunia. Itulah sebabnya, secara alamiah jauh 
lebih sukar menanam benih kebaikan daripada menanam benih kejahatan di 
dalam diri kita. Kedua, lingkungan berperan besar dalam pembentukan 
watak dan juga nurani sehingga apa pun kita awalnya, pada akhirnya 
kita rentan terhadap pengaruh buruk lingkungan. Ketiga, ada pula 
pengaruh organik/biologis yang membuat kita cenderung melakukan hal-
hal yang berbahaya, sehingga kita pun lebih mudah terperosok ke dalam 
perilaku bermasalah yang mengandung unsur kejahatan.

Apa pun penyebabnya, kita pasti sulit untuk memastikan dan memprediksi 
perilaku manusia. Sebagai contoh adalah Adolph Hitler. Mungkin tidak 
banyak orang tahu bahwa Hitler ialah seorang pecinta musik klasik. 
Salah seorang komposer favoritnya adalah Richard Wagner, seorang 
pemusik berkebangsaan Jerman yang hidup pada abad 19. Mungkin tidak 
banyak juga yang tahu bahwa Hitler adalah seorang pelukis dan pernah 
bercita-cita untuk menjadi seorang seniman. Dua kali ia mencoba masuk 
ke akademi seni, namun ditolak. Akhirnya, ia tidak memilih menjadi 
seniman. Sebagai gantinya, ia menjadi tentara yang berlanjut ke kancah 
politik.

Saya pernah melihat foto lukisannya di sebuah majalah dan berdasarkan 
pengetahuan saya yang dangkal terhadap seni lukis, saya mengategorikan 
lukisan itu indah. Kesenangan Hitler adalah memasukkan wujud manusia 
ke dalam lukisannya. Mungkin sulit bagi kita yang mencintai seni dan 
musik klasik membayangkan bagaimana mungkin seorang sesama pecinta 
musik klasik dan seni, dapat menghabisi nyawa 6 juta manusia. Apalagi 
seorang seniman lukis yang bersemangat mengikutsertakan sosok manusia 
ke dalam kanvasnya. Bagaimanakah mungkin seorang yang berjiwa halus 
dan cinta keindahan, memunculkan perangai kejam tanpa nurani terhadap 
sekelompok manusia yang dianggapnya sebagai penyebab kemalangan di 
negerinya dan di seantero benua Eropa?

Banyak orang tua memasukkan anaknya ke kursus seni dan musik, dengan 
harapan semua itu akan menciptakan jiwa agung pada diri si anak. 
Masalahnya adalah tidak ada seorang pun yang dapat memastikan, bahwa 
si anak tidak akan bertumbuh menjadi seorang Hitler. Kita banyak 
mengenal orang jahat, tetapi ternyata tidak banyak yang kita ketahui 
tentang kejahatan itu sendiri. Kejahatan tetap menjadi misteri.

Dosa pertama yang diperbuat manusia setelah manusia pertama jatuh ke 
dalam dosa adalah pembunuhan. Kain, si kakak, membunuh Habel, si adik 
kandung. Alasan Tuhan tidak menerima persembahan Kain kemungkinan 
besar adalah karena ia mempersembahkannya bukan dengan ketulusan. 
Sebaliknya, Tuhan menerima persembahan Habel. Inilah yang membuat Kain 
begitu marah sehingga ia sanggup melakukan pembunuhan berencana. Ia 
mengajak adiknya ke padang dan si adik mengikuti ajakan si kakak, 
tanpa kecurigaan sedikit pun.

Saya bayangkan ajakan ke padang tentulah disertai janji untuk 
melakukan sesuatu yang menarik dan menyenangkan. Sebab, bukankah itu 
yang umum dilakukan seorang kakak kepada adiknya? Di luar dugaan Habel 
(dan kita semua), Kain memukul Habel sampai mati. Kita yang sedikit 
mengerti ilmu kesehatan dan tubuh manusia, dapat memahami bahwa 
kematian akibat pemukulan biasanya tidak terjadi dengan sekejap. 
Pemukulan harus dilakukan berulang kali sampai maut menjemput nyawa --
suatu cara pembunuhan yang kejam dan menunjukkan kemarahan yang buas.

Jika kita membaca firman Tuhan dengan saksama, kita akan menemukan 
bahwa sebelum Kain membunuh adiknya, sesungguhnya Tuhan sudah 
memberinya peringatan, "Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah 
mukamu tidak akan berseri jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau 
tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat 
menggoda engkau tetapi engkau harus berkuasa atasnya." (Kejadian 4:7)

Di dalam peringatan itu, Tuhan bukan saja memintanya untuk menahan 
diri, namun juga untuk becermin diri -- melihat hatinya yang memang 
tidak tulus sebagai penyebab ditolaknya persembahan yang ia berikan 
kepada Tuhan. Sayangnya, bukan saja Kain tidak mendengarkan nasihat 
itu, ia pun berubah menjadi buas dan gelap mata. Ia malah membunuh 
Habel setelah menerima teguran itu, seolah-olah teguran Tuhan 
membuatnya lebih ganas dan haus darah. Mungkin sekali!

Saya pernah berhadapan dengan orang-orang seperti itu. Sewaktu 
diperingatkan, bukannya membaik dan menerima teguran dengan merendah, 
mereka malah membuas, menunjukkan siapakah diri yang terkandung di 
dalam tubuh itu. Sering kali, saya terkejut karena tidak menyangka 
bahwa di balik senyuman dan kemanisan, tersimpan sesuatu yang pahit 
dan beracun. Dan, yang pahit dan beracun itu justru terkuak setelah 
diberikan peringatan.

Peringatan Tuhan kepada Kain adalah sebuah cermin -- permintaan untuk 
menatap diri. Sayangnya, kita tidak terbiasa menggunakan cermin untuk 
menatap diri; kita justru memakainya untuk bersolek/mempercantik diri. 
Sesungguhnya, cermin adalah alat untuk melihat dan menerima diri apa 
adanya. Cermin bukanlah alat untuk mempercantik diri; sebaliknya, 
cermin hanyalah alat untuk mengingatkan kita bahwa sesungguhnya kita 
tidaklah secantik itu. Cermin menyadarkan kita bahwa apa pun itu yang 
sedang kita tambahkan atau kurangi pada wajah, sesungguhnya bukanlah 
bagian alamiah dari wajah itu sendiri.

Habel adalah cermin bagi Kain. Malangnya, begitu buruk muka dipandang, 
cermin yang bernama Habel pun `dibelah`. Sesuatu yang jahat selalu 
menuntut untuk bersembunyi dalam gelap, supaya ia dapat terus 
bersemayam di dalam gua hati yang kelam. Ia menolak sinar, sebab sinar 
memaksanya untuk melihat diri -- yang jahat. Itulah sebabnya tatkala 
sinar datang, apa pun akan dilakukannya untuk memadamkan terang itu, 
apa pun dan sejahat apa pun.

Natal adalah peringatan. Sebab, Anak Allah sudah datang bukan saja 
untuk membeberkan dosa, melainkan juga untuk menebus hukuman dosa. 
Malanglah mereka yang terlanjur membelah "cermin" peringatan ini, 
sebab mereka tidak akan sempat menerima penebusan hukuman dosanya. 
Berbahagialah kita yang merendahkan diri untuk melihat buruk muka, 
namun tidak membelah cermin.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama situs: TELAGA.org
Alamat URL: http://www.telaga.org/blog/buruk_muka_cermin_dibelah
Penulis: Pdt. Dr. Paul Gunadi
Tanggal akses: 2 November 2012


            ULASAN BUKU: MY FAVOURITE CHRISTMAS

Judul buku: My Favourite Christmas
Judul asli: --
Penulis/Penyusun: Tim Penulis Gloria Cyber Ministries
Penerjemah: --
Editor: --
Penerbit: Gloria Cyber Ministries, Yogyakarta 2006
Ukuran buku: 13 x 16,5 cm
Tebal: 184 halaman
ISBN:	--
Buku Online: --
Download: --

Buku tentang Natal memang sangat mudah didapat di toko-toko buku, baik 
toko buku Kristen maupun toko buku umum. Namun, buku karya tim penulis 
Gloria Cyber Ministries ini bisa dibilang lain daripada yang lain. 
Mengapa? Buku ini berisi berbagai perenungan dan pengalaman unik 
seputar Natal dari tim penulis sendiri. Tim penulis sengaja membuat 
tulisan "gado-gado" karena Natal juga dinikmati oleh bermacam manusia 
yang berbeda mata dan telinga, serta yang bisa menangkap bermacam 
warna dan rasa. Mereka berharap tulisan-tulisan tersebut dapat dilihat 
dari banyak sisi, sehingga tampak lebih komplet dan indah.

Buku ini ditulis dengan bahasa yang santai, tetapi memiliki kesan 
mendalam. Kata-kata mutiara yang ada di setiap bab juga menambah kesan 
berbeda pada buku ini. Namun karena buku ini ditulis oleh banyak 
penulis dan masing-masing memberikan kesan Natal yang berbeda, maka 
kita kurang bisa berfokus pada satu pesan Natal saat membacanya. 
Namun, bagi Anda yang ingin membuat kesan Natal yang berbeda dari 
tahun ke tahun, buku ini bisa memberi inspirasi bagi Anda. Selamat 
membaca.

Peresensi: Sri Setyawati

Diambil dari:
Nama situs: GUBUK
Alamat URL: http://gubuk.sabda.org/my_favourite_christmas_
Tanggal akses: 2 November 2012


Kontak: < konsel(at)sabda.org >
Redaksi: Sri Setyawati, Tatik Wahyuningsih, dan Berlian Sri Marmadi
Tim Editor: Davida Welni Dana, Berlian Sri Marmadi, dan Santi Titik 
Lestari
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/konsel >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org