Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/32 |
|
e-Konsel edisi 32 (15-1-2003)
|
|
><> Edisi (032) -- 15 Januari 2003 <>< e-KONSEL *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Daftar Isi: - Pengantar : Kebutuhan Gereja akan Pelayanan Konseling - Cakrawala (1): Suatu Rencana Bimbingan dalam Gereja Anda (2): Ciri-ciri Gereja yang Saling Mempedulikan - Bimbingan Alkitabiah: Perspektif Alkitabiah tentang Konseling - Tips : Model Konseling Gereja Lokal - Surat : Cara Mendapatkan e-Konsel yg sudah Terbit *REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI* -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*- Pelayanan gereja memang sebenarnya tidak dapat dipisahkan dari pelayanan bimbingan atau konseling, karena salah satu panggilan gereja adalah untuk memberi penghiburan, nasehat dan tuntunan kepada jemaat Tuhan. Namun tugas panggilan gereja ini tidak hanya ditujukan bagi pendeta atau pekerja gereja saja, karena setiap anggota gereja adalah anggota Tubuh Tuhan yang diperlengkapi dengan berbagai karunia yang bermanfaat untuk pembangunan seluruh Tubuh. Tanpa anggota-anggota yang saling menopang maka Tubuh tidak mungkin akan berdiri tegak. Oleh karena itu setiap jemaat Tuhan dipanggil untuk saling memperhatikan satu dengan yang lain untuk saling menolong dan membangun. Seperti yang pernah dikatakan Dr. Gary R. Collins: "Dalam 1Petrus 2:5, gereja diibaratkan sebagai bangunan yang terdiri dari batu-batu yang hidup dan persekutuan imam yang mempersembahkan korban yang hidup dan kudus bagi Allah. Tentu saja, setiap batu itu sendiri tidak banyak gunanya, karena batu baru ada harganya kalau dipakai bersama-sama batu yang lain untuk membangun. Secara perorangan, orang Kristen juga seperti itu. Mereka menemukan tempat yang sesungguhnya sebagai orang Kristen jika mereka sebagai anggota tubuh dapat bersama-sama dengan saudara-saudara seiman membangun rumah rohani yang teguh." Nah, rindukah Anda memiliki gereja yang sanggup melaksanakan pelayanan bimbingan (konseling) dimana jemaat-jemaat Tuhan dapat saling menolong satu dengan yang lain dalam melayani Tubuh Tuhan? Selamat menyimak sajian edisi ini. Tim Redaksi *CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA* Artikel (1) =========== -*- SUATU RENCANA PELAYANAN BIMBINGAN DALAM GEREJA ANDA -*- Setiap tubuh orang percaya yang ingin mengembangkan suatu pelayanan bimbingan harus melakukannya berdasarkan pedoman-pedoman Kitab Suci dan didalam kerangka gereja yang ada. Artikel berikut ini memberikan saran tentang cara-cara untuk mengembangkan dan melakukan pelayanan bimbingan. Beberapa saran mungkin tidak dapat dipraktekkan dalam setiap gereja, namun kerangkanya dapat memberikan suatu titik tolak. Bimbingan alkitabiah harus berada dibawah wewenang tubuh gereja setempat dan bertanggung jawab kepada pemimpin gereja. Masing-masing pembimbing harus tunduk kepada Tuhan, pimpinan, dan Tubuh Kristus. Para pembimbing harus diangkat dan ditunjuk oleh pemimpin untuk melayani Tuhan dengan melayani orang-orang dalam jemaat yang sedang menderita masalah-masalah kehidupan. Karena kebergantungan yang kuat kepada Roh Kudus dan karena bimbingan merupakan suatu fungsi Tubuh Kristus dan suatu pernyataan kasih Allah, maka tidak ada biaya bimbingan. Idealnya, bimbingan harus merupakan saluran kasih dan pelayanan yang wajar dalam persekutuan orang-orang percaya yang saling mengenal dan saling mengasihi. Bimbingan mungkin muncul dari hubungan kepercayaan yang telah terjalin antara pemimpin dan anggota pelayanan kelompok kecil dalam sebuah gereja. Pelayanan bimbingan alkitabiah di gereja kami tumbuh karena suatu kebutuhan dalam Tubuh Tuhan. Pendeta kami menjadi terlalu dibebani dengan tugas bimbingan, namun merasa bertanggung jawab untuk melayani kawanan domba. Ia mulai memanggil beberapa orang dari kami dalam jemaat untuk ikut memikul masalah-masalah kehidupan. Ketika kami semakin terlibat, kami melihatnya sebagai suatu pelayanan yang diinginkan Allah bagi umat-Nya -- suatu fungsi Tubuh Kristus. Dalam kitab Kejadian, Yitro menyarankan suatu rencana yang mirip bagi Musa. Hari demi hari orang-orang berbaris di luar tenda Musa untuk meminta bimbingan dan nasihat, sama seperti banyak orang di gereja mungkin datang kepada pendetanya untuk bimbingan. Yitro dapat melihat bahwa itu adalah tugas yang terlalu berat untuk dilakukan oleh satu orang dan menyarankan agar Musa membagi tanggung jawab ini dengan orang-orang lain. Musa menugaskan pemimpin-pemimpin kelompok dan mengajarkan cara-cara Allah kepada mereka agar dapat membimbing mereka yang perlu mengetahui cara Allah dalam suatu situasi tertentu dan menemukan cara Allah untuk penyelesaian masalah. Dalam Tubuh Kristus diperlukan jauh lebih banyak pelayanan daripada yang dapat dilakukan oleh satu orang. Kevin Springer dalam "Pastoral Renewal" merasa prihatin bahwa "banyak pemimpin menghabiskan waktu yang lama dan sukar dengan sekelompok kecil dari bangsa mereka, dan mengabaikan anggota-anggota yang lebih bertalenta, anggota-anggota orang dewasa yang terabaikan -- justru anggota-anggota yang dapat diperlengkapi untuk melayani orang lain". Seorang pendeta yang bijaksana akan memimpin orang-orang lain ke dalam segi-segi pelayanan yang dipikul bersama sehingga seluruh tubuh boleh berfungsi bersama dan menyatakan keutuhan dan kekudusan yang dimaksudkan oleh Tuhan bagi gereja. Sangatlah menolong bila seorang pendeta dapat menyarankan seseorang supaya pergi kepada seorang pembimbing alkitabiah dalam persekutuan setempat sehingga orang yang membutuhkan bimbingan tidak jatuh ke dalam tangan "pembimbing gadungan" atau tidak usah berpaling kepada orang-orang di luar gereja yang mungkin membimbing menurut filsafat dan pengajaran yang tidak sesuai dengan pengajaran dalam persekutuan. Tidak ada bagian dalam Kitab suci yang mengatakan agar menyuruh seorang percaya pergi ke dunia untuk menemukan pertolongan bagi masalah-masalah kehidupan. Yesus memanggil murid-murid-Nya untuk melayani, dan Ia mengutus Roh Kudus untuk memenuhi kebutuhan umat. Mengembangkan Suatu Pelayanan Bimbingan --------------------------------------- Unsur-unsur dasar bagi perubahan sudah ada dalam gereja yang mempunyai lingkungan kasih dan pengajaran firman Allah yang kuat. Bimbingan alkitabiah dalam sebuah gereja semata-mata merupakan bentuk pelayanan belas kasihan dan kebenaran Allah yang lebih pribadi dan khusus. Karena itu, bimbingan alkitabiah tidak boleh dirasakan asing. Sekalipun demikian, banyak hamba Tuhan dan orang awam merasa sama sekali tidak diperlengkapi karena mereka mengira bahwa bimbingan alkitabiah bagaimanapun juga harus menyamai bimbingan psikologis. Bimbingan alkitabiah melibatkan persekutuan kasih dalam tubuh (lingkungan bagi perubahan) dan khotbah serta pengajaran firman (arah bagi perubahan) dan bukan teknik-teknik dan teori-teori bimbingan psikologis. Bila seorang pendeta ingin mengembangkan suatu pelayanan bimbingan dalam tubuh, maka apa yang memang sudah ada dalam kelompok hendaklah diterapkan kepada orang-orang secara perseorangan. Dalam bimbingan alkitabiah perhatian menjadi bersifat pribadi dengan cara menyediakan waktu dan bersedia mendengarkan, dan pengajaran menjadi bersifat pribadi untuk memenuhi kebutuhan khusus seseorang. Maka lingkungan dan arah perubahan dengan cara memberikan kemurahan dan kebenaran lebih disesuaikan dengan seseorang daripada dengan suatu kelompok secara keseluruhan. Pendeta mempunyai lebih banyak untuk diberikan daripada yang mungkin disadarinya. Anggota-anggota jemaat mungkin juga mempunyai lebih banyak untuk diberikan dalam bimbingan daripada yang disadari mereka. Ketika mereka telah berpartisipasi sebagai anggota-anggota suatu lingkungan yang penuh perhatian, dan ketika mereka secara pribadi telah mengikuti kebenaran Kitab Suci dalam kehidupan mereka sendiri, mereka telah mengalami pengaruh-pengaruh dari lingkungan yang penuh kasih dan pengarahan untuk perubahan. Banyak orang telah menyediakan lingkungan yang penuh kasih sayang dan pengarahan untuk perubahan melalui interaksi pribadi dengan sesama orang Kristen. Dengan demikian sudah banyak orang yang telah diperlengkapi untuk melayani sebagai pembimbing alkitabiah. Kecuali jika suatu jemaat hanya terdiri dari orang-orang percaya yang baru atau masih muda, maka akan ada suatu kelompok orang dalam persekutuan yang diperlengkapi untuk membimbing. Orang-orang ini telah mempelajari Alkitab dan telah menerapkan firman Allah dalam kehidupan mereka sendiri. Mereka mempunyai karunia untuk membimbing di dalam keseimbangan antara kasih sayang dan kebenaran. Semua jemaat yang telah kami hubungi berkenaan dengan suatu pelayanan bimbingan mempunyai anggota-anggota yang bersedia dan mampu melayani dengan segera jika kesempatan diberikan. Memulai suatu pelayanan bimbingan semata-mata menyangkut pemilihan pembimbing, memberi latihan dalam prinsip-prinsip dasar yang akan mereka butuhkan untuk diterapkan dalam pelayanan bimbingan, mengorganisasikan dan mengumumkan pelayanan itu, lalu mempercayakan hasilnya kepada Allah. Di samping latihan dari Tuhan yang telah diterima mereka, para pembimbing dan calon pembimbing harus terus belajar sementara mereka menyelidiki Kitab suci untuk mencari cara-cara Allah bagi pelayanan kepada orang-orang, sementara mereka membaca buku untuk memperoleh manfaat dari pengalaman orang lain yang membimbing menurut firman Allah, dan juga sementara mereka mulai melayani pribadi-pribadi. Cara terutama untuk belajar bagaimana melakukan sesuatu adalah dengan melakukannya. Pedoman memang diperlukan, namun cara satu- satunya untuk benar-benar belajar adalah dengan mulai menyediakan lingkungan yang penuh kemurahan dengan cara mendengarkan, memperhatikan, dan mendoakan. Kemudian ketika Roh Kudus memberikan hikmat, pengajaran ditambahkan. Kebergantungan kepada Roh Kudus sungguh sangat penting karena lingkungan yang terbaik bagi bimbingan datang dari kehadiran Allah dan arah perubahan datang dari firman- Nya sementara Roh Kudus membuatnya menjadi dapat diterapkan dan hidup. Tampaknya salah satu aspek yang paling merisaukan dalam memulai suatu pelayanan bimbingan ialah program latihan. Banyak pendeta merasa tidak mampu untuk mengajar sebuah kelas dalam bimbingan alkitabiah. Padahal, prinsip-prinsip Alkitab yang merupakan dasar bimbingan alkitabiah telah dikhotbahkan dan diajarkan dari mimbar selama ini. Karena seorang pembimbing alkitabiah melayani dengan belas kasihan dan kebenaran untuk menyediakan lingkungan dan arah bagi perubahan, maka latihan harus berkisar pada kedua bidang tersebut. Memberi pengajaran tentang menyediakan lingkungan yang penuh kemurahan tentunya sudah biasa dilakukan oleh seorang pendeta yang telah mendorong jemaatnya untuk menyediakan lingkungan seperti itu. Karena dalam melayani jemaatnya seyogyanya ia telah mengajarkan kasih, kebaikan, kemurahan, kesabaran, pengertian, dan sifat-sifat lain yang harus berkembang sebagai buah Roh, ia memiliki suatu sumber yang kaya akan bahan pelajaran. Di samping itu, ia harus memilih pembimbing-pembimbing awam yang telah memiliki sifat-sifat tadi dan buah Roh. Pengajaran dalam bidang ini kemudian dapat ditambah dengan artikel-artikel dan buku- buku yang menekankan unsur saling memperhatikan dalam Tubuh Kristus. Seorang pendeta juga tahu bagaimana melatih pembimbing untuk memberikan arah dalam lingkup bimbingan. Ia akan mengajarkan kepada para pembimbing apa yang harus diajarkan, yaitu bagaimana caranya hidup dalam kehidupan Kristen. Ia akan mengajar mereka untuk menerapkan secara pribadi pengajaran firman Allah yang sama yang diajarkannya dari mimbar; bagaimana menjalani kehidupan Kristen dengan menerima kasih Allah, mempercayai-Nya, dan menaati-Nya. Karena khotbah, pengajaran kelompok, dan bimbingan pribadi semuanya meliputi pengajaran tentang bagaimana menjalani kehidupan Kristen dan doktrin-doktrin dasar Kitab suci lainnya, adalah menarik untuk melihat beberapa persamaan dan perbedaan yang ada. Khotbah, pengajaran, dan bimbingan alkitabiah harus: (1) didasarkan pada doktrin-doktrin Kitab Suci; (2) berpusatkan pada Allah dan sifat-Nya, firman dan kehendak-Nya; (3) membimbing orang-orang dalam menjalani kehidupan Kristen; (4) memotivasi orang-orang untuk memilih dan melakukan kehendak Allah; (5) menasihati, menjelaskan, mendorong, dan mengasihi; (6) bergantung kepada Roh Kudus; (7) menyadari kebutuhan orang-orang yang mendengarkan; dan (8) mengusahakan kesembuhan, perubahan, dan pertumbuhan. Dalam beberapa hal bimbingan berbeda dengan khotbah atau pengajaran kelompok. Bimbingan meliputi tindakan mendengarkan dan berbicara. Baik orang yang dibimbing maupun pembimbing belajar satu tentang yang lain dan juga tentang Tuhan. Apa yang diajarkan didasarkan atas kebutuhan seseorang sebagaimana yang dilihat melalui mendengarkan dan berdoa, sedangkan dalam pengajaran atau khotbah pokok bahasan didasarkan atas kebutuhan kelompok sebagaimana dilihat melalui pengenalan akan kelompok dan doa. Adakalanya bimbingan mungkin berupa hubungan pribadi atas kemurahan sementara yang dibimbing memilih petunjuk Allah. Barangkali perbedaan-perbedannya dapat diringkaskan sebagai berikut: bimbingan lebih bersifat pribadi, terjadi melalui percakapan, menyentuh kebutuhan-kebutuhan tertentu, dan menyampaikan kasih sayang dan kebenaran Allah melalui waktu yang diberikan kepada seseorang atau suatu pasangan. Kebenaran-kebenaran yang sama dapat diajarkan melalui mimbar, di dalam kelas, dan selama bimbingan. Karena itu, seorang pendeta dapat melakukan banyak hal untuk melatih anggota-anggota jemaatnya dalam bimbingan alkitabiah. Namun, bimbingan itu sendiri merupakan suatu karunia yang berbeda dari khotbah dan pengajaran. Cukup sering seorang pendeta yang memiliki karunia dalam berkhotbah dan yang karenanya dapat mengajarkan banyak hal tentang bimbingan mungkin sebenarnya tidak mempunyai karunia membimbing. Sebaliknya, ada orang-orang yang mempunyai kemampuan antar pribadi dan kemampuan untuk mendengarkan dengan penuh pengertian dan kesabaran yang mampu membimbing secara efektif, namun dapat membuat pendengar tertidur kalau ia berkhotbah. Sumber kasih sayang dan kebenaran itu sama, namun karunia, panggilan, dan cara menyajikan berbeda. Karena itu, seorang pendeta yang merasa tidak mampu menjadi seorang pembimbing dapat menjadi alat untuk mengajar orang-orang lain tentang banyak hal yang dibutuhkan mereka untuk memberi bimbingan. -*- Sumber -*-: Judul Buku : Bimbingan Berdasarkan Firman Tuhan Judul Artikel: Suatu Rencana Bimbingan dalam Gereja Anda Penulis : Martin dan Deidre Bobgan Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 1996 Halaman : 241 - 247 *CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA* Artikel (2) =========== Untuk menjadi gereja yang siap memberikan pelayanan bimbingan (konseling) ada beberapa persyaratan; berikut ini adalah 9 ciri yang dibutuhkan: -*- CIRI-CIRI "GEREJA YANG SALING MEMPEDULIKAN" -*- 1. Terdiri dari jemaat yang percaya pada Tuhan Yesus sebagai Juruselamat dan mau hidup sesuai dengan kebenaran firman-Nya. Jemaat dari gereja yang saling mempedulikan juga memperhatikan penginjilan, pemuridan, dan membekali setiap anggota dengan makanan rohani yang sehat, sehingga mereka juga dapat melayani orang lain, mempedulikan sesama, mengabarkan Injil baik di rumah, di masyarakat sekitarnya maupun di mana saja mereka berada. 2. Pemimpin-pemimpin gereja yang saling mempedulikan termasuk pendetanya, terdiri dari orang-orang yang benar-benar rindu untuk tumbuh sebagai anak-anak Allah dan dengan tulus memperhatikan kebutuhan orang lain. Hal ini diekspresikan dalam sikap mau mendengar, menghibur, mendorong dan membimbing dalam kasih dan pengertian. 3. Suasana kebaktian di gereja yang saling mempedulikan berpusatkan pada Kristus dan pembinaan persaudaraan. Ada usaha yang sungguh- sungguh untuk memberikan sambutan yang hangat pada mereka yang datang. Kebenaran firman dan kebutuhan jemaat merupakan inti dari setiap pemberitaan firman Tuhan dan dapat pengajaran di sekolah minggu. Kesempatan selalu disediakan bagi mereka yang membutuhkan bantuan doa, pertolongan, dan persekutuan. 4. Gereja yang saling mempedulikan juga memberikan kesempatan bagi jemaat, untuk saling menanggung beban dan saling membantu, sehingga ada kesempatan bagi pendeta untuk bekerja sama dengan jemaat untuk saling mendukung dalam pelayanan. Jemaat dapat menunjukkan perhatian pada mereka yang baru pindah, sakit, yang menderita, yang tidak mempunyai keluarga, kesepian, dll. Secara perorangan maupun sebagai jemaat, selalu ada usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada di masyarakat. 5. Kelompok doa, pemahaman Alkitab, dan pelayanan keluar sangat ditekankan. Dalam grup selalu disediakan kesempatan bagi setiap anggota untuk mengutarakan persoalan dan perasaan mereka, dalam suasana kekeluargaan dan kasih. 6. Para pengajar juga memperhatikan kebutuhan murid-muridnya. Mereka berusaha membawa setiap murid dekat pada Tuhan dan belajar mempercayakan setiap kebutuhannya kepada Tuhan. 7. Mempunyai beban misi, tidak saja pada masyarakat sekitarnya tetapi juga di bagian dunia yang lain. Jemaat tidak saja memperhatikan penginjilan tetapi juga kebutuhan sosial mereka, sehingga tidak saja membawa berita keselamatan melalui iman pada Kristus, namun juga memperhatikan kebutuhan jasmani orang-orang lain. 8. Memberikan kesempatan pada jemaat untuk memberikan persembahan bahan maupun pelayanan mereka dalam berbagai bidang. 9. Jabatan kepemimpinan diberikan kepada mereka yang mendemonstrasikan sikap dan perbuatannya sebagai murid Kristus yang patut diteladani dan pada mereka yang sungguh-sungguh memperhatikan sesamanya. -*- Diedit dari sumber -*-: Judul Buku : Konseling Kristen yang Efektif Judul Asli : Apakah Arti "Gereja yang Paling Mempedulikan"? Penulis : Dr. Gary R. Collins Penerbit : Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang, 1998 Halaman : 98 - 99 *BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*--*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH* -*- TELADAN ALKITAB TENTANG KONSELOR -*- Sudah sejak lama konseling menjadi bagian dari gereja, bahkan sebelum konseling terpola menjadi satu program pelayanan dalam gereja. Jika secara luas kita mendefinisikan konseling sebagai seseorang yang mendampingi, memberi ketentraman hati, menunjukkan apa yang benar, atau memberikan bimbingan, maka Alkitab mempunyai banyak contoh mengenai konseling. 1. MUSA merupakan salah satu dari para konselor pertama yang terdaftar dalam Alkitab. Sebagian besar harinya dalam perjalanan di gurun menuju Kanaan dipakai untuk mendengarkan dan memberikan keputusan untuk semua keluhan/permasalahan yang disampaikan kepadanya. Keputusan dan nasihat bijaksana yang diberikannya merupakan penuntun bagi orang Israel dalam menjalani kehidupan mereka sehari-hari (Keluaran 18:15-16). 2. YITRO, mertua Musa mengatur orang-orang dalam kelompok-kelompok, sehingga orang lain dapat membantunya dalam memberikan konseling (Keluaran 18:21-22). Jika masalah yang dihadapi terlalu rumit dan sulit dimengerti oleh seorang konselor, maka dia akan menyerahkan masalah tersebut kepada seorang hakim yang lebih tinggi, sampai jika betul-betul diperlukan, masalah itu akan disampaikan kepada Musa. 3. TEMAN-TEMAN AYUB datang untuk memberikan bimbingan, memberi semangat, dan mendukung Ayub selama masa krisisnya (Ayub 2:11,13). 4. DAUD, si gembala muda, dibawa menghadap Raja Saul untuk menghiburnya dengan musik. Bagi Saul, yang saat itu sedang mengalami tekanan emosional yang amat besar, permainan musik Daud merupakan satu bentuk dukungan terapi. Saat itu merupakan kesempatan Saul untuk mengalami masa-masa pemulihan emosi dan mentalnya (1Samuel 16:23). Tugas-tugas para gembala berhubungan dengan tugas konseling. Mereka terlibat untuk menguatkan orang yang dalam kelemahan, menolong orang-orang yang "lumpuh", memulihkan perasaan yang sakit, dan menemukan mereka yang terhilang. 5. Nabi-nabi seperti ELIA dan ELISA menerapkan konseling dalam bentuk khotbah dan menjelaskan Firman Tuhan kepada orang-orang (1Raja-raja 17-19). Nasehat mereka, walaupun terkadang tidak dituruti, memberikan indikasi yang jelas bahwa datangnya dari Tuhan untuk memberikan kedamaian. Umat Allah membutuhkan konseling yang bijaksana dari mereka. Para raja dan pemimpin militer dari negara-negara di sekitar Israel juga membutuhkan nasehat dari para nabi ini. 6. Pelayanan YESUS seringkali melibatkan pemberian konseling untuk orang lain. Dia memberikan tuntunan kepada para pendengar-Nya mengenai cara untuk: o dapat masuk dalam Kerajaan Allah (Matius 19:23-30), o menerima pemulihan (Yohanes 3:1-16; Matius 12:10-14), dan o memperbaiki hubungan yang retak (Matius 5:23-26). Dalam Yesaya 9:5 Nabi Yesaya mencatat bahwa "Penasihat Ajaib" (Konselor) akan menjadi salah satu sebutan Yesus. Yesus membicarakan tentang 'mendengarkan' -- keahlian yang penting dalam konseling -- lebih dari 200 kali. Yesus memberikan teladan dengan bersikap menerima, ramah, dan lemah lembut kepada wanita Samaria yang ditemuinya di sumur (Yohanes 4) dan juga kepada wanita yang telah berzinah (Yohanes 8). Yesus menunjukkan kemampuan-Nya dalam melakukan konseling melalui: o cara-Nya mendengarkan (Lukas 24:17-24), o kemampuan-Nya dalam menghadapi masalah (Lukas 24:25; Matius 8:26), o pengertian-Nya/pemahaman-Nya tentang orang (Matius 19:16-22), dan o melalui kemampuan-Nya untuk menghubungkan kata-kata dalam Firman Tuhan dengan kebutuhan manusia (Lukas 6:47-49). 7. Rasul PAULUS menunjukkan empati dan kepeduliannya kepada para penatua di Efesus (Efesus 1:1, 16-18). Pada waktu dia pergi dari rumah ke rumah untuk mengajarkan tentang kebenaran Firman Tuhan, tidak diragukan lagi dia menjadi terlibat dalam banyak pengalaman konseling. Surat-surat Paulus kepada gereja menunjukkan kedekatan hubungannya dengan jemaat (Kolose 4; Roma 16). Banyak tulisannya dimotivasi oleh keinginannya untuk memecahkan sebuah masalah penting yang dihadapi gereja atau seorang jemaat dalam gereja (lihat Filipus, 1Korintus). Gereja mula-mula menetapkan orang-orang awam untuk menentukan kebutuhan-kebutuhan masyarakat dan mengurus bantuan yang sesuai (Kisah Para Rasul 6:1-7). Memenuhi kebutuhan jasmani, mental, dan rohani orang banyak telah menjadi tema yang konsisten di sepanjang sejarah gereja. Walaupun metode dan teknik yang dipakai untuk membantu jemaat yang membutuhkan bervariasi dari generasi ke generasi, gereja selalu menjadi tempat tujuan dari jemaat yang mengalami tekanan fisik, emosi, atau rohani. Kristus menegaskan agar gereja menjadi model untuk menyatakan kasih yang tak bersyarat dan menerima setiap mereka yang membutuhkan. -*- Diterjemahkan dari sumber -*-: Judul Buku : Foundations of Ministry -- An Introduction to Christian Education for a New Generation Judul Artikel: Counseling Ministry in the Church: Biblical Perspectives of Counseling Penulis : Michael J. Anthony and The Christian Education Faculty of Biola University Talbot School of Theology Penerbit : A BridgePoint Book, Illinois, 1992 Halaman : 331 - 333 *TIPS *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TIPS* -*- MODEL KONSELING GEREJA LOKAL -*- Dalam tahun-tahun terakhir ini tuntutan yang semakin bertambah besar bagi pelayanan konseling telah mendorong studi yang serius bagi para profesional sebagai konselor. Konsep para konselor yang dididik secara tidak profesional telah menjadi populer. Bagi sejumlah orang gagasan "konseling" memiliki pesona dan daya tarik tertentu tetapi yang menyerang prospek sekolah formal. Terutama dalam gereja, kelompok kerja dan konseling teman sebaya telah menyebar dalam gaya epidemis, mengambil bentuk pertemuan pernikahan, latihan kepekaan antar pribadi, analisa pelaksanaan, dan yang semacam itu. Sangat disesalkan, peranan konseling banyak menarik orang-orang yang tidak kokoh yang terpikat oleh kesempatan untuk keintiman secara instan; beberapa orang tertarik oleh posisi otoritas yang kelihatan; yang lainnya melihat titel "Konselor" sebagai pemenuhan secara pribadi. Banyak orang secara tidak sadar sedang berharap untuk menyelesaikan masalah-masalahnya sendiri dalam kedudukan sebagai konselee. Dengan semangat yang dikendalikan oleh kewaspadaan terhadap masalah- masalah yang berkaitan, saya meramalkan perkembangan konseling yang penuh arti dalam gereja lokal yang dijalankan oleh para anggota gereja. Apabila itu dioperasikan secara alkitabiah, maka anggota tubuh Kristus dapat memperlengkapi para individu dengan semua sumber yang dapat diperlukan untuk menyesuaikan signifikansi dan sekuriti dalam Kristus. Namun kita tidak seharusnya berpikir bahwa kesempatan untuk pelayanan (yang memenuhi keperluan makna) dan persekutuan (yang memenuhi keperluan rasa aman) secara otomatis akan disambut gembira dengan seksama oleh setiap orang percaya dan dengan jelas dipahami sebagai sesuatu yang relevan dengan kebutuhan-kebutuhan dasar mereka. Pola-pola yang tidak disadari dari tingkah laku yang berdosa dan pendekatan yang keliru terhadap kehidupan yang secara diam-diam berkepanjangan akan terus berfungsi meskipun ada komitmen yang tulus yang dilakukan secara sadar. Hati ini menipu. Keyakinan- keyakinan yang keliru sering bersikeras tetap tinggal sampai disingkapkan di dalam terang kesadaran yang jelas. Konseling individu sering dibutuhkan untuk menangani bentuk-bentuk masalah ini. Paulus mengingatkan orang-orang Kristen di Tesalonika bahwa ia telah bekerja dengan setiap orang secara individu dalam usahanya untuk membimbing mereka kepada kedewasaan rohani (1Tesalonika 2:11). Gereja lokal harus menerima tanggung jawab bagi pribadi secara individu untuk memperhatikan setiap anggota. Dengan nyata tidak ada staf pelayanan yang dengan memadai dapat menangani kebutuhan- kebutuhan yang sangat besar untuk memperhatikan individu dalam anggota tubuh Kristus. Hal ini juga bahkan tidak diusahakan. Pekerjaan itu milik anggota tubuh Kristus. Ada tiga level konseling -- Feelings/Perasaan, Actions/Tingkah Laku, Thoughts/Pemikiran -- yang dapat dipadukan dengan luwes ke dalam struktur gereja lokal. Masalah Perasaan Perasaan Alkitabiah | ^ v | Masalah Tingkah Laku Tingkah Laku Alkitabiah | ^ | | | Memastikan Komitmen | ^ v | Masalah Pemikiran Pemikiran Alkitabiah | ^ | | ------------>Mengajar------------- Dalam model atas yang sederhana tetapi saya yakin komprehensif, tiga kemungkinan jenis konseling dapat dikenali [Perasaan => Dorongan; Tingkah Laku => Nasihat; Pemikiran => Penerangan]. Konseling melalui: Level 1 Masalah Perasaan ------ DORONGAN -----> Perasaan Alkitabiah Level 2 Masalah Tingkah Laku -- NASIHAT --> Tingkah Laku Alkitabiah Level 3 Masalah Pemikiran ----- PENERANGAN --> Pemikiran Alkitabiah Mengacu pada Diagram Proposal saya adalah sebagai berikut: semua anggota tubuh Kristus dapat dan harus terlibat dalam konseling Level 1. Beberapa anggota tubuh Kristus (misalnya: tua-tua, gembala sidang, diaken, guru Sekolah Minggu, orang-orang lainnya yang dewasa rohani dan bertanggung jawab) dapat dilatih dalam konseling Level 2. Beberapa individu yang dipilih dapat diperlengkapi untuk menangani masalah- masalah yang lebih dalam, lebih sulit, kompleks dalam konseling Level 3. Jika dikembangkan sebagaimana mestinya, maka mungkin itu pengharapan saya yang optimis tetapi realistis bahwa setiap kebutuhan konseling (kecuali orang-orang yang terlibat masalah organik/biokimia) akan dipenuhi dalam kelompok gereja. -*- Diedit dari sumber -*-: Judul Buku : Konseling yang Efektif dan Alkitabiah Judul Artikel: Konseling dalam Kelompok Kristen Penulis : Dr. Larry Crabb Penerbit : Kerjasama Yayasan ANDI dengan Yayasan Kalam Hidup Halaman : 211 - 214 *SURAT*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-DARI ANDA-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*SURAT* Dari: "Fenny W." <fenny_oei@> >Salam dalam kasih Kristus Yesus. >Saya sebenarnya sudah mengikuti e-Konsel sejak pertama terbit >dengan alamat email <mailto:fwijaya@> dan sudah mendapatkan banyak >sekali manfaat darinya. Sekarang saya sudah pindah ke negara lain >untuk studi, dan saya sekarang mempunyai alamat email baru yaitu ><mailto:fenny_oei@>. Sedangkan rasanya sayang jika semua artikel >yang saya peroleh ditinggal begitu saja di Indonesia, maka dengan >itu saya hendak meminta sekali lagi semua edisi dari No.1 hingga ke >No.28 (kalau tidak salah) dikirmkan ke alamat ini supaya saya pun >kembali mempunyai pertinggalnya yang bisa saya baca kapan saja. >Terima kasih atas segenap bantuannya, sekali lagi Tuhan memberkati >pelayanan e-Konsel. >Immanuel, Fenny Redaksi: Wah,.. Anda adalah pelanggan setia kami dong... (tapi kami sekarang sudah ada di edisi yang ke 32...). Kami sangat bersyukur karena Anda mendapatkan banyak berkat melalui e-Konsel yang kami terbitkan. Untuk mendapatkan semua edisi e-Konsel yang telah terbit, Anda bisa langsung mengakses situs arsip e-Konsel di alamat: ==> http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ Juga bagi pelanggan e-Konsel yang lain, Anda tidak perlu kuatir kalau Anda sering berpindah-pindah tempat, karena dimanapun Anda berada, Anda bisa mengakses arsip e-Konsel di alamat situs di atas. e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL STAF REDAKSI e-Konsel Yulia O., Lani M., Evie D. PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2003 oleh YLSA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org> Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. dapat dikirimkan ke alamat: <owner-i-kan-konsel@xc.org> *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org Berhenti: Kirim e-mail kosong: unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel ARSIP publikasi e-Konsel: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |