Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/314 |
|
e-Konsel edisi 314 (9-10-2012)
|
|
______________________________e-KONSEL________________________________ Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen ______________________________________________________________________ Edisi 314/Oktober 2012 DAFTAR ISI BIMBINGAN ALKITABIAH: KOMITMEN DALAM PERNIKAHAN TIP: BAGAIMANA MEMPERTAHANKAN PERNIKAHAN KRISTEN YANG KUAT DAN SEHAT Salam damai dalam Kristus, Pohon yang tetap tegak pascabadai pasti memiliki akar yang kuat. Tak peduli sesering apa pun badai itu datang, ia akan tetap berdiri. Demikian juga dengan pernikahan. Jika memiliki akar yang kuat, maka pernikahan akan tetap tegak melewati semua badai persoalan. Apakah yang harus dimiliki pasangan untuk mempertahankan pernikahannya dalam situasi semacam ini? Salah satu kuncinya adalah memiliki komitmen yang kuat. Komitmen itu seumpama akar dari pohon pernikahan kita. Jadi, jika kita ingin memiliki pernikahan yang solid, bangunlah komitmen pernikahan yang kuat. Artikel dan tip yang kami sajikan dalam edisi ini, kiranya dapat menolong Anda untuk melihat pentingnya komitmen dalam pernikahan dan bagaimana membangunnya baik dalam pernikahan Anda ataupun konseli yang Anda layani. Selamat membaca. Staf Redaksi e-Konsel, Berlian Sri Marmadi < http://c3i.sabda.org/ > BIMBINGAN ALKITABIAH: KOMITMEN DALAM PERNIKAHAN Diringkas oleh: Sri Setyawati Salah satu ciri pernikahan kristiani adalah memiliki komitmen secara total. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata komitmen berarti perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu. Pernikahan kristiani bukanlah hubungan "kumpul kebo" tanpa ikatan, melainkan hubungan seorang pria dan wanita yang diikat oleh perjanjian seumur hidup dan komitmen secara total yang mencakup seluruh aspek kehidupan. Hubungan pernikahan itu menggambarkan hubungan Kristus dengan jemaat-Nya (baca Efesus 5:21-23). Kristus telah mengurbankan diri-Nya dan mengasihi umat-Nya tanpa pamrih, serta berjanji untuk selalu menyertai umat-Nya (Matius 28:20). Dalam 1 Korintus 13:4-7, Rasul Paulus mengajarkan agar suami istri saling mengasihi (Efesus 5:28-30) seperti Yesus Kristus yang telah mengasihi umat-Nya. Suami istri yang bersatu dengan Kristus adalah satu anggota tubuh Kristus (1 Korintus 12:27). Komitmen total seperti yang telah Yesus Kristus lakukan dalam kehidupan dan kematian-Nya, hendaknya diterapkan juga dalam pernikahan kristiani. Suami istri hendaknya berkomitmen untuk saling mengasihi dan memerhatikan pasangan, apa pun yang terjadi. Elizabeth Achteimeier dalam buku "The Committed Marriage" menyatakan pernikahan kristiani seharusnya memunyai komitmen dalam enam hal: komitmen secara total, komitmen untuk menerima, komitmen secara eksklusif, komitmen terus-menerus, komitmen yang bertumbuh, dan komitmen yang berpengharapan. Dengan adanya komitmen dalam keenam hal ini, kehidupan pernikahan suami istri akan lebih berhasil. 1. Pernikahan kristiani harus memiliki komitmen secara total. Hal ini berarti pasangan menyerahkan diri secara menyeluruh dalam hubungan pernikahan. Dengan demikian, masing-masing pihak berprinsip: "Apa pun yang terjadi, kita akan tetap mempertahankan pernikahan ini." Dedikasi secara total berarti bersedia mendampingi meskipun dalam hal-hal yang tidak menguntungkan, mau menyelesaikan masalah, dan melakukannya dengan pertolongan Kristus yang menyertai kedua pasangan. Pernikahan yang berhasil tidak otomatis terwujud, ini tercapai hanya karena anugerah Allah dan hasil upaya bersama dari suami istri. 2. Pernikahan kristiani adalah pernikahan yang memunyai komitmen untuk menerima. Suami mau menerima keberadaan istri sepenuhnya, lengkap dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Pasangan kita itu bukan Anda, ia diciptakan menurut rupa Allah bukan rupa kita. Jadi, jangan berusaha untuk menjadikannya seperti kita. Dan, pasangan kita diharapkan untuk terus berubah menyerupai Kristus, bukan menyerupai kita. Maka dari itu, menerima apa pun keberadaan pasangan harus dilakukan dengan komitmen yang sungguh. Selain menerima berbagai kelebihan pasangan, belajar untuk menerima ketidaksempurnaan pasangan juga harus terus dilakukan. Namun, ini tidak berarti kita harus menerima kebiasaan buruk atau perbuatan kriminal pasangan kita. Kedua hal itu harus diubah atau bahkan dibuang. Selain menerima, dalam pernikahan kristiani juga harus memberi. Tetaplah memberi, sekalipun Anda berpikir pasangan Anda tidak layak menerima kasih Anda. Sikap seperti ini mencerminkan kasih Kristus yang Ia berikan kepada umat yang sebenarnya juga tidak layak menerima kasih-Nya. Kasih yang Yesus Kristus ajarkan adalah kasih yang diberikan tanpa paksaan dan diwujudkan dalam bentuk penyerahan. Kasih diwujudkan dalam hal memberi. Ini mencakup pemberian kebebasan kepada pasangan untuk menjadi dirinya sendiri, kreatif, unik, dan berkembang. 3. Pernikahan kristiani memiliki komitmen secara eksklusif. Dalam pernikahan kristiani, suami istri tidak boleh dibagi dengan orang lain. Masing-masing pihak, suami dan istri, tidak diperbolehkan melakukan zinah dan memiliki wanita atau pria idaman lain, serta melakukan hubungan homoseksual atau lesbian (Keluaran 20:14 dan Roma 1:26-27). Dalam kenyataan, banyak pernikahan yang hancur karena hadirnya pihak ketiga. Oleh karena itu, jangan biarkan pihak ketiga hadir dalam pernikahan Anda, bahkan sekalipun Anda tidak melakukan hubungan intim dengannya. Juga, jangan biarkan kehadiran anak memisahkan kesatuan Anda dengan pasangan. Jangan menggunakan anak sebagai alasan untuk membiarkan suami merasa kesepian. Jika hal ini terjadi, suami akan lebih mudah mencari hiburan dari orang lain. 4. Pernikahan kristiani memunyai komitmen yang terus-menerus. Pernikahan itu seumpama seorang bayi yang terus mengalami perkembangan. Oleh karena itu, pernikahan kristiani menuntut adanya komitmen yang terus-menerus, untuk menjaga kehidupan pernikahan di tengah berbagai perubahan yang terjadi. Seperti kasih Kristus kepada umat-Nya yang tidak hanya sekali, namun terus berkelanjutan, demikian jugalah hendaknya komitmen dalam pernikahan kristiani -- tidak berubah, namun justru semakin kuat dalam setiap tahap kehidupan. 5. Pernikahan kristiani memiliki komitmen yang bertumbuh. Komitmen ini semakin lama semakin dalam dan dewasa karena akan melewati liku-liku perjalanan hidup bersama-sama. Proses pendewasaan pernikahan terkadang mudah dilalui dan terkadang sulit ditempuh, sehingga pasangan terkadang perlu memperbarui komitmen sebelumnya dan terus-menerus mempererat hubungan dengan pasangannya. Pernikahan yang bertumbuh hanya dapat diciptakan oleh pasangan yang mandiri, yang tidak lagi bergantung kepada orang tua, dan yang tidak bergantung pada orang lain untuk memenuhi kepuasan emosional dan seksualnya. Suami istri memang sebaiknya saling bergantung, namun bukan berarti masing-masing pihak dituntut untuk memenuhi seluruh kebutuhan pasangannya baik secara jasmani, rohani, dan kejiwaan. Hanya Tuhan yang sanggup memberikan kepuasan total bagi kita. Oleh karena itu, suami istri perlu mengembangkan diri semaksimal mungkin sesuai dengan rencana Tuhan, sehingga hidup mereka dapat berarti dan dapat merasakan kepuasan hidup. Pernikahan kristiani yang bertumbuh juga hanya dapat terjadi dalam pernikahan pasangan dewasa. Artinya, itu hanya akan terjadi dalam pernikahan yang saling memerhatikan kepentingan pasangan, peka terhadap pasangannya, mau berkorban demi kebaikan pasangan, bertanggung jawab, menjaga harga dirinya sendiri, dan mengembangkan talenta diri. Itulah dasar kedewasaan yang sejati. Dengan kata lain, pernikahan yang berkembang tidak lagi memikirkan "saya", tetapi "kita". Masing-masing perlu menyesuaikan diri dengan kebutuhan pasangan dalam berbagai hal, seperti kebiasaan, waktu, emosi, dan cinta kasih. Seandainya suami lebih senang bekerja hingga larut malam, seyogianya suami tidak selalu tidur terlalu malam agar istri tidak merasa kesepian karena harus tidur sendirian. Dalam hal ini, kedua belah pihak harus memiliki kebijaksanaan untuk menyesuaikan diri dengan pasangannya. Demikian juga dalam hal hubungan kita dengan anggota keluarga yang lain. Pernikahan yang berkembang bukanlah pernikahan yang terasa manis pada beberapa bulan pertama pernikahan saja, melainkan pernikahan yang bahkan semakin manis seiring berjalannya waktu. Untuk mencegah timbulnya rasa jenuh dalam pernikahan, Anda perlu secara teratur menyediakan waktu khusus untuk memperbarui kasih Anda. Misalnya dengan berlibur bersama, membiasakan diri untuk berbagi cerita setiap hari, atau mengikuti program yang dapat memupuk kasih suami istri (marriage enrichment). Hal ini sesuai dengan isi firman Tuhan dalam Efesus 4:13 (versi BIS), "Dengan demikian kita semua menjadi satu oleh iman yang sama dan pengertian yang sama mengenai Anak Allah. Dan kita menjadi orang-orang yang dewasa yang makin lama makin bertambah sempurna seperti Kristus.", 6. Pernikahan kristiani memiliki komitmen yang berpengharapan. Meskipun kita tidak mengetahui apa yang akan terjadi pada masa depan kita, namun tetaplah memiliki pengharapan di dalam Kristus. Suami/istri yang merasa pernikahannya tidak berpengharapan, tidak akan berusaha untuk mempertahankan pernikahannya lagi, sehingga pernikahannya akan hancur dengan lebih cepat. Tugas kita dalam pernikahan adalah memberikan diri kita kepada pasangan dalam kasih dengan penuh pengharapan, sama seperti Yesus Kristus yang memberikan diri-Nya kepada umat-Nya. Pengharapan kita semata-mata hanya karena Kristus dan di dalam Kristus. Bagaimana dengan komitmen Anda berdua terhadap pernikahan Anda? Selamat berbahagia dan tetaplah pegang teguh komitmen Anda! Diringkas dari: Judul buku: Bimbingan Pranikah -- Buku Kerja bagi Pasangan Pranikah Judul bab: Komitmen secara Total Penulis: Dr. Vivian A. Soesilo Penerbit: Literatur SAAT (Seminari Alkitab Asia Tenggara), Malang 1998 Halaman: 26 -- 32 TIP: BAGAIMANA MEMPERTAHANKAN PERNIKAHAN KRISTEN YANG KUAT DAN SEHAT Langkah 1 - Berdoa Bersama Luangkan waktu setiap hari untuk berdoa bersama dengan pasangan Anda. Saya dan suami mengetahui bahwa hal pertama pada pagi hari adalah saat yang paling tepat bagi kami untuk bersekutu. Kami meminta Allah untuk memenuhi kami dengan Roh Kudus-Nya dan memberi kami kekuatan sepanjang hari itu. Kebiasaan doa ini membuat kami berdua semakin dekat karena kami saling memerhatikan setiap hari. Kami memikirkan tentang apa yang akan kami lakukan sepanjang hari itu untuk pasangan kami. Kasih sayang kami melebihi hal fisik dan menjangkau sisi emosi dan rohani. Kasih sayang kami mengembangkan keintiman yang sejati satu dengan yang lain dan dengan Allah. Barangkali, waktu yang lebih tepat bagi Anda dan pasangan adalah malam hari sebelum Anda berdua tidur. Anda tidak mungkin tertidur dalam keadaan marah setelah Anda berpegangan tangan di hadapan Allah. Langkah 2 - Membaca Bersama Luangkan waktu setiap hari, atau setidaknya sekali seminggu, untuk membaca Alkitab bersama. Ini mungkin juga bisa digambarkan sebagai saat teduh. Sekitar 5 tahun yang lalu, saya dan suami mulai meluangkan waktu setiap akhir pekan pada pagi hari, untuk membaca Alkitab dan berdoa bersama -- saat teduh pasangan. Kami saling membacakan Alkitab, baik dari Alkitab ataupun dari buku renungan. Kemudian, kami menghabiskan waktu beberapa menit untuk berdoa bersama. Kami telah berkomitmen untuk bangun sekitar 30 menit lebih awal untuk melakukan hal ini, dan kebiasaan ini benar-benar menjadi saat yang sangat indah dan intim, yang menguatkan pernikahan kami. Kebiasaan ini berlangsung selama 2,5 tahun, namun betapa hebat dampak yang kami rasakan ketika kami menyadari bahwa kami telah membaca seluruh Alkitab bersama! Langkah 3 - Membuat Keputusan Bersama Berkomitmenlah untuk membuat keputusan penting bersama. Saya tidak membahas tentang memutuskan apa yang akan disantap saat makan malam. Keputusan-keputusan utama, seperti masalah finansial, sangat baik diputuskan bersama pasangan. Salah satu area ketegangan terbesar dalam pernikahan adalah lingkup keuangan. Sebagai pasangan, Anda harus membicarakan keuangan Anda dengan dasar yang rapi, bahkan sekalipun salah satu dari Anda lebih baik dalam menangani aspek praktisnya, seperti membayar tagihan dan menyeimbangkan buku keuangan harian. Menutup-nutupi pengeluaran akan lebih cepat memecah belah sebuah pasangan ketimbang hal-hal lainnya. Jika Anda setuju untuk membuat keputusan yang menguntungkan kedua belah pihak tentang bagaimana keuangan ditangani, cara ini akan menguatkan kepercayaan antara Anda dan pasangan Anda. Pula, Anda tidak akan mampu menyimpan rahasia jika Anda berkomitmen untuk membuat semua keputusan keluarga yang penting secara bersama-sama. Langkah ini adalah salah satu cara terbaik untuk mengembangkan rasa percaya sebagai pasangan. Langkah 4 - Datang ke Gereja Bersama Terlibatlah dalam kegiatan gereja bersama pasangan. Carilah tempat ibadah yang dapat Anda datangi dengan pasangan Anda. Pilihlah jenis pelayanan yang cocok bagi Anda berdua, dan bersahabatlah dengan orang-orang Kristen yang lain. Dalam Ibrani 10:24-25, Alkitab mengajarkan bahwa salah satu cara terbaik agar kita dapat saling mendorong dalam kasih dan perbuatan baik adalah dengan tidak menjauhkan diri dari persekutuan dengan anggota Tubuh Kristus. Langkah 5 - Tetaplah Berkencan Sediakan waktu-waktu khusus dan rutin untuk terus mengembangkan kemesraan Anda. Setelah menikah, pasangan biasanya mengabaikan waktu-waktu untuk bermesraan, khususnya setelah memiliki anak. Tetap meluangkan waktu untuk pergi berdua mungkin memerlukan rencana strategis, tetapi ini penting untuk memelihara pernikahan yang kuat dan intim. Menjaga cinta kasih tetap menyala-nyala juga akan menjadi bukti jelas akan kekuatan pernikahan Kristen Anda. Kesimpulan Kelima langkah di atas membutuhkan usaha yang nyata dan berkomitmen dari Anda. Jatuh cinta sepertinya tidak membutuhkan usaha, tetapi untuk menjaga pernikahan Kristen Anda tetap kuat membutuhkan upaya yang terus-menerus. Berita baiknya adalah membangun pernikahan yang sehat tidak selalu rumit dan sulit, apabila Anda memutuskan untuk mengikuti beberapa prinsip dasar di atas. (t/Setya) Diterjemahkan dari: Nama situs: Christianity About.com Alamat URL: http://christianity.about.com/od/practicaltools/ p/christianmarria.htm Judul asli artikel: 5 Steps to Building Your Christian Marriage Penulis: Mary Fairchild Tanggal akses: 26 Juli 2012 INFO: DAPATKAN KUMPULAN BAHAN NATAL DI NATAL.SABDA.ORG Kami yakin Anda yang aktif di pelayanan pasti sudah mulai berpikir untuk mempersiapkan Natal, bukan? Nah, dengan gembira kami menginformasikan bahwa Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) telah menyediakan wadah di situs "natal.sabda.org" bagi setiap pelayan Tuhan agar bisa saling berbagi bahan-bahan Natal dalam bahasa Indonesia. Ada banyak bahan yang bisa didapatkan, seperti Renungan Natal, Artikel Natal, Cerita/Kesaksian Natal, Drama Natal, Puisi Natal, Tips Natal, Bahan Mengajar Natal, Blog Natal, Resensi Buku Natal, Review Situs Natal, e-Cards Natal, Gambar/Desain Natal, Lagu Natal, dan bahkan sarana diskusi tentang topik Natal. Yang istimewa adalah situs "natal.sabda.org" dirancang sebagai situs yang interaktif, sehingga pengunjung dapat mendaftarkan diri untuk berpartisipasi aktif dengan mengirimkan tulisan, menulis blog, memberikan komentar, dan mengucapkan selamat Natal kepada rekan pengunjung lain. Jadi, tunggu apa lagi? Segera kunjungi situs "natal.sabda.org". Mari berbagi berkat pada perayaan hari kedatangan Kristus ke dunia 2000 tahun yang lalu ini dengan menjadi berkat bagi kemuliaan nama-Nya. ==> http://natal.sabda.org/ Kontak: < konsel(at)sabda.org > Redaksi: Sri Setyawati, Tatik Wahyuningsih, dan Berlian Sri Marmadi Tim Editor: Davida Welni Dana, Berlian Sri Marmadi, dan Santi Titik Lestari (c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://www.ylsa.org > Rekening: BCA Pasar Legi Solo; No. 0790266579 a.n. Yulia Oeniyati < http://blog.sabda.org/ > < http://fb.sabda.org/konsel > Berlangganan: < subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org > Berhenti: < unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |