Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/312

e-Konsel edisi 312 (25-9-2012)

Penyimpangan Seks

______________________________e-KONSEL________________________________

        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
______________________________________________________________________

Edisi 312/September 2012

DAFTAR ISI
CAKRAWALA: HOMOSEKSUALITAS DAN KEKRISTENAN
KOMUNITAS KONSEL: HOMOSEKSUAL

Salam hangat,

Apa yang Anda ketahui tentang homoseksualitas? Bagaimana Anda
memperlakukan orang-orang yang terjebak dalam gaya hidup seperti itu?
Meski homoseksualitas merupakan kekejian bagi Tuhan, namun Dia
mengasihi jiwa-jiwa yang memiliki kecenderungan ini. Oleh sebab itu,
sangat disayangkan bila gereja tidak melayani dengan baik orang-orang
yang telah bertobat dari kehidupan homoseksual mereka. Sebagai seorang
konselor Kristen, mari kita bersikap bijaksana dalam menolong mereka
yang bergumul untuk terbebas dari belenggu homoseksualitas. Dalam
edisi ini, e-Konsel menghadirkan artikel dan hasil diskusi yang
mengupas tentang homoseksualitas dari sudut pandang Kristen. Selamat
menyimak sajian kami, semoga bermanfaat bagi Anda.

Pemimpin Redaksi e-Konsel,
Sri Setyawati
< setya(at)in-christ.net >
< http://c3i.sabda.org/ >

              CAKRAWALA: HOMOSEKSUALITAS DAN KEKRISTENAN

Kata "homoseksual" memiliki banyak beban emosi yang berhubungan dengan
hal itu. Jadi, saya ingin memulai dengan berbicara tentang grup
sejenis yang lain -- orang-orang bercerai yang menikah lagi.

Kecuali karena beberapa kondisi tertentu, perceraian tidak
diperbolehkan. Jika orang Kristen bercerai dan menikah lagi, maka
orang tersebut berbuat zinah (bdk. Matius 5:32 dan 1 Korintus 7:10-16).
Perzinahan adalah dosa. Namun, di gereja ada banyak orang yang
bercerai dan menikah lagi.

Bagaimana orang Kristen memperlakukan orang-orang Kristen lainnya yang
telah bercerai dan menikah lagi? Mereka diperlakukan sama seperti
orang-orang lainnya. Dosa mereka diampuni dan dilupakan.

Homoseksualitas dan perzinahan merupakan dosa seksual. Orang-orang
Kristen harus memperlakukan orang-orang homoseksual dan orang-orang
yang bercerai dan menikah lagi dengan cara yang sama. Tidak ada
perbedaan.

Mari kita gali lebih dalam lagi.

Seseorang yang telah bercerai dan menikah lagi, dan dia adalah seorang
Kristen, harus datang kepada Allah dan mengakui dosanya dalam
pertobatan yang sungguh-sungguh. Pertobatan berarti mereka benar-benar
menyesal karena telah berbuat dosa dan mengatakan kepada Allah bahwa
mereka tidak ingin berbuat dosa lagi.

Jika seseorang menikah, bercerai, lalu mengakui dosa mereka --
kemudian mengulangi siklus itu lagi -- lalu melakukannya lagi... dan
lagi... berarti ada masalah. Orang tersebut perlu mendapatkan
pertolongan untuk menemukan jalan keluar dari masalah tersebut. Orang
tersebut membutuhkan kasih kita. Namun demikian, pada akhirnya, cara
terbaik untuk menunjukkan kasih kita kepadanya, setelah semua hal
lainnya gagal, mungkin dengan mengeluarkan orang tersebut dari gereja
sampai mereka mengenali dosa mereka dan sungguh-sungguh berubah.
(Alkitab mengatakan supaya menyerahkan mereka kepada Iblis dan tidak
mengizinkan dosa yang sedang dilakukan itu memberikan gambaran yang
salah tentang gereja Kristus.)

Semua yang baru saja kami katakan mengenai perceraian dan pernikahan,
berlaku juga bagi seseorang yang mempraktikkan homoseksualitas. Jika
seseorang yang mempraktikkan homoseksualitas datang ke hadapan Allah,
mengakui dosa mereka dengan pertobatan yang sungguh-sungguh, maka
mereka diampuni. Alkitab memberi tahu kita bahwa dosa-dosa kita telah
dihapus seolah dosa itu tidak pernah ada, dan bagi Allah, kita suci
dan tak bernoda.

Tetapi bagaimana jika seseorang berkata, "Saya adalah seorang
homoseksual. Itulah saya dan Anda harus menerima saya apa adanya."
Sebenarnya, orang itu sedang mengatakan bahwa kebiasaan mereka (dosa
mereka) itulah diri mereka. Mereka sedang mengatakan bahwa mereka
tidak menyesal telah berbuat dosa. Mereka sedang mengatakan bahwa
mereka tidak akan berhenti berbuat dosa. Mereka berpaling dari Allah
dan harus diperlakukan dengan cara yang sama, seperti kita
memperlakukan seseorang yang terus-menerus menikah dan bercerai tadi.

Contoh lain adalah seorang heteroseksual lajang yang tidur dengan
banyak orang.

Apa yang harus dilakukan oleh orang Kristen?

Kita seharusnya memperlakukan kaum homoseksual dengan cara yang sama,
seperti kita memperlakukan orang yang berulang kali menikah dan
bercerai. Kita mengasihi mereka sebagai manusia (kasih agape), tetapi
hal ini tidak berarti kita menerima dosa mereka. Jika mereka
benar-benar mencari Allah dan dengan sungguh-sungguh berusaha untuk
berubah, kita dapat menyambut mereka di gereja kita. Dan sama seperti
apa yang kita lakukan pada pasangan yang bercerai, kita tidak
menghukum mereka, tetapi menolong mereka dengan penuh kasih untuk
menerima Kristus, bagaimana mengikut Kristus, dan bertobat atau
mengubah kebiasaan mereka yang berdosa. Kita harus membimbing mereka
untuk menemukan sumber-sumber yang menolong mereka belajar bagaimana
melarikan diri dari penjara dosa mereka.

Tetapi ada juga batasan terhadap apa yang bisa kita lakukan. Akhirnya,
jika tidak ada perubahan, cara terbaik untuk mengekspresikan kasih
kita adalah menyatakan bahwa mereka tidak dapat lagi menjadi anggota
jemaat gereja.

Ingatlah dua hal ini: 1) Kita tidak dapat menolong orang lain untuk
menemukan Kristus jika kita tidak berelasi dengan mereka. Ketika
mereka tidak menjadi anggota gereja, hal itu tidak berarti kita boleh
mengucilkan atau menolak mereka.

2) Kita tidak dapat membiarkan kebiasaan dosa seseorang merefleksikan
Kristus atau gereja, dengan cara yang menunjukkan bahwa kebiasaan
tersebut seolah-olah diterima di dalam gereja.

Pemikiran yang baru (dan salah) tentang homoseksualitas:

- Wahyu progresif telah "menyingkapkan" bahwa sekarang homoseksualitas
diterima oleh Allah.

- Hubungan homoseksualitas yang dilakukan pada zaman sekarang, tidak
sama seperti homoseksualitas yang dilakukan pada zaman Perjanjian
Lama. (t/Setya)

Diterjemahkan dari:
Nama situs: Evangelical US
Alamat URL: www.evangelical.us/homosexuality/index.html
Judul asli artikel: Homosexuality and Christianity
Penulis: Tidak dicantumkan
Tanggal akses: 17 Juli 2012

                     KOMUNITAS KONSEL: HOMOSEKSUAL

Pada masa ini, kehidupan manusia semakin "bebas". Bahkan kebebasannya
menyentuh masalah seksualitas. Ada beberapa orang yang lebih memilih
hidup dalam hubungan sesama jenis ketimbang dengan lawan jenis.
Menanggapi hal ini, berikut kami sajikan pendapat Sahabat Facebook
e-Konsel.

e-Konsel: Apa yang Anda ketahui tentang homoseksual? Apa penyebabnya?

Komentar: Dita Dwi: Penyimpangan orientasi seksual. Menurutku
dikarenakan oleh fiksasi tumbuh kembang masa kecil atau pengalaman
masa lalu.

Feronica Se: Penyebabnya bisa saja dari keluarga dan lingkungan.

e-Konsel: @Dita Dwi: sebenarnya itu bukan gen bawaan, kan? @Feronica
Se: Contohnya?

Feronica Se: @e-Konsel, dari keluarga contohnya: keluarga yang tidak
terpenuhi harapannya -- berharap mendapatkan anak laki-laki ternyata
yang lahir adalah perempuan, dan sebaliknya sehingga mereka
memperlakukan apa yang mereka harapkan bukan kenyataannya. Sedangkan
dari lingkungan, contohnya karena terpengaruh oleh teman-teman
"gengnya" dan juga bisa terjadi hanya karena berawal dari "coba-coba"
-- kepribadian yang tidak matang.

e-Konsel: Jadi, faktor keluarga banyak memberi pengaruh juga ya...
berarti orang tua perlu mendapatkan konseling keluarga ya? Saya setuju
dengan faktor eksternal, lingkungan. Pergaulan yang buruk memang
sangat memungkinkan untuk memberi pengaruh buruk terhadap seseorang.
Lantas, apa yang bisa kita lakukan untuk menolong konseli semacam ini
ya?

Berlin Berlian: Homoseksual adalah ketidakwajaran orientasi seksual,
di mana penderita menyukai sesama jenisnya.

Penyebab: setuju dengan yang sudah-sudah, faktor internal dan
eksternal orang tersebut. Yang bisa kita lakukan untuk menolongnya,
yang jelas kita harus mendoakannya terlebih dulu supaya terlepas dari
ikatan hal-hal semacam itu. Kemudian, memberikan konseling (jika dia
mau dikonseling) dengan pendekatan yang tidak mendiskreditkan orang
tsb.. Kalau dia tidak mau dikonseling, ya didoakan dan usahakan untuk
memperlakukannya sebagai orang "normal".

e-Konsel: Oke, Berlin. Doa adalah langkah awal dan utama yang bisa
kita lakukan ya? Saya setuju dengan tindakan untuk tidak
mendiskreditkan orang tersebut. Yang salah itu perbuatannya, kalau
orangnya justru perlu ditolong untuk meninggalkan gaya hidup dan
kehidupannya yang salah (homoseksual).

Bagaimana dengan pendapat Anda? Sebagai konselor, bagaimana kita
menolong orang-orang homoseksual? Silakan tuliskan komentar Anda di
Facebook e-Konsel
< http://www.facebook.com/sabdakonsel/posts/10151111136778755 >.

Kontak: < konsel(at)sabda.org >
Redaksi: Sri Setyawati, Tatik Wahyuningsih, dan Berlian Sri Marmadi
Tim Editor: Davida Welni Dana, Berlian Sri Marmadi, dan
            Santi Titik Lestari
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/konsel >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org