Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/309

e-Konsel edisi 309 (4-9-2012)

Pandangan Tentang Seks

______________________________e-KONSEL________________________________

        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
______________________________________________________________________

Edisi 309/September 2012

DAFTAR ISI
CAKRAWALA: PANDANGAN YANG SALAH MENGENAI SEKS
ULASAN SITUS: BIBLICAL COUNSELING COALITION

Salam kasih,

Seks diciptakan oleh Allah untuk tujuan yang mulia. Penyatuan pria dan
wanita dalam pernikahan menggambarkan hubungan antara Allah dan
gereja-Nya. Oleh karena itu, sebagai umat yang ditebus oleh Kristus,
kita seharusnya menempatkan seksualitas pada posisi yang seharusnya,
sesuai dengan firman Tuhan.

Bulan September ini, e-Konsel akan mengupas hal-hal yang terkait
dengan seksualitas. Pada edisi perdana ini, Anda dapat membaca sebuah
artikel tentang pandangan yang salah mengenai seks dan ulasan sebuah
situs konseling yang memuat bahan-bahan yang berhubungan dengan
seksualitas. Anda ingin tahu isi selengkapnya? Selamat membaca dan
pastikan Anda semakin diperlengkapi dalam melayani konseli Anda.
Imanuel!

Pemimpin Redaksi e-Konsel,
Sri Setyawati
< setya(at)in-christ.net >
< http://c3i.sabda.org/ >

            CAKRAWALA: PANDANGAN YANG SALAH MENGENAI SEKS

Banyak gambaran salah yang diberikan kepada remaja, pemuda, atau
bahkan pasangan yang sedang menuju ke pernikahan. Akibatnya, mereka
salah menggarap relasi mereka. Mulai dari bagaimana mencari kekasih,
sampai membayangkan dan mengonsepkan pernikahan yang berbahagia.

1. Keperkasaan dan Kecantikan Fisik

Mereka menganggap hubungan suami istri akan lebih baik dan lebih
bahagia jika sang suami bak pangeran yang gagah perkasa dan ganteng,
sementara sang istri seperti putri yang begitu langsing, seksi, dan
cantik. Gambaran inilah yang diberikan novel-novel, berbagai cerita
film ataupun media lainnya. Namun, dalam realitasnya, keperkasaan dan
kecantikan justru menjadi bumerang dalam relasi pernikahan. Sekitar
tahun 80-an, dunia dihebohkan dengan pernikahan ideal bak pernikahan
negeri dongeng antara pangeran yang begitu gagah dan putri yang begitu
cantik, yaitu Pangeran Charles dan Putri Diana. Acara pernikahannya
begitu megah dan mewah, memberikan pengharapan dan ikon kepada dunia
bahwa inilah pernikahan yang paling bahagia, dan mereka hidup "bahagia
selamanya". Namun, semuanya justru berakhir tragis. Sang Pangeran
semakin lama semakin tidak sabar dan tidak nyaman dan sang putri
merasa hidup bagai di neraka. Pernikahan ini bertahan tidak lebih dari
10 tahun. Dimulai dengan perselingkuhan, perceraian, dan bahkan
diakhiri dengan kematian tragis sang putri, serta disusul dengan
pernikahan sang pangeran dengan wanita bekas kekasihnya. Namun sebelum
semua itu terjadi, pernikahan ini memang tidak didukung oleh orang
banyak karena justru dianggap sangat tidak ideal. Akhir kisah
pernikahan inilah bukti kebenaran paling nyata dari anggapan tersebut.
Demikian juga, perceraian banyak terjadi pada pernikahan aktor ganteng
dan aktris cantik. Di sisi lain, pernikahan dari pasangan yang tidak
terlalu ganteng dan tidak terlalu cantik justru berjalan jauh lebih
bahagia, lebih indah, dan lebih langgeng. Dengan demikian, gambaran
pernikahan "Cinderella" ini bukanlah gambaran yang benar secara
absolut. Namun, kita juga tidak boleh beranggapan bahwa pernikahan
antara pria ganteng dan wanita cantik, pasti akan berakhir dengan
perceraian. Dalam pernikahan, yang penting adalah apakah inti dari
relasi pernikahan sudah dikembalikan pada kebenaran firman Tuhan dan
apakah pernikahan itu sudah sungguh-sungguh mengutamakan Tuhan. Jika
semua itu diperhatikan maka relasi seiman dan sepadan akan terbentuk,
dan itulah yang membawa kebahagiaan dan kelanggengan ke dalam
kehidupan rumah tangga.

2. Seks Adalah Penentu Kebahagiaan Keluarga

Saat ini, banyak buku tentang pernikahan dan relasi keluarga yang
sangat berorientasi pada masalah seksual. Berangkat dari pemahaman
psikoanalisa Sigmund Freud -- bahwa semua masalah kejiwaan berujung
pada masalah seksual, baik pada masa kecil ataupun pada masa kemudian
-- maka pada paruh kedua abad XX pergerakan pemikiran ini semakin
meluas. Hidup seolah-olah hanyalah untuk seks. Seks yang menjadi
penentu kebahagiaan keluarga. Oleh sebab itu, dunia melihat urusan
seksual menjadi begitu penting.

Mereka memberikan perhatian khusus terhadap masalah seks melalui
latihan-latihan fisik, fitnes, dan olahraga khusus untuk seks. Mereka
mementingkan penampilan fisik yang sensual. Baju yang berpenampilan
sensual, bukan hanya untuk wanita, tetapi juga pria. Model baju ketat
dan seksi dengan dua kancing teratas terbuka, seperti yang dipakai
oleh Elvis Presley, sempat menjadi tren yang sangat digandrungi pria.
Yang dipikirkan bukanlah mengenakan baju yang rapi, yang anggun,
melainkan yang seksi. Hal ini semakin menjadi-jadi pada wanita. Baju
wanita semakin berani menonjolkan bagian terbukanya yang memamerkan
buah dada, belahan paha, atau bagian tubuh lainnya. Demikian juga
model rok mini yang semakin hari semakin kekurangan kain. Semua ini
karena adanya anggapan bahwa kebahagiaan dan kehidupan pernikahan akan
sangat ditentukan oleh sensualitas pasangan tersebut. Mereka tidak
mencari pasangan yang sepadan, tetapi yang seksi. Hal ini menyebabkan
pernikahan salah arah dan banyak menimbulkan masalah moral, seperti
penyelewengan, perselingkuhan, dan lain-lain. Pernikahan bukan
bergantung pada ide-ide dan gagasan empiris, melainkan harus
dikembalikan kepada kebenaran firman Tuhan.

3. Uji Coba Relasi

Banyak pasangan muda yang begitu dikuasai oleh pemikiran seksual.
Berbagai media memengaruhi mereka untuk memiliki kepedulian yang
berlebihan terhadap masalah fisik. Mereka beralasan bahwa jika tidak
terjadi kecocokan dalam relasi seks, maka kehidupan keluarga mereka
akan menjadi rusak. Oleh sebab itu, di tengah-tengah abad yang semakin
gila ini, banyak pasangan muda yang memutuskan untuk "mencoba"
terlebih dulu relasi seks mereka. Kalau cocok, barulah mereka maju
menuju ke jenjang pernikahan. Pemikiran ini sangat bertentangan dengan
berita Alkitab. Justru uji coba seksual ini membuat setiap pribadi
memasuki pengalaman seksual yang inklusif dan tidak eksklusif lagi.
Malahan, pengalaman ini membuat pernikahan tidak bisa berjalan baik
karena setiap anggota pasangan sudah memiliki pengalaman lebih dalam
relasi seksual, yang menyebabkan mereka selalu merasa tidak puas dan
memberikan peluang untuk mencari pengalaman yang lebih baru lagi.
Inilah awal kerusakan dan pecahnya kehidupan keluarga. Alkitab
menyatakan bahwa hubungan fisik harus ditunda selama dalam relasi
pacaran, sampai nanti memasuki kehidupan pernikahan. Di saat itulah,
kita boleh membuka cadar fisik yang selama ini tertutup dan
menikmatinya dengan begitu indah. Tuhan menyediakan keindahan luar
biasa bila dipergunakan sebagaimana mestinya.

4. Pengembangan Keintiman Fisik

Telah disinggung di atas bahwa pengembangan keintiman fisik hari ini
merupakan masalah yang sangat serius. Seorang anak kecil bisa berkata,
"Wah, Andi belum pacaran dengan Ita karena belum ciuman bibir." Betapa
mengerikan jika pacaran ditandai dengan "ciuman bibir". Inilah
gambaran umum yang dipasarkan dengan sangat luas oleh pemikiran yang
berdosa pada masa kini. Sulit sekali orang Kristen atau pendeta untuk
berkata, "Kalau pacaran, jangan ciuman bibir dulu. Boleh cium di pipi
atau di kening." Maka langsung dijawab, "Wah, itu kuno sekali."
Pengembangan keintiman fisik sudah terbukti membawa masalah seksual
yang sangat serius di kalangan remaja. Begitu banyak terjadi kehamilan
remaja akibat hal yang sedemikian dianggap remeh dan biasa, "Kalau
pacaran pasti harus ciuman bibir." Ciuman bibir merupakan titik awal
dari rangsangan seksual. Ciuman bibir membawa satu pasangan, khususnya
pihak wanita, terbuai dengan rangsangan seks. Kemudian hal itu
mengakibatkan kebutuhan akan dosis yang lebih tinggi lagi. Mulai dari
ciuman sedetik, lalu menjadi 5 detik, kemudian akan menjadi
bermenit-menit. Dan ketika rangsangan naik, si wanita semakin ingin
dipeluk, diraba, dan rangsangan rabaan ini akan berlanjut terus menuju
ke daerah-daerah yang sangat pribadi dan sensitif. Mungkin sebagai
gadis baik-baik, ia akan merasa bersalah, tetapi rangsangan kuat akan
menelan perasaan dan teguran itu. Ia hanya dapat berkata "Jangan,"
tetapi tidak mampu melawan keinginannya. Rangsangan yang terjadi
membawa dia pada kondisi tidak berdaya, sehingga penentunya ada di
pihak pria. Jika si pria kurang ajar dan memang rusak, ia akan
memanfaatkan keadaan itu untuk terus melakukan rangsangan dan menekan
pihak wanita yang akan semakin menyerah, sampai semuanya terjadi.
Setelah semua terjadi, wanita itu marah, kecewa, sedih, tetapi semua
sudah terjadi dan tidak bisa ditarik kembali. Selanjutnya, perasaan
yang timbul adalah ketakutan ditinggal oleh sang kekasih yang telah
merenggut keperawanannya. Di kemudian hari, ia akan semakin takluk
jika kekasihnya meminta hal yang lebih, sampai berakibat kehamilan
yang tidak dikehendaki. Masalah seksual bukan sesuatu yang boleh
diumbar dan ditumbuhkan. Kita justru harus menumbuhkan komunikasi yang
sehat, saling pengertian, dan kerelaan berubah demi kekasih kita.
Sayangnya, hal-hal ini tidak dilakukan, sementara hal yang tidak boleh
justru dilakukan. Gejala kehidupan berdosa inilah yang banyak
memengaruhi pergaulan dan pikiran anak muda kita, termasuk anak muda
Kristen.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: Indahnya Pernikahan Kristen
Judul bab: Seksualitas dalam Pernikahan
Penulis: Sutjipto Subeno
Penerbit: Penerbit Momentum, Surabaya 2010
Halaman: 78 -- 84

                ULASAN SITUS: BIBLICAL COUNSELING COALITION

Dengan meningkatnya kebutuhan manusia dari hari ke hari, manusia
cenderung mudah merasa suntuk dan mengharapkan hadirnya seorang teman
atau konselor untuk mendampingi mereka saat dalam kondisi lemah.

Salah satu situs konseling manca yang layak Anda kunjungi adalah situs
Biblical Counseling Coalition. Situs ini memberikan banyak sekali
bahan konseling, mulai dari artikel, blog, buku, hingga media
konseling yang berupa video dan audio. Dalam video tersebut, Anda
dapat melihat hasil wawancara dengan beberapa ahli konseling, bahan
kuliah, dan tanya jawab yang sering terjadi dalam konseling. Buku-buku
konseling yang ditawarkan dalam situs ini cukup banyak dan variatif,
serta dilengkapi dengan ulasan buku. Selain itu, Anda juga bisa
membaca ratusan artikel dengan berbagai topik, seperti dasar-dasar
alkitabiah, konseling, emosi, pernikahan dan keluarga, serta topik
relasi. Benar-benar situs yang lengkap! Menariknya lagi, bahan-bahan
yang ada di situs ini selalu diperbarui dan ditambah. Jika Anda ingin
mencari referensi dari situs lain yang membahas tentang konseling,
Anda dapat mengaksesnya dari situs ini karena situs ini memiliki
banyak tautan dengan situs-situs konseling yang lain. Segeralah
kunjungi situs ini dan dapatkan manfaat sebanyak-banyaknya dari
kunjungan Anda. (SS)

Tanggal akses: 17 Juli 2012

==> < http://biblicalcounselingcoalition.org/resources >

Kontak: < konsel(at)sabda.org >
Redaksi: Sri Setyawati, Tatik Wahyuningsih, dan Berlian Sri Marmadi
Tim Editor: Davida Welni Dana, Berlian Sri Marmadi, dan
            Santi Titik Lestari
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/konsel >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org