Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/307 |
|
e-Konsel edisi 307 (21-8-2012)
|
|
______________________________e-KONSEL________________________________ Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen ______________________________________________________________________ Edisi 307/Agustus 2012 DAFTAR ISI CAKRAWALA: KEBIJAKSANAAN TELAGA: BELAJAR BIJAK ULASAN BUKU: ABIGAIL: POTRET WANITA BIJAK INFO: LOWONGAN SABDA 2012 -- IT FOR GOD Salam sejahtera dalam Kristus Yesus, Seorang konselor membutuhkan hikmat dan kebijaksanaan untuk melakukan tugas dan pelayanannya. Dua hal ini selalu dibutuhkan dalam usaha membongkar kekusutan dan keragaman masalah yang dihadapi konseli. Mari belajar dari Konselor Agung dalam menggunakan kebijaksanaan untuk mengatasi situasi yang ada. Kiranya artikel ini dapat menolong kita menjadi konselor yang lebih bijaksana. Selain itu, kami juga menyajikan artikel dari mitra kami, TELAGA, tentang bagaimana belajar menjadi orang yang bijak. Dan, pada kolom terakhir, Anda dapat menyimak satu ulasan buku tentang Abigail, wanita bijak. Anda ingin meneladani Yesus Kristus dalam hal kebijaksanaan, segera simak sajian kami dan selamat mengembangkan diri. Tuhan Yesus memberkati. Pemimpin Redaksi e-Konsel, Sri Setyawati < setya(at)in-christ.net > < http://c3i.sabda.org/ > CAKRAWALA: KEBIJAKSANAAN Dasar: Amsal 2:10,11; Amsal 3:21,22; dan Kisah Para Rasul 19:36. Tidak bijaksana bukan hanya merupakan dosa orang-orang yang belum bertobat. Di antara anak-anak Allah, hal itu sering menyebabkan banyak kejahatan dan kesusahan. Tentang Musa, kita membaca: "Mereka menggusarkan Dia dekat air Meriba, sehingga Musa kena celaka karena mereka; sebab mereka memahitkan hatinya, sehingga ia teledor dengan kata-katanya." Kita membaca juga tentang Uza yang menyentuh tabut perjanjian: "Maka bangkitlah murka Tuhan terhadap Uza, lalu Allah membunuh dia di sana karena keteledorannya itu." Apakah kebijaksanaan itu dan mengapa hal itu sangat penting, dapat dijelaskan dengan mudah. Apabila sepasukan tentara bergerak ke daerah musuh, keselamatan mereka bergantung pada para penjaga yang bertugas. Penjaga-penjaga harus selalu waspada supaya dapat mengetahui dan memberi peringatan apabila musuh menyerang mereka. Pengintai-pengintai yang pandai diutus keluar, supaya mereka dapat mengetahui keadaan daerah dan kekuatan musuh. Kewaspadaan yang demikian, yaitu mengamat-amati keadaan sekelilingnya terlebih dulu sebelum bertindak, mutlak harus ada. a. Orang yang bijaksana menjagai dirinya. Orang-orang Kristen hidup di daerah musuh. Segala sesuatu yang ada di sekelilingnya dapat menjadi jerat atau merupakan kesempatan untuk berbuat dosa. Oleh sebab itu, setiap langkahnya harus dilaksanakan dengan ketelitian dan kewaspadaan yang suci, agar ia tidak melakukan sesuatu yang tidak bijaksana. Ia harus berjaga-jaga dan berdoa agar tidak jatuh ke dalam pencobaan. b. Orang bijaksana menjaga lidahnya. Banyak sekali anak Tuhan yang dirugikan karena beranggapan bahwa asal ia tidak mengatakan yang salah, ia boleh berkata sesukanya. Ia tidak mengetahui bahwa dengan banyak bicara, jiwanya dapat terperangkap oleh daya tarik dunia. Dengan banyak bicara, kemungkinan salah pun tidak sedikit. Orang yang bijaksana berusaha untuk tidak banyak berbicara, kecuali bagi kemuliaan Allah dan kalau menjadi berkat bagi orang lain. c. Orang bijaksana juga menjaga telinganya. Melalui telinga, saya mendengar berita dunia, mendengar perkataan orang lain yang tidak bijaksana yang dapat memengaruhi saya. Yang sangat membahayakan jiwa kita adalah rasa ingin tahu akan berita-berita. Berita-berita itu dapat menyebabkan seseorang tidak lagi melihat dirinya sendiri, tetapi hidup seluruhnya bagi dunia sekelilingnya. Orang-orang Korintus itu lebih tidak mengenal Tuhan daripada orang-orang Atena, tetapi orang-orang di Atena "tidak memunyai waktu untuk sesuatu, selain untuk mengatakan atau mendengar segala sesuatu yang baru". Oleh karena itu, di situ sedikit sekali orang yang bertobat. Yesus mengatakan agar kita berhati-hati terhadap apa yang kita dengar. Oleh karena itu, orang Kristen harus bersifat bijaksana dalam pergaulan di tengah-tengah masyarakat. "Orang yang menyendiri, mencari keinginannya." Anak Tuhan tidak memunyai kebebasan sepenuhnya dalam pergaulannya dengan masyarakat dunia. Ia harus mencari kehendak Bapanya. d. Orang bijaksana akan selalu memelihara pekerjaan dan milik yang halal. Kebijaksanaan mengetahui bahwa sedikit demi sedikit dan dengan diam-diam kasih akan uang, pikiran yang duniawi, dan kuasa kedagingan yang ada dalam diri manusia akan mencapai puncaknya, dan orang bijaksana menyadari bahwa ia tidak dapat mengharapkan dirinya terlepas dari pencobaan ini. Di atas semuanya, kebijaksanaan memelihara hati karena hati merupakan sumber kehidupan dan dari hatilah terpancar segala sesuatu. Dengan mengingat firman yang berkata, "Siapa percaya kepada hatinya sendiri adalah orang bebal," orang bijaksana akan merendahkan hati dan mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar. Dari manakah jiwa memperoleh kekuatan, untuk senantiasa berjaga-jaga terhadap seribu satu macam bahaya yang mengelilinginya? Bukankah menegangkan dan meletihkan jika kita harus selalu berjaga-jaga dan tidak pernah merasa tentram dengan keyakinan bahwa tidak ada bahaya? Sama sekali tidak. Kebijaksanaan justru mendatangkan ketentraman yang sempurna. Jaminan dan kekuatannya berasal dari Penjaga sorgawi yang tidak pernah mengantuk ataupun tertidur. Dengan percaya kepada Dia dan dengan pimpinan Roh-Nya, kebijaksanaan itu akan melakukan tugasnya. Apabila seorang Kristen hidup sebagai orang yang bijaksana, maka segala tindakannya akan diliputi dengan keagungan dan kebijaksanaan yang suci. Iman -- kepercayaan bahwa Yesus memelihara dan menjaga -- mengikatkan kita kepada-Nya di dalam kasih, dan kebijaksanaan yang suci terpancar seakan-akan dengan sendirinya dari kasih yang tidak akan mendukacitakan atau meninggalkan Dia, dari iman yang kekuatannya terletak di dalam Dia. Ya Tuhan Allah, jagalah hamba agar hamba tidak menjadi orang yang tidak bijaksana. Kiranya kebijaksanaan orang-orang benar selalu ada pada hamba, sehingga di dalam segala hal, hamba tidak akan menyakiti orang lain. Amin. 1. Ada seseorang yang dengan sangat berhati-hati memelihara kuda dan keretanya, sehingga semuanya selalu dalam keadaan baik. Pada suatu hari, seseorang berkata kepadanya, "Sebenarnya, kamu tidak perlu terus-menerus bersusah payah seperti itu." Tetapi ia menjawab, "Kewaspadaan dan ketekunan saya selalu mendapat imbalan." Banyak orang Kristen memerlukan pelajaran ini. Betapa banyak orang Kristen yang harus sungguh-sungguh berdoa untuk ini -- supaya pertobatannya, sesuai dengan firman Allah, sampai kepada "kebijaksanaan orang yang benar". 2. Kebijaksanaan itu berakar pada pengetahuan akan diri sendiri. Semakin saya menyadari ketidakmampuan dan kedagingan saya yang berdosa, saya semakin perlu berjaga-jaga. Jadi, berjaga-jaga merupakan unsur penting dalam penyangkalan diri yang sesungguhnya. 3. Kuasa kebijaksanaan itu terletak di dalam iman. Tuhan adalah Penjaga kita dan Ia menjaga kita melalui Roh-Nya yang selalu tinggal di dalam kita. Dialah yang memberikan kita kebijaksanaan. 4. Kegiatannya tidak terbatas pada diri kita saja, tetapi terutama ditujukan bagi orang-orang di sekeliling kita, agar kita tidak menyakiti dan menjadi batu sandungan pada jalan mereka (Roma 14:13; 1 Korintus 8:9, 10:32; Filipi 1:10). 5. Orang yang bijaksana suka berdiam diri supaya ia dapat menyerahkan jalannya kepada Tuhan dengan tenang dan dengan pertimbangan yang masak. Orang yang bijaksana menjunjung tinggi perkataan panitera kota Efesus: "Hendaklah kamu tenang dan janganlah terburu-buru bertindak.", 6. Pada umumnya dan pada kemenangan-kemenangan mereka, kita melihat bahwa kebijaksanaan itu tidak takut, melainkan berani dan yakin akan kemenangan. Kebijaksanaan tidak bertindak terburu-buru, melainkan memperbesar keberanian karena iman. Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul asli buku: The New Life Judul buku terjemahan: Membina Iman Judul bab: Kebijaksanaan Penulis: Andrew Murray Penerjemah: Eviyanti Agus Penerbit: Kalam Hidup, Bandung 1980 Halaman: 201 -- 204 TELAGA: BELAJAR BIJAK Dapatkah hikmat dipelajari? Apakah orang dilahirkan bijak ataukah ia dibentuk menjadi bijak? Kitab Amsal menyediakan banyak contoh perilaku orang yang bijak dan ternyata hikmat dapat dipelajari. Di bawah ini dipaparkan beberapa faktor yang membuat orang bijak. 1. Takut akan Tuhan. "Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan; tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan. Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat; dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian." (Amsal 1:7, 3:6) Ada dua implikasinya. Pertama, kita mengakui bahwa Tuhan adalah sumber hikmat dan kepada-Nya kita datang meminta hikmat. Kedua, jauhkanlah dosa, kejahatan, dan ketidakbenaran dari hidup kita. 2. Memiliki nilai hidup yang benar. "Janganlah menahan kebaikan dari orang-orang yang berhak menerimanya padahal engkau mampu melakukannya. Janganlah engkau berkata kepada sesamamu, `Pergilah dan kembalilah, besok akan kuberi,` sedangkan yang diminta ada padamu." (Amsal 3:27, 28) Mengasihi orang dan memanfaatkan benda, bukan sebaliknya, mengasihi benda dan memanfaatkan orang. 3. Mengenal dan menerima diri. "Mengerti jalannya sendiri adalah hikmat orang cerdik, tetapi orang bebal ditipu oleh kebodohannya." (Amsal 14:8) Memahami apa yang bisa dan tidak bisa dikerjakannya. 4. Membaca situasi dengan tepat. "Rancangan terlaksana oleh pertimbangan, sebab itu berperanglah dengan siasat. Perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya adalah seperti buah apel emas di pinggan perak." (Amsal 20:18, 25:11) 5. Mengendalikan dan memanfaatkan emosi dengan efektif. "Orang yang sabar besar pengertiannya tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohan. Jikalau seseorang memberi jawab sebelum mendengar, itulah kebodohan dan kecelaannya." (Amsal 14:29, 18:13) 6. Berintrospeksi dan tidak senantiasa yakin diri. "Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan Tuhan dan jauhilah kejahatan." (Amsal 3:7) Reaksi harus diapit oleh pertimbangan: sebelum memberi reaksi, kita mempertimbangkannya baik-baik; setelah memberi reaksi, kita mempertimbangkannya lagi. Biarkan perasaan tidak enak atau rasa bersalah timbul, agar kita tidak kehilangan kepekaan terhadap perasaan orang. Orang yang tidak memberi pertimbangan sebelum bertindak adalah orang bodoh, sedangkan orang yang tidak memberi pertimbangan setelah bertindak adalah orang yang menganggap diri benar. Diambil dan disunting seperlunya dari: Nama situs: TELAGA.org Alamat URL: http://telaga.org/audio/belajar_bijak Judul transkrip: Belajar Bijak (T137A) Penulis: Pdt. Dr. Paul Gunadi Tanggal akses: 19 Juni 2012 ULASAN BUKU: ABIGAIL: POTRET WANITA BIJAK Judul buku: Abigail: Potret Wanita Bijak Judul asli: -- Penulis/Penyusun: Pdt. Dr. Paul Gunadi Penerjemah: -- Editor: -- Penerbit: Literatur SAAT, Malang 2006 Ukuran buku: 10 x 17,5 cm Tebal: 18 halaman ISBN: -- Buku Online: -- Download: -- Sumber: Pub. e-Buku edisi 52/2009 Saat ini, banyak orang, khususnya kaum wanita, perlu semakin bijaksana dalam menjalani kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat. Hal ini diperlukan agar segala tindakan yang dilakukan merupakan hasil pemikiran yang matang sehingga tidak merugikan diri sendiri maupun keluarga. Jika demikian, bagaimana cara menjadi seorang wanita dan istri yang bijaksana? Bagaimana cara menjadi wanita yang bisa mengimbangi suami dalam mengarungi bahtera rumah tangga, sekaligus mengatur perekonomian dalam keluarga? Apakah Anda rindu untuk menjadi wanita bijaksana yang sesuai dengan refleksi dari salah satu tokoh Alkitab? Buku yang dikutip dari program siaran radio TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga) dengan Pdt. Dr. Paul Gunadi sebagai pembicara ini, dapat menjadi salah satu referensi bacaan Anda. Abigail merupakan potret wanita yang dibahas dalam buku ini. Ia adalah istri dari Nabal -- pria yang diceritakan Alkitab sebagai suami yang amat kikir. Dalam kasus sini, Abigail menjalankan peran sebagai wanita bijak. Ia berani mengakui kekurangan suami, bila suaminya memang bersalah, dan tidak membelanya. Namun, ia melakukannya tanpa menjelek-jelekkannya. Dalam buku ini, penulis menjelaskan tiga tindakan Abigail yang mencerminkan wanita bijaksana, yang secara jelas dilukiskan dalam 1 Samuel 25, yaitu berpikir sebelum bertindak, menjadi seorang yang objektif, dan dapat mengarahkan orang lain kepada Tuhan. Ketiga tindakan tersebut dipaparkan satu per satu disertai contoh penerapan berdasar Alkitab. Yang membuat buku ini semakin menarik untuk dibaca adalah adanya beberapa contoh kasus dan kata-kata mutiara. Jika Anda rindu menjadi wanita yang semakin bijaksana, buku ini sangat layak Anda baca. Peresensi: Ami Grace Y. INFO: LOWONGAN SABDA 2012 -- IT FOR GOD Apakah Anda orang Kristen yang terpanggil untuk memakai talenta Anda bagi kemuliaan Tuhan? Bergabunglah dengan SABDA sekarang juga! Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org > adalah yayasan Kristen non-profit, non-komersial, dan interdenoninasi, yang melayani dengan media komputer dan internet. Saat ini kami membutuhkan beberapa staf yang punya kemampuan dan punya beban pelayanan. STAFF IT 1. Programmer Komputer a. Menguasai bahasa pemrograman komputer. b. Memiliki kemampuan logika, matematika, dan testing/debugging 2. Web Designer (Situs/CMS) & Web Designer (Grafis) a. Menguasai (X)HTML/CSS/PHP/MySQL,dll. (WD Situs) b. Menguasai tools grafis (WD Grafis) c. Memiliki pengalaman dengan situs dinamis/interaktif dan CMS desaign. 3. Database Administrator/Designer a. Menguasai MySQL/MS SQL/Oracle b. Berpengalaman dengan database: admin, design, atau programming maintenance dan bisa tools untuk data conversions/data entry. 4. IT/MIS (Sysop, Hacker, PM, SA, NetAdmin, HDWR) a. Menguasai sistem jaringan teknologi informasi. b. Memiliki pengalaman luas dengan sistem TI. EDITOR & PENERJEMAH a. S1 bahasa Indonesia (editor). b. DIII/S1 Sastra Inggris (penerjemah). c. Memiliki kemampuan menulis dengan baik. d. Memiliki pengalaman menerjemahkan atau menyunting naskah. HUMAS / PUBLIC RELATIONS a. DIII/S1 Komunikasi Massa (atau sejenis). b. Memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik. c. Memiliki pengalaman pelayanan dan berorganisasi. Kualifikasi Umum: 1. Seorang Kristen yang mengasihi Tuhan dan punya hati untuk melayani Tuhan. 2. Memiliki semangat untuk terus-menerus belajar hal-hal baru. Kirimkan lamaran dan CV Anda ke email: YAYASAN LEMBAGA SABDA - HRD < cv@sabda.org > Info lengkap: http://www.ylsa.org/lowongan Kontak: < konsel(at)sabda.org > Redaksi: Sri Setyawati, Tatik Wahyuningsih, dan Berlian Sri Marmadi Tim Editor: Davida Welni Dana, Berlian Sri Marmadi, dan Santi Titik Lestari (c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://www.ylsa.org > Rekening: BCA Pasar Legi Solo; No. 0790266579 a.n. Yulia Oeniyati < http://blog.sabda.org/ > < http://fb.sabda.org/konsel > Berlangganan: < subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org > Berhenti: < unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |