Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/306 |
|
e-Konsel edisi 306 (14-8-2012)
|
|
______________________________e-KONSEL________________________________ Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen ______________________________________________________________________ Edisi 306/Agustus 2012 DAFTAR ISI BIMBINGAN ALKITABIAH: MELAYANI SEPERTI TUHAN YESUS TIP: MELAYANI KONSELI Shalom, Pada edisi sebelumnya, kita telah belajar bagaimana menjadi konselor yang meneladani Kristus. Tentu sudah ada hal yang Anda kurangi atau tambahkan dalam pelayanan konseling Anda setelah membaca artikel tersebut. Dalam edisi kali ini, kita akan belajar juga dari Yesus untuk menjadi seorang konselor yang melayani. Konselor Kristen seharusnya tidak berfokus untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya. Sebaliknya, orientasi melayani yang Yesus terapkan dalam konselingnya, perlu kita terapkan juga dalam pelayanan konseling kita. Harapan kami, sajian kami ini dapat menguatkan dan menyemangati Anda untuk menjadi konselor yang melayani seperti Kristus. Staf Redaksi e-Konsel, Berlian Sri Marmadi < http://c3i.sabda.org/ > BIMBINGAN ALKITABIAH: MELAYANI SEPERTI TUHAN YESUS Diringkas oleh: Sri Setyawati Tuhan Yesus, Sang Penasihat Ajaib, memberikan prinsip-prinsip konseling yang patut kita teladani. Hal ini bisa kita pelajari dari Lukas 24. Dalam perikop ini dikisahkan ada dua orang yang berjalan menuju Emaus. Mereka ingin mengetahui apa yang terjadi dengan Yesus. Ketika mereka sedang berjalan, Tuhan Yesus tiba-tiba muncul dan terlibat dalam perbincangan dengan mereka. Apa yang Yesus Kristus lakukan dalam percakapan dengan "konseli-Nya"? 1. Tuhan Yesus datang dan berjalan bersama mereka (Lukas 24:15). Tuhan melakukan konseling di jalan. Kita juga bisa melakukan konseling di mana saja (rumah, kantor, rumah sakit, gereja, dll.). Namun, dua orang yang berjalan menuju Emaus dalam Lukas 24 tidak tahu bahwa yang berjalan bersama mereka adalah Tuhan Yesus. Mungkin hal yang sama terjadi pada kita. Ketika Ia bekerja melalui Anda dan saya, kita tidak merasakan kehadiran-Nya. Sebagai konselor, kita harus berjalan dan memunyai hubungan pribadi dengan Tuhan jika kita ingin dipakai sebagai alat-Nya, untuk menjamah kehidupan orang-orang yang membutuhkan. 2. Tuhan Yesus bertanya (Lukas 24:17,19). Beberapa konselor pemula cenderung membuat kesalahan dengan memberikan terlalu banyak pertanyaan kepada konseli, sehingga konseli merasa proses konseling sama dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan konselor. Konseli mungkin juga akan berpikir jika ia sudah menjawab semua pertanyaan konselor, maka persoalannya pasti dapat didiagnosis dan diatasi. Bahkan, terkadang konselor terlalu sibuk menyusun pertanyaan-pertanyaan dan tidak ada waktu untuk mendengar jawaban konseli. Untuk menghindari hal ini, gunakan dua jenis pertanyaan: - pertanyaan tertutup: Jawabannya ya atau tidak, contoh: Apakah Anda sudah menikah? Apakah Anda bahagia dengan hidup Anda? Pertanyaan ini hanya menghasilkan informasi singkat dan tertentu, serta biasanya tidak memberikan dorongan pada konseli untuk menceritakan dengan lebih rinci. - pertanyaan terbuka: Pertanyaan ini akan menstimulasi konseli untuk menceritakan atau mengutarakan isi hatinya, contoh: Apakah yang sedang Anda gumuli? Apa yang membuat Anda susah? Apakah yang Anda maksud dengan pernikahan Anda tidak bahagia? dst.. Dalam perjalanan ke Emaus, kedua orang itu menanyakan kepada Tuhan Yesus apakah Ia tahu "Peristiwa yang baru-baru ini terjadi?" dan Tuhan Yesus menjawab dengan pertanyaan, "Apakah itu?" (Lukas 24:19). Ini adalah contoh pertanyaan yang membuka banyak jalur bagi seseorang untuk dapat mengutarakan isi hatinya. 3. Tuhan Yesus mendengarkan. Alkitab tidak menyebutkan hal ini secara khusus. Namun, dalam perjalanan tersebut Tuhan Yesus tidak berbicara banyak, Ia lebih banyak mendengarkan. Dalam konseling, konselor seharusnya lebih banyak mendengarkan konseli dengan baik dan berkonsentrasi. Konselor harus dapat mempelajari banyak hal dari konseli melalui nada bicaranya, perubahan tekanan dan volume suara yang sering menunjukkan kegelisahan, atau perubahan topik pembicaraan yang terus-menerus. Konselor juga harus bisa menangkap arti gerak tubuh konseli (menangis, mengeluh, atau kebingungan). Gerak tubuh menunjukkan bahwa konseli sedang menghadapi persoalan atau guncangan emosi yang berat. Cobalah tangkap apa yang sedang digumuli oleh konseli yang diekspresikan melalui tanda-tanda nonverbal tersebut. Dalam Lukas 24:17, kedua orang itu menunjukkan wajah yang sedang susah dan berbicara dengan nada tertentu, konselor yang baik akan memerhatikan hal ini. Konseli dapat mengerti dengan jelas apa yang menjadi masalah hidupnya bila ia mau membagikan dan mampu mengutarakan persoalannya. Sayangnya, hal ini sering tidak terjadi. Untuk itu, konselor dan konseli harus memunyai kerja sama yang baik untuk menemukan sebab utama dari pergumulannya. Jika hal ini tidak jelas, konselor tetap dapat memperoleh informasi yang penting dengan bersedia mendengarkan baik-baik dan memerhatikan sikap konseli. Tuhan Yesus yang Mahatahu saja mau mendengarkan kita, maka seharusnya kita pun bersikap demikian terhadap konseli. 4. Tuhan Yesus menerima. Tidak jarang, murid Yesus salah menangkap maksud Yesus, tetapi Ia tidak langsung menegur. Ia menerima mereka sebagaimana mereka ada. Sebagai murid-Nya, kita juga harus menerima orang yang sudah berbuat dosa, sekalipun kita tidak membenarkan dosa mereka. 5. Tuhan Yesus memperhadapkan mereka dengan persoalan yang sebenarnya (Lukas 24:25,26). Seperti Elihu mengonfrontasi Ayub, demikian juga yang Tuhan Yesus lakukan kepada dua orang yang menuju Emaus ini. Tuhan Yesus menegur karena kebodohan mereka dalam menyimpulkan sesuatu. Mereka tidak memahami apa yang Alkitab katakan dan Tuhan memberikan pencerahan kepada mereka untuk dapat memahami peristiwa yang terjadi. Akan tetapi, konfrontasi bukan satu-satunya cara yang dapat dilakukan oleh konselor, karena: a. respons pemahaman (understanding responses) dilakukan bila konselor ingin menunjukkan empati dan pernyataan bahwa ia dapat mengerti perasaan konseli, b. respons penyelidikan (probing responses) dipakai bila konselor membutuhkan lebih banyak informasi, atau bila konselor ingin merangsang percakapan lebih lanjut, c. komentar-komentar yang mendukung digunakan konselor untuk menghibur dan memberi semangat baru pada konseli, d. respons penerjemahan (interpretative responses), menjabarkan pada konseli apa yang sedang terjadi, e. respons pengevaluasian (evaluative responses), konselor memberikan ide-ide atau pemikiran yang baik dan bijaksana mengenai tindakan yang akan dilakukan, dan f. respons tindakan (action responses), konselor mencoba menganjurkan suatu langkah yang harus diambil konseli. 6. Tuhan Yesus mengajar (Lukas 24:27). Konseli adalah orang yang membutuhkan perubahan dalam cara berpikir mengenai hal-hal rohani. Karena itu, konselor perlu mengajarkan kebenaran Kristus. Apalagi, ada beberapa orang yang merasa kebingungan atau kesulitan untuk mengerti kebenaran-kebenaran yang mereka dapat dan bagaimana mengaplikasikannya dalam kehidupan. Selain membutuhkan banyak doa dan penghiburan dari Roh Kudus, mereka juga sangat membutuhkan kasih dan bimbingan dari orang-orang Kristen. Jadi, mengajar adalah bagian yang cukup penting dalam pelayanan konseling. Sayangnya, masih ada beberapa konselor Kristen yang mengabaikan atau terlalu menekankan hal-hal spiritual. Ada konselor yang tidak pernah berdoa bersama konseli dan memberi nasihat yang sesuai dengan kebenaran Alkitab. Sebaliknya, ada juga konselor yang menekankan bahwa membaca Alkitab dan berdoa adalah bagian yang terutama agar konseling berhasil. Doa dan kebenaran-kebenaran Alkitab adalah hal-hal yang dibutuhkan konseli, tetapi dalam beberapa kasus hal ini menghambat percakapan konseling dan membuat frustrasi, terutama untuk konseli-konseli yang tidak melihat adanya perbaikan dalam persoalan hidupnya dan yang tidak taat pada ajaran Alkitab. Konselor-konselor Kristen harus menyadari bahwa membaca Alkitab dan berdoa bukanlah mantera yang dapat membuat segala persoalan selesai dalam sekejap. Dalam konseling tidak ada peraturan khusus tentang kapan konselor harus berdoa, mengajar, atau membacakan firman Tuhan kepada konseli. Roh Kudus yang akan memimpin konselor. Konselor bisa berdoa sebelum, sesudah, atau di tengah-tengah proses konseling, tergantung kapan Roh Kudus memimpin mereka untuk berdoa. Jika memungkinkan dan tepat waktunya, Anda juga bisa mengajak konseli untuk membaca beberapa ayat Alkitab bersama-sama. Sebagai konselor Kristen, kita harus memunyai waktu khusus untuk berdoa, membaca, dan merenungkan firman Tuhan setiap hari. Ada banyak buku rohani bermutu yang dapat membantu Anda untuk bertumbuh dalam iman. Hal ini sangat berguna untuk menolong konseli dalam mengatasi persoalannya. Penggunaan sarana rohani dalam konseling ini bergantung pada konselor, konseli, dan natur persoalan yang dihadapi. Para konselor Kristen yang tidak pernah berdoa secara pribadi, tentu akan merasa canggung dan malu untuk berdoa bersama konseli. Demikian pula, jika mereka tidak memahami firman Tuhan (2 Timotius 2:15), mereka akan sulit untuk melihat pentingnya penggunaan Alkitab dalam konseling. Bagi konselor Kristen, penggunaan firman Tuhan dan doa adalah hal yang sangat penting dalam konseling. Namun, kita harus mempertimbangkan budaya setempat dan natur dari setiap persoalan, sehingga kita bisa mengambil keputusan dengan tepat dan bijaksana dalam memberikan nasihat rohani. Seorang janda yang menderita mungkin menjadi sangat terhibur dengan konseling yang memakai hal-hal rohani, sedangkan bagi seorang mahasiswa yang gagal dalam ujian, mungkin membutuhkan analisis mengenai kebiasaan dalam studi. Jadi, seorang konselor harus tahu pandangan yang benar mengenai Allah yang hidup, yang mengasihi isi dunia, yang mendengar doa-doa kita, dan yang berkuasa atas alam semesta. Konselor juga harus meyakini bahwa keselamatan dalam Tuhan Yesus-lah yang membuat kehidupan orang Kristen menjadi penuh pengharapan, memberi kekuatan, dan damai dalam segala keadaan. Para konselor Kristen adalah alat di tangan Tuhan untuk menolong orang lain melalui kuasa Roh Kudus. 7. Tuhan Yesus bersedia tinggal bersama mereka (Lukas 24:28-29). Sebagai konselor, kita harus mau melibatkan diri dalam kehidupan konseli. Hal ini terkadang membutuhkan banyak tenaga dan waktu, agar kita dapat bergumul bersama konseli meskipun tidak mudah melakukannya dan selalu ada risiko untuk dikecewakan. Namun, itulah yang Tuhan Yesus ajarkan kepada kita. 8. Tuhan Yesus menolong mereka untuk independen (Lukas 24:31). Ada saatnya, konseli tidak lagi membutuhkan konselor. Mereka sudah dapat mengambil keputusan dan tahu apa yang harus mereka lakukan kemudian. Dalam melayani konseli, kita bisa menggunakan banyak metode. Kita bisa menolong konseli melalui diskusi yang mendalam (Tuhan Yesus dan Nikodemus), berbicara mengenai masalah-masalah moral dan menggunakan perumpamaan (Tuhan Yesus dan perempuan Samaria), meyakinkan bahwa di dalam Tuhan ada jaminan pengampunan dosa dan mengingatkan untuk jangan berbuat dosa lagi (Tuhan Yesus dan perempuan yang berbuat zinah), dan mendengarkan dengan lembut dan penuh kasih (Tuhan Yesus dan anak-anak kecil). Tuhan Yesus tahu bagaimana menghadapi tiap-tiap orang dengan metode yang berbeda. Ia tahu bahwa tidak ada manusia yang sama dan tiap-tiap orang membutuhkan pendekatan yang tersendiri dan unik. Jadi, tidak mungkin ada peraturan yang ketat atau daftar mengenai teknik-teknik konseling yang persis untuk setiap orang. Namun demikian, persoalan manusia yang begitu kompleks jangan sampai membuat kita berkecil hati. Para konselor Kristen harus sensitif pada setiap individu dan percaya pada pimpinan Roh Kudus yang akan menolong mereka, dalam menghadapi tiap-tiap kasus yang unik dari setiap konseli. Diringkas dari: Judul asli buku: Effective Christian Counseling Judul buku terjemahan: Konseling Kristen yang Efektif Judul bab: Teknik dalam Konseling Kristen Judul asli artikel: Contoh dari Tuhan Yesus Penulis: DR. Gary R. Collins Penerjemah: Esther Susabda Penerbit: Departemen Literatur SAAT, Malang 1998 Halaman: 28 -- 35 TIP: MELAYANI KONSELI Melayani konseli terutama dilakukan dengan membangun hubungan percakapan. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk membangun suasana hubungan konseling. 1. Menyambut Konseli Kita menyambut konseli sebagai tanda kita senang menerima kedatangannya, misalnya: "Mari, Pak/Bu/Dik/Kak/Nak, ..., silakan duduk!", dan lainnya (bnd. 1 Raja-raja 19:5). Kemudian berikan minuman atau roti, jika ada. Bila konseli merasa kurang aman atau terganggu, maka hal itu akan menimbulkan kendala-kendala terhadap hubungan selanjutnya. Perlu dipersiapkan agar konseli merasa lega dan bebas berbicara. Begitu juga jika kita datang menemui konseli, kita perlu memperlihatkan bahwa hati kita bersukacita bisa bertemu dan berbicara dengannya. 2. Membangun Hubungan Jika misalnya Anda mengetahui seseorang suka memancing, tanyakan keadaan sewaktu memancing, dan seterusnya; atau sesuaikan dengan kesibukan atau hobi konseli setiap hari, kesehatannya, dll.. Jangan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya bisa "ya" atau "tidak" kepada konseli. Dengan demikian, maka percakapan kita bisa berkembang terbuka. Oleh sebab itu, seharusnya memakai pertanyaan yang terbuka agar konseli terbuka dan berbicara. Di dalam saat-saat yang tepat, dapat Anda katakan misalnya, "Saya senang bila Anda membicarakan tentang sesuatu hal mengenai keluarga Anda atau yang lainnya." Atau, bisa juga Anda katakan, "Saya juga turut prihatin tentang anak Anda yang telah ditangkap polisi. Ada baiknya, bila Anda menuturkannya sedikit." (bila memang ada kejadian seperti itu misalnya). 3. Menguatkan Mendorong konseli agar merasa bebas berbicara. Berikan perhatian penuh kepadanya, Anda sebagai pendeta atau konselor bukan mengendalikan konseli, akan tetapi biarkanlah konseli berbicara. Ada bahaya bahwa sering pendeta atau pelayan khusus lainnya merasa harus memberi nasihat-nasihat. Asumsi seperti ini harus dijauhkan dalam tugas konseling. Yang penting ialah mendorong yang bersangkutan agar berbicara. Juga, agar tidak ada kesan bahwa kita memaksa dia menerima nasihat-nasihat kita. 4. Tanda-Tanda Konselor Mendengarkan dengan Baik Berikanlah perhatian penuh pada konseli, misalnya dengan menatap konseli saat ia berbicara. Jika tidak demikian, berarti kita tidak memerhatikannya (bnd. Petrus dan orang yang memunyai masalah dalam Kisah Para Rasul 3 tentang orang lumpuh sejak lahir). Orang lumpuh itu meminta uang (Kisah Para Rasul 3:3). Petrus menatap dia dan itulah pertanda seorang konselor yang baik. Jika Anda merasa kurang mampu untuk menatap seseorang, mintalah kekuatan kepada Tuhan agar Anda sanggup. 5. Bahasa Tubuh Perhatikan bahasa tubuh Anda sendiri. Tubuh kita ikut berbicara kepada orang lain, "Saya berniat mendengarkan masalah Anda." Dalam cara duduk sekalipun, kita jangan terlihat santai dan lainnya. Diambil dari: Judul buku: Gembala dan Konseling Pastoral Judul bab: Hubungan dalam Konseling Pastoral Judul asli artikel: Membangun Hubungan dalam Konseling Penulis: E.P. Gintings Penerbit: Yayasan ANDI, Yogyakarta 2002 Halaman: 97 -- 99 Kontak: < konsel(at)sabda.org > Redaksi: Sri Setyawati, Tatik Wahyuningsih, dan Berlian Sri Marmadi Tim Editor: Davida Welni Dana, Berlian Sri Marmadi, dan Santi Titik Lestari (c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://www.ylsa.org > Rekening: BCA Pasar Legi Solo; No. 0790266579 a.n. Yulia Oeniyati < http://blog.sabda.org/ > < http://fb.sabda.org/konsel > Berlangganan: < subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org > Berhenti: < unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |