Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/30 |
|
e-Konsel edisi 30 (15-12-2002)
|
|
><> Edisi (030) -- 15 Desember 2002 <>< e-KONSEL *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Daftar Isi: - Pengantar : Selamat Hari Natal - Kesaksian Natal : Perempuan di Kamar A-14 - Telaga : Kondisi Bertumbuhnya Cinta Kasih [T 51A] - Bimbingan Alkitabiah: Seandainya Kita Ada di Sana, Kasih yang Datang ke Dunia pada Hari Natal - Tips : Katakan "Saya Menyayangimu" - Surat : Bagaimana Mendapat e-Konsel yg sdh Terbit? Kesempatan -- Dibutuhkan (Web, Bahan, Tim) *REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI* -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*- Tema e-Konsel edisi Natal tahun ini adalah tentang "Cinta Kasih". Memahami CINTA KASIH di dunia kita yang penuh "terorisme" belakangan ini sebenarnya tidaklah mudah. Jika kita terus-menerus mengikuti berita, baik melalui media koran, televisi maupun internet, tentang kejahatan yang membabi buta, pertikaian dimana-mana, perceraian yang merajalela, kebencian di antara keluarga dan teman, kita menjadi bertanya-tanya dalam hati, masih adakah rasa cinta kasih di antara sesama manusia? Masih adakah orang-orang yang mau mendengarkan ajakan untuk mengasihi sesama? Masih perlukah kita mengumandangkan berita cinta kasih kepada sesama? Keadaan yang sangat pesimis di atas tidak luput terjadi di antara orang-orang Kristen. Setan telah bekerja giat tahun ini untuk terus menerus menurunkan standard cinta kasih orang Kristen. Semakin sulit orang Kristen meneladani cinta kasih yang telah diajarkan Kristus. Kristus rela datang ke dunia untuk mengasihi manusia yang telah tidak taat kepada Allah Bapa-Nya. Ia rela menjadi manusia untuk mengasihi musuh-musuh-Nya, supaya melalui-Nya musuh-musuh-Nya berbalik dan kembali menyembah kepada Allah. Ia memberikan teladan bagaimana cinta kasih yang sejati dari Allah Bapa diaplikasikan di dunia ini, terutama agar umat pilihan-Nya boleh mengikuti jejak-Nya ... o Maukah kita merenungkan kembali standard tinggi cinta kasih dari Allah Bapa itu di antara kita? o Maukah kita mengaplikasikan cinta kasih Allah Bapa itu dalam hidup kita sehari-hari saat ini? o Maukah kita mengumandangkan kembali berita cinta kasih Allah Bapa itu di lingkungan di mana kita hidup? "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16) < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=Yohanes+3:16 > Selamat Natal ..... ..... dan Tahun Baru! Tim Redaksi *KESAKSIAN -*-*-*-*-*-*-*-*-*-* NATAL *-*-*-*-*-*-*-*-*-*- KESAKSIAN* -*- PEREMPUAN DI KAMAR A-14 -*- Waktu itu satu minggu menjelang Natal 1969 di Tegucigalpa, Honduras, tempat tugas suami saya. Minggu itu sangat sibuk karena setiap orang terlibat dalam kegiatan di sekolah, gereja atau perkumpulan, selain bersiap-siap untuk merayakan Natal di rumah masing-masing. Perkumpulan Wanita Pemerintah Amerika Serikat (PWPAS) telah merencanakan acara sosial tahunan, sebuah pesta Natal di panti wreda Asilo de Invalidos. Sebagai sekretaris PWPAS, tugas saya adalah menelepon semua anggota, mengingatkan mereka untuk memanggang kue dan menolong kami menghibur pasien-pasien. Hampir setiap kali saya menelepon mereka, jawabannya selalu, "Saya senang sekali memanggang kue, tetapi saya tidak bisa datang ke pesta." Sebelum selesai menelepon untuk terakhir kalinya, saya sudah merasa jengkel. "Bagus!" pikir saya. "Di mana rasa tanggung jawab dan rasa sosial mereka?" Ini betul-betul suatu pesta yang memprihatinkan. Delapan wanita dari tiga puluh lima orang yang ada, berjanji untuk membantu. Delapan wanita, melayani hampir dua ratus orang pasien. Saya teringat akan ibu saya. Ibu meninggal bulan Januari tahun itu; tetapi saya tahu pasti, bahwa seandainya ia masih hidup dan mengunjungi kami di Honduras, ibu pasti bersedia dan dapat membantu. Anda dapat mengandalkannya. "Apabila kita mengerjakan sesuatu yang berarti," begitu yang sering dikatakannya kepada saya, "Sudah sepatutnya hal itu dikerjakan dengan sebaik-baiknya." Kami sudah memutuskan untuk mengadakan pesta; sekarang mana kerjasama yang dibutuhkan supaya pesta itu dapat berlangsung dengan meriah? Yah, setidaknya mereka dapat mengharapkan saya, pikir saya, sambil menghibur rasa jengkel saya karena banyak yang menolak. Tepat pada hari pesta itu, saya masih jengkel dan itu tampak jelas pada raut wajah saya ketika saya tiba di panti wreda untuk melakukan tugas saya. Gladys, ketua PWPAS, sudah ada di dekat meja panjang, tempat untuk menyiapkan kue-kue yang akan di bagi-bagikan. Istri duta besar juga ada di sana, menyiapkan makanan dan memotong kue. Hanya sedikit wanita yang datang membantu dan mereka sibuk menghias ruangan, mengatur kursi, dan berusaha menghidupkan suasana pesta. "Benar-benar mengecewakan sekali," keluh saya kepada Gladys. "Saya berharap ada lebih banyak kaum ibu yang dapat membantu di sini. Apa yang harus mulai saya lakukan?" Senyum Gladys yang hangat hampir mencairkan kejengkelan saya. "Maukah Anda mengantarkan kue untuk pasien yang tidak bisa meninggalkan ruangannya?" tanyanya. "Boleh," jawab saya, lalu mengambil sebuah baki. "Sebaiknya saya memulainya sekarang. Perlu waktu yang cukup lama sampai semua kue dibagikan." Musik mulai mengalun di pekarangan rumah. Seseorang memimpin pasien untuk berkumpul di sana diiringi dengan sebuah lagu Natal. Saya tidak mempunyai waktu mendengarkan. Saya bolak-balik membawa kue dan minuman, dan pada waktu membagikan makanan dan hadiah, saya hampir tidak melihat ke arah pasien. Sebuah kantong kecil berisi permen dan sebuah hadiah diberikan kepada setiap pasien. Kaki saya mulai pegal karena harus naik-turun tangga, dan kejengkelan saya semakin bertambah dalam setiap langkah. Sesudah salah satu bangsal selesai, saya mulai masuk lagi ke bangsal lain. Waktu saya sampai di anak tangga paling di atas, seorang ibu tua yang memakai baju yang sudah sobek dan corak pakaiannya sudah memudar, menggapai dan memegang lengan saya dengan takut-takut, "Maafkan saya, Nyonya," bisiknya. "Maukah Nyonya menolong menukarkan hadiah saya?" Dengan kesal, saya berbalik ke arah ibu itu. "Menukar hadiah Ibu? Mengapa? Apakah Ibu mendapatkan hadiah untuk pria?" "Tidak ... bukan begitu," katanya gagap. "Lihat saya mendapat mutiara, padahal mutiara berarti tangisan. Saya tidak mau menangis lagi." Takhayul yang menggelikan, pikir saya. Apa yang terjadi? Anda mengira mereka menghargai apa pun yang mereka peroleh. "Maafkan saya," kata saya ketus. "Saya sangat sibuk sekarang. Mungkin nanti." Lalu saya pergi, cepat-cepat mengisi baki lagi, dan ibu tua itu segera terlupakan. Sambil membawa baki penuh kue, saya berjalan cepat-cepat ke bangsal Kaum Ibu di lantai pertama. Saya membelakangi pintu kamar A-14, saya mendorong dengan punggung saya supaya terbuka, lalu sesudah di dalam kamar saya membalikkan tubuh saya. Saya memandang kamar itu sepintas, dan merasa terkejut sampai baki yang saya bawa bergetar. Di dalam kamar yang suram dan tidak nyaman itu, di atas pelbet berseprai abu-abu, memakai baju tua yang sudah usang dan tipis, terbaring ibu saya! Ibu? Tidak mungkin! Ibu saya sudah meninggal; dan kalaupun ia masih hidup, ia tidak akan berada di tempat seperti ini. Tempat ini untuk orang yang tunawisma, orang miskin, orang lanjut usia yang sakit dan tidak ada orang yang mau mengasihi dan merawat mereka. Ibu memang sakit selama enam tahun sebelum meninggal, tetapi ayah merawatnya di rumah, bersama anak-anak dan cucu-cucunya yang membantu dan mengasihinya. Tidak, saya pasti salah lihat. Saya memejamkan mata saya rapat-rapat dan menggelengkan kepala saya. Waktu saya membuka mata lagi, ibu tua yang kurus itu terlihat jelas. Ia bukan ibu saya! Dengan rambut terurai berwarna abu-abu dan matanya yang berwarna biru pucat, ia sama sekali tidak mirip dengan ibu saya. Apa yang menyebabkan saya mengira wanita malang itu ibu saya? Tidak, ia orang lain, bukan ibu saya. Lalu mengapa saya tidak merasa lega? Kepedihan di dalam diri saya semakin mendalam, sampai menyekat tenggorokan saya seperti suatu bongkahan yang besar. Saya harus keluar dari tempat ini, pikir saya. Jangan sampai ia melihat saya menangis. Tanpa mengucapkan apa-apa, saya keluar membelakangi pintu tepat pada waktunya. Air mata membasahi pipi saya waktu saya berjalan di dekat ruang masuk yang gelap. Cepat-cepat, seakan-akan lari dari bahaya yang tidak diketahui, saya kembali ke meja kue. Di situ, Gladys masih tersenyum, bekerja dengan gembira. Wajah saya pasti kelihatan berantakan seperti yang saya rasakan, karena waktu ia melihat saya, wajahnya tampak gelisah. "Mengapa, Betty, ada apa?" tanyanya, memeluk saya. "Ibu saya," jawab saya terisak-isak. "Saya baru melihat ibu saya di sana. Saya .... saya tidak dapat terus membantu." "Anda hanya kelelahan," kata Gladys. "Beristirahatlah." Orang-orang di dekat meja memandang saya. Saya mengambil selembar serbet kertas dari meja dan menjauhi tatapan mereka. Saya ingin menyendiri. Tetapi di mana saya dapat bersembunyi? Di mana-mana ada orang. Lalu saya melihat tangga. Tempatnya lebar dan gelap, dan di bawahnya ada lantai sebelum anak tangga yang ke bawah yang menuju ke Bangsal pria yang akan saya layani terakhir. Tidak ada seorang pun di lantai bawah tangga. Saya berjalan ke salah satu sudut, duduk sambil menangis terus. "Ya Tuhan," doa saya. "Mengapa saya begini? Apakah saya sudah gila?" Jawabannya segera muncul, bukan dalam kata-kata yang dapat didengar, tetapi dalam pikiran yang membuat saya bingung: "Sekiranya saya berikan semua milik saya kepada orang miskin ... tetapi saya tidak mengasihi orang lain, maka semua itu tidak ada gunanya." Dengan hati berat saya menyadari pesan ini ditujukan kepada saya. Hari ini saya memanggang kue, berjalan bolak-balik, membawa makanan, tetapi untuk apa? Siapa yang saya layani? Siapa yang saya perhatikan; atau paling tidak, apakah saya memperhatikan mereka? Bagi saya, mereka orang-orang yang tidak berarti sampai saya melihat seseorang yang saya sayangi pada salah satu di antara mereka yang menderita. Setelah itu mereka baru menjadi nyata. "Maafkan saya," bisik saya ke arah dinding. "Saya telah keliru melakukannya. Saya akan memulainya lagi." Sesudah menarik napas dalam-dalam dan menyeka air mata, saya kembali ke meja kue. Gladys sibuk memandang saya waktu saya berjalan mendekat. "Anda sudah cukup membantu hari ini, Betty," katanya. "Pulanglah. Kami dapat menanganinya." "Oh, jangan menyuruh saya pulang sekarang," jawab saya. "Saya baru mulai." Saya baru akan membawa sebuah baki waktu pikiran itu muncul. "Gladys, apakah masih ada hadiah lain untuk para wanita?" tanya saya. "Saya harus menukar sebuah hadiah." Gladys memberikan sebuah kotak kecil kepada saya, isinya sebuah bros mungil berbentuk hati berhiaskan batu permata berwarna merah. "Terima kasih, ini indah sekali," kata saya, sambil membawa kotak itu dan cepat-cepat berjalan ke pekarangan rumah. Gladys kelihatan bingung, tetapi saya tidak sempat menjelaskan. Ini lebih penting dan mendesak. Tuhan, tolonglah saya menemukan ibu saya, saya berdoa dalam hati. Rasanya tidak tenang karena saya belum menemukan ibu itu. Saya terlalu sibuk untuk memperhatikan. Saya lewat begitu saja dan segera melupakannya dari pikiran saya. Saya mencari-cari ibu itu di tengah-tengah orang banyak dari satu lorong ke lorong lain. Semua wajah kelihatan bergembira, tersenyum, menyanyikan lagu Natal. Musik itu bergema di telinga saya. Untuk pertama kalinya pada hari itu, saya mulai merasa senang. Lalu saya melihat baju bercorak yang sobek itu. Ibu itu duduk sendiri menyandar ke dinding, di pangkuannya ada permen yang masih utuh dan hiasan mutiara. Ia tampak sangat sedih. Saya cepat-cepat mendekatinya. "Rupanya Ibu ada di sini," kata saya. "Saya mencari-cari, Ibu. Saya membawa sebuah hadiah yang lain untuk Ibu." Ibu itu mengangkat wajahnya, terkejut. Dengan penuh rasa maaf, ia mengambil kotak itu dan membukanya. Matanya berbinar-binar dan senyumnya merekah karena senang. "Oh, terima kasih, Nyonya," serunya. Saya harus menelan gumpalan yang menyumbat tenggorokan saya, tetapi kali ini saya tidak keberatan. "Mari, saya sematkan bros ini," kata saya, "dan singkirkan bros mutiara itu. Kita tidak perlu menangis di hari Natal." Waktu saya meninggalkannya, ibu itu sudah bergabung dengan yang lain, menyanyikan lagu-lagu Natal di pekarangan. Saya merasa seolah- olah beban yang berat sudah diangkat dari bahu saya. Masih ada yang harus saya lakukan sebelum pesta selesai, saya harus kembali ke Ruang A-14. Entah bagaimana saya harus berterima kasih kepada pasien itu, tetapi saya tidak tahu bagaimana melakukannya. Waktu saya mendorong membuka pintu, ibu itu sedang duduk di atas tempat tidur, memakan kue yang dibawa orang lain. Ia tersenyum waktu saya masuk. "Selamat hari Natal, Mamacita (ibu kecil)," kata saya. "Saya senang Anda kembali," katanya. "Saya ingin berterima kasih kepada kalian karena mau datang pada hari ini. Saya ingin meberikan hadiah untukmu, tetapi saya tidak punya apa-apa. Bolehkah saya menyanyikan sebuah lagu?" Rasanya saya tidak dapat menahan bongkahan yang menyumbat kerongkongan saya, jadi saya mengangguk menyetujui. Saya duduk di tempat tidur waktu ia menyanyi dengan suara yang nyaring. Ia tidak menyanyikan lagu Natal. Lagu tiga bait yang dinyanyikannya adalah lagu yang paling mengharukan yang pernah saya dengar. Mungkin itu satu-satunya lagu yang diingatnya. Tetapi matanya yang berbinar- binar membuat lirik lagu itu menjadi menonjol dan pesannya tertanam dalam hati saya -- Kesukaan bagi Dunia! -*- Sumber -*-: Judul Buku : Kisah Nyata Seputar Natal Judul Artikel: Perempuan di Kamar A-14 Penulis : Betty Graham Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 1998 Halaman : 147 - 154 *TELAGA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TELAGA* -*- KONDISI BERTUMBUHNYA CINTA KASIH -*- oleh Pdt. Dr. Paul Gunadi Semua orang, baik suami-istri, orangtua-anak, antar rekan sekerja, pasti mengharapkan cintanya bertumbuh dengan subur. Namun agar dapat bertumbuh subur diperlukan suatu kondisi yang mendukung pertumbuhan tersebut. Kondisi bagaimanakah yang dapat mendukung supaya cinta itu tumbuh? Simak ringkasan diskusi bersama Pdt. Dr. Paul Gunadi berikut ini. ------- T: Kita tahu bahwa cinta atau cinta kasih, khususnya dalam hubungan suami-istri atau orangtua-anak itu akan ada semacam proses pertumbuhan, dari yang tadinya tidak cinta pelan-pelan menjadi cinta. Bagaimana sebenarnya hubungan cinta kasih itu bertumbuh, Pak? J: Ada anggapan bahwa cinta itu sekali ada akan selalu ada dan cinta itu ibarat pohon di pinggir jalan yang tidak usah kita pelihara akan terus bertumbuh dan tiba-tiba daunnya rimbun, dan menjadi tempat kita berteduh. Tapi kenyataannya tidaklah demikian, baik cinta antara suami-istri maupun antara orangtua-anak atau cinta antar rekan, teman, perlu dipelihara. Nah yang perlu kita lakukan adalah mengenali hal-hal apa yang dapat menyuburkan cinta kasih. Jadi asumsinya adalah tanpa hal-hal tersebut, cinta kasih itu cenderung akan pudar akhirnya. ------- T: Kalau demikian kondisi-kondisi apa supaya cinta itu tumbuh sebaik mungkin seperti yang kita harapkan? J: Saya akan mengambil beberapa prinsip yang saya temukan dari kitab Amsal pasal 31 yang akan saya bacakan dari ayat 10 hingga ayat 31, namun beberapa ayat saja yang akan saya petik. Kondisi pertama saya temukan di ayat 11 : UNSUR KEPERCAYAAN --------------------------------------- 31:11 "Hati suaminya percaya kepadanya, suaminya tidak akan kekurangan keuntungan." Bagian akhir dari pasal 31 ini merupakan suatu ungkapan penghargaan suami kepada seorang istri. Jadi ini adalah seolah- olah seperti surat cinta seorang suami kepada istrinya yang penuh dengan pengucapan syukur, kekaguman dan penghargaan atas apa yang dia lihat dan ia telah terima dari istrinya. Dengan kata lain bisa disimpulkan bahwa si suami begitu mencintai si istri. Nah apa yang terjadi dalam hubungan cinta ini? Yang pertama adalah hati suaminya percaya kepadanya; dengan kata lain cinta itu bisa bertumbuh dengan baik kalau ada UNSUR KEPERCAYAAN. Jadi kalau kita ini dipercaya, kita cenderung lebih menumbuhkan cinta kasih pada orang yang mempercayai kita, tapi kalau kita tidak percaya padanya kita cenderung kurang bisa mengasihi orang tersebut. Saya kira ini berlaku dalam segala situasi, bahkan dalam situasi kerja pula, kita cenderung mencintai pekerjaan kita dan perusahaan yang mengkaryakan kita kalau kita merasakan adanya kepercayaan yang besar yang diberikan kepada kita. Nah relasi percaya ini akan benar-benar menumbuhkan cinta kasih kita terhadap majikan atau perusahaan yang mengkaryakan kita. Demikian pula hubungan kasih antara orangtua-anak maupun suami-istri. Anak akan lebih mencintai orangtuanya kalau orangtua itu memberikan kepercayaan yang sepatutnya kepada anak. Anak yang terus-menerus dicurigai, ... maka akan sulit bagi anak untuk menumbuhkan rasa kasih terhadap orangtua. Suami-istri juga sama, kalau suami senantiasa mempertanyakan apa yang dikerjakan oleh istri, ... maka sulit bagi si istri untuk memberikan cinta kasih yang besar kepada si suami. Jadi kita bisa melihat bahwa dinamika kasih dalam segala konteks memerlukan yang namanya kepercayaan. Kondisi kedua saya ambil dari ayat 12 : HARUS ADA PERBUATAN BAIK ------------------------------------- 31:12 "Ia berbuat baik kepada suaminya dan tidak berbuat jahat sepanjang umurnya." Kondisi kedua agar cinta bertumbuh dengan baik adalah HARUS ADA PERBUATAN BAIK. Jadi kalau kita ini menerima perbuatan baik dari seseorang, kita cenderung lebih tergerak untuk mengasihi orang tersebut. Kebalikannya jika yang kita terima perbuatan jahat, akan sulit sekali bagi kita untuk mencintai orang tersebut. Nah kadangkala dalam kehidupan suami-istri kita mulai melupakan betapa pentingnya perbuatan baik. Kita beranggapan bahwa dengan menjalankan kewajiban masing-masing kita sudah berbuat baik, tidak cukup sebetulnya. Bukankah kalau misalnya istri kita bertanya, "Apa yang bisa saya bantu?", "Apa yang bisa saya lakukan untukmu?", maka suami juga berkata kepada istrinya, "Apa saya saja yang mengajar anak malam hari ini?" atau "Bagaimana kalau malam ini kita rileks, kita pinjam video untuk nonton sama- sama?" Itu adalah sentuhan-sentuhan kecil yang mungkin bagi seseorang dianggap tidak begitu bermakna tetapi pada dasarnya semua itu menunjukkan itikad baik bagi si penerima perbuatan tersebut. Reaksinya apa yang akan muncul, cinta kasih, sebab sekali lagi cinta kasih cenderung muncul dengan subur sewaktu ada perbuatan baik untuk diterima oleh seseorang. Kondisi ketiga saya ambil dari ayat 15 : SUKA BERTANGGUNG JAWAB -------------------------------------- 31:15 "Ia bangun kalau masih malam, lalu menyediakan makanan untuk seisi rumahnya." Yang saya petik dari ayat ini adalah SUKA BERTANGGUNG JAWAB. Jadi cinta kasih cenderung bertumbuh dengan kuat jikalau ada rasa tanggung jawab yang kuat. Sulit bagi kita mengasihi seseorang yang kita nilai tidak bertanggung jawab, tidak melakukan tugasnya, tidak melakukan kewajibannya. Demikian pula anak terhadap orangtua, kalau anak melihat orangtua hidup bertanggung jawab itu akan menumbuhkan rasa cinta kasihnya terhadap orangtua. Sudah tentu kebalikannya juga betul, kalau anak justru melihat papa dan mamanya hidup tidak bertanggung jawab, yang muncul bukannya rasa cinta kasih, tetapi rasa dingin dan bahkan kadang- kadang bisa muncul rasa benci. Kondisi keempat saya ambil dari ayat 16 : TINDAKAN YANG BERHIKMAT --------------------------------------- 31:16 "Ia membeli sebuah ladang yang diinginkannya dan dari hasil tangannya kebun anggur ditanaminya." Saya menyimpulkan di sini ada KEPUTUSAN atau TINDAKAN YANG BERHIKMAT. Nah ini adalah kondisi yang penting untuk munculnya cinta kasih. Bukankah kita sering mendengarkan keluhan orang, "Bagaimana saya bisa mengasihi dia?", "Dia terus-menerus melakukan kesalahan, mengambil keputusan yang bodoh, yang tidak pikir panjang." Dengan kata lain, cinta kasih mudah bertumbuh, atau cenderung bisa bertumbuh subur jika ada unsur hikmat, sehingga keputusan dan tindakan yang diambil memang keputusan yang diambil dengan pikiran matang dan berhikmat. Tanpa hikmat kebodohan-kebodohanlah yang mewarnai keputusan dan akhirnya banyak kekeliruan yang dilakukan. Nah dalam kondisi seperti itu saya kira sukar bagi cinta kasih untuk bertumbuh. Catatan Redaksi: Dalam diskusi ini, Pdt. Dr. Paul Gunadi menjelaskan mengenai delapan kondisi yang diperlukan supaya cinta kasih itu tumbuh sebaik yang kita harapkan. Jadi, masih ada empat kondisi lagi yang tidak tercantum dalam ringkasan ini. Untuk mendapatkannya/transkrip lengkap, simak informasi berikut ini. -*- Sumber -*-: [[Sajian kami di atas, kami ambil dari isi salah satu kaset TELAGA No. 51A, yang telah kami ringkas/sajikan dalam bentuk tulisan.]] -- Jika Anda ingin mendapatkan transkrip seluruh kaset ini lewat e-Mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel@xc.org > atau: < TELAGA@sabda.org > -- Informasi tentang pelayanan TELAGA/Tegur Sapa Gembala Keluarga dapat Anda lihat dalam kolom INFO edisi e-Konsel 03 dari URL: ==> http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/003/ [01 Nov 2001] *BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH* -*- SEANDAINYA KITA ADA DI SANA -*- Beberapa di antara kita ... ada yang berfikir, "Seandainya saya ada di sana! Pasti saya akan segera menolong bayi itu. Saya akan mencucikan kain lenan-Nya. Alangkah gembiranya seandainya saya bersama para gembala pergi menjenguk Tuhan yang berbaring di palungan!" Ya, kita akan bergembira! Kita mengatakan begitu karena kita tahu betapa agungnya Kristus, tetapi seandainya kita ada di sana pada waktu itu, kita tidak akan berbuat lebih baik dari orang- orang di Betlehem ... Mengapa kita tidak melakukannya sekarang? Kristus ada di tengah-tengah sesama kita. [Martin Luther] "Setelah malaikat-malaikat meninggalkan mereka dan kembali ke surga, gembala-gembala itu berkata satu sama lain, "Mari kita ke Betlehem dan melihat peristiwa yang terjadi itu, yang diberitahukan Tuhan kepada kita." MEREKA SEGERA PERGI, lalu menjumpai Maria dan Yusuf, serta bayi itu yang sedang berbaring di dalam palungan. Ketika para gembala melihat bayi itu, MEREKA MENCERITAKAN apa yang dikatakan para malaikat tentang bayi itu." (Lukas 2:15-17) < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=Lukas+2:15-17 > -*- KASIH YANG DATANG KE DUNIA PADA HARI NATAL -*- Kasih datang ke dunia pada hari Natal, Kasih dari segala kasih, kasih ilahi; Kasih lahir pada hari Natal, Bintang dan para malaikat menjadi tanda. Ibadah kita kepada Tuhan, Kasih yang menjelma, kasih ilahi; Ibadah kita kepada Yesus; Tetapi apa yang menjadi tanda yang kudus? Kasih yang akan menjadi tanda, Kasih akan menjadi milikmu dan milik saya, Kasih kepada Allah dan sesama, Kasih sebagai permohonan, karunia, dan tanda. [Christina Rossetti] "INILAH KASIH ITU: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita." (1Yohanes 4:10) < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=1Yohanes+4:10 > "DAN HIDUPLAH DI DALAM KASIH, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah." (Efesus 5:2) < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=Efesus+5:2 > -*- Sumber -*-: Judul Buku : Kisah Nyata Seputar Natal Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 1998 Halaman : 161 dan 134 *TIPS *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TIPS* -*- KATAKAN "SAYA MENYAYANGIMU": -*- PADA SESEORANG YANG SUDAH LAMA TIDAK MENDENGARNYA "Berita gembira yang besar, berita bahagia yang besar, Berita tentang kelahiran Raja kita yang benar." (On Christmas Night) Hari-hari menjelang Natal adalah saat ketika banyak dari kita berhenti sejenak untuk mengingat orang-orang yang kita sayangi dengan hadiah, kartu, telepon, atau saat-saat tenang untuk mengenang masa indah bersama. Natal juga merupakan waktu kita mengingat akan kasih Allah pada kita, sehingga Ia mengirim Anak Tunggal-Nya supaya kita mempunyai hubungan baru yang lebih dalam dengan-Nya. Pesan Natal adalah kasih Allah yang dicurahkan bagi manusia. "SAYA MENYAYANGIMU" -- I Love You! ------------------- Kadang-kadang ketika kita menunjukkan kasih sayang, kita lupa mengatakannya. Cari waktu pada masa Advent ini untuk mengatakan pada seseorang bahwa Anda menyayanginya dengan kata-kata. Katakan "Saya menyayangimu" pada seseorang yang sudah cukup lama tidak mendengarnya. * Para orangtua yang tidak menerima kabar dari anaknya yang minggat -- tetapi juga pada orangtua yang bertemu anaknya setiap hari. Jangan menganggap orang lain tahu kasih sayang Anda kalau Anda sudah lama tidak mengatakannya. * Pada paman, bibi, kakek, atau nenek yang sudah cukup lama tidak dihubungi. Apakah ada kerabat yang sudah lama tidak Anda temui atau hubungi? Sisihkan waktu untuk mengunjunginya pada masa Natal ini. * Pada anak, cucu, keponakan, anak baptis, atau anak tetangga. Anak- anak tidak pernah merasa bosan mendengar kata-kata, "Saya sayang padamu" atau "Saya benar-benar suka padamu." * Pada suami atau istri. Ciptakan kenangan Natal istimewa untuk Anda berdua. "SAYA MENGHARGAIMU" -- I Appreciate You! ------------------- Kasih mungkin merupakan emosi yang terlalu kuat untuk banyak hubungan persahabatan Anda. Namun Natal tetap menjadi saat yang tepat untuk mengatakan "Saya menghargaimu" atau "Saya menghormatimu" atau "Saya senang Anda menjadi bagian dari hidup saya." Katakan pada rekan kerja, atasan atau bawahan, pendeta, guru Sekolah Minggu, tukang pos, supir Anda, tetangga sebelah rumah, pegawai yang sering memberikan perhatian khusus, dll. Kasih adalah "kabar baik, kabar kesukaan" yang kita nyanyikan. Untuk menjadi kabar, kasih perlu dikatakan. Jadikan Advent sebagai saat untuk menyebarkan kabar ini! -*- Sumber -*-: Judul Buku : 52 Cara Sederhana Membuat Natal Menjadi Istimewa Judul Artikel: Katakan "Saya Menyayangimu" Pada Seseorang yang Sudah Lama Tidak Mendengarnya [19] Penulis : Jan Dargatz Penerbit : Interaksara, Batam Centre, 1999 Halaman : 67 - 69 *SURAT *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- DARI ANDA -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* SURAT* Dari: "Rocky S." <rms@> >Bagaimana caranya saya bisa mendapatkan kumpulan edisi konseling >yang telah dipublikasikan via milis? >Salam Sejahtera, >Selamat Melayani, >Rocky S. Redaksi: Terima kasih untuk pertanyaan Anda. Untuk mendapatkan edisi-edisi e-Konsel yang telah diterbitkan, Anda bisa berkunjung ke bagian Sistem Arsip Publikasi yang ada di Situs SABDA.org di alamat: ==> http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ Selamat berkunjung. [Cat: Saat ini Redaksi e-Konsel sedang bekerja sama dengan C3I, TELAGA, dan YLSA untuk merancang dan menyiapkan bahan/arsip/orang untuk membuat Situs "Christian Counseling Center". Silakan doakan proses ini. Ada beberapa kesempatan bagi sukarelawan dalam proses pengembangan situs baru ini -- yang dibutuhkan (Web, Bahan, Tim): 1) Web Designers, Web Programmers/Authors, Web Developers, dll. 2) Penulis -- Sumber Bahan, Artikel, Cerita, Kesaksian, dll. 3) Tim -- Pendoa, Pendukung, Moderator, Konselor, dll. Ingat: semua doa, dukungan, partisipasi, dan dorongan para pembaca sangat dibutuhkan -- jadilah pembaca serta pendoa yang aktif! :) ] e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL STAF REDAKSI e-Konsel Yulia O., Lani M., Ka Fung PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2002 oleh YLSA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org> Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. dapat dikirimkan ke alamat: <owner-i-kan-konsel@xc.org> *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org Berhenti: Kirim e-mail kosong: unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel ARSIP publikasi e-Konsel: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |