Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/296

e-Konsel edisi 296 (5-6-2012)

Uang dan Tuhan

______________________________e-KONSEL________________________________

        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
______________________________________________________________________

Edisi 296/Juni 2012

DAFTAR ISI
CAKRAWALA: KEUANGAN DAN HUBUNGAN ANDA DENGAN ALLAH
ULASAN SITUS: ALL ABOUT LIFE CHALLANGES.ORG

Salam sejahtera,

Tuhan Allah adalah Maha Pencipta dan Maha Pemelihara. Berkat
pemeliharaan-Nya selalu dinyatakan pada setiap ciptaan-Nya -- burung
pipit, bunga bakung, dan terlebih manusia. Uang adalah salah satu
bentuk berkat yang Tuhan anugerahkan kepada kita. Meskipun uang bukan
hal yang utama, kita tidak bisa menampik kenyataan bahwa uang
merupakan alat pembayaran yang diterima secara umum untuk mengadakan
transaksi di dunia ini. Oleh karena itu, kita memerlukan uang untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Bagaimana prinsip-prinsip firman
Tuhan tentang uang? Bagaimana orang percaya seharusnya menggunakan
uang? Pembaca e-Konsel dapat menyimaknya dalam kolom Cakrawala edisi
ini. Telusuri juga Ulasan Situs yang kami sajikan untuk Anda. Kiranya,
bahan-bahan yang kami bagikan semakin memperlengkapi pelayanan Anda
dalam konseling. Tuhan memberkati.

Pemimpin Redaksi e-Konsel,
Sri Setyawati
< setya(at)in-christ.net >
< http://c3i.sabda.org/ >

          CAKRAWALA: KEUANGAN DAN HUBUNGAN ANDA DENGAN ALLAH
                     Diringkas oleh: Sri Setyawati

Dalam kekristenan, kita harus mendasarkan segala bidang kehidupan di
atas firman Allah, entah itu tentang keselamatan, penyucian,
pelayanan, ataupun keuangan. Maksud dari semuanya ini adalah untuk
memuliakan Allah. Jika kita tidak mencerminkan kebenaran Allah,
berarti kita tidak sedang melayani Allah.

Perlu kita sadari bahwa sesungguhnya kita adalah hamba Tuhan, kitalah
yang harus melayani Dia, bukan sebaliknya. Untuk itu, baik dalam
pelayanan maupun kehidupan sehari-hari, kita harus sungguh-sungguh
memahami fungsi atau peran keuangan dalam kehidupan rohani kita.

Prinsip-prinsip keuangan yang diberikan dalam seluruh firman Allah,
ditulis bukan untuk melihat apakah kita cukup kuat untuk hidup menurut
semua prinsip itu, namun karena Allah tahu bahwa itulah yang terbaik
bagi kita. Prinsip-prinsip Allah mengenai keuangan bukanlah
serangkaian undang-undang yang ditetapkan untuk memerintah kita,
tetapi kebijaksanaan Bapa kepada orang-orang yang mau mendengar dan
percaya kepada-Nya.

Orang-orang yang menjalankan dan menaati kebijaksanaan Allah mengenai
keuangan akan membangun perkara yang kekal, bukan untuk membuat orang
lain terkesan.

Mengapa Kristus Mengajar tentang Keuangan?

Dua per tiga dari semua perumpamaan yang digunakan Kristus dalam
mengajar berhubungan dengan keuangan. Mengapa? Ia memilih topik yang
dapat dipahami setiap orang. Perumpamaan ialah sebuah bentuk
pengajaran yang di dalamnya menggunakan sebuah topik terkenal, dengan
maksud menjelaskan topik yang kurang dikenal. Kristus sedang
menjelaskan bahwa kerajaan rohani yang sesungguhnya lebih nyata
daripada kerajaan dunia ini. Tetapi untuk berhubungan dengan manusia
yang duniawi, Ia harus menggunakan sebuah contoh duniawi, yaitu uang.

Kristus tidak pernah mengatakan bahwa uang atau hal-hal materi adalah
masalah. Ia mengatakan bahwa hal-hal tersebut merupakan gejala dari
permasalahan yang sesungguhnya. Secara terus-menerus Ia mengingatkan
kita untuk menjaga hati terhadap ketamakan, iri hati, keakuan, dan
kesombongan, karena hal-hal tersebut adalah alat yang digunakan Iblis
untuk mengendalikan dan memanipulasi dunia ini. Kristus mengingatkan
kita tentang materialisme jauh lebih banyak daripada dosa lain (Lukas
12:15). 
Bahkan, perumpamaan tentang keselamatan dalam Matius 13:18-23
mengatakan bahwa "tipu daya kekayaan" merupakan salah satu sebab orang
percaya tidak berbuah.

Kekayaan yang telah disediakan Allah untuk memperkaya hidup kita serta
membawa orang-orang lain kepada keselamatan, telah diambil oleh Iblis.
Iblis telah menyelewengkan hal itu demi kepentingannya. Bahkan, ada
beberapa orang Kristen yang menilai orang lain berdasarkan berapa
banyak harta yang dimiliki, dan berapa besar sukses mereka menurut
istilah-istilah duniawi. Orang-orang miskin dianggap sebagai
orang-orang yang kalah -- yang kurang rohani bila dibandingkan dengan
para pemenang.

Apakah Salah Kalau Ingin Kaya?

Kaya di sini digunakan dalam pengertian memiliki cukup uang untuk
memenuhi semua kebutuhan yang wajar dan masih memiliki kelebihan dana.
Firman Allah mengajarkan bahwa banyak dari umat-Nya akan termasuk
dalam kategori itu, mereka tidak saja akan dapat memenuhi kebutuhan
mereka, tetapi juga akan mampu membantu orang-orang lain.

Dalam ekonomi Allah, Dia menyediakan kelebihan materi kepada beberapa
orang Kristen untuk menolong memenuhi kebutuhan orang-orang lain.
Dalam 2 Korintus 8:14-15, dinyatakan dengan jelas bahwa kelimpahan
kita pada saat ini akan memenuhi kebutuhan orang-orang lain, dan kelak
kelimpahan mereka akan memenuhi kebutuhan kita -- sebuah alternatif
yang baik demi kesejahteraan di dalam lingkungan gereja.

Kristus mengingatkan orang-orang kaya agar selalu berjaga-jaga (Lukas
12:15-21). 
Godaan untuk lebih memercayai harta mereka sangat besar.
Semakin besar harta mereka, semakin besar godaannya. Itulah sebabnya,
orang-orang kaya (terlebih lagi orang Kristen) harus menjaga hati dan
pikiran mereka dengan prinsip-prinsip firman Allah.

Keuangan: Barometer Rohani Kita

Menurut Ibrani 11, iman ialah memercayai Allah secara mutlak. Itu
berarti memercayai Allah untuk hal-hal yang tidak dapat Anda lihat
atau atur supaya terjadi. Dunia di sekitar kita mengatakan agar kita
melakukan hal yang sebaliknya -- bila Anda tidak memiliki uang untuk
hal-hal yang Anda perlukan, pinjamlah supaya Anda dapat memperolehnya.

Firman Allah mengatakan agar kita belajar merasa puas dan mau
mengabdikan diri untuk melayani Allah. "Marilah kita menanggalkan
semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan
tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita." (Ibrani 12:1)
Tetapi yang terjadi malah sebaliknya, kita membebani diri kita sendiri
dengan mengikuti nasihat duniawi, yang mengatakan bahwa yang lebih
besar dan lebih banyak itu pasti lebih baik.

Salah satu ciri yang paling jelas mengenai penilaian secara duniawi
dalam kekristenan ialah cinta akan uang. Inilah alasan dunia memiliki
ketakutan akan masa depan. Sayangnya, ketakutan ini menguasai sikap
sebagian besar orang beriman zaman ini. Banyak orang keranjingan untuk
mencari penghasilan yang ada jaminan/asuransinya dan mengusahakan agar
masa pensiun mereka kelak akan benar-benar terjamin. Keduanya tidak
ada yang salah. Kebanyakan orang tentu menyukai penghasilan yang tetap
untuk dapat mencukupi kebutuhan keluarga mereka dan hal itu bukannya
tidak alkitabiah, kecuali jika mereka mengompromikan firman Allah
karena takut kehilangan kedudukan mereka atau karena takut menentang
secara terang-terangan dosa yang sudah nyata.

Rencana hidup tenang pada "hari tua" menguasai pikiran orang-orang,
sehingga mereka berupaya keras mencapainya. Ketakutan akan hidup dalam
kekurangan pada masa depan menyebabkan banyak orang Kristen merampas
dana pekerjaan Tuhan yang telah disediakan-Nya. Uang itu malah
disimpan dalam tabungan untuk masa pensiun/masa tua selama 20-40
tahun. Firman Allah tidak melarang, malah mendorong kita untuk
menabung demi masa depan, termasuk bagi masa pensiun (Amsal 6:6-11,
21:20). Tetapi contoh yang diberikan oleh Tuhan dalam Lukas 12:16-20
mengenai orang kaya yang bodoh merupakan petunjuk yang jelas bahwa
keseimbangan yang dari Allah ialah: "Apabila ragu-ragu, berikan saja;
jangan menimbun."

Kebutuhan Terbesar

Kebutuhan terbesar dalam generasi kita ialah agar firman Allah yang
murni diajarkan dengan jelas. Kebutuhan terbesar berikutnya ialah agar
orang-orang Kristen menunjukkan bahwa pengajaran firman Allah dapat
dijalankan dengan berhasil. Dalam Roma 10:14, kita diberi tahu bahwa
untuk memenangkan orang yang belum selamat agar ia percaya, harus ada
orang yang menceritakan kepada mereka tentang Yesus. Kitab Yakobus
memberi tahu kita bahwa kita merupakan bukti yang hidup, yang berjalan
dan berbicara di depan dunia yang belum selamat ini, bahwa firman
Allah sungguh benar. Mengingat kesaksian kita di depan orang yang
belum selamat, tampaknya nyata sekali bahwa dalam segi kehidupan kita
yang paling kelihatan, yaitu segi keuangan, kesaksian kita tidak
banyak. Hal ini sebagian besar disebabkan karena orang-orang Kristen
belum pernah diajarkan mengenai apa yang dikatakan oleh firman Allah.
Ada beberapa penjelasan yang diberikan melalui firman Allah, antara
lain berikut ini.

1. Meminjam

Kita diperintahkan agar kalau terpaksa meminjam, hendaklah kita
meminjam dengan sangat bersahaja dan berhati-hati, dan selalu membayar
kembali apa yang telah kita pinjam (Mazmur 37:21; Amsal 3:27-28).

2. Meminjamkan

Orang-orang Kristen harus mau saling meminjamkan tanpa bunga, dan
jangan sampai mengajukan tuntutan ke pengadilan demi mendapatkan
kembali apa yang telah dipinjamkannya (Ulangan 23:19-20; 1 Korintus
6:1-7).

3. Membagikan

Orang-orang Kristen harus siap sedia untuk menolong setiap kebutuhan
yang masih dalam batas-batas kewajaran di dalam lingkungan persekutuan
mereka sendiri. Hal itu termasuk dana bagi yang sakit, yang
menganggur, dan yang sudah lanjut usia (2 Korintus 8:14-15).

Apa yang Harus Kita Lakukan?

Berikut ini beberapa langkah sederhana untuk mulai menerapkan
kebijaksanaan Allah.

1. Pelajarilah prinsip-prinsip Allah untuk mengatur keuangan.

Pelajarilah prinsip-prinsip Allah tentang mengatur keuangan. Anda juga
dapat menimba ilmu dari orang-orang yang telah menerapkan
prinsip-prinsip tersebut.

2. Terapkan disiplin yang sesuai dengan prinsip-prinsip Allah pada
gaya hidup Anda.

Allah tidak menuntut gaya hidup yang sama dari dua keluarga yang
berbeda. Masing-masing dari kita tentu berada pada tingkat ekonomi dan
masyarakat yang berbeda. Akan tetapi, kemewahan dan pemborosan
merupakan penilaian yang duniawi, bukan yang rohani. Setiap keluarga
Kristen harus melihat pada kebiasaan mereka dalam membelanjakan
uangnya, terutama pada pemborosan, dan memberikan laporan mengenai hal
itu kepada Allah. Ingatlah bahwa kita hanyalah pengelola, Tuhanlah
majikan kita.

3. Ajarkan prinsip-prinsip Allah kepada anak-anak Anda.

Beban yang ditekankan oleh penilaian dunia berkenaan dengan keuangan
sekarang ini cukup besar. Banyak pasangan muda gagal dalam pernikahan
mereka karena tekanan keuangan yang tak perlu. Sebagian besar dari
masalah-masalah mereka itu sesungguhnya dapat dihindarkan dan
pernikahan-pernikahan dapat diselamatkan, apabila keluarga-keluarga
diajari lebih awal bagaimana harus menanggulangi dan menghindari
masalah-masalah semacam itu. Apabila pasangan muda diminta untuk
mengembangkan sebuah anggaran belanja sebelum mereka menikah, dan
pasangan lain, yang telah berpengalaman, membantu serta memantau
anggaran belanja itu selama tahun pertama, maka masalah yang
berhubungan dengan keuangan itu akan berkurang. Orang-orang tua
Kristen jangan sekali-kali membiarkan anak-anak mereka meninggalkan
rumah (untuk berumah tangga sendiri), tanpa membekali mereka dengan
pengetahuan dasar mengenai keuangan yang akan dibutuhkan, supaya
mereka kelak tidak akan tenggelam dalam masyarakat yang keranjingan
materi.

4. Ajarilah orang-orang lain.

Pasangan-pasangan Kristen yang tahu mengenai prinsip-prinsip Allah
tentang keuangan dan anggaran belanja yang paling pokok, hendaknya
secara teratur mengadakan kursus-kursus di rumah-rumah dan di
gereja-gereja. Hal ini sangat bermanfaat untuk memberikan konseling
dan nasihat. Banyak orang bermasalah dengan keuangan dan tidak tahu ke
mana harus pergi untuk mendapatkan bantuan. Pada umumnya, mereka mau
memberikan tanggapan, tidak hanya terhadap nasihat yang berhubungan
dengan keuangan, tetapi juga terhadap berita Injil yang perlu
disampaikan.

Diringkas dari:
Judul asli buku: Using Your Money Wisely
Judul buku terjemahan: Mengatur Keuangan dengan Bijak
Judul bab: Sikap
Penulis: Larry Burkett
Penerjemah: C.Th. Enni Sasanti, S.P.
Penerbit: Yayasan Kalam Hidup, Bandung
Halaman: 36 -- 40

              ULASAN SITUS: ALL ABOUT LIFE CHALLANGES.ORG

Permasalahan dan kesulitan hidup yang Tuhan izinkan terjadi dalam
hidup kita, adalah untuk menyatakan kasih-Nya pada kita dan
mengubahkan hidup kita. Maka dari itu, mendekat kepada Tuhan dan
bersekutu dengan-Nya sangat penting. Bagi para konselor Kristen,
penting untuk terus memperluas wawasan dan strategi untuk menolong
para konseli yang dilayani. Kita harus membantu para konseli yang kita
layani, sehingga mereka tidak putus asa dan mengambil keputusan yang
salah.

Selain melalui buku, kita juga bisa menemukan banyak bahan konseling
Kristen di internet. Salah satunya dari situs berbahasa Inggris
"allaboutlifechallanges.org". Dalam situs ini, Anda dapat menemukan
banyak artikel konseling untuk membantu konseli dengan berbagai
masalah yang mereka alami, mulai dari masalah perubahan emosi,
pernikahan dan keluarga, perubahan fisik dan pemulihan diri. Situs ini
juga menawarkan newsletter gratis untuk Anda. Selain bahan-bahan
terkait konseling, artikel-artikel yang membahas tentang Allah,
Penciptaan, Kehidupan, Kemanusiaan, Sejarah, dan Kebenaran juga
tersedia. Dengan membaca artikel-artikel situs ini, dapat memperkaya
wawasan Anda dalam menolong konseli untuk memulihkan hidup mereka dari
masa lalu, memberi bantuan praktis untuk saat ini, dan harapan untuk
masa depan. (SS)

Tanggal akses: 23 April 2012

==> < http://www.allaboutlifechallenges.org/ >

Kontak: < konsel(at)sabda.org >
Redaksi: Sri Setyawati, Tatik Wahyuningsih, dan Berlian Sri Marmadi
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/konsel >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org