Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/295

e-Konsel edisi 295 (29-5-2012)

Bimbingan Konseling dan Orang Tua

______________________________e-KONSEL________________________________

        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
______________________________________________________________________

Edisi 295/Mei 2012

DAFTAR ISI
CAKRAWALA: KERJA SAMA BIMBINGAN KONSELING SEKOLAH DAN ORANG TUA
TANYA-JAWAB: PRINSIP UTAMA MENDISIPLIN ANAK DIDIK

Shalom,

Anak adalah titipan Tuhan yang menjadi penerus generasi. Untuk itu,
sebagai orang tua kita memikul tanggung jawab yang besar atas
pertumbuhan dan perkembangan anak-anak kita, baik secara rohani maupun
jasmani. Pihak sekolah merupakan pihak yang bisa menjadi mitra orang
tua dalam mendidik dan membentuk kepribadian anak-anak. Dalam edisi
terakhir bulan ini, e-Konsel masih menyajikan bacaan konseling terkait
dengan bimbingan konseling di sekolah. Kali ini, kami menghadirkan
artikel yang membahas pentingnya kerja sama guru BK dan orang tua.
Dalam kolom Tanya Jawab, Anda juga bisa membaca penjelasan yang
terkait dengan prinsip-prinsip guru BK dalam membantu anak didik.
Selamat menyimak sajian kami.

Pemimpin Redaksi e-Konsel,
Sri Setyawati
< setya(at)in-christ.net >
< http://c3i.sabda.org/ >

                  CAKRAWALA: KERJA SAMA BIMBINGAN
                  KONSELING SEKOLAH DAN ORANG TUA
                    Ditulis oleh: Sri Setyawati

Anak adalah anugerah yang Tuhan titipkan kepada orang tua. Dengan
hadirnya anak-anak dalam sebuah keluarga, selain menerima anugerah
Tuhan, orang tua juga memiliki tanggung jawab yang besar untuk
mengasuh, merawat, dan mendidik anak-anak (Amsal 29:17; Efesus 6:4;
Amsal 22:6). Bagaimana sikap orang tua dalam memperlakukan
anak-anaknya sesuai perintah Tuhan? Tentu mengasuh dan mendidiknya
dengan kasih dan kedisiplinan. Memberikan pengajaran iman berdasarkan
Alkitab adalah hal yang paling utama dan mendasar. Orang tua harus
mengajarkan kepada anak-anaknya untuk hidup dalam takut akan Tuhan
(Amsal 15:33). Setelah itu, orang tua juga harus memberikan
pengetahuan-pengetahuan umum kepada anak-anak dengan mengirimnya ke
sekolah/lembaga pendidikan.

Selain memberikan pendidikan informal di dalam keluarga, orang tua
tentu membutuhkan pihak lain untuk memberikan pendidikan yang cukup
bagi anak-anaknya. Dalam hal ini, orang tua akan bekerja sama dengan
pihak sekolah/lembaga pendidikan (pendidikan formal). Pihak sekolah,
para guru, menjadi mitra orang tua dalam mendidik dan membimbing
anak-anak untuk menjadi pribadi yang cerdas, berpengetahuan,
terampil, pandai bersosialisasi, berkarakter, dan berbudi pekerti yang
luhur. Dengan demikian, pihak sekolah diharapkan tidak hanya
memberikan kurikulum pelajaran sebanyak mungkin bagi anak-anak, namun
juga memikirkan bagaimana membentuk siswa didik menjadi manusia yang
penuh kasih, peduli dengan sesama, bisa berorganisasi, dan memiliki
keterampilan yang berguna untuk hidup mereka pada masa depan.

Guru dianggap sebagai pihak yang bisa dipercaya orang tua dalam
menanamkan budi pekerti dan pengetahuan bagi anak-anak. Sayangnya,
beberapa anak yang mengalami kekecewaan dengan guru bidang studi
tertentu, terkadang tidak mau mendengarkan nasihat guru tersebut dan
hubungan mereka menjadi renggang. Lebih-lebih terhadap guru "killer"
dan guru yang "tak bersahabat", anak-anak akan terus mencoba
menghindar. Bahkan, ada beberapa anak yang nekat membolos dan tidak
ikut pelajaran yang diampu oleh guru-guru tersebut. Hasilnya, mereka
semakin ketinggalan dan nilai mereka pun semakin jelek. Lalu,
bagaimana menolong anak-anak tersebut agar mau kembali ke kelas dan
mengikuti pelajaran?

Dalam kondisi seperti ini, guru bimbingan konseling (BK) sangat
diperlukan. Guru BK sebaiknya melakukan pendekatan kepada anak-anak
yang bermasalah, baik masalah di kelas maupun masalah sikap siswa
dalam bersosialisasi di lingkungan sekolah. Guru BK pun perlu
melibatkan orang tua/wali murid untuk membicarakan kondisi anak-anak
saat berada di sekolah. Tanpa ada komunikasi yang terbuka dan lancar
antara guru dan orang tua, sulit bagi anak-anak untuk mendapatkan
bantuan. Semua guru memang berperan sebagai pembimbing siswa, artinya
mereka semua bertanggung jawab untuk memberikan bantuan terhadap
anak-anak, untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang
dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimal terhadap
sekolah, keluarga, dan masyarakat. Namun demikian, guru BK sering kali
diserahi tanggung jawab yang lebih besar untuk menangani anak-anak
yang bermasalah, karena guru BK dianggap sebagai pihak yang lebih
kompeten dalam memberikan pengarahan dan bimbingan yang lebih mendalam
dan khusus sesuai dengan ilmu yang dimilikinya. Akan tetapi,
keberhasilan dalam membimbing anak didik tetap membutuhkan kerja sama
dan dukungan dari seluruh personel sekolah yang lain, khususnya wali
kelas, guru bidang studi, tenaga administrasi, dan orang tua.

Untuk itu, seorang guru BK harus memiliki kemampuan lebih dibanding
guru bidang studi dalam melakukan pendekatan, bimbingan, dan
pengarahan terhadap para siswa. Sehubungan dengan peranannya yang
penting ini, guru BK harus:

- memiliki data tentang siswa dan keluarganya,
- mengamati tingkah laku siswa dalam situasi sehari-hari,
- mengenal para siswa yang memerlukan bantuan khusus,
- mengadakan pertemuan atau hubungan dengan orang tua siswa, baik
  secara individu maupun secara kelompok, untuk memperoleh saling
  pengertian tentang pendidikan anak,
- bekerja sama dengan masyarakat dan lembaga-lembaga lainnya untuk
  membantu memecahkan masalah siswa,
- membuat catatan pribadi siswa serta menyiapkannya dengan baik,
- menyelenggarakan bimbingan kelompok atau individu,
- bekerja sama dengan petugas-petugas bimbingan lainnya untuk
  membantu memecahkan masalah siswa,
- menyusun program bimbingan sekolah bersama-sama dengan petugas
  bimbingan lainnya, dan
- meneliti kemajuan siswa, baik di sekolah maupun di luar sekolah.

Orang tua dan guru tentu tidak dapat mengawasi anak-anak selama 24
jam. Guru tidak tahu bagaimana keadaan anak di rumah, demikian juga
sebaliknya, orang tua tidak mengetahui perilaku anak-anak mereka
ketika di sekolah. Karena inilah, guru dan orang tua perlu
mengomunikasikan satu sama lain, sehingga anak-anak yang bermasalah
bisa segera ditolong. Guru bimbingan dan orang tua perlu membuat
kesepakatan bersama, bahwa ketika anak-anak mereka tidak mendapatkan
nilai baik, jangan memarahi atau mencaci anak tersebut karena dapat
membuatnya semakin "jatuh" secara psikis. Anak justru perlu dirangkul
dan dinasihati dengan halus, dan dibantu dalam proses belajar (Ingat
kewajiban orang tua dalam Titus 2:1,6 dan Efesus 6:4). Orang tua pun
sebaiknya selalu menyediakan waktu untuk mendampingi putra-putrinya
saat belajar atau mengerjakan PR. Dalam pengembangan sikap dan iman,
orang tua juga perlu mengajak anak-anak untuk rajin berdoa dan
bersekutu, serta memberikan teladan nyata dalam kasih dan
kedisiplinan.

Sementara itu, dalam rangka membangun kerja sama antara guru BK dan
orang tua, pihak sekolah perlu melakukan kegiatan-kegiatan sebagai
berikut.

1. Melakukan Kunjungan ke Rumah Anak Didik

Kunjungan ini memperlihatkan kepedulian dan perhatian guru terhadap
para siswa dan keluarganya. Dengan demikian, komunikasi orang tua dan
guru bisa semakin terbuka dan dekat.

2. Mengundang Orang Tua ke Sekolah

Orang tua perlu diundang dalam acara-acara yang diadakan sekolah. Hal
ini perlu karena orang tua adalah bagian dari sekolah dan dengan
mengundang mereka, keberadaan mereka terasa dihargai.

3. Seminar Konseling bagi Orang Tua

Seminar ini diadakan untuk memberikan wawasan tambahan bagi orang
tua/wali murid, sehingga mereka bisa membantu anak-anak jika memiliki
kesulitan atau masalah di rumah. Seminar ini sebaiknya menghadirkan
konselor ahli yang berpengalaman.

4. Komite Sekolah

Komite sekolah adalah organisasi orang tua/wali murid dan guru yang
dibentuk untuk memfasilitasi kerja sama untuk kemajuan siswa dan
sekolah.

5. Menjalin Komunikasi Antara Sekolah dan Keluarga

Salah satu cara komunikasi ini bisa dilakukan dengan mengirimkan
surat, misalnya surat pemberitahuan kepada orang tua jika anaknya
perlu belajar lebih giat, sering membolos, sering berkelahi, dan
sebagainya.

Sebaliknya, pihak orang tua sebagai mitra guru juga perlu melakukan
tindakan pertolongan, seperti membantu anak bila mendapat kesulitan
dalam memahami tugas yang diberikan, mengontrol waktu belajar anak di
rumah, membantu anak dalam menggunakan waktu luangnya untuk belajar,
dan memberikan perhatian yang cukup kepada anak dalam hal belajar.

Dengan adanya kerja sama yang baik antara pihak sekolah dan orang tua,
apa pun masalah anak tentu bisa diatasi bersama-sama.

Sumber bacaan:
1. _______. "Peran Guru Dalam Pengembangan Karakter Bangsa". Dalam
   http://www.batararayamedia.com/page.php?menu=artikel&id=101&title=
   Peran-Guru-Dalam-Pengembangan-Karakter-Bangsa.

2. _______. "Pembahasan Kerjasama antara Guru dan Orang Tua dalam
   Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa". Dalam
   http://www.facebook.com/notes/mukliskurniawan-blog/
   hubungan-kerjasama-antara-guru-dan-orangtua-dalam-meningkatkan-
   aktivitas-belajar/10150170093891505?ref=nf.

           TANYA-JAWAB: PRINSIP UTAMA MENDISIPLIN ANAK DIDIK

Guru Bimbingan Konseling (BK) di sekolah adalah pihak yang banyak
memberi kontribusi positif bagi anak didik. Selain itu, mereka juga
menjadi mitra orang tua dalam mendidik anak dan membentuk kepribadian
anak, khususnya ketika anak-anak kita berada di sekolah. Sebagai pihak
yang dipercaya orang tua/wali murid, tanggung jawab guru BK tentu
tidak kecil. Berikut ini ada sebuah pertanyaan terkait dengan
bagaimana seorang guru BK menjalankan fungsinya sebagai mitra orang
tua.

Tanya:

Prinsip-prinsip apa saja yang harus dilakukan oleh seorang guru BK
untuk mendidik para siswa? Dan, sebagai mitra orang tua, bagaimanakah
guru BK seharusnya menempatkan orang tua murid sebagai mitranya?

Jawab:

Untuk menjawab pertanyaan di atas, berikut ini ada beberapa prinsip
yang sebaiknya dilakukan oleh seorang guru BK di sekolah.

1. Jalinlah hubungan kepedulian dengan semua murid Anda.

Tunjukkan minat Anda pada kehidupan mereka, khususnya masalah dan
pertanyaan mereka. Pastikan bahwa mereka dapat merasakan kasih Kristus
di dalam diri Anda.

2. Doakan tiap murid secara konsisten.

Berdoalah sungguh-sungguh untuk murid yang sulit diajar. Mungkin saja
murid itu berpotensi besar untuk pelayanan pada masa yang akan datang.
Bila Anda mempelajari kehidupan pada pengkhotbah dan utusan Injil yang
melayani dengan efektif, banyak di antara mereka yang tadinya adalah
anak-anak yang berkemauan keras. Tampaknya Allah memakai tipe
kepribadian ini untuk merintis ladang baru. Orang-orang seperti ini
berani mengambil risiko untuk melakukan karya besar bagi-Nya.
Belajarlah untuk membuat setiap murid merasa diterima dan dihargai,
bukannya merasa ditolak atau dianggap tidak ada. Komunikasikan kepada
murid-murid Anda mengenai minat, kepedulian, dan perhatian Allah
kepada mereka sebagai seorang individu.

3. Ajarkan dan hiduplah menurut prinsip struktur otoritas.
   Menghormati yang memiliki otoritas.

Pahamilah bahwa hidup di bawah otoritas membawa murid untuk memahami
otoritas Allah dalam hidupnya. Tekankan mengenai hubungan Anda dengan
yang memiliki otoritas, khususnya tanggung jawab Anda untuk hidup
sesuai dengan firman Tuhan dan hidup selaras dengan guru-guru yang
lain.

"Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab
mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus
bertanggung jawab atasnya. Dengan jalan itu mereka akan melakukannya
dengan gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan
membawa keuntungan bagimu." (Ibrani 13:17)

4. Kembangkan dan berilah contoh disiplin diri.

Banyak disiplin yang baik "ditangkap" dan bukan "diajarkan" saat murid
mengamati bagaimana Anda memelihara kelas Anda, mengatur program
pelajaran, menangani stres, menjalin hubungan yang positif dengan
orang lain, tetap tenang, dan mampu menangani masalah dan kekecewaan
dengan baik.

5. Perlakukan orang tua murid Anda sebagai mitra kerja.

Anda tak memiliki pendukung yang lebih baik dibanding orang tua murid
Anda sendiri. Tak ada orang yang lebih tertarik pada kesejahteraan dan
prestasi baik, dan tak ada orang yang lebih berdedikasi untuk
menyaksikan anak mencapai prestasinya selain orang tuanya sendiri.
Anda berperan sebagai wakil orang tua; "parentis en locus" yang
artinya menduduki posisi orang tua. Seperti halnya seorang ibu
berkomunikasi dengan seorang ayah, Anda ingin agar apa yang Anda
sampaikan menunjukkan kasih yang besar, perhatian yang mendalam,
kerelaan untuk bekerja sama menyelesaikan masalah dan komitmen jangka
panjang.

Diambil dan disunting dari:
Judul asli buku: 100 Ideas That Work!
Judul buku: 100 Ide Efektif untuk Menerapkan Disiplin pada Anak Didik
Judul asli artikel: Prinsip-Prinsip Utama
Penulis: Sharon R. Berry, Ph.D
Penerjemah: Agustien, SS
Penerbit: Gloria Graffa, Yogyakarta 2003
Halaman: 9 -- 11

Kontak: < konsel(at)sabda.org >
Redaksi: Sri Setyawati dan Tatik Wahyuningsih
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/konsel >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org