Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/287

e-Konsel edisi 287 (3-4-2012)

Berita Tentang Salib

______________________________e-KONSEL________________________________

        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
______________________________________________________________________

Edisi 287/April 2012

DAFTAR ISI
CAKRAWALA: PRINSIP-PRINSIP SALIB
ULASAN SITUS: GOTQUESTIONS.ORG

Salam sejahtera,

Salib adalah simbol penderitaan, hinaan, dan aib bagi kalangan Yahudi
dan Yunani. Seseorang yang mati disalib dianggap kena tulah dan
hukuman dari Tuhan Allah. Namun, justru melalui pengorbanan di kayu
salib Tuhan Yesus menyelamatkan umat manusia yang penuh dosa. Melalui
pengorbanan di kayu salib, Tuhan Yesus menjadi jalan agar manusia bisa
kembali kepada Allah. Inilah yang harus kita syukuri dan hargai.
Penderitaan yang kita alami saat ini tidak sebanding dengan
penderitaan yang telah Tuhan Yesus lakukan. Pada bulan April ini,
e-Konsel secara khusus akan menghadirkan artikel-artikel yang terkait
dengan Paskah. Pada edisi pertama bulan ini, Anda dapat menyimak
prinsip-prinsip salib dan ulasan situs gotquestions.org yang berbahasa
Indonesia. Temukan dasar-dasar alkitabiah yang menguatkan Anda untuk
tetap mengiring Yesus dan pastikan Anda tidak akan pernah
menyia-nyiakan hidup yang Dia anugerahkan.

Pemimpin Redaksi e-Konsel,
Sri Setyawati
< setya(at)in-christ.net >
< http://c3i.sabda.org/ >

                   CAKRAWALA: PRINSIP-PRINSIP SALIB

Bagaimana Allah menggenapi penyelamatan atas manusia? Apa yang Dia
lihat pada salib penghukuman yang kejam itu? Apa yang terjadi tatkala
Putra-Nya yang tunggal dan amat dikasihi-Nya itu mencucurkan darah,
bergumul, berseru, "Sudah selesai," dan kemudian menyerahkan nyawa-Nya?

Mari kita lihat dua prinsip ketetapan yang mengakhiri dilema yang
timbul karena dosa dan ketidakberdayaan kita, serta karena kekudusan
dan kasih Allah: prinsip pengorbanan yang cukup menebus segala dosa
dan prinsip kurban pengganti.

Prinsip 1: Dengan salib, pengorbanan Yesus sudah cukup.

Tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan (Ibrani 9:22). Lewat
kematian-Nya di atas kayu salib, Yesus Kristus telah mempersembahkan
diri-Nya kepada Allah sebagai kurban yang cukup untuk membayar dosa
seluruh umat manusia. Kurban hewan pada zaman Perjanjian Lama tidak
lagi berlaku, karena sesungguhnya kurban-kurban tersebut tidak pernah
dapat menghapus dosa manusia.

Dalam Perjanjian Lama, kurban harus dipersembahkan setiap hari. Satu
per satu dari hewan-hewan itu dibawa ke altar untuk disembelih.
Tiap-tiap hari dilakukan pembantaian hewan-hewan kurban. Penulis
kitab Ibrani memberi komentar atas fakta ini demikian, "Sebab tidak
mungkin darah lembu jantan dan darah domba jantan menghapuskan dosa."
(Ibrani 10:4)

Lagipula, kurban-kurban itu hanya ditujukan untuk dosa yang dilakukan
karena ketidaksengajaan, ketidaktahuan, atau kelemahan manusia
(Imamat 4:2-7). Kurban pada zaman Perjanjian Lama ini tidak dapat
dipersembahkan untuk menebus dosa yang disengaja dan telah
direncanakan terlebih dahulu. Karena itulah, tatkala Daud memohon
pengampunan atas dosa ganda yang telah dilakukannya, yaitu berzinah
dengan Batsyeba dan membunuh Uria, ia tidak mempersembahkan kurban.
Namun, ia datang ke hadapan Allah dengan "hati yang patah dan remuk
untuk memperoleh pengampunan." (Mazmur 51:18-19)

Oleh kematian-Nya di atas kayu salib, Tuhan Yesus telah berkurban satu
kali untuk dosa semua orang (Ibrani 10:12). Diri-Nya adalah kurban
yang utuh dan sempurna. Pengorbanan-Nya telah memenuhi tuntutan
kekudusan Allah, dan membawa keselamatan bagi semua orang yang percaya
kepada Kristus.

Beberapa alasan yang menunjukkan bahwa pengorbanan-Nya sudah cukup adalah:

- Dia menjadi anggota keluarga manusia. Dia benar-benar mewakili kita
(sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh malaikat) karena Dia memiliki
sifat-sifat dasar manusia.

- Dia hidup tanpa dosa. Walau dihadapkan pada pencobaan fisik, mental,
dan rohani, Yesus tidak berbuat dosa (Ibrani 4:15). Oleh karena itu,
tatkala Dia mati, Dia pun mati sebagai manusia sempurna. Oleh karena
Dia tidak berdosa, lewat kematian-Nya Dia dapat menebus dosa-dosa kita.

- Dia tetaplah Allah. Meski Kristus menjadi manusia sepenuhnya, sifat
ketuhanan-Nya pun tetap utuh. Dia bukan setengah Allah dan setengah
manusia; Dia sepenuhnya Allah dan sepenuhnya manusia. Keilahian-Nyalah
yang membuat pengorbanan-Nya tak ternilai, sehingga mampu menebus dosa
yang dilakukan oleh seluruh umat manusia.

Prinsip 2: Dengan salib, Yesus menjadi kurban pengganti.

Sebenarnya, Yesus ingin menyampaikan bahwa Dia akan menjadi kurban
pengganti tatkala berbicara kepada para murid bahwa Dia akan
menyerahkan hidup-Nya sebagai "tebusan bagi banyak orang". (Markus 10:45)

Entah bagaimana pemahaman para murid terhadap perkataan Yesus itu,
yang jelas mereka segera menyadari bahwa Kristus hendak
mempersembahkan hidup-Nya untuk melepaskan mereka dari dosa dan
kesalahan. Pada kayu salib, Kristus mati menggantikan tempat mereka
dan juga tempat kita. Di Kalvari, Dia menanggung kematian yang
seharusnya menjadi bagian kita dan hukuman yang sesungguhnya layak
kita terima. "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga
Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal." (Yohanes 3:16) Oleh
karena ketidakberdayaan kita, Allah yang penuh kasih telah mengutus
Anak-Nya untuk menggantikan kita. Dia telah menukarkan hidup-Nya untuk
kita, Dia mati supaya kita hidup (Yesaya 53:5,6; Roma 5:8; 1 Korintus
15:3; 2 Korintus 5:21; 1 Petrus 2:24, 3:18).

Ketika Yesus berkata bahwa Dia datang untuk mempersembahkan hidup-Nya
sebagai tebusan bagi banyak orang, mereka yang mendengarnya mungkin
akan berpikir bahwa pengorbanan yang dimaksudkan-Nya adalah menurut
adat pengorbanan orang Yahudi. Sejak kanak-kanak, mereka telah melihat
orang-orang membawa domba, lembu, atau burung merpati ke altar untuk
disembelih. Mereka juga tahu bahwa kematian hewan berkaitan dengan
dosa-dosa mereka. Pada waktu seorang imam meletakkan tangannya pada
kepala hewan tersebut, mereka sadar bahwa itu melambangkan
dipindahkannya kesalahan orang berdosa pada hewan tersebut. Lalu, saat
hewan itu disembelih dan darah tepercik di seputar altar, mereka juga
tahu bahwa darah ini melambangkan dihapuskannya kesalahan mereka.

Selanjutnya, prinsip ini digenapi dalam diri Pribadi yang dikatakan
oleh Yohanes Pembaptis, "Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus
dosa dunia!" (Yohanes 1:29)

Prinsip ini diilustrasikan dengan sebuah kisah yang diambil dari
sejarah bangsa Amerika. Konon, ada seorang pencuri ayam di antara
penduduk sebuah suku Indian. Kepala suku mengumumkan bahwa apabila si
pencuri tertangkap, ia akan mendapatkan 10 cambukan. Namun pencuri itu
tidak menghentikan perbuatannya, maka si kepala suku menambah hukuman
menjadi 20 cambukan. Walaupun sudah dikeluarkan pernyataan tersebut,
pencurian ayam tetap saja terjadi. Dalam kemarahannya, kepala suku itu
melipatgandakan hukumannya menjadi 100 kali cambukan -- yang sama
artinya dengan hukuman mati.

Akhirnya, tertangkaplah sang pencuri. Namun, kepala suku itu
menghadapi suatu dilema yang sulit. Si pencuri ternyata adalah ibunya
sendiri!

Ketika hari penghukuman tiba, semua orang berkumpul. Akankah kasih
kepala suku itu mengabaikan keadilannya? Orang banyak menahan napas
tatkala ia memerintahkan orang untuk mengikat ibunya pada sebuah
tiang. Kepala suku itu membuka pakaiannya, memperlihatkan kekuatan
tubuhnya, dan memegang cambuk di tangan. Akan tetapi, bukannya
melayangkan cambuknya, ia malah memberikan cambuk tersebut kepada
seorang anak muda yang gagah berani di sampingnya.

Perlahan-lahan, kepala suku itu berjalan mendekati ibunya, lalu dengan
tangannya yang kekar ia memeluk ibunya erat-erat. Kemudian, ia
memerintahkan anak muda tersebut mencambuknya 100 kali.

Itulah yang dilakukan Yesus bagi kita. Karena kasih, Dia menggantikan
kita dan mati bagi kita. Dia mengatasi ketidaksanggupan kita untuk
membayar harga keselamatan. Dalam ilustrasi di atas, hidup seorang ibu
diperpanjang karena anaknya, yang dengan kasih rela menggantikannya.
Kita juga mendapatkan hidup yang kekal oleh karena kematian Kristus,
yang menjadi kurban pengganti bagi kita.

Kematian Kristus sangatlah berharga, karena kematian itu menjembatani
jurang pemisah antara Allah dan manusia. Mari kita lihat kembali apa
yang telah terjadi.

Kondisi Manusia: Terkutuk karena dosa Adam dan dosanya sendiri, tak
berdaya untuk melakukan sesuatu yang dapat menyelamatkan dirinya, dan
berada di bawah hukuman mati.

Kedudukan Allah: Karena kekudusan-Nya Allah harus menghukum kejahatan.
Apabila Dia memberi sedikit ruang bagi kejahatan, itu akan menodai
karakter-Nya sendiri. Namun, karena Allah itu juga kasih, Dia ingin
menyelamatkan manusia dari hukuman mati.

Ketetapannya: Kristus, Anak Allah, menjadi manusia, hidup dengan tak
bercacat cela, lalu mati untuk menggantikan kita. Pengorbanan-Nya,
yakni kematian-Nya yang menggantikan kita, memungkinkan kita untuk
diselamatkan.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul asli buku: Why Did Christ Have to Die?
Judul buku terjemahan: Mengapa Kristus Harus Mati?
Penerjemah: Tan May Lan
Penerbit: Yayasan Gloria, Yogyakarta 1983
Halaman: 11 -- 15

                    ULASAN SITUS: GOTQUESTIONS.ORG

Di dunia ini ada banyak hal yang tidak kita mengerti. Dalam menghadapi
kenyataan hidup ada banyak yang Tuhan biarkan menjadi misteri bagi
kita. Karena itu, tidak mengherankan jika ada banyak orang yang
bertanya, "Mengapa?" kepada Tuhan. Walaupun begitu, suatu saat kita
akan memahami mengapa kita mengalami suatu peristiwa.

Apakah saat ini, Anda sedang bergumul dengan banyak pertanyaan tentang
hidup yang belum terjawab? Untuk mendapatkan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang mengusik Anda, alangkah tepatnya jika Anda
berkunjung ke situs gotquestions.org. Di dalam situs ini, Anda dapat
menemukan jawaban dari berbagai pertanyaan, seperti pertanyaan tentang
Keselamatan, Alkitab, Gereja, Manusia, Kehidupan Kristen, Doa, Dosa,
Pernikahan, Relasi, Keluarga dan Orang tua, dll.. Bukan hanya itu,
jawaban yang diberikan pun sangat bernas dan alkitabiah. Situs ini
memang tidak membahas hal-hal seputar konseling secara khusus, namun
beberapa pertanyaan yang ada di situs ini dapat digunakan untuk
menolong klien Anda dalam proses konseling. Berbeda dengan situs-situs
pada umumnya, situs ini tidak menampilkan materi atau artikel
konseling. Walaupun demikian, dari situs ini Anda dapat menemukan
bimbingan alkitabiah yang menuntun kepada hidup sesuai ajaran Kristus.
Cukup memasukkan kata kunci di kotak pencarian, maka Anda dapat segera
menemukan jawabannya.

Selain itu, situs ini juga menampilkan ayat-ayat Alkitab yang
menguatkan. Setiap tautan dalam situs ini dapat diakses dengan mudah
karena disusun dengan sederhana. Anda ingin mendapatkan jawaban atas
pergumulan Anda? Langsung saja, kunjungi situs ini. (SS)

Tanggal akses: 24 Februari 2012

==> http://www.gotquestions.org/Indonesia/index.html

Kontak: < konsel(at)sabda.org >
Redaksi: Sri Setyawati, Tatik Wahyuningsih
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/konsel >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org