Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/284

e-Konsel edisi 284 (13-3-2012)

Hubungan Pacaran/Tunangan

______________________________e-KONSEL________________________________

        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
______________________________________________________________________

EDISI 284/MARET 2012

DAFTAR ISI
BIMBINGAN ALKITABIAH: REFLEKSI ALKITABIAH
TIP: LIMA BOM WAKTU KETIDAKCOCOKAN
INFO: KUMPULAN BAHAN PASKAH DARI YLSA

Salam damai,

Sebelum sepasang kekasih mengambil keputusan untuk menikah, pada
umumnya mereka akan melewati masa pacaran dan atau tunangan. Pada masa
pacaran, ada banyak hal yang perlu kita waspadai dan perhatikan. Dalam
edisi ini, e-Konsel menghadirkan Bimbingan Alkitabiah tentang memilih
pasangan hidup dan kiat-kiat merawat hubungan hingga menuju
pernikahan. Bukan hanya itu, e-Konsel juga menawarkan informasi
tentang kelas pendidikan kaum awam dan situs Paskah yang layak Anda
baca. Jadi, jangan lewatkan edisi ini begitu saja. Dengan meluangkan
waktu untuk membaca edisi ini, Anda dapat menimba banyak wawasan baru.
Selamat menyimak.

Pemimpin Redaksi e-Konsel,
Sri Setyawati
< setya(at)in-christ.net >
< http://c3i.sabda.org/ >

              BIMBINGAN ALKITABIAH: REFLEKSI ALKITABIAH
                     Diringkas oleh: Sri Setyawati

Bahan: Kejadian 24:1-67

Berikut ini adalah asas-asas pemilihan pasangan hidup yang bisa kita
ambil dari Kejadian 24:1-67.

a. Kehendak Allah

Langkah pertama yang dilakukan dalam pemilihan pasangan ialah
menyerahkan seluruhnya kepada Tuhan. Jangan menyerahkan
setengah-setengah, tetapi seluruhnya. Allahlah yang empunya segala
sesuatu, termasuk memilih pasangan hidup. Bila hal ini tidak dilakukan
sesuai kehendak Allah, tidak mungkin berakhir dengan baik. Kehendak
Allah haruslah menjadi asas yang paling utama dalam memilih calon
istri/suami. Asas ini harus melebihi asas lainnya, termasuk alasan
cinta.

Pertanyaannya, bagaimanakah kita dapat menerapkan asas kehendak Tuhan
di dalam memilih pasangan? Pertama, kita harus memahami bahwa kita
adalah manusia yang berdosa (Roma 3:10). Dosa (1 Yohanes 3:4) telah
menimbulkan jurang pemisah antara kita dengan Allah. Puji Tuhan,
jurang pemisah itu telah dijembatani oleh pengorbanan Yesus di kayu
salib. Kedua, kita harus percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Anak
Tunggal Bapa yang turun ke dalam dunia, untuk menebus dan
menyelamatkan umat manusia dari belenggu dosa (Yohanes 3:16). Ketiga,
kita harus bertobat dari segala dosa -- mengakui segala dosa yang
meliputi pikiran, perkataan, perbuatan, dan keinginan yang
bertentangan dengan hukum Allah dan bertekad untuk tidak mengulanginya
lagi. Selanjutnya, pelihara, perdalam, dan kembangkan hubungan kita
dengan Tuhan dengan mempelajari firman Allah. Namun, jangan
mempelajari firman Allah untuk menguasainya, tetapi sebaliknya izinkan
firman itu menguasai kita dan menjadi dasar, jalan, dan tujuan hidup
kita. Jika hubungan kita dengan Tuhan berkembang seperti ini, maka
kita akan lebih mudah memahami petunjuk untuk mengetahui dan memahami
kehendak Allah di dalam kehidupan kita.

b. Kesamaan Wawasan Hidup

Wawasan hidup merupakan keseluruhan nilai-nilai yang mengatur,
mengendalikan, dan mengarahkan kehidupan manusia. Tentu saja, wawasan
hidup Kristen harus memuat nilai-nilai kekristenan yang ditumbuhkan
dan dikembangkan melalui pengetahuan dan pengalaman kristiani. Jadi,
kita harus memilikinya terlebih dulu dan mencari pasangan yang
memiliki kesamaan wawasan dengan kita.

Anak-anak muda yang memiliki nilai-nilai kekristenan yang kuat, tidak
akan ragu untuk memilih pasangan yang sesuai dengan kehendak Allah.
Saya mengenal beberapa anak muda yang begitu aktif dalam
kegiatan-kegiatan dan pelayanan gereja, tetapi begitu mudah tertarik
dan jatuh cinta kepada orang yang tidak sewawasan, bahkan berbeda
iman. Penyebab utamanya ialah karena nilai-nilai kekristenan mereka
masih terlalu dangkal, belum dihayati, dan belum berakar. Bila
nilai-nilai itu kuat, mereka tidak akan pernah ditundukkan oleh orang
lain. Oleh sebab itu, gali dan perdalam pengetahuan tentang firman
Tuhan. Cari dan pilihlah pengalaman-pengalaman yang mendukung
pertumbuhan dan pengembangan kekristenan, supaya Roh Kudus selalu
mengawali hidup dan memampukan kita untuk memenangkan setiap
pergumulan dalam hidup ini.

c. Hubungan Kekerabatan

Yang dimaksud dengan hubungan kekerabatan adalah hubungan antara
anak-orang tua dan kakak-adik. Hubungan ini sangatlah penting dan
tidak dapat ditinggalkan. Pemilihan pasangan hidup hendaknya
mendapatkan persetujuan dan restu dari orang tua dan dukungan dari
saudara-saudara.

Keluarga yang dibentuk sebagai muara dari proses pemilihan pasangan
hidup adalah suatu lembaga pewarisan nilai-nilai hidup yang paling
kuat. Pewarisan nilai-nilai itu ditentukan olah kualitas hubungan
kekerabatan. Makin kuat ikatan kekerabatan, makin muluslah
kelangsungan pewarisan itu, dan kemulusan pewarisan itu akan
memperkuat nilai-nilai kekristenan.

d. Ketepatan Waktu

Dalam menyatakan pilihan pasangan hidup, kita tidak boleh
tergesa-gesa. Ruang dan waktu perlu disediakan untuk mendengarkan
suara Tuhan, agar pemilihan tidak akan menyimpang dari kehendak Tuhan.
Kesabaran dibutuhkan supaya setiap langkah yang diambil dapat
dijalankan tepat pada waktunya, termasuk langkah menyatakan pilihan
itu.

e. Moralitas

" ... seorang perawan, belum pernah bersetubuh dengan laki-laki"
(Kejadian 24:16). Ayat ini memancarkan asas moralitas, yaitu menjaga
dan memelihara keperawanan sebelum menikah. Perkawinan adalah
rancangan Allah sendiri. Karena itu, kesuciannya haruslah dipelihara
dan dijaga jangan sampai ternoda oleh hubungan-hubungan antara mereka
yang bersangkutan yang melampaui batas yang diperkenankan oleh moral.

f. Kecantikan

Tidak disangkali bahwa setiap orang tertarik kepada kecantikan fisik.
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang artistik, suka akan
keindahan, termasuk kecantikan. Tidaklah heran jika ada orang yang
sangat mendambakan, bahkan memberhalakan kecantikan. Kecantikan di
dalam asas ini lebih mengarah pada ketertarikan dan kecocokan. Jadi,
pilihlah orang yang menarik dan cocok dengan Anda, yang saat berada di
dekatnya Anda merasa gembira, senang, dan puas. Akan tetapi,
kecantikan tidak ditentukan oleh sifat-sifat jasmaniah saja, tetapi
juga sifat-sifat batiniah (watak, sikap, dan tingkah laku) dan
nilai-nilai lainnya yang terbentuk melalui pengetahuan yang
dipelajari dan pengalaman yang dialami. Kecantikan itu adalah
keseluruhan sifat-sifat yang baik dan luhur yang terkandung dalam
pribadi seseorang, yang menimbulkan daya tarik dan rasa cocok, serta
merangsang rasa gembira, senang, dan puas. Memilih pasangan hidup
tidaklah memilih tubuhnya, melainkan memilih pribadinya, pribadi yang
berkenan kepada Tuhan.

g. Upaya yang Suci

Allah tidak hanya merancangkan pernikahan, tetapi Dia juga turut
menjaga terlaksananya pemilihan calon istri yang tepat. Dengan
perkataan lain Allah turut berperan dalam proses pemilihan calon
pasangan hidup dan menghasilkan upaya yang suci. Allah itu suci,
karenanya segala yang disentuhnya menjadi suci.

Mengingat akan peranan Allah ini, maka selayaknyalah manusia
mengimbanginya dengan berdoa secara terus-menerus. Hamba Abraham dalam
tugasnya memilihkan calon istri bagi Ishak, tercatat tiga kali berdoa
kepada Tuhan Allah. Jadi, berdoalah setiap waktu agar kita selalu
ingat akan kehadiran Tuhan dalam kehidupan kita. Berdoalah untuk
setiap kegiatan, setiap rencana, dan cita-cita supaya Allah turut
berperan dan memberkati setiap upaya itu. Berdoalah pada saat kita
sedang mencari pasangan hidup, berdoalah pada saat kita menemukan
pasangan yang cocok, dan berdoalah untuk kesempatan berkasih sayang
dengan pasangan kita, berdoalah untuk semua kenikmatan dan kemesraan
yang dikaruniakan Allah kepada kita dan pasangan kita, berdoalah pada
saat Allah menuntun kita memasuki ikatan perkawinan yang kudus.

Diringkas dari:
Judul buku: Menuju Kebahagiaan Kristiani dalam Perkawinan
Judul bab: Memilih Pasangan Hidup
Penulis: Drs. J. Kussoy
Penerbit: Gandum Mas, Malang 1994
Halaman: 51 -- 60

Catatan: Jika Anda ingin membaca artikel ini seutuhnya, Anda bisa
mengaksesnya melalui situs Christian Counseling Center Indonesia (C3I)
di alamat: http://c3i.sabda.org/refleksi_alkitabiah

                  TIP: LIMA BOM WAKTU KETIDAKCOCOKAN
                     Diringkas oleh: Sri Setyawati

Perbedaan-perbedaan yang ada perlu dicermati dalam memilih pasangan
hidup. Pasangan dengan latar belakang yang berbeda dari kita, bisa
memperlengkapi dan memperkaya kehidupan kita. Namun, jika kadarnya
terlampau ekstrem, tak jarang perbedaan itu berpotensi menimbulkan
konflik. Ya, jika tidak diantisipasi dan disikapi secara tepat,
perbedaan tersebut dapat menjadi "bom waktu" yang dapat meledak
sewaktu-waktu. Bom waktu yang perlu diwaspadai itu adalah sebagai
berikut.

1. Perbedaan umur yang mencolok.

Sebuah penelitian tentang kesenjangan umur antara suami dan istri
menunjukkan hasil yang menarik. Kelompok suami yang paling bahagia
adalah mereka yang istrinya lebih muda 12 tahun atau lebih. Kelompok
istri yang paling bahagia adalah mereka yang suaminya 3 -- 5 tahun
lebih tua. Kesimpulannya? Silakan Anda pikirkan sendiri.

Yang jelas, jika Anda berhubungan dengan pasangan yang jauh lebih tua
atau jauh lebih muda daripada Anda, ada beberapa potensi masalah yang
perlu dipertimbangkan masak-masak. Orang yang memiliki perbedaan umur
mencolok berada pada fase hidup yang berbeda. Minat, fokus, dan arah
hidup mereka boleh jadi malah berseberangan.

Perbedaan umur yang mencolok perlu diantisipasi secara saksama. Jalan
tengah mana yang dapat diambil? Dapatkah Anda berdua memikirkan
kompromi dan solusi kreatif yang memuaskan kedua belah pihak? Tanpa
penanganan yang serius, perbedaan-perbedaan itu hanya akan memantik
percekcokan.

2. Perbedaan keyakinan rohani.

Berbeda dengan ketidakcocokan lainnya, Tuhan secara khusus
memperingatkan kita agar tidak menikah dengan orang yang tidak
percaya. Pernikahan bukan hanya perjanjian antara suami dan istri,
namun juga antara mereka dan Tuhan. Apabila salah satu pihak berbeda
keyakinan atau tidak percaya kepada Tuhan, bagian perjanjian dengan
Tuhan tentu saja menjadi rapuh. Orang kristiani yang
bersungguh-sungguh juga akan mengalami ketidakseimbangan jika menikah
dengan orang kristiani yang tidak serius dalam menghayati imannya.

Kesatuan rohani itu sangat penting karena kehidupan pernikahan tak
ayal akan melewati masa-masa berat penuh tantangan, penderitaan,
kekecewaan, musibah, sakit-penyakit, kebangkrutan, dan kematian.
Dengan kesatuan rohani, kedua pasangan akan dapat bersama-sama berseru
kepada Tuhan untuk menguatkan mereka melewati masalah tersebut. Betapa
berbedanya jika kita harus melewatinya seorang diri, tanpa dukungan
rohani dari pasangan hidup kita.

Kesatuan rohani antara suami dan istri juga memungkinkan anak
mengalami pembinaan iman yang optimal. Anak-anak memerlukan orang tua
yang dapat menunjukkan jalan menuju Yesus dan meneladankan kerohanian
yang kokoh. Dengan menyaksikan kesatuan iman kedua orang tuanya, akan
lebih mudah bagi anak untuk menyerap sistem nilai yang sama dan
memantapkan iman mereka sendiri.

3. Perbedaan latar belakang etnis, status sosial, atau pendidikan.

Seorang pelintas alam mengatakan, yang paling mengganggunya dalam
perjalanan bukanlah bebatuan besar yang merintangi lintasan, melainkan
kerikil-kerikil kecil yang menyelinap ke dalam sepatunya. Apabila
tidak dikelola secara tepat, perbedaan latar belakang etnis, status
sosial, atau pendidikan berpotensi menjadi kerikil-kerikil kecil yang
menjengkelkan dalam kehidupan pernikahan.

4. Orang tua yang terlalu dominan.

Seorang yang hendak menikah, harus siap meninggalkan orang tuanya
untuk menyatu dengan pasangannya. Dari pihak orang tua, mereka harus
mempersiapkan diri untuk melepaskan anak mereka secara fisik, secara
finansial, dan secara emosional. Pasangan yang menikah semestinya
dilepaskan untuk membangun sarang baru, menakhodai kapal mereka secara
mandiri. Orang yang menikah juga mengalihkan prioritas perhatiannya
dari orang tua kepada pasangannya. Ia lebih mengutamakan hubungannya
dengan pasangan hidupnya daripada hubungannya dengan orang-orang lain,
termasuk dengan orang tuanya.

Orang tua yang terlalu protektif atau terlalu dominan menghambat
proses ini. Mereka ingin terus-menerus mengontrol kehidupan anaknya.
Campur tangan orang tua yang berlebihan ini, tak ayal akan mempersulit
proses penyatuan kedua pasangan.

Ketika memilih pasangan hidup, Anda perlu memerhatikan secara cermat
pola hubungan antara pasangan Anda dan kedua orang tuanya. Apakah
orang tuanya siap untuk melepaskan anak mereka menjadi pasangan Anda?
Apakah pasangan Anda siap untuk meninggalkan orang tuanya demi menyatu
dengan Anda?

5. Hubungan jarak jauh.

Komunikasi kita 55% disampaikan melalui raut wajah, sosok, dan sikap
tubuh -- aspek-aspek nonverbal. Saat berhubungan melalui telepon, kita
hanya menerima 38 persen berupa nada suara dan 7% pesan verbal.
Sisanya, 55% yang nonverbal tadi, tidak hadir. Nah, komunikasi
tertulis hanya menyalurkan 7% pesan verbal dan kehilangan 93% aspek
lainnya.

Pada pasangan yang membina hubungan jarak jauh, konselor pernikahan
biasanya menyarankan agar mereka bertemu lebih sering sebelum menikah.
Jika perlu, mereka tinggal di kota yang sama atau berdekatan selama
kira-kira satu tahun. Tujuannya ialah untuk mengenal satu sama lain
secara lebih dekat dan menguji kesungguhan hubungan mereka. Jika
tidak, Anda sedang menyelundupkan bom waktu ketidakcocokan ke dalam
pernikahan Anda.

Diringkas dari:
Judul buku: Pacaran Asyik dan Cerdas
Judul bab: 5 Bom Waktu Ketidakcocokan
Penulis: Arie Saptaji
Penerbit: Gloria Graffa, Yogyakarta 2009
Halaman: 63 -- 72

Catatan: Jika Anda ingin membaca artikel ini seutuhnya, Anda bisa
mengaksesnya melalui situs Christian Counseling Center Indonesia (C3I)
di alamat: http://c3i.sabda.org/5_bom_waktu_ketidakcocokan

                INFO: KUMPULAN BAHAN PASKAH DARI YLSA

Apakah Anda sedang bingung mempersiapkan acara Paskah di gereja,
persekutuan, atau komunitas Anda? Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
< http://www.ylsa.org > menyediakan sejumlah sumber bahan Paskah
pilihan dan alkitabiah untuk membantu Anda menemukan pengetahuan
Alkitab dan inspirasi untuk menyambut Paskah.

Anda bisa berkunjung ke Situs Paskah Indonesia
< http://paskah.sabda.org/ > yang memuat segudang bahan menarik
seputar Paskah, antara lain artikel, drama, puisi, kesaksian, dan
buku. Anda juga bisa menyumbangkan bahan-bahan Paskah karya Anda di
situs ini dan membagikannya kepada orang lain. Jika waktu Anda
terbatas dan membutuhkan referensi tepercaya seputar bahan Paskah,
berbagai link dan daftar kategori di situs mini < http://paskah.co/ >
akan menolong Anda menyeleksi bahan-bahan yang Anda butuhkan.

YLSA juga menghadirkan kisah-kisah Paskah dalam bentuk video yang
memadukan unsur teks, audio, dan grafis menarik yang dapat diunduh
secara gratis di YouTube < http://youtube/user/sabdaalkitab >. Selain
itu, Anda juga kami undang untuk berinteraksi dengan anak-anak Tuhan
yang lain melalui "sharing" dan diskusi seputar perayaan Paskah di
Facebook Paskah < http://fb.sabda.org/paskah >. Paskah segera datang,
jangan menunda lagi. Segera kunjungi keempat pranala kami dan dapatkan
bahan-bahan Paskah dari YLSA!

Kontak: < konsel(at)sabda.org >
Redaksi: Sri Setyawati, Tatik Wahyuningsih, dan Mahardhika Dicky K.
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/konsel >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org