Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/282

e-Konsel edisi 282 (28-2-2012)

Kasih yang Memberi

______________________________e-KONSEL________________________________

        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
______________________________________________________________________

EDISI 282/FEBRUARI 2012

DAFTAR ISI
CAKRAWALA: MENGAPA ORANG KRISTEN MEMBERI?
KOMUNITAS KONSEL: PEMBERIAN YANG TIDAK DIHARGAI

Salam kasih,

Dalam hidup bermasyarakat, kita tidak dapat hidup egois. Terlebih
lagi, kita adalah orang-orang yang sudah mendapatkan kemurahan dari
Allah. Kita seharusnya tidak lagi menjadi orang yang egois, dan
menutup mata dengan kebutuhan orang lain. Kasih identik dengan
memberi. Jika kita mengatakan bahwa kita mengasihi, tetapi jika kita
tidak mau memberi, kita membohongi diri kita sendiri. Kami mengundang
Anda untuk mewujudkan kasih dengan memiliki ketulusan dalam memberi.
Silakan simak artikel "Mengapa Orang Kristen Memberi?" dan beberapa
pendapat Sahabat Konsel dalam kolom Cakrawala dan Komunitas Konsel di
edisi terakhir bulan ini. Marilah kita semakin menyadari dan
mensyukuri kasih-Nya, dan semakin hati kita dipenuhi dengan kemurahan
untuk memberi. Selamat mengasihi, selamat memberi. Tuhan memberkati.

Pemimpin Redaksi e-Konsel,
Sri Setyawati
< setya(at)in-christ.net >
< http://c3i.sabda.org/ >

               CAKRAWALA: MENGAPA ORANG KRISTEN MEMBERI?

Mengapa orang Kristen memberi? Ini adalah pertanyaan yang sederhana,
namun jawaban yang diberikan kepada orang-orang Kristen sering kali
belum jelas yang mana yang terbaik. Banyak orang Kristen mendengar
berbagai alasan untuk memberi, seperti: "Allah begitu murah hati
kepada Anda, sebaliknya Anda pun seharusnya murah hati," "Segala
sesuatu adalah milik Allah dan Anda hanya membagikannya lagi," "Ada
sukacita ketika memberi," "Memberi akan mengajari Anda banyak
pelajaran rohani," atau "Membantu sesama manusia adalah hal yang
baik."

Alasan-alasan tersebut semuanya benar, tetapi saya takut alasan-alasan
itu salah sasaran. Saya memiliki masalah dalam memilah dan melihat
perbedaan antara keterangan-keterangan itu dengan "kedermawanan". Apa
yang memisahkan panggilan Kristen untuk memberi dari keinginan yang
semata-mata hanya untuk lebih meningkatkan kesejahteraan "sesama"
kita? Apakah ada perbedaan di antara keduanya?

Pemberian Kita Harus Ditujukan Kembali kepada Kristus

Pendeta saya, seorang guru Alkitab yang hebat, sering mengutip
pernyataan seorang teolog tua yang mengatakan sesuatu yang kira-kira
berbunyi seperti berikut: "Jika tidak mengenai Yesus, hal apa pun
bukanlah kekristenan." Saya akan melakukan yang terbaik untuk menjawab
pertanyaan tentang memberi dalam konteks ini.

Pemberian kita harus ditujukan kembali kepada Kristus.

Di dalam daging, dalam dosa, kita adalah PENERIMA. Sejak di Taman
Eden, kita keluar untuk mendapatkan apa saja yang dapat kita peroleh
untuk diri kita sendiri. Bahkan tindakan kita dalam memberi dapat
dirusak oleh motivasi ingin melayani diri sendiri. Kehidupan Kristus
di dalam kita berlawanan dengan hal ini. Kita menjadi PEMBERI saat
kita melekat dengan Roh-Nya. Bukan hanya menjadi pemberi uang, namun
segala hal: waktu, energi, cinta, talenta, emosi, dan seterusnya. Kita
hidup untuk memberkati orang lain. Di dalam daging, kita seperti
spons, menyerap semua yang bisa kita peroleh untuk diri kita sendiri.
Ketika setiap cara yang memungkinkan dilakukan, bahkan mungkin sampai
tenggelam, kita tetap berusaha menyerap lebih banyak.

Orang Kristen memberi karena Kristus ada di dalam mereka. Sesederhana
itu.

Dalam Kristus, kita mulai melihat air yang mulai mengalir dengan arah
yang berlawanan, menjauh dari diri kita sendiri. Kita sebenarnya mulai
melihat hati kita dan jiwa kita percaya: "Adalah lebih berbahagia
memberi dari pada menerima." (Kisah Para Rasul 20:35) Bertolak
belakang dengan prinsip spons, "Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti
yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir
aliran-aliran air hidup." (Yohanes 7:38) Seperti Kristus memperoleh
kemenangan di dalam hati manusia, keinginan mereka untuk bermurah
hati, untuk memberkati orang lain sebelum mereka sendiri tidak dapat
dibendung. Kristus berkata: "Karena di mana hartamu berada, di situ
juga hatimu berada." (Matius 6:21) Ketika Dia, yang memiliki
kehidupan, kematian, dan kebangkitan, melakukan apa yang
dikatakan-Nya: "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih
seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya" (Yohanes
15:13), memenuhi hati kita, kita tidak bisa melakukan apa pun selain
mengikuti teladan-Nya. Hidup untuk memberi dan memberkati orang lain
menjadi sukacita yang suci ketika Kristus mendapat tempat yang layak
di dalam hati kita.

Jika saya jujur, saya tidak tahu apakah saya pernah bertemu dengan
orang saleh yang kikir. (Perhatikan, saya tidak berkata "kaya". Saya
sudah bertemu banyak orang saleh yang juga kaya.) Semakin banyak saya
mempelajari kehidupan Kristus dan orang-orang beriman yang memberi
inspirasi, semakin saya mengetahui bahwa Roh yang menuntun dengan
kasih Allah tidak dapat ditahan selain untuk hidup dalam kemurahan.
Orang-orang yang memiliki aliran Air Hidup merasa dicekik oleh
keegoisan. Mereka dipaksa untuk hidup dan memberi seperti Kristus.
Mereka diubahkan oleh Roh-Nya dan hal itu dilakukan sama alaminya
dengan bernapas.

Kesimpulannya, orang-orang Kristen memberi karena Kristus ada di dalam
mereka. Sesederhana itu.

Juru Selamat kita adalah dasar kemurahan. Dia hidup di dalam kita dan
kerinduan untuk memberkati orang lain hanyalah pernyataan alamiah dari
kuasa-Nya yang ada di dalam hati kita. Tidak diragukan, pemberian kita
menghormati kepemilikan Allah, mendatangkan sukacita bagi kita,
mengajarkan sesuatu kepada kita, dan membantu orang-orang yang tidak
seberuntung kita. Namun, semua ini hanyalah carang, bukanlah Pokok
Anggur. Kristus, yang menciptakan prinsip "adalah lebih berbahagia
memberi dari pada menerima", meneruskan karya-Nya dan menyatakan
Diri-Nya dan kekuatan-Nya melalui umat-Nya. Hal ini, Saudara, adalah
ajaran kekristenan, bukan kedermawanan. (t/Setya)

Diterjemahkan dari:
Nama situs: Bible Money Matters
Alamat URL: http://www.biblemoneymatters.com/
            why-do-christians-give-philanthropy-or-christianity/
Judul asli artikel: Why Do Christians Give? Philanthropy Or Christianity?
Penulis: Tidak Dicantumkan
Tanggal akses: 5 Desember 2011

            KOMUNITAS KONSEL: PEMBERIAN YANG TIDAK DIHARGAI

Firman Tuhan mengatakan, "Adalah lebih berbahagia memberi dari pada
menerima." (Kisah Para Rasul 20:35) Namun, bagaimana jika pemberian
kita tidak dihargai atau diremehkan oleh orang yang kita beri? Mungkin
rasa sesal menggelayuti kita. Akan tetapi, ada juga yang tidak ambil
pusing dengan respons si penerima. Beberapa waktu yang lalu, topik ini
muncul dalam page Facebook e-Konsel. Berikut penuturan para Sahabat.

e-Konsel: Bagaimana Anda menyikapi orang-orang yang tidak menghargai
pemberian Anda?

Komentar:

Hadirat Syukur Lombu: Biarkan saja, toh kita tidak rugi, baca Kolose
3:23. Gitu saja kok repot, he.. he.. he..

e-Konsel: @Hadirat: Jadi kalau kita rugi tidak boleh dibiarkan?

Tatik Wahyuningsih: Ya tidak usah diberi lagi...

Mahardhika Dicky Kurniawan: Dipikir-pikir lagi kalau mau memberi dia,
mungkin pemberian itu memang bukan yang dia butuhkan.

e-Konsel: Terima kasih Sahabat :)

Bagaimana dengan Anda? Bagaimana sikap Anda jika pemberian Anda tidak
dihargai? Posting komentar Anda di alamat ini
< http://www.facebook.com/sabdakonsel/posts/10150455918943755 >.
Terima kasih.

Kontak: < konsel(at)sabda.org >
Redaksi: Sri Setyawati, Tatik Wahyuningsih, dan Mahardhika Dicky K.
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/konsel >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org