Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/276 |
|
e-Konsel edisi 276 (17-1-2012)
|
|
______________________________e-KONSEL________________________________ Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen ______________________________________________________________________ EDISI 276/JANUARI 2012 DAFTAR ISI CAKRAWALA: KENALI BOS YANG SESUNGGUHNYA TELAGA: BILA PEKERJAAN TIDAK LAGI MEMUASKAN ULASAN BUKU: KONFLIK DALAM HIDUP SEHARI-HARI Salam kasih, Masalah yang dihadapi di dunia kerja tentu sangat kompleks. Terkadang masalah-masalah kecil dapat menjadi masalah besar karena masing-masing orang tidak mau mengalah atau mementingkan egonya sendiri-sendiri. Jika hal ini terjadi, suasana kerja pun menjadi tidak nyaman dan bisa menimbulkan rasa tidak betah untuk tetap bertahan di tempat kerja. Sebagai seorang Kristiani, apa yang seharusnya kita lakukan? Apakah kita harus tunduk secara total kepada atasan kita? Apa yang harus kita lakukan jika pekerjaan kita tidak lagi memuaskan? Mengapa konflik-konflik yang kita alami dalam kehidupan senantiasa datang silih berganti? Sajian berikut ini kiranya menolong kita untuk mengatasi masalah-masalah sikap di tempat kerja. Anda dapat menyimak bagaimana mengenali bos yang sesungguhnya, apa yang harus dilakukan bila pekerjaan tidak lagi memuaskan, dan mengatasi konflik dalam hidup sehari-hari. Jadi, jangan ragu-ragu lagi untuk membaca sajian kami. Tetap semangat dan tetap lakukan yang terbaik. Pemimpin Redaksi e-Konsel, Sri Setyawati < setya(at)in-christ.net > < http://c3i.sabda.org/ > CAKRAWALA: KENALI BOS YANG SESUNGGUHNYA "Rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia." (Efesus 6:7) Seandainya Anda mengadakan survei acak terhadap orang-orang yang bekerja, mungkin akan Anda temukan lebih dari separuh orang itu tidak betul-betul menyukai jabatan mereka. Bahkan, mungkin banyak yang mengatakan bahwa mereka benci dengan pekerjaan mereka. Mungkin itulah sebabnya, ide bekerja demi akhir pekan itu demikian populer dalam kebudayaan Amerika. Orang mau menghindar dari tempat kerja sesegera mungkin. Sayangnya, sikap seperti itu bisa menggerogoti kemampuan seseorang untuk berprestasi di tempat kerjanya. Karyawan yang bersikap "aku tidak mau berada di sini", akan sering memilih bekerja secukupnya atau berupaya secukupnya. Mungkin Anda pun pernah merasa demikian dari waktu ke waktu. Tetapi menurut Alkitab, bekerja secukupnya itu tidaklah cukup baik. Paulus membahas persoalan ini dengan pernyataan yang tegas terhadap jemaat di Efesus, di mana ia mendorong umat Kristiani untuk mengerjakan segalanya seolah-olah bekerja bagi Allah. Evaluasikanlah kebiasaan kerja Anda. Apakah Anda muncul tepat pada waktunya di tempat kerja dan bekerja sesuai jam kerja Anda? Apakah Anda menggunakan waktu Anda dengan efisien? Apakah Anda terfokus kepada tugas yang ada di depan mata? Apakah Anda mengantisipasi masalah dan berupaya menghindarinya bila memungkinkan? Kalau Anda sudah melakukan semuanya itu, carilah cara-cara untuk melakukannya lebih baik lagi. Mulailah berbicara positif tentang jabatan Anda. Kalau Anda sudah menyukai pekerjaan Anda, Anda sudah di jalur yang benar. Tetapi, apabila Anda kurang senang dengan jabatan Anda, mungkin sudah waktunya Anda mencari hal-hal yang positif. Jabatan tetap mana pun itu baik, sebab setidaknya itu membantu Anda untuk mendapatkan makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Hal baik apa lagi yang bisa Anda katakan tentang pekerjaan Anda? Temukanlah sebanyak mungkin. Lalu fokuslah kepada yang positif daripada yang negatif. Renungkanlah maksud yang lebih besar dari jabatan Anda. Apakah perusahaan itu menghasilkan sesuatu yang memberikan nilai tambah bagi kehidupan orang lain? Sejauh produknya cocok dengan nilai-nilai Anda, bersemangatlah. Pandanglah gambaran yang lebih besar. Pandanglah peran Anda sebagai karyawan. Teladan Anda dalam bekerja bisa berbicara banyak kepada pemberi kerja Anda maupun sesama karyawan lainnya. Mungkin salah satu cara yang dapat Anda lakukan untuk membuat perbedaan adalah dengan menjadi teladan bagi orang lain. Bekerja seolah-olah bagi Allah mungkin tampaknya berat, tetapi sangat besar upahnya. Siapa tahu, Anda mungkin dipilih untuk dipromosikan karena sikap kerja Anda yang baik. Pokoknya, jangan lupa siapa bos Anda sebenarnya -- Allah. Aplikasi: Saya akan... a. merenungkan apa artinya bekerja seolah-olah bagi Allah (ya/tidak), b. mengevaluasi sikap saya yang sekarang terhadap pekerjaan (ya/tidak), c. fokus kepada aspek-aspek positif dari jabatan saya (ya/tidak), d. mencari cara-cara untuk menjadi teladan yang baik di tempat kerja (ya/tidak), e. menelaah gambaran yang lebih besar, yang berhubungan dengan jabatan saya dan bagaimana itu memengaruhi orang lain (ya/tidak), f. mengejar kesempurnaan dalam segala hal yang saya kerjakan (ya/tidak), dan g. belajar menyukai pekerjaan saya (ya/tidak). Hal-hal yang harus dikerjakan: a. Menciptakan pengingat yang mengatakan Allah itulah bos Anda dan memajangnya di rumah/tempat kerja untuk mengingatkan Anda, bagi siapa Anda sesungguhnya bekerja. b. Membaca buku tentang kesempurnaan. Bandingkan wawasan yang Anda peroleh dari buku tersebut dengan pemahaman Anda akan perspektif Allah tentang kesempurnaan. c. Berbicara dengan atasan dan menanyakan bagaimana Anda bisa lebih baik sebagai karyawan. d. Membuat daftar sepuluh hal yang baik tentang jabatan Anda. e. Menelepon seorang rekan sekerja dan meminta opininya tentang sikap umum Anda di tempat kerja. f. Mendaftarkan diri dalam suatu kursus atau mencari sumber daya yang spesifik untuk meningkatkan keterampilan kerja Anda. Hal-hal yang perlu diingat: Matius 5:16; 2 Tesalonika 3:10, Kolose 3:17, Nehemia 6:3, Keluaran 20:9, dan 1 Tesalonika 4:11. Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul asli buku: Checklist for Life Judul buku: Panduan Hidup Judul asli artikel: Kenali Boss yang Sesungguhnya Penulis: Tidak dicantumkan Penerjemah: Drs. Arvin Saputra Penerbit: Interaksara, Batam Halaman: 140 -- 143 TELAGA: BILA PEKERJAAN TIDAK LAGI MEMUASKAN Mencari pekerjaan yang ideal tidaklah mudah. Kerap kali kita harus puas dengan pekerjaan yang tersedia, kendati pekerjaan itu tidak terlalu kita sukai. Akibatnya, kita akan merasa jenuh dan tertekan. Pada akhirnya, kualitas karya kita pun merosot. Apa yang harus kita lakukan bila kita berada dalam kondisi itu? a. Meski tidak menyukainya, kita tetap harus mengerjakan kewajiban kita sebaik-baiknya. Firman Tuhan mengingatkan, "Hai, hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia ini dalam segala hal, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan mereka, melainkan dengan tulus hati karena takut akan Tuhan. Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:22, 23) Kita dipanggil untuk mengerjakan tugas kewajiban kita sebaik-baiknya, tidak peduli apakah kita menyukai pekerjaan itu atau tidak. b. Kita dipanggil untuk bekerja, meski pekerjaan ideal yang kita idamkan belum terwujud. Firman Tuhan mengingatkan, "Tetapi kami berpesan kepadamu, saudara-saudara, dalam nama Tuhan Yesus Kristus, supaya kamu menjauhkan diri dari setiap saudara yang tidak melakukan pekerjaannya dan yang tidak menurut ajaran yang telah kamu terima dari kami. Sebab kamu sendiri tahu, bagaimana kamu harus mengikuti teladan kami karena kami tidak lalai bekerja di antara kamu dan tidak makan roti orang dengan percuma tetapi berusaha dan berjerih payah siang malam supaya jangan menjadi beban siapa pun di antara kamu." (2 Tesalonika 3:6-7) c. Ada satu alasan mengapa Tuhan memerintahkan kita untuk bekerja, sekalipun kita belum memperoleh pekerjaan yang kita idamkan. Yang terutama, kita harus menjaga kesaksian hidup sebagai orang Kristen. Jangan sampai kita mencoreng nama Tuhan akibat kemalasan kita. d. Tuhan memimpin kita sampai ke tempat tujuan (dalam hal ini, pekerjaan yang kita dambakan) melalui perjalanan karier, bukan melalui berdiam diri menantikan datangnya tawaran. Tidak jarang Tuhan mempertemukan kita dengan orang tertentu, yang akhirnya membukakan pintu bagi kita untuk masuk ke pekerjaan baru yang kita impikan. Juga, dengan terus bekerja, bukankah kita sesungguhnya tengah membangun tumpukan pengalaman kerja yang nantinya akan sangat bermanfaat untuk mendapatkan pekerjaan yang baru? Ingat, kita cenderung mengaryakan orang yang bekerja, bukan orang yang tidak bekerja. Jadi, apa pun pekerjaan itu, lakukanlah. e. Ada kalanya Tuhan tidak memberikan pekerjaan yang kita inginkan karena Tuhan bermaksud lain, misalnya ada "tugas" yang belum terselesaikan, ada perubahan karakter yang perlu dipersiapkan, atau ada "bahaya" yang Tuhan perlu hindarkan dari kita. Firman Tuhan, "Tetapi aku tetap dekat-Mu; Engkau memegang tangan kananku. Dengan nasihat-Mu Engkau menuntun aku dan kemudian Engkau mengangkat aku ke dalam kemuliaan." (Mazmur 73:23-23) Diambil dari: Nama situs: TELAGA.org Alamat URL: http://telaga.org/audio/bila_pekerjaan_tidak_lagi_memuaskan Judul transkrip: Bila Pekerjaan Tidak Lagi Memuaskan (T176A) Penulis: Pdt. Dr. Paul Gunadi Tanggal akses: 1 November 2011 ULASAN BUKU: KONFLIK DALAM HIDUP SEHARI-HARI Judul buku: Konflik dalam Hidup Sehari-Hari Judul asli: -- Penulis/Penyusun: Robby L. Chandra Penerjemah: -- Editor: -- Penerbit: Penerbit Kanisius, Yogyakarta 1992 Ukuran buku: 12,5 x 20 cm Tebal: 142 halaman ISBN: 979-413-820-7 Buku Online: -- Download: -- Dalam hubungan kita dengan sesama, tentu kita pernah mengalami konflik dengan sesama. Jika konflik-konflik itu tidak segera kita selesaikan, maka dapat memengaruhi hubungan kita dengan Tuhan. Untuk itu, kita harus bijak dalam mengelola konflik, sehingga konflik yang kita alami dapat berakhir dengan baik dan tidak meninggalkan dampak negatif. Robby I. Chandra, rohaniawan GKI Jabar, yang pernah menjabat sebagai dosen, konsultan manajemen, staf pengajar di Institut Manajemen Prasetya Mulya, sekaligus menjadi pembicara di bidang kepemimpinan, komunikasi, dan spiritualitas, menuliskan cara-cara mengelola dan mengatasi konflik melalui buku yang berjudul "Konflik dalam Hidup Sehari-hari". Buku ini memiliki 9 bab yang membahas tentang berbagai hal tentang konflik dan dibagi ke dalam 2 bagian. Bagian Satu a. Mengenal Konflik b. Anatomi dan Unsur-unsur Konflik c. Proses Konflik dan Komunikasi d. Masalah Kekuasaan dan Situasi Konflik e. Gaya dan Taktik dalam Berkonflik f. Masalah Konflik di Indonesia Bagian Dua a. Bahasa, Pikiran, dan Penanggulangan Konflik b. Analisis dan Diagnosis Konflik c. Menangani Konflik secara Praktis Melalui buku ini, Robby I. Chandra mengupas tentang konflik, yang dikaji mulai dari pandangan konflik, anatomi konflik, faktor-faktor penyebab konflik, landasan untuk memahami konflik, hingga cara-cara menanggulangi berbagai jenis konflik dengan metode-metode analisis yang sederhana. Tujuan ditulisnya buku ini adalah sebagai pengantar studi konflik, dilihat dari berbagai disiplin ilmu. Maka dari itu, Robby I. Chandra menyarankan agar buku ini digunakan sebagai landasan diskusi dan proses belajar terlebih dulu, sebelum dijadikan sebagai buku pegangan, khususnya dalam studi formal. Tulisan-tulisan dalam buku ini merupakan hasil riset di luar negeri. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika penulis cukup banyak menggunakan istilah asing dalam menyampaikan penjelasannya. Meskipun demikian, penjelasan yang mudah dimengerti dan praktis tetap diberikan untuk mencegah timbulnya kesalahpengertian pembaca. Selain itu, buku ini banyak memberikan pengetahuan dan wawasan yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Buku ini sangat baik untuk dijadikan pegangan bagi kaum awam, konselor, maupun mahasiswa psikologi. Anda ingin menang atas konflik? Temukan solusinya dalam buku ini! Peresensi: Sri Setyawati Kontak: < konsel(at)sabda.org > Redaksi: Sri Setyawati, Tatik Wahyuningsih, dan Mahardhika Dicky K. (c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://www.ylsa.org > Rekening: BCA Pasar Legi Solo; No. 0790266579 a.n. Yulia Oeniyati < http://blog.sabda.org/ > < http://fb.sabda.org/konsel > Berlangganan: < subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org > Berhenti: < unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |