Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/270

e-Konsel edisi 270 (29-11-2011)

Percakapan Pastoral Menjelang Kematian

______________________________e-KONSEL________________________________

        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
______________________________________________________________________

EDISI 270/NOVEMBER 2011

DAFTAR ISI
CAKRAWALA: MENDAMPINGI ORANG YANG AKAN MENINGGAL
TANYA JAWAB: SIAPAKAH YANG HARUS MENDAMPINGI ORANG YANG AKAN MENINGGAL?

Salam kasih,

Seorang pasien yang mengetahui bahwa penyakitnya tidak bisa
disembuhkan -- berujung pada kematian, mungkin akan mengalami depresi.
Mereka sangat memerlukan penguatan dan pendampingan yang tulus dari
keluarga dan sahabat-sahabatnya. Tidak hanya itu, kehadiran seorang
konselor Kristen atau saudara-saudara seiman akan sangat menolong
mereka dalam menghadapi hari-harinya.

Apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang konselor Kristen dan
anak-anak Tuhan dalam menolong sesama yang mengalami penyakit
terminal? Anda dapat menemukan jawabannya pada kolom Artikel dan Tanya
Jawab dalam e-Konsel edisi ini.

Selamat menjadi berkat bagi sesama.

Pemimpin Redaksi e-Konsel,
Sri Setyawati
< setya(at)in-christ.net >
< http://c3i.sabda.org/ >

          CAKRAWALA: MENDAMPINGI ORANG YANG AKAN MENINGGAL

Bila Anda mengetahui bahwa sebentar lagi Anda akan meninggal, apa yang
akan Anda lakukan? Seseorang yang tahu bahwa dia akan meninggal
kemungkinan besar akan mengalami penurunan, entah itu harapannya atau
kondisi emosinya. Dalam keadaan seperti ini, konselor pastoral
sebaiknya mendampingi dengan sabar dan memberikan penguatan iman,
sehingga pengharapannya di dalam Kristus tidak goyah.

Sebagai seorang konselor, saya pernah bertemu dengan seorang wanita
yang menderita kanker, namanya Lois. Ia membicarakan ketakutannya akan
rasa sakit. Lois juga takut menghadapi rasa kehilangan yang mungkin
akan dialaminya pada waktu menjelang kematiannya. Dia cemburu ketika
melihat sepasang suami istri yang tua berjalan bergandengan. Dia juga
membicarakan pentingnya untuk tidak menunda menghadapi persoalannya
dengan orang lain.

Saya pun mengatakan kepadanya, bahwa keadaannya dalam bulan-bulan
terakhir, menjadi lebih penting dan bersemangat daripada bulan-bulan
sebelumnya. Lois pun menanggapi, "Bila Anda mengetahui masa depan Anda
di sini mungkin pendek, itu akan membuat masa sekarang menjadi lebih
penting." Ketika kami mengakhiri pembicaraan kami, dia mengatakan
bahwa adanya kesempatan membicarakan pengalamannya secara lengkap
benar-benar sangat berarti baginya. Saya katakan kepadanya betapa saya
juga tersentuh secara mendalam oleh segala hal yang diceritakannya.
Lois menolong saya melihat lebih jelas bahwa bagi sebagian orang,
proses mendekati kematian dapat menjadi suatu tahap penting dari
pertumbuhan individu yang terus-menerus!

Keadaan seseorang saat menjelang kematian sama uniknya dengan keadaan
seseorang dalam menjalani hidupnya. Berikut ini, ada lima hal yang
membantu sebagian orang dalam menghadapi kematian, sehingga dapat
memperoleh perspektif yang lebih luas, menggerakkan kekuatan baru, dan
kemudian meninggal dengan tenang.

1. Memunyai suatu komunitas penggembalaan, yang terdiri atas
orang-orang yang akan mendengar dan memberi dukungan yang hangat.

Keadaan menjelang kematian adalah suatu pengalaman yang sangat pribadi
dan suatu pengalaman antarpribadi yang hebat. Dalam masyarakat kami,
ketika orang merasa sendirian, kekayaan jaringan antarpribadi
seseorang dapat membuat perbedaan yang dahsyat dalam kualitas keadaan
mendekati kematian seseorang.

2. Menyelesaikan sebanyak mungkin masalah yang belum diselesaikan
dalam kehidupan mereka, khususnya dalam hubungan dekat mereka
(misalnya, mengungkapkan kasih, atau meminta dan menerima pengampunan
orang lain). Ted Rosenthal, seorang konselor, menjelaskan, "Saya pikir
orang tidak takut akan kematian. Apa yang mereka takutkan adalah
ketidaksempurnaan hidup mereka.",
3. Melaksanakan "kerja kedukaan" yang kompleks karena keadaan
mendekati kematian, sehingga mereka dapat mencapai pengalaman
penerimaan (Kubler-Ross).

4. Memunyai suatu sistem iman, suatu rasa percaya, dan merasa betah
dalam alam semesta, memberi suatu arti yang melebihi kehilangan yang
berlipat ganda karena keadaan menjelang kematian.

5. Memunyai suatu latar tempat seseorang dapat meninggal dengan
bermartabat. Gerakan pembangunan rumah perawatan pasien terminal
(hospice) ialah pembangunan yang paling manusiawi dalam tahun-tahun
terakhir ini, berkaitan dengan keadaan menjelang kematian. Cicely
Sander, seorang dokter Kristen, telah merintis berdirinya rumah
perawatan pasien terminal yang pertama pada tahun 1967 yang bernama
panti St. Christopher. Panti ini terletak di daerah pinggiran kota
London. Sanders mengatakan, sebuah rumah perawatan pasien terminal,
baik itu berupa panti asuhan atau bangsal rumah sakit, atau rumah yang
dikelola oleh perawat keliling atau oleh staf rumah sakit, bertujuan
untuk memampukan pasien agar dapat hidup hingga batas potensi kekuatan
fisik, mental, dan emosional, serta hubungan sosialnya.

Program "hospice" memungkinkan pasien terminal meninggal di rumahnya
dengan dikelilingi oleh anggota keluarganya. Jadi, dia tidak mati
dalam suasana yang impersonal (tak berpribadi), yang merupakan ciri
khas dari banyak rumah sakit. Hal ini dimungkinkan karena program
hospice ini dengan hati-hati mengurus pasien. Di samping itu, seorang
tenaga sukarelawan sering berkunjung untuk memberi dukungan dan
pendampingan pada orang yang akan mati dan keluarganya. Sukarelawan
yang bekerja dalam rumah perawatan pasien terminal, terus berhubungan
dengan keluarga ketika mereka mengerjakan tugas kedukaan mereka
sesudah kematian.

Program penggembalaan suatu jemaat, sepantasnya belajar dari dan
bekerja sama secara penuh dengan program rumah perawatan pasien
terminal setempat, atau berprakarsa membantu kelancaran program
semacam itu jika belum ada. Para pendeta sepantasnya mendorong anggota
jemaat untuk mengikuti pendidikan rumah perawatan pasien terminal dan
berpartisipasi dalam pelayanan ini.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul asli buku: Basics Types of Pastoral Care and Counseling
Judul buku: Tipe-Tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral
Judul asli artikel: Membangun dan Menuntun Suatu Kelompok
                    Penyembuhan Kedukaan
Penulis: Howard Clinebell
Penerjemah: Pdt. B.H. Nababan, DPS
Penerbit: Kanisius, Yogyakarta 2002
Halaman: 301 -- 302
Alamat URL buku:
http://books.google.com/books?id=OY-zyvkF0xgC&pg=PA301&lpg=PA301

                    TANYA JAWAB: SIAPAKAH YANG
            HARUS MENDAMPINGI ORANG YANG AKAN MENINGGAL?

Orang tua kerap membebankan pendidikan agama anak-anak kepada gereja
serta sekolah. Mereka kurang menyadari bahwa pendidikan agama yang
paling utama adalah di dalam keluarga dan harus diawali dalam
keluarga. Begitu juga dengan rawatan iman bagi orang-orang yang akan
meninggal. Hal ini kerap kali dibebankan pada gereja, padahal kita
semua terpanggil untuk menjadi pemberita Injil bagi mereka.

Konseli: Siapa yang harus mendampingi orang-orang yang akan meninggal?

Konselor: Seperti halnya pendidikan, pelayanan rawatan iman bagi
orang-orang yang akan meninggal juga dimulai dari keluarga. Mereka
yang bisa mendampingi adalah:

1. Orang Tua.

Seperti pendidikan agama bagi anak-anak dan orang sakit yang belum
berkeluarga, maka ayah dan ibu bertugas mendampingi serta memberitakan
kebaikan Tuhan bagi semua orang dan tentang rumah kita di surga.
Bacalah Ulangan 6:6-9.

2. Suami atau Istri.

Pada waktu pemberkatan pernikahan di gereja, calon suami atau istri
mengucapkan janji pernikahan antara lain: "... aku akan mengasihi
engkau baik dalam keadaan susah atau senang, miskin atau kaya, sakit
atau sehat, sampai maut memisahkan kita." Mengasihi berarti
mendampingi, merawat jasmani dan rohani, sampai akhir hayat.

3. Anak-Anak.

Semua anak berkewajiban merawat orang tua mereka yang sakit atau sudah
tua. Hukum kelima berbunyi, "Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya
lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu."
(Keluaran 20:12)

Sia-sialah semua ibadah, penyembahan, dan persembahan kita kepada
Tuhan, jika kita tidak menunjukkan kasih dan hormat kepada orang tua.
Kita semua menginginkan hidup yang berkecukupan, usaha dagang yang
diberkati, dan rumah yang sejahtera. Semua itu akan kita peroleh jika
kita mengasihi dan menghormati orang tua.

4. Gereja.

Pastor atau pendeta memang berkewajiban merawat dan memelihara iman
semua anggota jemaatnya. Selain melayankan sakramen pada waktu-waktu
tertentu, mereka juga secara intim mengunjungi dan mendoakan umat,
khususnya yang sudah tidak dapat hadir dalam kebaktian atau upacara
gerejawi. Dalam gereja juga ada "Komisi Perkunjungan", yang secara
rutin mengunjungi orang sakit dan lansia.

5. Saudara, Kerabat, dan Handai Tolan.

Semua orang terpanggil untuk menjadi pemberita Injil bagi sesamanya,
tetapi hanya sedikit sekali orang yang melakukannya.

Konseli: Mengapa?

Konselor: Karena orang-orang itu merasa tidak mampu, tidak tahu harus
berbicara apa dan berbuat apa.

Hal-hal yang dapat kita lakukan adalah:

a. Mengunjungi dan mengajak berbicara. Kebanyakan mereka kesepian dan
   merasa dikucilkan. Mereka ingin didengarkan dan diperhatikan.
b. Membacakan firman Tuhan yang telah kita persiapkan lebih dulu.
   Singkat saja.
c. Mendoakan mereka.
d. Meminjami buku rohani kalau mereka masih bisa membaca atau ada yang
   membacakan.
e. Mengajak mereka menyanyikan lagu-lagu rohani yang sudah lama mereka
   kenal.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: Pergi dalam Damai Sejahtera
Judul asli artikel: Siapa yang Harus Melakukan?
Penulis: Debora K. Tioso
Penerbit: Gloria Graffa, Yogyakarta 2010
Halaman: 22 -- 25

Kontak: < konsel(at)sabda.org >
Redaksi: Sri Setyawati, Tatik Wahyuningsih, dan Mahardhika Dicky K.
(c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/konsel >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org