Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/264

e-Konsel edisi 264 (18-10-2011)

Relasi Kaum Muda

______________________________e-KONSEL________________________________

        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
______________________________________________________________________

EDISI 264/OKTOBER 2011

DAFTAR ISI
CAKRAWALA: BERKENCAN
TELAGA: BERPACARAN DENGAN SIAPA?
ULASAN BUKU: LIMA BAHASA KASIH
INFO: IKUTI KELAS DASAR-DASAR IMAN KRISTEN (DIK)
      JANUARI/FEBRUARI 2012 -- PESTA

Salam sejahtera,

Dalam proses konseling anak muda, salah satu masalah yang kerap
ditanyakan adalah soal pacaran. Bagaimana memilih pacar? Bolehkah
berpacaran dengan orang yang tidak seiman? Bagaimana membina hubungan
setelah berpacaran? Termasuk pertanyaan bagaimana memenangkan hati
calon mertua. Untuk menolong anak muda menjalani masa pacaran mereka
dengan baik dan benar, sebagai konselor kita harus memberikan
bimbingan yang membangun dan alkitabiah. Untuk melengkapi Anda dalam
membantu konseli yang masih muda atau konseli yang memiliki anak-anak
yang sedang berpacaran, kami menghadirkan artikel tentang berkencan
dan berpacaran. Di kolom Ulasan Buku, kami juga menghadirkan sebuah
buku yang masih terkait dengan persoalan kaum muda, "Lima Bahasa
Kasih". Selamat menyimak sajian kami, semoga sajian kami bermanfaat
bagi Anda.

Pemimpin Redaksi e-Konsel,
Sri Setyawati
< setya(at)in-christ.net >
< http://c3i.sabda.org/ >

                         CAKRAWALA: BERKENCAN

Bagaimana seharusnya sikap saya tentang berkencan? [1] Ada orang
Kristen yang berpikir bahwa berkencan dengan orang yang belum percaya
merupakan tindakan yang bodoh, karena berkencan itu dapat menjurus
kepada pernikahan. Selain itu, orang yang belum percaya, cenderung
memiliki standar-standar moral yang lebih rendah daripada yang
diinginkan Allah bagi Anda. Silakan Anda memutuskan sendiri persoalan
ini, tetapi camkanlah hal-hal yang berikut ini.

Alasan-alasan yang baik untuk berkencan.
a. Untuk mengembangkan keterampilan bergaul
   (komunikasi, kepekaan, dsb.).
b. Untuk mendapatkan waktu yang menyenangkan.
c. Untuk menikmati pribadi lain -- yaitu seluruh kepribadiannya.
d. Untuk dapat menikmati perasaan, bahwa Anda sepenuhnya diterima
   dengan sungguh-sungguh oleh seseorang.
e. Untuk bertumbuh di dalam Kristus melalui persekutuan dengan
   seorang lain yang seiman.

Alasan-alasan yang buruk untuk berkencan.
a. Untuk dapat mengesankan orang yang diajak berkencan atau
   mengesankan orang lain.
b. Untuk mendapatkan kepuasan seksual.
c. Untuk membangun keakuan Anda.
d. Untuk membuat supaya orang lain itu memenuhi berbagai kebutuhan Anda.

Pertanyaan-pertanyaan yang baik untuk mengendalikan kelakuan.
a. Apakah motif saya ini untuk memuaskan diri ataukah untuk
   menghormati orang ini?
b. Apakah saya memperlakukan orang ini sebagai suatu ciptaan Allah
   yang berharga, yang memunyai perasaan-perasaan dan tujuan yang kekal?
c. Apakah hubungan ini menolong saya untuk mengenal diri saya dan
   Kristus lebih baik?
d. Apakah orang ini mendorong saya untuk menaati Allah?
e. Apakah saya melakukan ini oleh karena tekanan-tekanan dari orang tua,
    kawan-kawan, atau teman berkencan saya?
f. Apakah saya sedang berusaha membuat orang ini memenuhi
   kebutuhan-kebutuhan, yang seharusnya dipenuhi oleh Allah?

Tanggung Jawab Wanita

Wanita biasanya lebih verbal daripada pria. Anda dapat berkontribusi
terhadap pertumbuhan teman kencan Anda dengan membuat aman bagi sang
pria untuk berkomunikasi (misalnya, tidak memanipulasinya dengan apa
yang Anda dengar tentang dia), bersikap terbuka, mau mendengarkan, dan
mengajukan banyak pertanyaan yang baik.

Anda harus mengekang kekuatan Anda untuk memikat dia dengan kata-kata,
kerlingan mata, pakaian, dan gerak-gerik Anda. Anda akan mengkhianati
kasih, apabila Anda menggoda seorang pria untuk merangsang hawa
nafsunya, atau memakai daya pesona Anda untuk memanipulasi dia.

Tanggung Jawab Pria

Ambillah tanggung jawab untuk kepemimpinan rohani tanpa bersikap suka
menguasai. Pikirkanlah selalu akan kesejahteraan teman kencan Anda.
Rencanakanlah bersama-sama waktu berkencan Anda, dan janganlah
mendesak teman kencan Anda ke dalam situasi-situasi yang membuatnya
harus berkompromi atau yang membuatnya terganggu.

Belajarlah untuk berkomunikasi dengan kata-kata dan bukannya dengan
sentuhan. Putuskanlah untuk mengambil risiko, dengan mengungkapkan
pemikiran dan perasaan Anda yang sebenarnya. Keterbukaan ini harus
sedikit demi sedikit, untuk melihat apakah Anda dapat memercayai
wanita ini. Janganlah terlibat dengan seseorang yang tidak dapat Anda
percayai dengan pemikiran-pemikiran pribadi Anda, sekalipun Anda
merasa wanita itu sangat menarik.

Kekanglah keinginan Anda untuk menguasai. Janganlah membuat wanita itu
beranggapan bahwa Anda lebih terikat secara emosi daripada keadaan
Anda yang sebenarnya. Janganlah menyalahgunakan kebutuhannya akan
kasih menjadi sesuatu yang merugikan dia.

Catatan: [1] Disadur berdasarkan buku Stacy and Paula Rinehart,
Choices: Finding God`s Way in Dating, Sex, Singleness, and Marriage
(Colorado Springs, Colo.: NavPress, 1982), halaman 29-85.

Diambil dari:
Judul asli buku: A Compact Guide to the Christian Life
Judul buku: Kompas Kehidupan Kristen
Judul bab: Kehidupan di dalam Dunia
Judul artikel: Berkencan
Penulis: K.C. Hinckley
Penerjemah: Gerrit J. Tiendas
Penerbit: Yayasan Kalam Hidup, Bandung
Halaman: 175 -- 177

                   TELAGA: BERPACARAN DENGAN SIAPA?

Salah satu masalah yang sering dihadapi anak-anak Tuhan dewasa ini
adalah keterbatasan pilihan pasangan hidup. Pada umumnya, mencari
orang seiman dan sepadan tidaklah mudah. Kadang, kita menemukan yang
seiman namun tidak sepadan; atau kadang menemukan yang sepadan tetapi
tidak seiman. Apakah yang mesti dilakukan dalam kondisi seperti ini?
Berikut akan dipaparkan beberapa masukan sebagai panduan menghadapi
masalah ini.

1. Kita tidak boleh berkompromi dalam hal yang paling penting, yakni
mencari yang pasangan seiman. Kita mungkin sepadan alias cocok, namun
bila tidak seiman, pernikahan kita tidaklah berkenan di hadapan Tuhan.
Firman Tuhan dalam 1 Korintus 7:39 dengan jelas mengatakan, "... ia
bebas menikah dengan siapa saja yang dikehendakinya, asal orang itu
adalah seorang yang percaya." Juga 2 Korintus 6:14 menegaskan,
"Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan
orang-orang yang tak percaya.",
2. Kita tidak boleh berkompromi dalam hal yang paling penting lainnya,
yakni mencari pasangan yang sepadan. Ingat, pernikahan tidak dibangun
di atas kesamaan iman saja, tetapi juga di atas kecocokan atau
kesepadanan. Janganlah menggampangkan dengan berkata bahwa selama
seiman, maka segala masalah akan dapat diselesaikan. Mungkin saja akan
dapat diselesaikan, namun ketidaksepadanan tetap akan menyulitkan
penyesuaian.

3. Bila dua prasyarat ini terpenuhi, faktor lainnya dapat
dikompromikan. Misalnya, kriteria seberapa cantik dan tampan, tingkat
pendidikan, suku, kemapanan ekonomi, warna kulit, dan penampilan fisik
lainnya, semua ini adalah faktor yang terbuka untuk dipertimbangkan
ulang. Meskipun semua ini dapat dipertimbangkan ulang, tetap satu
pertanyaan yang mesti diajukan kepada diri sendiri adalah, "Dapatkah
saya tinggal bersamanya dan terus menghormati, serta mencintainya
seumur hidup?" Dengan kata lain, sekali kita menerimanya, kita tidak
boleh lagi membangkit-bangkitkan faktor yang tidak ada pada dirinya.
Ingat, menerima berarti tidak menuntutnya lagi.

4. Boleh melihat, namun sebaiknya jangan mencari-cari pasangan hidup.
Silakan bergabung dengan kelompok lajang agar dapat berkenalan, namun
janganlah sampai kita terlalu menggebu-gebu dalam mencari pasangan
hidup. Pada umumnya, kita tidak suka dengan orang yang terlihat jelas
tengah mencari-cari jodoh. Kita ingin diperlakukan sebagai manusia
yang utuh dan bernilai; kita menuntut orang untuk berkenalan dan
menyukai kita atas dasar keberadaan diri kita, bukan atas dasar
kebutuhannya mencari pasangan hidup.

5. Sebaiknya, jangan mencari-cari pasangan lewat jaringan luar
(online). Dewasa ini ada biro jasa perjodohan yang mencoba memasangkan
orang secara jaringan luar. Masalahnya, mencari pasangan hidup
tidaklah sama dengan mencari buku lewat jaringan luar. Bahkan dalam
membeli buku pun, kalau kita membelinya lewat jaringan luar, salah
satu kerugian terbesarnya adalah kita tidak tahu isinya. Demikian pula
dengan mencari pasangan hidup. Perkenalan lewat jaringan luar tidaklah
sama dengan perkenalan lewat interaksi langsung. Untuk urusan
sepenting pernikahan, lakukanlah dengan cara yang tradisional namun
terbukti ampuh, yakni perkenalan langsung.

6. Kita mesti mengingat bahwa hidup tidak hanya terdiri dari
pernikahan dan kita pun tidak hidup hanya untuk menikah. Firman Tuhan
mengingatkan, "Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka
yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia,
yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka." (2 Korintus
5:15) Kita hidup untuk Kristus; oleh karena itu yang terpenting adalah
melakukan pekerjaan-Nya selama kita hidup. Setelah kita menyenangkan
hati Kristus, biarlah kita menyerahkan hidup kepada-Nya, termasuk hal
perjodohan ini.

Diambil dari:
Nama situs: TELAGA.org
Alamat URL: http://telaga.org/audio/berpacaran_dengan_siapa
Judul transkrip: Berpacaran dengan Siapa? (T293A)
Penulis: Pdt. Dr. Paul Gunadi
Tanggal akses: 23 Juni 2011

                   ULASAN BUKU: LIMA BAHASA KASIH

Judul buku: Lima Bahasa Kasih
Judul asli: The Five Love Languages
Penulis/Penyusun: Gary Chapman
Penerjemah: Wim Salampessy
Editor: Daru Susilowati
Penerbit: Professional Books, Jakarta 1997
Ukuran buku: 18 x 11,2 cm
Tebal: 315 halaman
ISBN: --
Buku Online: --
Download: --
Sumber: Kiriman Pelanggan

Manusia memiliki kebutuhan emosional untuk dicintai. Jika seseorang
merasa tidak dicintai, lama-kelamaan dia akan merasakan kekosongan
emosional. Terlebih lagi dalam hubungan suami istri, keduanya bisa
merasa seperti hidup di neraka jika di antara mereka tidak ada lagi
cinta. Sebenarnya, cinta bukanlah suatu perasaan, melainkan pilihan
yang dinyatakan dalam tindakan/perbuatan. Persoalannya, mengapa ada
banyak pasangan suami-istri merasakan cinta mereka menguap setelah
bertahun-tahun menikah?

Ada banyak buku yang berisi tentang cara-cara mengungkapkan cinta.
Namun, di dalam buku ini, Gary Chapman mengategorikan cara-cara
pengungkapan cinta tersebut ke dalam lima bahasa utama. Selain berisi
14 bab yang berbicara soal cinta, penulis juga menyediakan tuntunan
studi untuk pasangan dan bahasan kelompok di halaman belakang. Inilah
yang membedakan buku ini dengan buku-buku sejenis. Dalam buku "Lima
Bahasa Kasih", Gary Chapman menggunakan istilah "tangki kasih". Setiap
orang memiliki tangki kasih. Tangki yang penuh mengibaratkan perasaan
dicintai, sementara tangki kosong mengibaratkan perasaan tidak
dicintai dan tidak diinginkan. Oleh sebab itu, tangki kasih yang
kosong sangat berbahaya.

Dalam buku ini, penulis menyatakan bahwa pernyataan kasih bisa
diekspresikan dalam lima bahasa kasih, yaitu kata-kata pendukung,
saat-saat mengesankan, menerima hadiah-hadiah, pelayanan, dan sentuhan
fisik. Bahasa-bahasa ini memunyai banyak dialek, tetapi bahasa kasih
yang utama bisa dikategorikan menjadi lima kelompok tersebut. Buku ini
memberikan dengan jelas contoh-contoh nyata dalam kehidupan banyak
pasangan. Banyak contoh tentang permasalahan yang terjadi karena
bahasa kasih yang berbeda. Penjelasan yang teratur dan sistematis,
membuat buku ini mudah dipahami. Namun demikian, ada beberapa
perkataan alih bahasa yang kurang tepat.

Buku ini sangat bermanfaat khususnya bagi pasangan, baik yang masih
dalam masa-masa jatuh cinta, sudah menikah, maupun yang sudah melewati
tahun-tahun pernikahan, dan ingin memperbarui cinta dalam pernikahan.
Dengan memahami bahasa cinta kita dan pasangan, cinta di dalam
pernikahan akan selalu bergelora. Kebutuhan emosional terpenuhi dan
kedua pasangan merasa selalu dicintai. Akan tetapi, buku ini juga
bermanfaat bagi kaum lajang. Jadi, silakan baca buku ini, agar Anda
tahu cara mengekspresikan cinta Anda kepada orang-orang yang Anda
kasihi.

Gary Chapman adalah seorang konselor pernikahan. Beliau memiliki latar
belakang psikologi, terutama psikologi pendidikan. Sebagai seorang
konselor, beliau membantu banyak sekali pasangan suami istri dalam
memecahkan berbagai permasalahan yang mereka alami. Gary Chapman pun
sering mengadakan seminar-seminar pernikahan, dan banyak pasangan yang
diberkati melalui seminar-seminarnya. Dari pengalamannya sebagai
konselor selama bertahun-tahun, beliau sampai pada suatu kesimpulan
bahwa "untuk memenuhi kebutuhan emosional akan cinta, pasangan harus
berbicara bahasa cinta yang sama." Selain menulis buku tentang bahasa
kasih, Gary Chapman juga menulis buku tentang bahasa maaf (apology
language). Seperti halnya cinta, ungkapan permintaan maaf juga
beragam, dan beliau membuat lima kelompok utama tentang cara
mengungkapkan maaf.

Peresensi: Gita Mahardhika

Diambil dari:
Nama situs: Gudang Buku Kristen On-line (GUBUK Online)
Alamat URL: http://gubuk.sabda.org/lima_bahasa_kasih
Tanggal akses: 25 Juli 2011

          INFO: IKUTI KELAS DASAR-DASAR IMAN KRISTEN (DIK)
                   JANUARI/FEBRUARI 2012 -- PESTA

Yayasan Lembaga SABDA melalui Pendidikan Elektronik Studi Teologi Awam
(PESTA) < http://www.pesta.org >, kembali membuka kelas Dasar-Dasar
Iman Kristen (DIK) untuk periode Januari/Februari 2012. Bagi Anda yang
ingin mempelajari pokok-pokok penting dasar iman Kristen, seperti
Penciptaan, Manusia, Dosa, Keselamatan, dan Hidup Baru dalam Kristus,
segeralah bergabung dalam kelas DIK ini. Saat ini, Anda sudah dapat
mendaftarkan diri untuk menjadi peserta baru dalam kelas DIK
Januari/Februari 2012. Batas pengumpulan tugas tertulis sebagai
persyaratan untuk dapat mengikuti kelas diskusi adalah tanggal 19
Desember 2011.

Segera daftarkan diri Anda ke < kusuma(at)in-christ.net >. Bagi Anda
yang ingin membaca dan mempelajari pelajaran-pelajaran DIK, silakan
berkunjung ke: < http://pesta.sabda.org/dik_sil >.

Kontak: < konsel(at)sabda.org >
Redaksi: Sri Setyawati, Tatik Wahyuningsih, Mahardhika Dicky K.,
         dan Davida Welni Dana
(c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/konsel >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org