Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/251 |
|
e-Konsel edisi 251 (19-7-2011)
|
|
______________________________e-KONSEL________________________________ Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen ______________________________________________________________________ EDISI 251/JULI 2011 DAFTAR ISI CAKRAWALA: PERAN KELUARGA DALAM PENANGGULANGAN NARKOBA TELAGA: MERANGKUL PENDERITA NARKOBA ULASAN BUKU: MENGATASI KECANDUAN Salam sejahtera, Sebagai orang percaya, kita sebaiknya tidak langsung menghakimi dan memberikan tanggapan negatif kepada para pecandu narkoba. Ada baiknya kita mencari tahu, apa yang menyebabkan mereka mengonsumsi "barang terlarang" tersebut. Hal ini sangat penting, karena dengan mengetahui alasan mereka menggunakan narkoba, kita bisa menentukan strategi dalam membantu mereka terlepas dari belenggu narkoba. Jika saat ini Anda sedang melayani para pecandu narkoba, atau terbeban untuk terlibat melayani para pecandu narkoba, artikel yang telah kami persiapkan berikut, dapat membantu Anda dalam melayani mereka. Selain 2 artikel menarik yang telah kami persiapkan, kami juga memperkenalkan sebuah buku konseling yang terkait dengan masalah kecanduan -- entah makanan, televisi, dll., yang dapat Anda gunakan untuk memperlengkapi pelayanan Anda. Ingin tahu isinya? Simaklah sajian kami berikut ini. Pimpinan Redaksi e-Konsel, Sri Setyawati < setya(at)in-christ.net > < http://c3i.sabda.org/ > CAKRAWALA: PERAN KELUARGA DALAM PENANGGULANGAN NARKOBA Narkoba [singkatan dari narkotik dan obat/bahan berbahaya, Red.] adalah "bahan-bahan" yang mengandung zat/unsur narkotik [obat untuk menenangkan saraf, menghilangkan rasa sakit, menimbulkan rasa mengantuk, atau merangsang, Red.], seperti opium [getah buah Papaver Sommiferum yang belum masak dan telah dikeringkan, Red.], ganja [tanaman setahun yang mudah tumbuh, merupakan tumbuhan berumah dua, pada daun mengandung zat narkotik aktif, terutama tetrahidrokanabinol, Red.], kokain [merupakan alkaloid yang didapatkan dari tumbuhan koka Erythroxylon Coca, yang berasal dari Amerika Selatan. Daunnya biasa dikunyah oleh penduduk setempat untuk mendapatkan "efek stimulan", Red.], dan senyawa-senyawa psikotropika [senyawa yang dapat memengaruhi aktivitas pikiran; zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis yang dapat menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku Red.]. Misalnya, ekstasi [tablet yang mengandung zat adiktif, yang mampu memacu kekuatan daya tubuh hingga berjam-jam, dan menimbulkan perasaan senang, gembira, dan riang yang luar biasa terhadap sesuatu, memunyai efek dapat menyerang susunan syaraf pusat (otak), Red], amfetamin [kelompok obat perangsang yang mengimbas perasaan bugar, Red.], sabu-sabu [Metamfetamina (metilamfetamina atau desoksiefedrin), disingkat met, dan dikenal di Indonesia sebagai sabu- sabu, adalah obat psikostimulansia dan simpatomimetik, Red.], zat sedatif [zat alami atau zat sintetis yang dapat meredakan keaktifan dan kegembiraan; obat penenang,Red.], dan zat-zat lain yang menimbulkan adiksi [kecanduan atau ketergantungan secara fisik dan mental terhadap suatu zat, Red.] seperti nikotin [zat racun yang terdapat pada tembakau, Red.], kafein [senyawa alkaloid xantina berbentuk kristal dan berasa pahit yang bekerja sebagai obat perangsang psikoaktif dan diuretik ringan; merupakan obat perangsang sistem pusat saraf pada manusia dan dapat mengusir rasa kantuk secara sementara, Red.], alkohol [merupakan unsur ramuan yang memabukkan, Red], dll.. Pada umumnya zat-zat tersebut menyebabkan ketagihan. Kebutuhan tubuh terhadap zat tersebut makin lama makin meningkat, dari dosis kecil lalu menjadi semakin besar. Narkoba juga menimbulkan efek yang tidak menyenangkan. Bahkan, kalau pemakaiannya dihentikan, akan memberi rasa yang menyakitkan bagi pemakainya. Istilah umumnya disebut gejala putus obat atau sakaw (Withdrawal Syndrome). Efek yang ditimbulkan pun bermacam-macam, tergantung jenis, tingkat, dan lama pemakaian. Narkoba jenis opium bisa menimbulkan depresi, sehingga pemakai biasanya terlihat murung, menutup diri, suka menyendiri, dan terlihat sedih. Sedangkan jenis kokain, amfetamin dan kafein, menimbulkan efek stimulasi. Awalnya, badan terasa segar, selanjutnya pemakai menjadi susah tidur, mudah tersinggung, agresif, hiperaktif, jantung berdebar-debar, tekanan darah meningkat disertai sakit kepala hebat, sampai akhirnya bisa melakukan bunuh diri. Ada juga yang memberi efek halusinasi seperti pada penggunaan LSD [ Lysergic acid diethylamide juga dikenal sebagai lysergide adalah obat psychedelic semi-sintetis dari keluarga obat ergoline, Red.], ganja, dan meskalin [Mescaline atau 3,4,5-trimethoxyphenethylamine adalah alkaloid psychedelic alami dari kelas phenethylamine dan biasanya digunakan sebagai bahan entheogen, Red.]. Pada tahap awal, pemakai merasa nikmat dan percaya diri, tetapi selanjutnya mengalami penyimpangan persepsi, timbul salah tafsir, disorientasi, curiga berlebihan, agresif, mata merah berair, badan menjadi lemas, tidak bergairah, dan selalu ingin tidur. Mengapa kita harus menjauhi narkoba? Alkitab dengan jelas melarang kita menggunakan narkoba (Galatia 5:19-20, Wahyu 21:8, dan Efesus 5:18). Selain itu, hal ini juga dilarang oleh negara. Lebih lagi, narkoba menimbulkan ketergantungan, mendorong orang berperilaku kriminal (mencuri, berkelahi, dsb.), dan membuat seseorang melakukan penyimpangan sosial. Pertanyaan selanjutnya, apakah ada orang Kristen yang terjebak dalam penyakit sosial ini? Kenapa hal ini bisa terjadi? Fakta menyatakan, ada. Walaupun kita yakin anak kita adalah anak baik- baik, karena keluarga kita juga baik-baik, rajin ke gereja, aktif dalam kegiatan gereja, namun kita tetap perlu waspada. Ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang menjadi pecandu narkoba, antara lain: 1. Rasa ingin tahu. Tingkat keingintahuan seseorang pada masa anak, remaja, dan pemuda dalam periode tertentu sangatlah tinggi. Mereka ingin tahu sesuatu yang belum mereka ketahui dan ingin mencobanya. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh pengedar narkoba untuk menjerat mereka. Ingat, kita tidak dapat mengawasi semua anggota keluarga setiap saat, setiap waktu! 2. Rasa gengsi yang tinggi dapat menjatuhkan kita menjadi pengguna narkoba. Ingat, kita tidak dapat selalu mengingatkan anggota keluarga kita untuk bersikap rendah hati! 3. Untuk kesenangan (fun). Seseorang bisa terbujuk oleh sesuatu yang gratis dan kata-kata manis, misalnya, "Ini dapat membuat kamu senang dan bahagia." Ingat, tidak setiap saat kita dapat bersenang-senang bersama anggota keluarga! 4. Pelarian karena stres, sedih, dan kecewa. Orang yang stres, sedih, atau kecewa, sangat mudah terkena bujuk dan rayuan pengedar/pemakai narkoba dan ikut mengonsumsi. Ingat, tidak setiap saat kita tahu bahwa anggota keluarga kita berada dalam keadaan emosi yang tidak stabil! 5. Euforia. Jangan dikira orang yang sedang sedih atau stres saja yang mudah terbujuk. Orang yang sedang euforia (perasaan nyaman atau perasaan gembira yang berlebihan), juga mudah terbujuk dengan kata- kata pujian. Mereka mudah terpancing mengonsumsi narkoba tanpa mereka sadari. Ingat, tidak selalu kita dapat mendampingi anggota keluarga kita, ketika dia sedang bergembira bersama teman-temannya! 6. Dipaksa/terpaksa. Banyak eksekutif muda mengonsumsi ekstasi di kafe-kafe bersama teman-teman seusai pulang kerja, dengan alasan untuk menghilangkan kejenuhan dan stres akibat kerja. Ketika mereka berkumpul dengan orang-orang yang "senasib", mereka juga dapat dipaksa oleh teman mereka yang lain atau terpaksa mengonsumsi narkoba. Ingat, tidak setiap waktu kita dapat mendampingi anggota keluarga kita ketika mereka bergaul! Seseorang bisa menjadi pecandu narkoba karena banyak faktor, termasuk keluarga. Faktor-faktor keluarga yang dimaksud adalah sebagai berikut. 1. Keadaan dan kondisi keluarga. Keharmonisan keluarga ikut menentukan mudahnya seseorang terkena narkoba atau tidak. Keluarga yang kurang harmonis, baik antara suami-istri, orang tua-anak, serta anggota keluarga yang lain, sangat memudahkan anggotanya terpikat oleh narkoba. Untuk pencegahan, ciptakan kehidupan keluarga yang harmonis! 2. Kurang perhatian. Perhatian tidak cukup hanya dalam bentuk materi saja, tetapi perlu empati. Untuk pencegahan, bina perhatian dan kepedulian antar anggota keluarga! 3. Kurangnya komunikasi antarkeluarga. Hal ini menyebabkan anggota keluarga mencari orang lain (bukan keluarga) untuk melepaskan segala permasalahan yang dialaminya. Untuk pencegahan, perbaiki komunikasi dalam keluarga! 4. Kurang kesatuan. Kurangnya kesatuan dalam keluarga membuat ikatan keluarga menjadi longgar. Dengan demikian, masing-masing anggota keluarga akan mencari pelampiasan di tempat lain. Untuk pencegahan, ajak setiap anggota keluarga rutin berdoa dan aktif bergereja! 5. Orang tua yang otoriter. Orang tua yang selalu mengatur dan memaksakan kehendak, baik dalam menentukan pendidikan atau hal-hal lain, membuat anggota keluarga -- anak merasa tidak bebas. Anggota keluarga akan mencari pelampiasan kepada hal/orang lain. Untuk pencegahan, ciptakan suasana keluarga yang terbuka, demokratis, dan ajarkan kepada anak, agar berani mengemukakan pendapat dan berani mengatakan TIDAK untuk hal/benda-benda asing/negatif (Say No to Drugs). 6. Terlalu menuntut prestasi anak. Orang tua yang terlalu menuntut, bisa memicu timbulnya kejengkelan bagi anggota keluarga. Apabila mereka yang dituntut tidak sanggup memenuhi tuntutan tersebut, maka mereka bisa merasa depresi dan lari ke narkoba. Untuk pencegahan, berikan kebebasan anggota keluarga mengemukakan pendapat dan hargai pendapat mereka! 7. Terlalu memanjakan anggota keluarga. Kebiasaan menuruti semua kemauan anak tidak baik. Untuk pencegahan, jangan memanjakan siapa pun dalam keluarga dan hindarkan kebebasan yang tidak bertanggung jawab! 8. Kurang pengawasan. Salah satu anggota keluarga yang menjadi pecandu narkoba bisa "menulari" anggota keluarga yang lain. Waspadalah! Untuk pencegahan, segera obati penderita kecanduan dan kirim ke tempat rehabilitasi! Peran Keluarga dalam Penanggulangan Narkoba Peran keluarga sangat penting bagi setiap anggota keluarga yang menghadapi suatu masalah. Dukungan keluarga terhadap anggotanya yang terjerat narkoba sangat besar pengaruhnya dalam penyembuhan. Firman- Nya berkata, "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus." (Galatia 6:2) "Ketahuilah bahwa barang siapa membuat orang berdosa berbalik dari jalannya yang sesat, ia akan menyelamatkan jiwa orang itu dari maut dan menutupi banyak dosa." (Yakobus 5:20) Jangan biarkan pecandu berjuang sendirian, bantulah dia! Biasanya, para pecandu narkoba suka mencari sensasi, hiperaktif, mudah kecewa, cenderung agresif, dan destruktif. Selain itu, ia juga kurang berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dan kurang aktif di gereja (antisosial), kurang cerdas, suka memberontak terhadap peraturan, dan suka berbohong. Kalau anggota keluarga Anda sudah terkena narkoba, jangan berhenti berdoa dan berharap kepada Tuhan, jangan jauhi dia, dengar keluhannya dengan sabar namun tetap waspada. Ajak dia untuk berdoa agar dia diberikan kekuatan, ketabahan, dan cara untuk melepaskan diri dari narkoba. Ajak dia berkonsultasi ke dokter untuk memulihkan kesehatannya, apalagi kalau dia sedang sakaw. Setelah itu, ajak dia untuk mengikuti pastoral konseling, kegiatan keagamaan, dan kebaktian di gereja secara rutin. Jangan biarkan dia bergaul dengan teman-teman yang menjadi pemakai. Lakukan rehabilitasi psikologis, baik di keluarga maupun dengan bantuan psikolog, untuk memulihkan konsep diri dan mengembalikan kepercayaan dirinya sebagai anak yang baik, berguna, dan diterima keluarga. Lakukan rehabilitasi sosial, dengan didampingi keluarga, untuk belajar keterampilan, latihan kerja, melakukan rekreasi, dan kebaktian di gereja, agar dia merasa diterima sebagai keluarga dan anggota masyarakat. Keluarga harus terus mendampingi dan mengawasi perubahan yang terjadi. Jaga pergaulannya agar tidak kambuh lagi. Sekali mencoba narkoba, seseorang akan terbelenggu seumur hidup. Sekali ketagihan, efek kejiwaan tidak hilang seumur hidup. Narkoba hanya menawarkan solusi sementara, tetapi menciptakan masalah lain yang lebih besar. Narkoba merusak tubuh dan jiwa. Jadi, jalan terbaik adalah tidak mencoba sama sekali. Tidak ada seorang pun yang paling tahu dan dapat membantu seorang pecandu narkoba untuk sembuh dan kembali ke dalam lingkungan kehidupan yang normal, kecuali keluarganya. Kasih, perhatian, dan doa seluruh anggota keluarga, merupakan obat yang paling mujarab bagi pecandu narkoba (Matius 22:37-39). Ingat tidak ada satu pun yang mustahil bagi Allah (Lukas 1:37). Tuhan Yesus memberkati! Diambil dan disunting seperlunya dari: Nama situs: GKI Bekasi Timur Alamat URL: http://www.gkibektim.org/?document_srl=1857 Penulis artikel: Ema Yoshua Tanggal akses: 16 Juni 2011 TELAGA: MERANGKUL PENDERITA NARKOBA Apa yang harus dilakukan orang tua setelah anak kembali dari pusat rehabilitasi narkoba? Ada dua hal yang menjadi fokus perhatian orang tua. 1. Pertobatan a. Salah satu tanda pertobatannya adalah kesediaannya untuk mengakui perbuatannya tanpa upaya untuk menutupi. b. Pertobatan ditunjukkan oleh kesiapannya untuk memikul tanggung jawab atas perbuatan dan konsekuensi perbuatannya. Makin kerap menyalahkan orang lain, makin meragukan pertobatannya. c. Pertobatan juga ditandai oleh kerelaan untuk bekerja sama, bukan sikap melawan. d. Pertobatan mencakup perubahan perilaku. Apakah ia masih berteman dengan teman yang sama? Apakah ia kembali mengurung diri di kamar? Apakah ia bersedia mengikuti program pascaperawatan? Apakah ia lebih dapat berdisiplin? Bagaimana dengan pemakaian uang dan waktunya? 2. Pergumulan a. Anak yang telah bertobat, tetap harus bergumul dengan godaan. Jadi, janganlah lengah terhadap fakta ini. Kita harus senantiasa waspada terhadap setiap perubahan yang terjadi pada dirinya. b. Komunikasikan masalah ini dengan penuh pengertian dan kasih, bukan kritikan. Jangan ungkit-ungkit masa lalu dan kegagalannya. Ini hanya akan membuatnya patah semangat. c. Sedapatnya kembalikanlah ia ke jalur kehidupan yang "normal". Jangan melindunginya secara berlebihan. Serahkan tanggung jawab kepadanya untuk menghadapi reaksi orang. Jangan sampai kita yang mengambil alih. d. Tekankanlah bahwa kepercayaan tidak diberikan dengan cuma-cuma. e. Bergumullah bersamanya secara rohani. Ini adalah perjalanan dan pergumulan rohani yang dapat dimenangkan. Firman Tuhan mengingatkan, "Tetapi carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, maka semua itu akan ditambahkan kepadamu." (Matius 6:33) Diambil dari: Nama situs: TELAGA.org Alamat URL: http://telaga.org/audio/merangkul_penderita_narkoba Judul transkrip: Merangkul Penderita Narkoba (T180B) Penulis: Pdt. Dr. Paul Gunadi Tanggal akses: 26 Mei 2011 ULASAN BUKU: MENGATASI KECANDUAN Judul buku: Mengatasi Kecanduan Judul asli: Overcoming Addictive Behavior Penulis/Penyusun: Neil T. Anderson & Mike Quarles Penerjemah: Sri Wandaningsih Editor: Paula Allo Penerbit: Immanuel, Jakarta 2005 Ukuran buku: 15,5 x 23 cm Tebal: 168 halaman ISBN: 979-3739-14-2 Buku Online: -- Download: -- Siapa pecandu itu? Pecandu adalah orang yang menyerahkan dirinya pada sesuatu karena kebiasaan (ketagihan). Jika kita merasa lemah/tidak bersemangat sebelum minum kopi/teh setiap pagi, main "games" setiap malam, atau merokok setelah makan; sebenarnya kita sudah tergolong pecandu. Para pecandu tampaknya tidak dapat melepaskan diri dari kebiasaan dosanya; dari siklus "berdosa-bertobat, berdosa-bertobat, berdosa-bertobat, dan berdosa lagi." Persoalannya, apakah benar seorang pecandu tidak bisa bebas dari candunya? Setiap persoalan pasti memiliki jalan keluar, tidak terkecuali dengan masalah kecanduan. Neil T. Anderson dan Mike Quarles, menulis buku "Mengatasi Kecanduan" untuk membantu Anda yang saat ini sedang terikat atau kecanduan "sesuatu", maupun para konselor yang ingin membantu konseli-konselinya dengan kasus sejenis. Pertama-tama penulis memaparkan alasan manusia bisa kecanduan, lalu dilanjutkan dengan jalan menuju kecanduan (kebiasaan), dan penyebab utama kecanduan. Tidak sampai di situ saja, penulis juga memberikan kabar baik bagi para pecandu yang notabene adalah seorang pendosa untuk mendapatkan pengampunan dan kemenangan atas dosa. Selain itu, melalui buku ini Neil dan Mike mengingatkan kita tentang peperangan di dalam tubuh kita sendiri, bagaimana memisahkan diri kita dari dosa, bagaimana membentuk benteng-benteng mental yang kuat, dan meruntuhkan benteng-benteng musuh. Buku ini sangat menarik dan tepat bagi para konselor yang ingin membantu orang lain dalam mengatasi masalah yang mereka hadapi secara holistik. Berbagai ayat pun menjadi pegangan utama dalam penjelasan yang diuraikan. Di akhir setiap bab, Anda bisa menjawab pertanyaan untuk direnungkan. Jika Anda ingin lebih efektif membantu para konseli dengan masalah kecanduan, jadikan buku ini sebagai referensi wajib Anda. Peresensi: Sri Setyawati Kontak: < konsel(at)sabda.org > Redaksi: Sri Setyawati, Tatik Wahyuningsih, dan Davida Welni Dana (c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://www.ylsa.org > Rekening: BCA Pasar Legi Solo; No. 0790266579 a.n. Yulia Oeniyati < http://blog.sabda.org/ > < http://fb.sabda.org/konsel > Berlangganan: < subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org > Berhenti: < unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |