Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/25 |
|
e-Konsel edisi 25 (1-10-2002)
|
|
><> Edisi (025) -- 01 Oktober 2002 <>< e-KONSEL *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Daftar Isi: - Pengantar : Apakah Stres Itu? - Cakrawala : Menangani Stres -- Sebelum Berkembang Menjadi Krisis - Telaga : Gangguan Stres Pasca Trauma ( 10B) - Bimbingan Alkitabiah : Menanggulangi Stres - Tips : Menolong Orang Mengatasi Stres - Stop Press : Happy Birthday to e-Konsel!! - Surat : Bagaimana Mendapatkan Edisi 001 s/d 023? *REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI* -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*- Salam dalam kasih Kristus, Edisi e-Konsel no. 25 ini akan membahas topik yang kami yakin berguna bagi kita semua, yaitu STRES. Stres adalah tekanan-tekanan (stressor atau pressure) yang berasal baik dari dalam diri kita ataupun dari luar diri kita. Rasul Paulus menilai stres sebagai tolok ukur untuk melihat seberapa dalamnya iman seseorang yang percaya (2Korintus 12:10, Roma 5:3-4). Jadi sebenarnya stres adalah gejala normal bagi manusia. Namun apabila stres terlalu besar dan tidak diatasi dengan baik maka stres dapat menyebabkan krisis yang mungkin membahayakan hidup. Kalau demikian, bagaimana kita mengetahui bahwa stres dapat menjadi potensi yang membawa krisis? bagaimana kita dapat menangani stres? bagaimana menolong konsele yang sedang mengalami stres? Untuk mengetahui jawabannya, silakan membaca sajian edisi ini. Mudah-mudahan bahan-bahan yang kami sajikan ini dapat bermanfaat bagi Anda untuk mengantisipasi datangnya stres dan siap untuk menghadapinya. Selamat membaca. Tim Redaksi e-Konsel N.B. Happy birthday to e-Konsel!! [Baca di kolom Stop Press] *CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA* -*- MENANGANI STRES -- SEBELUM BERKEMBANG MENJADI KRISIS -*- Kehidupan itu berselang-seling antara masa tenang, masa stres, dan masa krisis. Sebagian besar orang berpikir bahwa kehidupan merupakan suatu irama yang berkesinambungan dari badai krisis menuju ketenangan dan kembali lagi kepada krisis yang lain. Saudara telah mengetahui ciri-ciri krisis yang perlu dipecahkan dalam suatu waktu tertentu. Tetapi stres adalah suatu keadaan yang berbeda dengan krisis. Stres dapat dilihat pada diri seorang ahli bedah yang sedang melakukan pembedahan otak atau pada seorang ibu yang sedang mempersiapkan tiga anaknya untuk ke sekolah. Tingkat stres yang wajar diperlukan untuk mendorong kita maju dalam hidup dan untuk menyelesaikan berbagai hal. Banyak orang memperoleh prestasi terbaik ketika mereka berada dalam keadaan stres, tetapi itu stres yang dapat mereka tangani. Mereka memanfaatkannya dan menjaga agar stres itu tetap dalam batas-batas tertentu. Stres adalah suatu tipe tindakan atau situasi yang membebani seseorang dengan tuntutan-tuntutan yang berat atau yang bertentangan. Tuntutan itu seringkali mengacaukan keseimbangan tubuh. Stres adalah suatu situasi yang secara kronis mengganggu atau mengacaukan seseorang. Yang merupakan indikator adalah penantian penuh kecemasan atas kejadian-kejadian yang akan datang yang tidak dapat dihindari, dan kemudian perhatian dan pikirannya tersita oleh peristiwa-peristiwa itu selama suatu jangka waktu sesudah peristiwa- peristiwa itu terjadi. Reaksi manusia berbeda-beda dalam menghadapi tekanan-tekanan di dalam kehidupan. Apa yang bagi seseorang dapat menimbulkan stres, bagi orang lain tidak. Jika terlalu banyak kejadian mendadak terjadi sekaligus, penangggulangan tekanan menjadi lebih sukar. Latar belakang seseorang, struktur neurologinya, dan pengalaman- pengalamannya yang terdahulu dalam menghadapi tekanan, mempengaruhi cara dia memberi tanggapan. Seorang yang kehilangan pekerjaan dapat merasa hancur, tetapi sebaliknya ada orang lain yang kehilangan pekerjaan tetapi ia melihat hal itu sebagai suatu kesempatan untuk maju karena ia dapat menemukan kedudukan baru yang kemungkinan lebih baik. Bagaimana hubungan stres dengan krisis? Seseorang yang mengalami sejumlah gangguan terus-menerus atau sejumlah gangguan kecil lebih sulit menanggulangi suatu pengalaman krisis yang serius. Sebaliknya jika seseorang dapat belajar bagaimana menanggulangi beberapa situasi khas setiap hari yang berpotensi untuk menimbulkan stres, ia akan diperlengkapi secara lebih baik untuk menangani krisis di dalam kehidupan ini. Di sinilah pengajaran di gereja dapat menjadi suatu pelayanan pencegahan stres. Sudah menjadi tugas kita untuk menolong anggota gereja dalam menanggulangi stres dengan suatu cara yang positif, yaitu dengan mengenal hal-hal yang dapat menyebabkan stres di dalam kehidupan mereka. Kemudian mempersiapkan diri untuk menghadapi beberapa hal yang biasanya menyebabkan stres dengan mengembangkan pandangan alkitabiah dalam hidup. Apakah sebenarnya yang menyebabkan stres? Ada beberapa faktor. Saya menganjurkan Anda untuk melihat gejala-gejala ini dalam orang-orang yang Anda beri konseling dan yang Anda ajak bicara di gereja Anda. Pokok-pokok di bawah ini dapat dijelaskan dan disampaikan waktu Anda mengajar atau berkhotbah. Sumber-sumber tambahan akan ditunjukkan demi studi lanjutan Anda dalam bidang ini. Apakah yang Dapat Menimbulkan Stres di dalam Kehidupan Seseorang? ----------------------------------------------------------------- 1. Rasa bosan atau merasa semua yang dilakukan tidak berarti, dapat menyebabkan stres. Mungkin ini kedengarannya aneh, tetapi banyak orang yang tidak menemukan suatu tantangan dan arti dalam kehidupan. Ini merupakan kesempatan untuk menolong seseorang menemukan arti hidup yang Kristus berikan. Menolong seseorang melihat kehidupan melalui perspektif Allah dapat mendatangkan arti, tidak peduli di bidang apa ia sedang bekerja atau tidak peduli apa yang sedang ia alami. 2. Tekanan-tekanan waktu dan batas waktu yang harus dipenuhi dapat menciptakan stres. Sering kali hal ini ditimbulkan oleh kita sendiri. 3. Beban kerja yang berlebihan dapat menciptakan tekanan pada hidup seseorang dan sekali lagi hal ini sering ditimbulkan oleh diri kita sendiri. Kadang-kadang hal ini terjadi karena seseorang merasa tidak dapat mengharapkan orang lain untuk mengerjakan tugas itu, atau ia merasa bahwa orang lain akan mengerjakannya dengan cara yang berbeda dan dengan lebih lambat atau mungkin bahkan lebih baik daripada kalau dia yang mengerjakannya. 4. Harapan-harapan yang tidak realistis terhadap diri sendiri atau terhadap orang lain dapat menimbulkan ketidakpuasan dan ketegangan. Sarankan kepada orang-orang yang Anda layani supaya mereka merinci tiap-tiap harapan mereka dan mengenali asal-usul setiap harapan itu, mengapa harapan itu penting, dan bagaimana pengaruhnya terhadap hidup mereka jika harapan-harapan itu tidak tercapai. 5. Konflik sehubungan dengan peranan kita dapat menyebabkan ketegangan. Saya telah bertemu dengan banyak pendeta dalam kedudukan yang tidak cocok dengan kemampuan dan karunia-karunia pribadi mereka. Mereka merasa seperti sebuah balok segi empat yang menyumbat sebuah lubang yang bulat. Pasangan yang menikah juga dapat merasakan tekanan karena konflik peranan yang mereka temui dan perasaan bahwa tidak ada kemungkinan untuk berubah. 6. Masalah keuangan dan ketidakpastian pekerjaan dapat menjadi peyebab utama stres. Banyak dari antara kita pernah merasakan hal ini. 7. Terhalangnya pengungkapan emosi dan macetnya komunikasi yang terbuka dalam suatu hubungan tidak hanya mengakibatkan stres, tetapi juga dapat membawa kepada depresi dalam hidup seseorang yang sudah merasa harga dirinya rendah. 8. Orang-orang yang membangun rasa jati diri dan rasa harga diri mereka di atas dasar yang tidak mantap, misalnya dalam pekerjaan, akan mengalami stres dan ketegangan. 9. Kurangnya pengertian tentang tahap-tahap perkembangan orang dewasa yang normal dapat menyebabkan tekanan pribadi maupun tekanan dalam pernikahan. Inilah daftar yang saya pakai untuk orang-orang yang saya layani mengenai penyebab stres. Sebagian dari penyebab yang disebutkan di sini dapat Anda perbanyak dan silakan memakainya untuk melayani orang-orang yang Anda beri konseling atau memakainya waktu Anda mengajar. Berbagai Penyebab Stres ----------------------- 1. Hubungan yang tak pasti. Jika seseorang mengalami ketidakpastian tentang suatu hubungan seperti persahabatan atau pernikahan, stres dapat timbul. Jika seseorang memikirkan apakah pasangannya tidak bahagia atau apakah pasangannya berniat hendak meninggalkan pernikahan, tidak hanya stres yang timbul, tetapi ini mudah menjadi suatu kritis. Beban jenis ini dapat mewarnai sikap seseorang terhadap seluruh bidang hidupnya. [Baca dan terapkan Filipi 4:6-9] 2. Lingkungan sekitar. Keadaan lingkungan sekitar seseorang dapat menyebabkan stres. Keadaan lingkungan yang monoton dan tidak berubah dapat merupakan masalah, sama saja seperti suatu suasana bersaing yang penuh tekanan dan yang berjalan dengan cepat. [Baca Yohanes 16:33] 3. Perfeksionisme. Mempunyai standar yang terlalu tinggi merupakan jalan utama yang menyebabkan kegagalan dan penolakan diri. Sulit hidup dengan orang yang perfeksionis. Perfeksionisme biasanya berarti ketidakmantapan. Orang-orang yang mantap bersifat luwes dan bersedia mengambil resiko serta membuat perubahan-perubahan yang positif. Ketika seseorang mempunyai harapan-harapan yang tidak realistis dan ia tidak dapat mencapainya maka ia akan mulai membenci dirinya, dan ini membawanya kepada depresi. [Baca 1Yohanes 4:7 dan buku "Making Peace with Your Past" (oleh H. Norman Wright) untuk mendapat informasi tambahan.] 4. Ketidaksabaran. Jika orang sangat tidak sabar terhadap orang lain, berarti ia tidak sabar terhadap dirinya sendiri. Tidak dapat menyelesaikan berbagai hal sesuai dengan rencana membuat batin orang kacau. Kata sabar berarti "dapat menahan nafsu, tidak terburu-buru atau menurutkan kata hati, tabah, sanggup menanggung". [Baca Galatia 5:22-23] 5. Kekakuan. Ketidakluwesan hampir sama dengan perfeksionisme dan ketidaksabaran. Orang yang kaku menghabiskan waktu mereka untuk menyelidiki sesuatu yang mengganggu pikiran mereka. Mengakui kesalahan sendiri dan menerima pendapat orang lain adalah tanggapan yang matang dan dapat mengurangi stres. Efesus 4:2 menganjurkan, "Pertimbangkanlah berbagai keadaan dan keterbatasan karena kamu saling mengasihi" (terjemahan dari the Amplified Bible). 6. Ketidakmampuan untuk rileks. Banyak orang merasa sukar untuk duduk di kursi selama sepuluh menit dengan rileks. Pikiran mereka tetap jalan dan mereka memaksa diri. Kegiatan mereka disebut momentum stres. [Baca Yesaya 32:17] 7. Mudah meledak dan marah. Jika hidup seseorang ditandai dengan bom-bom penyebar amarah pada orang lain, stres tidak hanya mempengaruhi orang itu tetapi juga orang lain. [Baca Amsal 29:22] 8. Kurangnya humor dan kecilnya semangat hidup. Orang-orang yang suka membanggakan diri, suka menyalahkan diri, dan karenanya mereka mengalami stres, barangkali juga merasa sedih. [Baca Filipi 4:13] 9. Terlalu banyak bersaing. Membandingkan diri dengan orang lain dalam hal apa yang mereka perbuat dan apa yang mereka miliki akan menyebabkan tekanan yang tidak perlu pada diri seseorang. Kita tidak perlu membiarkan apa yang diperbuat dan dimiliki orang lain mempengaruhi hidup kita. Persaingan dalam hal-hal tertentu dapat mendatangkan kesenangan tersendiri, tetapi apabila hal ini berjalan terus-menerus maka tidak menyenangkan lagi. [Baca Mazmur 37:3] 10. Kurangnya harga diri. Konsepsi diri yang rendah adalah dasar dari banyaknya kesulitan dalam hidup. Depresi dan stres dapat terjadi. [Sebagai sumber tambahan untuk menolong orang yang Anda beri konseling, baca buku "Now I Know Why I'm Depressed" dan "Improving Your Self-Image" (Harvest House; bahasa Inggris).] Menanggulangi Stres ------------------- Bagaimana kita dapat menghilangkan stres? Ada 3 cara: 1. Kita dapat mencoba mengubah keadaan lingkungan sekitar untuk mencegah hal-hal yang mungkin menyebabkan stres. Seseorang dapat berganti pekerjaan, berpindah dari lingkungan tempat tinggal, atau tidak berkunjung kepada kerabatnya sesering dulu. Sayangnya, tidak banyak orang menyadari berapa banyak perubahan tambahan yang harus dibuat dan ini dapat menimbulkan lebih banyak lagi stres. 2. Cara kedua untuk menanggulangi stres adalah memperhatikan gejala- gejalanya. Kita dapat berusaha mengubah tanggapan emosional dan tanggapan psikologis kita terhadap stres melalui penggunaan obat penenang, teknik-teknik relaks, meditasi, atau imajinasi. [Untuk informasi tambahan baca "The Healing of Fears" (Harvest House) dan "Making Peace with Your Past" (Revell), karangan penulis.] 3. Langkah yang ketiga ini adalah cara terbaik. Langkah ini meliputi tindakan mengubah berbagai keyakinan, anggapan dan cara berpikir negatif, yang membuat kita lebih mudah terserang stres. Persepsi dan evaluasi kita tentang dunia ini sebenarnya dapat menyebabkan stres. Mengubah sikap kita mungkin sulit, tetapi hal ini mungkin juga merupakan jalan yang paling berguna untuk mengurangi stres, tekanan dan kegelisahan. -*- Sumber -*-: Judul Buku : Konseling Krisis Judul asli Artikel: Stres dan Kepribadian Tipe A -- Suatu Potensi Krisis Penulis : H. Norman Wright Penerbit : Gandum Mas, Malang, Jawa Timur, 1996 Halaman : 256 - 260, 262 *TELAGA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TELAGA* Salah satu penyebab seseorang sulit mengalami/menangani stres dengan baik adalah apabila ia pernah memiliki trauma/pengalaman mengerikan yang terjadi di masa lampau -- pengalaman buruk ini mempengaruhinya dalam waktu yang sangat lama. Bagaimana cara mengatasi ataupun menolongnya? Bahkan meski Anda tidak mengalami trauma atau Anda kemungkinan tidak hyper-sensitif/gangguan-stres, ringkasan diskusi dengan Pdt. Paul Gunadi berikut ini dapat berguna bagi Anda. -*- GANGGUAN STRES PASCA TRAUMA -*- ------- T: Makin hari makin banyak orang yang menyadari tentang pengaruh keluarga didalam pertumbuhan kejiwaannya. Nah masalahnya, banyak masalah yang timbul dalam suatu pernikahan yang sebenarnya berasal dari suatu trauma atau suatu masalah yang dialami sebelum mereka menikah. Nah apa yang bisa Bapak sampaikan atau uraikan tentang masalah-masalah seperti itu? J: Yang pertama adalah saya ingin menjelaskan apa yang dimaksud dengan istilah trauma. Trauma itu berarti peristiwa mengerikan yang sangat menakutkan. Di dalam salah satu diagnosis ilmu gangguan jiwa disebut dalam bahasa Inggrisnya: PTSD (Post Traumatic Stress Disorder). Jadi artinya adalah gangguan stres pasca trauma, yaitu stres yang muncul dan berkelanjutan namun stres itu sebenarnya timbul setelah atau sebagai akibat pengalaman mengerikan yang kita alami di masa yang lampau. ------- T: Contoh-contoh konkret dari masalah yang mengerikan itu apa Pak? J: Misalnya salah satu yang langsung saya ingat adalah masalah perkosaan. Misalnya seseorang atau seorang gadis disergap pada waktu malam dan kemudian diperkosa atau ketika ia pergi dengan teman-temannya tiba-tiba dicegat dan kemudian diperkosa, nah peristiwa itu akan menjadi trauma, peristiwa yang sangat mengerikan bagi dirinya. Dan itu akan menyertainya untuk waktu yang sangat lama. Atau seseorang yang melihat suatu pembunuhan, hal ini juga bisa mengganggunya. Ini adalah gangguan yang sering dialami juga oleh para tentara. Saya ingat sekali ada cukup banyak veteran perang Vietnam yang ada di Amerika Serikat, setelah pulang perang dari Vietnam banyak dari mereka yang menderita gangguan PTSD. Salah satu tandanya adalah mereka sering diserang oleh mimpi buruk, malam hari terbangun dengan keringat dingin, ketakutan karena mengalami mimpi buruk yang sangat mengerikan. Dan mimpi buruk ini memang sangat unik sekali, unik dalam pengertian mimpinya mempunyai tema yang sama -- misalnya ia dikejar-kejar, ia akan dibunuh, ia akan disergap, dll. Mimpinya bisa berbeda-beda tapi temanya sama, dan ia sering sering mengalami mimpi buruk seperti ini. ------- T: Kalau orang sudah mengalami seperti itu ... bagaimana cara menghilangkannya? J: Pertama-tama dia harus mengenali dulu apa yang menjadi penyebab gangguan itu, sebab tidak sama dalam setiap kasus. Setelah dia bisa mengingatnya dengan bantuan seorang ahli terapi, seyogyanya dia kembali lagi ke saat itu, jadi dia menghidupkan kembali memorinya, mengunjungi kembali masa dimana dia mengalami peristiwa tersebut. Dan mengeluarkan emosi yang seharusnya dia keluarkan saat kejadian itu tapi mungkin karena ketakutannya ia tidak bisa mengeluarkan emosi itu. Atau dia sudah mengeluarkan emosinya, mengekspresikan perasaannya, namun belum cukup. Ia harus melanjutkan pengekspresian emosi dan ketakutannya itu lagi. Jadi ia perlu kembali ke masa tersebut dan mengeluarkan emosi- emosi yang terpendam dan setelah itu baru ia dapat mulai merasa lebih lega. Setelah hal itu dilakukan maka dalam ilmu terapi ia dapat diarahkan ke arah yang bersifat kognitif. Yaitu penyembuhan kognitif artinya, ia akan mulai belajar melihat hidup ini atau situasi ini dengan kaca mata yang berbeda. Dulu ia itu dalam keadaan tidak berdaya, tapi sekarang ia dalam keadaan yang lebih berdaya. Dulu misalnya waktu orangtuanya berkelahi ia tidak bisa berbuat apa-apa, tapi sekarang ia sudah bisa. Adakalanya orang-orang yang mengalami gangguan stres pasca trauma ini tetap menempatkan dirinya sebagai orang yang tak berdaya, nah ini yang perlu kita sampaikan kepada mereka bahwa Tidak! Engkau sekarang berdaya, engkau tidaklah setidakberdaya pada waktu engkau masih kecil. Jadi harus dilawan dan berikan perspektif yang lebih luas. Namun saya sadari ini memang berat sekali. -*- Sumber -*-: [[Sajian kami di atas, kami ambil dari isi salah satu kaset TELAGA No. 10B, yang telah kami ringkas/sajikan dalam bentuk tulisan.]] -- Jika Anda ingin mendapatkan transkrip seluruh kaset ini lewat e-Mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel@xc.org > -- Informasi tentang pelayanan TELAGA/Tegur Sapa Gembala Keluarga dapat Anda lihat dalam kolom INFO edisi e-Konsel 03 dari URL: ==> http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/003/ [01 Nov 2001] *BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH* -*- MENANGGULANGI STRES -*- [Berikut ini merupakan lanjutan Artikel "Menangani Stres -- Sebelum Berkembang Menjadi Krisis" dalam kolom Cakrawala.] Jalan keluar ini adalah untuk mengembangkan filsafat Alkitabiah terhadap hidup. Bagaimana hal ini dapat dilaksanakan? Dengan menemukan dan menerapkan Firman Tuhan secara praktis dalam hidup seseorang. Stres muncul karena pilihan-pilihan yang kita buat dan karena sikap kita terhadap berbagai keadaan hidup ini. Lihat Yakobus 1:2-3, "Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan." Kata 'anggaplah' kadang-kadang diartikan berkenaan dengan suatu sikap hati atau pikiran yang mengizinkan pencobaan-pencobaan dan keadaan-keadaan hidup mempengaruhi seseorang, secara merugikan ataupun secara menguntungkan. Dapat juga diartikan, "Bulatkanlah hati untuk menganggap kemalangan itu sesuatu yang patut disambut atau yang menggembirakan". Kita mempunyai kuasa untuk menentukan sikap. Kita dapat menghadapi suatu situasi dan berkata, "Ini buruk sekali. Hal ini sungguh-sungguh membingungkan. Ini merupakan hal yang paling tidak saya inginkan dalam kehidupan saya. Mengapa menimpa saya dan mengapa sekarang?" Atau kita dapat mengatakan, "Ini tidak saya inginkan atau harapkan, tetapi ini terjadi. Akan ada waktu-waktu yang sulit, tetapi bagaimana saya dapat berbuat sebaik-baiknya dengan hal-hal ini? Apa yang dapat saya pelajari dan bagaimana saya dapat bertumbuh melalui hal ini?" Bahkan Rasul Paulus mengalami situasi-situasi yang dapat menimbulkan stres. Ia mengatakan di dalam 2Korintus 11:24-28, "Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak-pihak orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara- saudara palsu. Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian, dan, dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat- jemaat." Paulus juga mempunyai "duri dalam daging" dan tiga kali meminta kepada Allah untuk mengangkat duri itu. Tetapi ketika duri itu bertahan, Paulus menyimpulkan bahwa hal itu adalah untuk membuat dia tetap rendah hati dan untuk memampukan dia bertumbuh secara rohani (2Korintus 12:7-10). Jika kita melihat ayat-ayat ini dan ayat-ayat lain, kesan kita ialah bahwa Paulus berusaha melihat segi positif dari situasi-situasi penyebab stres itu dan menggunakannya sebagai pengalaman-pengalaman untuk bertumbuh. "Dari segala penjuru kami ditimpa oleh kesulitan, tetapi kami tidak hancur luluh. Kami bingung, karena kami tidak tahu mengapa hal-hal itu terjadi, tetapi Allah tidak pernah meninggalkan kami. Kami dihempaskan, tetapi kami bangun lagi dan terus maju. Tubuh kami ini senantiasa menghadapi ancaman maut, seperti halnya dengan Yesus. Jadi jelaslah bagi kami semua bahwa hanya Kristus yang hidup di dalam kamilah yang memelihara keselamatan kami. Ya, kami terus-menerus menghadapi bahaya maut, sebab kami melayani Tuhan. Tetapi hal ini pulalah yang senantiasa memberi kesempatan kepada kami untuk menyatakan kuasa Yesus Kristus di dalam tubuh kami yang fana ini. Karena memberitakan Injil, kami menghadapi maut; tetapi pemberitaan kami telah mendatangkan hidup kekal bagi saudara sekalian." (2Korintus 4:8-12, Firman Allah yang Hidup.) Paulus cukup realistis. Dia tahu bahwa ia dapat mengatasi stresnya, tetapi dia juga sadar bahwa orang lain mungkin lebih sulit menghadapi stres mereka. Stres menyebabkan Yohanes Markus meninggalkan pelayanannya, dan Demas meninggalkan imannya karena dia lebih mencintai dunia. Paulus bergumul dengan perasaan kesepian, seperti yang terungkap dalam surat terakhirnya kepada Timotius. Apabila seseorang mengalami stres, hal ini dapat mempunyai satu atau dua pengaruh terhadap hubungannya dengan Allah. Stres dapat membawa orang itu semakin dekat kepada Allah, atau menyebabkan orang itu meninggalkan Allah dalam kepahitan dan kekecewaannya. Yesaya 43:2 sangat realistis tentang stres: "Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau." Kita tidak dijanjikan suatu kehidupan yang bebas dari situasi- situasi yang sulit, tetapi kita memang dijanjikan bahwa kita tidak sendiri ketika situasi-situasi itu timbul. Stabilitas kita berasal dari Kristus sendiri. Tuhanlah kekuatan kita ketika kita memberikan konseling kepada seseorang yang dalam stres dan krisis, dan Tuhan adalah kekuatan mereka juga. Ayat Alkitab ------------ Roma 16:25; Nehemia 8:11; Yesaya 33:6 -*- Sumber -*-: Judul Buku : Konseling Krisis Judul asli Artikel: Stres dan Kepribadian Tipe A -- Suatu Potensi Krisis Penulis : H. Norman Wright Penerbit : Gandum Mas, Malang, Jawa Timur, 1996 Halaman : 263 - 265 *TIPS *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TIPS* -*- MENOLONG ORANG MENGATASI STRES -*- Kebanyakan dari kita mempunyai cara sendiri-sendiri dalam menghadapi stres. Tentunya reaksi kita bergantung pada kebudayaan, latar belakang keluarga, pengalaman masa lalu, dan kepribadian kita masing- masing. Ada orang-orang yang mencoba melupakan stres, menganggap seolah-olah tidak ada, dan melanjutkan hidup secara normal. Tetapi banyak juga yang dengan jujur mengakui adanya tekanan-tekanan hidup yang mereka rasakan, dan mencoba mengatasinya dengan mengutarakan isi hati kepada teman-teman yang dapat dipercaya, menangis (yang dapat melepaskan sebagian dari ketegangan), atau dengan mencari jalan lain untuk melupakan problemanya untuk sementara waktu. Banyak orang datang kepada Tuhan, merenungkan firman-Nya, membaca buku-buku rohani atau pergi ke gereja untuk mendapatkan penghiburan. Ada pula yang menyembunyikan stres dengan minum minuman keras, dan memang sebagian besar pecandu-pecandu alkohol adalah orang-orang yang tertekan. Mulanya, orang-orang ini mencoba melupakan stresnya dengan minum. Lama-kelamaan jadi kebiasaan, sehingga tubuhnya menjadi bergantung kepada alkohol dan mereka seolah-olah tidak mampu lagi melepaskan diri dari alkohol tersebut. Padahal sumber stresnya masih ada dan sekarang ia menjadi peminum, ini berarti dia menambah stres tersebut menjadi lebih berat lagi. Pada tahun-tahun belakangan ini, banyak ahli yang sudah menulis mengenai stres dan memberikan jalan keluar untuk menolong para penderita mengatasinya. Ada banyak petunjuk yang sudah ditulis yang sangat berguna untuk menolong mengatasi stres. Sebagai konselor, mungkin Anda ingin juga membagikan beberapa saran di bawah ini pada konsele. Pada umumnya ada enam cara untuk menolong konsele mengatasi stres dalam hidup ini, yaitu dengan: 1. Rileks. Pernahkah Anda memperhatikan bagaimana binatang-binatang memberikan reaksi terhadap bahaya atau pada waktu takut? Mungkin Anda tidak dapat melihatnya, tetapi yang jelas jantung mereka berdenyut lebih cepat, ada peningkatan zat adrenalin dalam peredaran darah, otot-otot menjadi tegang, dan binatang tersebut siap untuk melarikan diri atau melawan. Hal yang serupa terjadi pada manusia. Jantung berdenyut lebih keras dan tubuh siap untuk memberikan reaksi. Tetapi tidak selalu tepat bagi manusia untuk lari atau melawan, oleh sebab itu tubuh menjadi tegang, dan dalam keadaan ini, sangat sulit bagi manusia untuk berpikir bagaimana stres dapat diatasi. Akan sangat menolong bila tubuh yang tegang tersebut dapat menjadi rileks. Duduk dengan tenang dan mencoba membicarakan masalah secara terbuka memang dapat membuat rileks. Begitu pula dengan senam, mandi air hangat, mendengarkan musik yang lembut, atau mencoba mengalihkan pikiran pada hal yang ringan dan membayangkan sesuatu yang indah. Yang terbaik, adalah jika kita dapat melatih merenungkan ayat-ayat dari firman Tuhan. Mazmur pasal satu misalnya, mengandung banyak hal yang indah untuk mengatasi stres. Jangan berjalan, berdiri atau duduk dengan orang fasik, orang yang berdosa; tetapi harus merenungkan firman- Nya siang dan malam. Hal inilah "yang membahagiakan" serta yang akan memberikan ketenangan dalam hidup kita terutama pada waktu stres. Kita melihat, bahwa contoh-contoh tadi memang tidak secara langsung menyentuh sumber ketegangannya, tetapi sangat berfaedah dalam mengatasi stres. 2. Menolong konsele mengerti penyebab stres dan cara-cara menghadapinya. Doronglah mereka untuk mengutarakan apa yang menjadi penyebab kegelisahan dan kesulitannya. Biarkanlah konsele mencoba mengekspresikan perasaan dan ketakutannya. Dengan demikian Anda sudah menolong mereka, dan menolong Anda sendiri mengerti apa yang menjadi pokok persoalannya. 3. Cobalah kenali apa yang telah dilakukan konsele pada waktu-waktu yang lalu untuk mengatasi stresnya. Apa yang sudah pernah dicoba, teknik-teknik apa yang mungkin sudah pernah menolongnya dan apa yang akan dilakukan oleh konsele di kemudian hari. Mungkin juga perlu dibicarakan tentang setiap kemungkinan yang ada dan mendorong konsele untuk mengubah rencana, cara berpikir ataupun tindakan-tindakannya. 4. Harus pula diingat, bahwa ada hal-hal yang harus Anda hadapi dan juga dihadapi oleh konsele, yaitu suatu realita yang berat dan tidak dapat diubah lagi. Mungkin Anda ingat akan kesusahan raja Daud, waktu anak yang lahir dari perzinahan dengan Batsyeba jatuh sakit. Alkitab dengan jelas mencatat dosa Daud, dan akibat dari dosa tersebut, anak itu sakit untuk beberapa hari lamanya. Daud berpuasa dan tekun memohon kepada Allah, ia sangat tertekan, dan tidak dapat memikirkan yang lain kecuali anak itu sudah mati, Daud harus menerima suatu kenyataan atas sesuatu yang tidak dapat diubah. Ia kembali pada tugas dan tanggung jawabnya sebagai raja dan pergi menghibur hati Batsyeba (2Samuel 12:15-24). Memang tidak mudah untuk menerima kenyataan tentang kematian dan pengalaman-pengalaman pahit lainnya dengan begitu saja. Tetapi salah satu tujuan konselor, adalah menolong konsele menerima apa yang memang tidak dapat diubah lagi. Mereka harus dikuatkan dengan lemah lembut untuk membuat penyesuaian diri dan melanjutkan kehidupan ini. Semua pengalaman pahit, adalah seperti luka yang membutuhkan waktu untuk sembuh, dan yang biasanya memberikan respon positif pada perhatian dan kasih. 5. Konsele harus tetap berhubungan dengan dunia luar. Banyak teori konseling yang dibentuk di negara-negara Barat di mana penduduknya sangat sering pindah tempat. Banyak orang Amerika misalnya, yang hidup jauh dari sanak keluarga juga teman-teman lama yang biasanya selalu menolong dalam kesulitan. Biasanya, orang-orang tersebut akan mencoba mengatasi stresnya sendiri, atau mereka terpaksa harus mencari seseorang yang dapat diajak bicara atau saudara seiman di gereja. Keadaan ini tentunya tidak ada di negara-negara lain, di mana keluarga dan teman-teman atau tetangga selalu dekat dan kapan saja dapat memberi pertolongan pada waktu stres. Memang kadang- kadang konsele ingin menjauhkan diri dari keluarga untuk sementara waktu, tetapi biasanya dukungan penghiburan, pertolongan-pertolongan praktis dan nasihat-nasihat yang datang dari keluarga, teman dan saudara seiman sangat dibutuhkan dan itu jangan sampai dilupakan oleh konselor. Siapa tahu, bahwa kehadiran dan dukungan mereka akan membawa kesembuhan yang jauh lebih efektif daripada bimbingan seorang konselor. Tentu saja di atas semuanya itu, hanya Tuhanlah yang dapat memberikan penghiburan dan kekuatan yang sejati. 6. Mendoakan dan berdoa bersama konsele. Arahkan konsele kepada Tuhan yang penuh kasih, maha bijaksana, dan yang dapat mengerti setiap kesulitan dan pencobaan yang kita alami. Sebagai konselor kita dapat mengingatkan konsele beberapa bagian dari firman Tuhan yang menguatkan dan memberikan penghiburan, dan harus diingat, bahwa sebagai konselor, bukan Anda yang menentukan hasil akhirnya, tetapi Tuhan yang bekerja melalui kehidupan dan pelayanan Anda yang membawa kesembuhan itu. -*- Sumber -*-: Judul Buku: Konseling Kristen yang Efektif Penulis : Dr. Gary R. Collins Penerbit : SAAT, Malang Halaman : 68 - 72 *STOP PRESS *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* STOP PRESS* -*- HAPPY BIRTHDAY TO e-KONSEL!! -*- Pada tanggal 01 Oktober 2002, tak terasa sudah satu tahun e-Konsel menemani dan melayani Anda. Kami bersyukur pada Tuhan dan khususnya untuk para pembaca e-Konsel yang membuat kami selalu bersemangat melayani. Dalam rangka memperingati HUT e-Konsel yang pertama ini, Redaksi akan mengirimkan satu edisi tambahan khusus. Kiranya melalui edisi khusus ini Anda dapat semakin bersemangat melayani Tuhan dan terbeban untuk menolong orang lain yang membutuhkan pelayanan konseling. Dukunglah terus pelayanan e-Konsel ini melalui doa, saran dan masukan-masukan Anda. Sekali lagi, "to God be the glory"!!! *SURAT *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- DARI ANDA -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* SURAT* Dari: <Herodion@> >Salam Damai Sejahtera, >Terima kasih atas kiriman e-Konsel Edisi 024, apakah saya bisa >mendapatkan Edisi 001 s/d 023?, jika bisa tolong dikirimkan, >supaya saya dapat mengikuti seluruh edisi, dan suatu saat juga >sebagai kontributor situs ini. Disamping itu saya ingin mendapatkan >artikel konseling tentang Konflik yang terjadi Dalam Rumah Tangga >Kristen baik Umum atau spesifik (mis. masalah ekonomi), faktor >pencetus pada umumnya dalam konflik dan solusinya. Atas tanggapan >dan kirimannya saya ucapkan sekali lagi terima kasih. >Tuhan Memberkati misi Saudara-Saudara yang mengelola situs ini. >Herodion Redaksi: Untuk mendapatkan e-Konsel edisi 001 - 023, silakan Anda langsung berkunjung ke arsip publikasi e-Konsel di alamat: ==> http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ Sehubungan dengan artikel yang Anda minta mengenai konflik dalam keluarga, kami pernah membahasnya di e-Konsel edisi 015 dengan topik 'Masalah Keluarga'. Untuk mendapatkan edisi tersebut, klik URL berikut ini: ==> http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/015/ Kiranya hal ini bisa membantu Anda. Juga, terima kasih atas doanya. Kontribusi Anda kami tunggu! e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL STAF REDAKSI e-Konsel Yulia O., Lani M., Ka Fung PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2002 oleh YLSA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Andapunya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org> Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. dapat dikirimkan ke alamat: <owner-i-kan-konsel@xc.org> *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org Berhenti: Kirim e-mail kosong: unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel ARSIP publikasi e-Konsel: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |