Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/246

e-Konsel edisi 246 (14-6-2011)

Membangun Hubungan Baik dengan Keluarga Mertua

______________________________e-KONSEL________________________________

        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
______________________________________________________________________

EDISI 246/JUNI 2011

DAFTAR ISI
BIMBINGAN ALKITABIAH: MERTUAKU, MENANTUKU
TIP: MEMBANGUN HUBUNGAN YANG POSITIF DENGAN MENANTU/MERTUA
INFO: PUBLIKASI e-JEMMI (JURNAL ELEKTRONIK MINGGUAN MISI)

Salam kasih,

Mertua adalah orang tua kita karena kita menjadi satu dengan
suami/istri kita. Tetapi, menjalin hubungan dengan mertua terkadang
membutuhkan pengorbanan dan kesabaran. Seperti apakah seharusnya
hubungan yang dimiliki mertua dan menantu? Dalam edisi ini, Anda dapat
membaca Bimbingan Alkitabiah dan Tip terkait dengan membangun hubungan
dengan mertua. Di akhir bacaan, Anda juga bisa menyimak info singkat
tentang milis publikasi e-JEMMi (Jurnal elektronik Mingguan Misi).
Selamat membaca.

Pimpinan Redaksi e-Konsel,
Sri Setyawati
< setya(at)in-christ.net >
< http://c3i.sabda.org/ >

           BIMBINGAN ALKITABIAH: MERTUAKU, MENANTUKU
                      Bacaan: Rut 1:16-17

Ada sebuah pepatah mengatakan: "Setajam-tajamnya duri lidah buaya,
masih lebih tajam lidah ibu mertua." Pepatah ini menggambarkan
hubungan yang tidak akur antara menantu dan mertua. Untuk itu, bila
ada seorang istri yang menceritakan hubungannya dengan ibu mertuanya
cukup harmonis, maka komentar yang muncul adalah, "Wah hebat, kasus
langka!" Sebaliknya, jika diceritakan sang menantu perempuan yang
sering konflik dengan ibu mertuanya, maka komentar yang akan keluar
adalah "Ah itu sih, biasa!"

Sebuah studi mengatakan bahwa 60 persen hubungan mertua perempuan
dengan menantu perempuan berada di dalam ketegangan. Mengapa banyak
hubungan mertua dan menantu kurang baik? Alasannya adalah:

1. Ibu mertua merasa anak lelakinya "diambil" oleh menantunya.
2. Ibu mertua merasa telah "disia-siakan" oleh anak lelakinya.
3. Ibu mertua merasa tidak "dirawat" karena anaknya memilih hidup
   dengan orang lain.

Karena perasaan-perasaan itu, sering kali ibu mertua bersikap sinis,
galak, dan selalu mengkritik menantu perempuannya. Segala hal mengenai
menantu perempuannya dinilai kurang. Semua yang dilakukan menantunya
tidak memenuhi kualifikasinya. Sementara itu, istri merasa bahwa ibu
mertuanya terlalu ikut campur urusan rumah tangga mereka, selalu
mengkritik pekerjaannya, tidak pantas untuk anaknya, dsb.. Sikap ibu
mertua semakin menjadi-jadi jika dulu pernikahan anaknya itu tidak
direstui olehnya. Hal ini dapat menjadi alasan bagi ibu mertua untuk
"menjatuhkan" menantu perempuannya itu. Dalam kasus seperti ini sering
kali menantu perempuan menjadi pihak yang "kalah". Akibatnya menantu
perempuan sering mengeluh bahwa hidup dengan mertua perempuan bagaikan
hidup dengan ibu tiri.

Bagaimana menjalin sebuah hubungan yang baik dengan mertua? Apa yang
harus dilakukan oleh menantu? Mari, kita belajar dari teladan Rut
tentang sikapnya terhadap mertuanya.

a. Rut menganggap mertuanya sebagai orang tuanya sendiri yang perlu
ditemani, dirawat, dan dikasihi. Perhatikanlah perkataan Rut kepada
Naomi, "Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan
tidak mengikuti engkau; ...." (Rut 1:16-17) Sikap Rut yang demikian
manis kepada mertuanya, diketahui dan dipuji-puji oleh banyak orang,
termasuk oleh Boas (Rut 2:11). Mertua Rut memang baik, tidak seperti
kebanyakan mertua sekarang. Namun, sikap yang menganggap mertua
sebagai orang tua sendiri perlu ditiru. Jadi, anggaplah mertua Anda
sebagai ibu Anda sendiri. Kasih ini harus Anda tunjukkan dengan
mengunjunginya secara teratur, dan menerimanya dengan ramah jika dia
datang berkunjung. Dengan demikian, ibu mertua Anda tidak merasa
disisihkan, apalagi disingkirkan. Jika Anda mengalami masalah,
terutama menyangkut kehidupan rumah tangga, cobalah meminta nasihat
kepada ibu mertua Anda. Tindakan ini akan membuat ibu mertua Anda
merasa dihargai. Di samping itu, dengan berkonsultasi kepadanya,
komunikasi Anda akan terjalin dengan indah dan harmonis, dan Anda akan
disayangi mertua. Seperti Rut, ia mau mendengar nasihat mertuanya
(Rut 3:5).

b. Hargailah mertua Anda. Ingatlah bahwa mertua Anda adalah orang yang
sudah membesarkan pasangan Anda. Oleh karena itu, berikanlah kepadanya
penghargaan dan penghormatan, bagaimanapun buruknya dia. Kita harus
menyadari bahwa orang tua sudah banyak berkorban dan kita harus
menghargai pengorbanan mereka. Misalnya, kita mengingat ulang
tahunnya. Prinsipnya adalah buatlah hal-hal yang membuat mertua merasa
dihargai.

c. Bijaksanalah terhadap tuntutan mertua. Mungkin mertua Anda benar
karena dia lebih banyak makan asam garam. Tuntutannya perlu
dipertimbangkan. Jika terjadi konflik, ingatlah bahwa mertua Anda
bukan musuh. Dia adalah ibu pasangan Anda.

d. Untuk mengurangi ketegangan, jangan mudah marah karena hal-hal
remeh. Tunjukkan penghormatan Anda kepada ibu mertua melalui hal-hal
kecil, seperti memuji masakannya.

e. Pelajarilah budaya dari keluarga pasangan Anda. Misalnya, jam
berapa keluarga pasangan Anda makan.

f. Suami harus belajar mengambil keputusan sendiri dengan pasangannya.
Menanyakan keputusan kepada orang tua hanya sebagai alternatif
berikutnya. Yang paling penting adalah keputusan bersama --
suami-istri.

g. Jangan percaya gosip dari pihak lain, dan jangan sering
menceritakan masalah kita kepada sembarangan orang. Kebanyakan masalah
keluarga, termasuk antara mertua dan menantu, karena adanya laporan
cerita-cerita yang disertai "bumbu" dari orang lain. Misalnya ipar,
keluarga lain, atau tetangga. Itu sebabnya, setiap pasangan jangan
mudah percaya kepada cerita-cerita pihak ketiga tentang masalah
internal keluarga.

h. Fokuskan perhatian Anda terhadap hal-hal yang baik yang ada dalam
diri mertua. Hindarilah pikiran negatif mengenai dirinya. Misalnya,
ingatlah saat Anda sedang hamil, ibu mertualah yang memberi obat,
mengajari Anda memakaikan pakaian bagi si bayi.

i. Empati dengannya. Pada saat Anda menikah, Anda telah memisahkan
pasangan Anda dengan ibunya. Coba menempatkan diri di posisi mertua.
Ingatlah bahwa suatu hari nanti pun Anda akan menjadi mertua.

j. Bersabar dan berdoa. Sebenarnya, ibu mertua tidak ingin sinis
terhadap Anda. Koreksi diri juga penting. Mungkin selama ini ada sikap
Anda yang membuat ibu mertua tidak berkenan. Ingat, jika Anda dapat
bersabar, selalu memberi perhatian, dan bersikap positif terhadap ibu
mertua, lama-lama ibu mertua pun akan lunak hatinya. Jika perilaku
negatif dibalas negatif, maka sering kali hasilnya tidak
menggembirakan. Membalas kebaikan dengan kejahatan adalah sikap Iblis.
Membalas kebaikan dengan kebaikan adalah sikap dunia. Tetapi membalas
kejahatan dengan kebaikan adalah sikap anak-anak Tuhan.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama situs: Kotbah.org
Alamat URL: http://kotbah.org/2010/01/mertuaku-menantuku-rut-116-17/
Penulis: Yohannis Trisfant, M.Th.
Tanggal akses: 9 Mei 2011

      TIP: MEMBANGUN HUBUNGAN YANG POSITIF DENGAN MENANTU/MERTUA

Ketika dua wanita yang mengasihi pria yang sama berada di tempat yang
sama, hasilnya tidaklah selalu baik. Ibu mertua bisa bermasalah ketika
melepas anak laki-lakinya. Menantu perempuan harus berjuang untuk bisa
menyatu dengan keluarga suaminya. Saling pengertian dan kesepakatan
yang bijaksana, diperlukan untuk membantu ibu mertua dan menantu
perempuan melebur menjadi satu dalam hubungan yang sehat.

Berikut adalah sepuluh saran bagaimana menjalin hubungan yang baik
dengan ibu mertua atau menantu perempuan Anda:

1. Pilihlah untuk bertindak dengan kasih. Jangan biarkan perasaan Anda
menuntun tindakan Anda. Sebaliknya, ikutilah tuntunan Tuhan. Apa pun
yang Anda rasakan, putuskan untuk memperlakukan ibu mertua dan menantu
perempuan Anda dengan kasih. Percayalah, sekali Anda bertindak
berdasarkan kasih, Tuhan akan memberikan penghargaan kepada Anda dan
mengubah hati Anda perlahan-lahan.

2. Saling bersabarlah satu dengan yang lain. Jangan mengharapkan
hubungan Anda bisa langsung dekat. Berikan waktu untuk hubungan
tersebut tumbuh.

3. Doakan ibu mertua Anda. Cobalah untuk menerapkan saran berikut ini
dalam hubungan Anda dengan ibu mertua: kasihilah suami Anda,
bersedialah untuk belajar, jadilah diri sendiri dan santai, kasihilah
ibu mertua Anda dan katakan hal tersebut kepada beliau, bersabarlah
terhadap ibu suami Anda ini ketika beliau mencoba untuk melepaskan
anak laki-lakinya, berdoalah untuk ibu mertua Anda (Tuhan dapat
mengubah beliau meskipun tidak seorang pun dapat melakukannya), jangan
mengeluh kepada orang lain tentang suami Anda, teruslah jalin hubungan
yang dekat dengan keluarga Anda sendiri (Anda membutuhkan dukungan
mereka), jalinlah hubungan pribadi dengan Kristus, berikan perhatian
kepada pernikahan Anda sendiri, jangan bandingkan ibu mertua Anda
dengan ibu Anda sendiri (hormatilah keduanya dan perbedaan-perbedaan
mereka), katakan kepada ibu mertua Anda betapa Anda sangat mengasihi
anaknya dan beliau sudah membesarkannya dengan sangat baik, rencanakan
liburan jauh-jauh hari, berikan waktu supaya hubungan Anda dengan ibu
mertua semakin dekat, dan milikilah terus selera humor.

4. Doakanlah menantu perempuan Anda. Cobalah untuk menerapkan
saran-saran berikut ini dalam hubungan Anda dengan menantu perempuan
Anda: bersikaplah positif dan mendukung, doakan pernikahan anak Anda
dan menantu perempuan Anda, hormatilah cara-cara yang berbeda yang
dilakukan oleh menantu perempuan Anda, biarkan anak Anda dan istrinya
memiliki kehidupan sendiri, jangan ikut campur, kirimkan kartu dan
beritahukan hari-hari penting, pekalah kapan Anda bisa berbagi pikiran
dan kapan harus diam, berikan nasihat hanya bila diminta, jangan
terlalu banyak berharap bisa sering bertemu menantu perempuan Anda,
berikan waktu dan ruang baginya, berikan kata-kata yang menguatkan
setiap kali ada kesempatan (pujilah kemampuannya, selera, dan
sifatnya), jadilah contoh orang Kristen yang selalu bertindak dengan
kasih kepadanya, sering-seringlah memuji (perhatikan kritik yang bisa
meracuni hubungan Anda), jangan bandingkan menantu perempuan Anda
dengan anak perempuan Anda, dan milikilah selera humor.

5. Bila Anda adalah ibu mertua, mulailah dengan melepaskan. Sadarilah,
bahwa secara alkitabiah, tanggung jawab ibu mertualah yang harus
bertindak terlebih dahulu dengan melepaskan anaknya dan dengan penuh
kasih melepaskan dia untuk membangun sendiri kehidupan pernikahan dan
rutinitasnya. Ketahuilah, bahwa dengan melakukan hal tersebut, Anda
akan membuka jalan untuk menjalin hubungan baru yang sehat dengannya
dan istrinya.

6. Bila Anda adalah menantu perempuan, pilihlah untuk menghormati.
Ingatlah bahwa perintah Allah untuk menghormati orang tua Anda juga
harus diterapkan kepada mertua Anda. Tunjukkan hormat Anda kepada ibu
mertua Anda.

7. Hormatilah kekuatan kata-kata. Berhati-hatilah terhadap kekuatan
besar dari kata-kata yang bisa semakin mendekatkan orang tua malah
justru menghancurkannya. Kendalikan diri Anda sendiri dari keinginan
untuk mengkritik menantu perempuan Anda. Pujilah dia kapan pun Anda
bisa melakukannya. Berikan nasihat hanya bila diminta dan ketika Anda
diminta memberi nasihat, berikan secara singkat dan baik. Bila Anda
tidak diminta untuk memberi nasihat tentang sesuatu yang Anda
perhatikan, berdoalah agar Tuhan memberikan informasi dan inspirasi
dari sumber lain. Berhati-hatilah untuk tidak mengucapkan kata-kata
yang tidak menyenangkan. Sebelum memutuskan untuk berbicara, tanyakan
pada diri sendiri, "Apakah yang akan saya katakan ini benar? Apakah
baik? Apakah perlu?",
8. Selesaikan konflik. Jangan biarkan masalah di antara menantu dan
mertua tidak terselesaikan. Bila salah satu dari Anda melukai yang
lainnya (seperti yang sering kali terjadi tanpa disengaja), segera
selesaikan dengan cepat dan damai. Bersikaplah rendah hati dan mau
mengakui keterlibatan Anda dalam konflik tersebut. Ampunilah satu
dengan yang lain sebagai dasar utama, bergantunglah pada pertolongan
Tuhan supaya Anda dapat melakukannya. Gunakan humor untuk mengingat
kembali peristiwa-peristiwa aneh dan memalukan. Bila ibu mertua atau
menantu perempuan Anda punya kebiasaan yang merusak dan menolak untuk
berubah, tetaplah ramah tetapi jagalah jarak. Jangan mendebat, namun
doakan dia dan cobalah untuk menciptakan suasana yang menyenangkan
ketika bersama-sama.

9. Tetapkan batasan-batasan. Tentukan dengan jelas apa yang dapat
diterima dan tidak dapat diterima dalam hubungan Anda. Contoh, ibu
mertua tidak bisa dititipi anak tanpa memberitahu sebelumnya, jadi
teleponlah terlebih dahulu. Menantu perempuan setuju untuk tidak
menganggap bahwa ibu mertuanya tidak bisa terlalu sering mengasuh
cucunya, kecuali hanya pada saat tertentu yang bisa diatur. Kedua
mertua dan menantu ini bisa mencegah kekakuan jadwal tertentu untuk
kunjungan saat liburan, dan berikan kebebasan pada masing-masing pihak
untuk melakukan rencana apa saja yang tepat bagi mereka.

10. Jembatani celah di antara Anda. Daripada saling menghakimi karena
perbedaan-perbedaan yang ada, bersikaplah rendah hati dan akuilah
bahwa Anda punya banyak hal yang bisa diajarkan satu dengan yang lain
mengenai perbedaan-perbedaan dalam generasi, budaya dan sosial serta
kelompok ekonomi. Cobalah untuk saling belajar kapan pun Anda bisa
melakukannya. Mintalah pada Tuhan untuk menolong Anda supaya bisa
saling menerima. Tunjukkan sikap yang saling menghargai dan tulus.
(t/Ratri)

Diambil dan disesuaikan dari buku "The Mother-in-Law Dance: Can Two
Women Love the Same Man and Still Get Along?", 2004 oleh Annie
Chapman. Diterbitkan oleh Harvest House Publishers, Eugene,
www.harvesthousepublishers.com.

Sumber:
Judul asli artikel: Build Positive Relationships with Your In-Laws
Nama situs: Crosswalk.com
Penulis: Whitney Hopler
Alamat url: http://www.crosswalk.com/marriage/1297167/page0/

Diambil dari:
Nama situs: Wanita Kristen
Alamat URL: http://wanita.sabda.org/membangun_hubungan_yang_positif
            _dengan_menantu_mertua
Tanggal akses: 29 April 2011

      INFO: PUBLIKASI e-JEMMI (JURNAL ELEKTRONIK MINGGUAN MISI)

Dapatkan beragam informasi tentang dunia misi dalam Publikasi e-JEMMi
yang diterbitkan oleh Yayasan Lembaga SABDA! Nikmati sajian informasi
berupa berita misi, kesaksian seputar pelayanan misi, dan mobilisasi
misi di seluruh dunia, dan sebagainya. Berpartisipasilah pula dengan
mengirimkan informasi seputar pelayanan misi melalui Publikasi e-
JEMMi. Jangan tunda lagi! Bergabunglah sekarang juga dan Anda akan
mendapatkan Publikasi e-JEMMi secara gratis melalui email Anda.

Cara berlangganan sangat mudah! Kirimkan email Anda ke:
--> < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org > atau kontak redaksi di:
--> < jemmi(at)sabda.org >

Informasi lain seputar pelayanan misi dapat Anda peroleh dalam
sumber-sumber berikut ini:
Arsip e-JEMMi: < http://www.sabda.org/publikasi/misi/ >
Situs: < http://misi.sabda.org >
Komunitas: < http://fb.sabda.org/misi >, < http://twitter.com/sabdamisi >
Selamat bergabung.

Kontak: < konsel(at)sabda.org >
Redaksi: Sri Setyawati, Tatik Wahyuningsih, dan Davida Welni Dana
(c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/konsel >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org