Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/244

e-Konsel edisi 244 (31-5-2011)

Mengenal Anak "Underachiever"

______________________________e-KONSEL________________________________

        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
______________________________________________________________________

EDISI 244/MEI 2011

DAFTAR ISI
CAKRAWALA: ANAK UNDERACHIEVER
TANYA JAWAB: MEMBANTU ANAK YANG GELISAH SAAT BELAJAR

Salam kasih,

Pernahkah Anda mendengar istilah "anak underachiever"? Mungkin istilah
ini memang cukup asing bagi sebagian dari kita. Namun sebenarnya
anak-anak "underachiever" banyak kita temui dalam kehidupan
sehari-hari. Edisi e-Konsel kali ini akan membahas mengenai anak
underachiever, mulai dari definisi, ciri-ciri, sampai penyebabnya.
Jangan lewatkan juga kolom Tanya Jawab yang akan menambah sekaligus
memperlengkapi wawasan Anda sebagai konselor.

Redaksi Tamu e-Konsel,
Amy Grace Y.
< http://c3i.sabda.org/ >

                      CAKRAWALA: ANAK UNDERACHIEVER

Anak "underachiever" adalah anak yang berpotensi (berbakat), namun
tidak berprestasi. Beberapa fakta mengenai anak "underachiever" --
berdasarkan hasil penelitian:

1. "Underachiever" di Amerika ternyata jumlahnya cukup banyak, sekitar
10-40 persen dari populasi anak berbakat/istimewa (gifted). Mengapa
anak istimewa? Karena penelitian terhadap anak "underachiever"
biasanya dilakukan kepada anak istimewa, yang IQ-nya di atas
rata-rata.

2. Prestasi yang rendah merupakan gejala dari berbagai masalah pribadi
sosial. Artinya, masalah "underachiever" ini sangat kompleks, bisa
dari masalah pribadi (kesehatan, psikologis) dan sosial (keluarga,
sekolah, teman).

3. Sekolah menjadi prioritas yang terakhir. Bagi anak "underachiever"
kegiatan lain yang mereka sukai lebih dominan.

4. Intervensi diri memberi hasil yang lebih efektif. Tanda-tanda
kebiasaan buruk anak harus dikenali sejak awal. Misalnya, ia kurang
berprestasi. Kalau ditangani sejak dini akan semakin cepat
membantunya. Namun, hal itu bukan berarti kalau anak kita sudah besar,
tidak ada yang bisa kita lakukan. Masih bisa, hanya butuh kesabaran
dan usaha yang ekstra sampai kita menemukan metode yang tepat untuk
anak-anak tersebut.

Definisi "underachiever" adalah prestasi akademis anak lebih rendah
daripada perkiraan berdasarkan umur, kemampuan, dan potensi. Misalnya
anak kelas 2 SD, seharusnya bisa perkalian sampai 10, namun anak itu
tidak bisa (berdasarkan perkiraan umur). Berkaitan dengan kemampuan
dan potensi, sebagai contoh, kita melihat anak kita pintar bermain
suatu permainan (game). Ia dengan sangat cepat menguasai permainan
tersebut, tetapi untuk belajar berhitung dan menulis di sekolah, dia
lamban sekali. Kita tahu anak kita cerdas, namun tidak menonjol di
sekolah.

Ciri-ciri "Underachiever",
1. IQ lebih tinggi daripada prestasi.
2. Prestasi tidak konsisten: kadang bagus, kadang tidak.
3. Tidak menyelesaikan pekerjaan rumah (PR).
4. Rendah diri.
5. Takut gagal (atau sukses).
6. Takut menghadapi ulangan.
7. Tidak punya inisiatif.
8. Malas, bahkan depresi.

Ada banyak penyebab anak menjadi "underachiever", termasuk lemah
belajar (learning disabled). Namun, kali ini saya akan memfokuskan
pada satu penyebab, yaitu cara kita membimbing mereka baik di rumah
maupun di sekolah dengan memakai metode "one size fits all" (atau
dalam ukuran baju disebut free size atau all size). Artinya, anak
dipaksa mengikuti sistem yang ada. Misalnya, guru mengatakan bahwa
kurikulum sudah demikian, maka anak harus mengikutinya. Lalu apa kata
orang tua? Orang tua hanya menurut dan berkata, "Apa yang dikatakan
guru sudah bagus. Kamu harus ikut sistem sekolah!" Prestasi anak
menjadi rendah, namun tidak pernah terpikirkan bahwa mungkin caranya
yang salah, bukan anaknya.

Lalu bagaimana solusinya? Anak-anak "underachiever" butuh kasih sayang
yang lebih. Orang tua dan para pendidik perlu menerima anak apa
adanya. Untuk mengatasi metode "one size fits all", kita butuh program
yang sangat spesifik untuk tiap-tiap anak dalam sistem/kurikulum yang
kita susun. Oleh karena itu, penting sekali bagi kita untuk mengenali
keunikan anak, sehingga kita bisa menciptakan lingkungan yang menjamin
kesuksesan bagi tiap anak.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: Mendidik Anak Sesuai Zaman dan Kemampuannya
Judul asli artikel: Membimbing Anak Underachiever
Penulis: Julianto Simanjuntak dan Roswitha Ndraha
Penerbit: Layanan Konseling Keluarga dan Karier (LK3), Tangerang 2007
Halaman: 160 -- 161

         TANYA JAWAB: MEMBANTU ANAK YANG GELISAH SAAT BELAJAR

Mengajar anak-anak yang masih kecil (terkhusus mereka yang masih
berada di bangku TK dan SD), merupakan suatu tantangan tersendiri bagi
seorang guru. Mengapa demikian? Karena kebanyakan dari mereka
cenderung tidak bisa duduk dengan tenang saat belajar, mendengarkan
cerita, atau mengerjakan tugas. Mereka tidak bisa duduk dan ingin
terus bergerak. Bagaimana seorang guru menyikapi keadaan ini? Simaklah
sesi tanya jawab di bawah ini.

Konseli: Saya memiliki seorang murid, sebut saja A. Ia sering gelisah
dan tidak bisa duduk dengan tenang saat saya bercerita. Apa yang harus
saya lakukan?

Konselor: Beri dia pilihan untuk duduk di lantai atau mengubah posisi
dengan hati-hati, asalkan tidak mengganggu anak-anak di sekitarnya.
Biarkan dia bertanggung jawab untuk menghubungkan fakta-fakta atau
gagasan utama cerita yang Anda sampaikan.

Konseli: Saya ingin murid-murid saya mengerti konsep yang saya
ajarkan. Bagaimana saya mengujinya?

Konselor: Biarkan mereka menjelaskan konsep tersebut kepada Anda (atau
orang tua, guru, atau teman sekelas) baik secara verbal atau bentuk
tulisan.

Konseli: Saya ingin murid-murid saya mengikuti petunjuk-petunjuk saya.

Konselor: Mintalah mereka mengulangi kembali apa yang mereka dengar
untuk memeriksa pengertiannya terhadap petunjuk tersebut.

Konseli: Saya ingin A, tidak mengganggu anak-anak lain di sekitarnya.
Bagaimana cara saya mendekatinya?

Konselor: Tantang dia untuk memunculkan cara-cara kreatif dalam
bergerak tanpa mengganggu siapa pun. Sebagai contoh, dapatkah ia
bercerita dengan bercakap-cakap, mencatat, dan menggerakkan kakinya
dengan tenang?

Selamat mempraktikkan, semoga berhasil.

Diambil dan disunting dari:
Judul asli buku: The Way They Learn
Judul buku terjemahan: Cara Mereka Belajar
Judul bab: Perbedaan antara Gaya Belajar dan Ketidakmampuan Belajar
Judul asli artikel: Anak Gelisah; Ia tidak akan Duduk dengan Tenang
Penulis: Cynthia Ulrich Tobias
Penerjemah: Yohanan Kwee Han Tiong
Penerbit: Harvest Publication House, Jakarta 1996
Halaman: 182

Kontak: < konsel(at)sabda.org >
Redaksi: Sri Setyawati, Tatik Wahyuningsih, dan Davida Welni Dana
(c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/konsel >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org