Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/236 |
|
e-Konsel edisi 236 (5-4-2011)
|
|
______________________________e-KONSEL________________________________ Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen ______________________________________________________________________ EDISI 236/APRIL 2011 DAFTAR ISI RENUNGAN: MENANGGUNG SALIB CAKRAWALA: BUKTI YESUS MATI ULASAN SITUS: PURE INTIMACY.ORG Salam kasih, Tema e-Konsel bulan April ini adalah seputar Paskah -- peristiwa kematian hingga kebangkitan Yesus. Dalam edisi perdana ini, e-Konsel mengangkat topik tentang "Kematian Yesus". Adapun sajian kami meliputi Renungan Paskah yang memuat refleksi tentang "Menanggung Salib", artikel Paskah dalam kolom Cakrawala yang menunjukkan bahwa Yesus sungguh-sungguh telah mati untuk menggenapi rencana Allah, dan ulasan situs Pure Intimacy.org. Kiranya bahan-bahan yang telah kami persiapkan, semakin menambah wawasan dan memperkuat iman Anda di dalam Kristus. Selamat menyimak. Pimpinan Redaksi e-Konsel, Sri Setyawati < setya(at)in-christ.net > < http://c3i.sabda.org/ > RENUNGAN: MENANGGUNG SALIB Tuhan, aku tidak akan membuat tanggungan salibku menjadi semacam pemujaan berhala. Salib bertujuan melepaskan aku dari sikap mementingkan dan memikirkan diri sendiri, agar berguna bagi orang lain. Akan tetapi, bila aku terus-menerus memusatkan pikiranku pada salibku, maka aku tidak berguna bagi diriku atau pun orang lain. Oswald Chambers, seorang tokoh Kristen, pernah berkata, "Pengorbanan diri bisa menjadi suatu penyakit." Aku tidak boleh menjadikan salibku sebagai suatu objek pemujaan; aku harus menjadikannya suatu alat penyaliban bagi diriku. Salibku bersaing dengan tuntutan Kristus kepadaku. Salib itu menjadi salib pribadiku bila aku diperhadapkan dengan suatu pilihan, yaitu ketika Kristus berkata, "Tinggalkan segala sesuatu yang bisa menyaingi-Ku, lalu ikutlah Aku." Aku tidak dapat membuat salib bagi diriku sendiri, sebab itu adalah bentuk kemunafikan yang paling buruk. Salib itu ada di sana atau tidak ada sama sekali. Bila aku menyangkal sedikit kesenangan untuk diri sendiri dan aku menjadi sombong karenanya, jelas itu bukan salib yang dibicarakan Yesus. Aku harus menanggung salibku terus-menerus. Aku tak dapat mati sekali untuk selamanya. Aku harus "mati setiap hari" seperti yang dilakukan Paulus (1 Korintus 15:31). Pada hari ini, yang harus disalibkan dalam hidupku mungkin adalah kesombongan, besok iri hati atau sesuatu yang lain. Sepanjang hidupku dan sepanjang nafsu duniawiku mencari-cari keunggulan diriku, maka aku akan selalu dihadapkan pada pilihan ini: kehendakku atau kehendak Kristus. Dengan demikian aku tidak pernah bebas dari rasa sakit karena salibku. Sekarang aku mengerti mengapa Paulus berkata, "Aku ... menggenapkan ... apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat" (Kolose 1:24). Penderitaan salibku adalah penderitaan Kristus yang Ia tanggung bagi orang lain. Hanya bila aku menderita karena matinya sifat mementingkan diri sendiri, aku dapat hidup (seperti dilakukan Kristus) untuk orang lain. Itulah hidup "megah" yang dinyatakan Paulus dengan gembira, "Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku" (Galatia 6:14). Itulah sebabnya, Yesus telah menderita di luar pintu gerbang untuk menguduskan umat-Nya dengan darah-Nya sendiri. Karena itu, marilah kita pergi kepada-Nya di luar perkemahan dan menanggung kehinaan-Nya (Ibrani 13:12-13). Diambil dari: Judul asli buku: Daily With The King Judul buku terjemahan: Setiap Hari Bersama Tuhan, Rajaku Penulis: W. Glyn Evans Penerjemah: Iwansutra Pranayoga, Sri Wundaningsih, Suciati, Jenny Natanael, dan Redaksi PT. BPK Gunung Mulia Penerbit: PT. BPK Gunung Mulia, Jakarta 2001 Halaman: 187 -- 188 CAKRAWALA: BUKTI YESUS MATI Alkitab mengatakan bahwa Allah datang ke dunia sebagai manusia untuk membayar hukuman mati bagi dosa dunia (Yohanes 1:1-29; Roma 6:23). Alkitab juga mengatakan bahwa apabila Yesus tidak berkuasa atas kematian dan keluar dari kubur batu yang dingin itu, Dia tidak dapat memberikan kemenangan atas kematian bagi kita (1 Korintus 15:12-19). Pertanyaannya, apakah Yesus benar-benar mati? Kita harus memulainya dengan kabar buruk. Perseteruan antara Yesus dan para pemimpin agama Israel harus dibayar dengan hidup-Nya. Tatkala tubuh-Nya diturunkan dari kayu salib di Golgota, Dia telah mati. Kebenaran tentang kebangkitan itu benar-benar bergantung pada fakta ini. Jika Yesus memang pingsan seperti yang dikatakan oleh beberapa pengkritik, maka tidak perlu ada kebangkitan. Untuk mengalami kebangkitan, seseorang harus mati terlebih dahulu. Menolak kematian Kristus berarti menghapus semua kemungkinan kebangkitan. Namun, Alkitab mengajarkan bahwa Dia sungguh-sungguh mati. Dalam terjemahan New International Version (NIV), catatan keempat Injil tentang penyaliban Kristus mengungkapkan kematian-Nya dalam dua istilah yang berbeda. Dalam Matius 27:50 dan Yohanes 19:30, kedua penulis mengatakan bahwa Dia "menyerahkan" Roh-Nya. Sedangkan, Markus 15:37 dan Lukas 23:46 mencatat bahwa Dia "menghentikan napas-Nya" yang terakhir. Sesungguhnya Matius, Markus, dan Lukas mencatat suatu peristiwa yang terjadi dalam waktu yang sama, tidak jauh dari Kalvari. Mereka menuliskan bahwa ketika Yesus mati, "tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah" (Markus 15:38). Mukjizat ini menandai berakhirnya era keterbatasan hubungan dengan Allah dan dihentikannya pengorbanan hewan seperti dalam Perjanjian Lama. Namun, bukan hanya itu. Mukjizat itu juga membuktikan kematian Yesus karena kematian-Nya memperlihatkan bahwa pengurbanan-Nya yang sempurna sesuai dengan kehendak Allah. Selama berabad-abad, Allah meminta hewan korban yang tidak bercacat cela sebagai penebus dosa. Kristus sebagai Domba Allah yang tidak bercacat cela telah menjadi kurban yang terakhir. Tabir tidak lagi dibutuhkan karena jalan masuk kepada Allah telah terbuka bagi orang yang percaya kepada-Nya. Beberapa peristiwa yang terjadi di sekitar penyaliban membuktikan bahwa Yesus telah mati. 1. Para prajurit Romawi tidak mematahkan kaki Yesus karena mereka melihat bahwa "Ia telah mati" (Yohanes 19:33). 2. Para prajurit menikam lambung Yesus dengan tombak dan dari dalam lambungnya keluar air dan darah (Yohanes 19:34). Para ahli kedokteran mengatakan bahwa apabila Dia belum mati saat itu, maka tindakan ini benar-benar akan mengambil nyawanya. Sebagian orang yang lain menyimpulkan bahwa mengalirnya air dan darah dari lambung-Nya membuktikan bahwa Yesus benar-benar sudah mati. 3. Tatkala Yusuf dari Arimatea meminta tubuh Kristus sehingga ia dan Nikodemus dapat mengubur-Nya, Pontius Pilatus memerintahkan seorang kepala pasukan untuk membuktikan bahwa Yesus telah mati (Markus 15:43-45). Gubernur Romawi tidak akan memberikan tubuh itu kepada Yusuf sebelum kepala pasukan itu yakin bahwa sudah tidak ada lagi tanda-tanda kehidupan pada tubuh Yesus. Anda boleh yakin bahwa seorang pejabat militer Romawi tidak mungkin melakukan kesalahan dalam hal sepenting ini, yang harus ia laporkan kepada pejabat yang lebih tinggi, seperti Pilatus. 4. Yusuf dan Nikodemus mempersiapkan penguburan bagi jasad tersebut secara adat Yahudi, termasuk mengafani-Nya dengan "kain lenan yang putih bersih" (Matius 15:46), mengurapi Tubuh itu dengan "campuran minyak mur dengan minyak gaharu" (Yohanes 19:39), dan membaringkan-Nya "di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu" (Markus 15:46). Sudah jelas di sini bahwa teman-teman yang merasa kehilangan sudah memeriksa semua tanda-tanda kehidupan yang mungkin masih ada. Mereka tentu saja tidak akan menguburkan Yesus yang masih hidup. 5. Kaum Farisi dan para pemuka agama bertemu dengan Pilatus untuk membicarakan peristiwa yang telah terjadi. Mereka ingat akan ucapan Yesus "sewaktu hidup-Nya" (Matius 27:63), dan mereka memerintahkan para prajurit untuk mengamankan kubur, yaitu menutupnya dengan batu. Tidak hanya itu, mereka juga lebih mengetatkan penjagaan dengan mengutus beberapa prajurit untuk mencegah para murid "mencuri-Nya (Matius 27:64). Tidak diragukan lagi, mereka juga tahu bahwa sesungguhnya Yesus telah mati. Ignatius, seorang sejarawan abad ke-2 mengatakan, "Yesus disalibkan dan mati di bawah pemerintahan Pontius Pilatus. Dia sungguh-sungguh dan bukan sekadar kelihatan -- disalibkan, mati, disaksikan oleh seluruh makhluk di surga dan di bumi, serta di bawah bumi. Dia juga bangkit kembali pada hari yang ketiga." Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul asli buku: Did Christ Really Rise from the Dead? Judul buku terjemahan: Apakah Kristus Benar-benar Bangkit? Judul asli artikel: Bukti: Dia Bangkit Penulis: Dave Branon Penerjemah: Tan May Lan Penerbit: Yayasan Gloria, Yogyakarta Halaman: 9 -- 11 ULASAN SITUS: PURE INTIMACY.ORG < http://www.pureintimacy.org > Anda ingin mendalami pandangan Kristen tentang hubungan Anda dengan pacar, suami istri, atau anak Anda saat ini? Silakan kunjungi situs Pure Intimacy.org. Situs ini menyajikan berbagai artikel untuk para bujang, pasangan yang sedang berpacaran, pasangan yang sudah menikah, atau mereka yang sudah dikaruniai anak. Situs ini membahas masalah seksualitas seperti pornografi, homoseksualitas, dan keharmonisan keluarga dari sudut pandang Alkitab. Selain itu, ada juga artikel-artikel untuk para pelayanan gereja. Artikel-artikel berbahasa Inggris ini sangat relevan dengan masalah-masalah seksualitas yang sedang dihadapi dunia kita. Pure Intimacy.org membagikan bahan-bahan bacaan inspiratif untuk membantu mereka yang rindu menjadi konselor dan mereka yang terjerat permasalahan seksualitas. Anda juga bisa terlibat di situs ini dengan memberikan komentar atau mengajukan pertanyaan seputar seksualitas, serta meminta bantuan doa dengan mengirimkan pokok doa Anda. Jika Anda ingin tahu lebih lengkap, segeralah kunjungi situs ini. (TAP) Kontak: < konsel(at)sabda.org > Redaksi: Sri Setyawati, Tatik Wahyuningsih, dan Yulia Oeniyati (c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://www.ylsa.org > Rekening: BCA Pasar Legi Solo; No. 0790266579 a.n. Yulia Oeniyati < http://blog.sabda.org/ > < http://fb.sabda.org/konsel > Berlangganan: < subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org > Berhenti: < unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |