Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/221

e-Konsel edisi 221 (1-12-2010)

Kelahiran Kristus di Dunia

______________________________e-KONSEL________________________________

        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
______________________________________________________________________

EDISI 221/1 Desember 2010

Daftar Isi:
  = Pengantar: Kristus Mengasihi Semua Orang
  = Renungan: Natal: Kesempatan untuk Merayakan Kasih Allah pada Kita
  = Cakrawala: Allah Turun Tangan
  = Bimbingan Alkitabiah: Mengapa Allah Menjadi Manusia?
  = Kesaksian: Sayap Iman

PENGANTAR ____________________________________________________________

  Salam kasih,

  Bagi khalayak umum, Natal adalah suatu peringatan kelahiran tokoh
  agama Kristen yang bernama Yesus. Namun bagi orang Kristen sendiri,
  arti Natal semestinya bukan sekadar peringatan kelahiran Yesus,
  melainkan juga penggenapan perwujudan kasih Allah pada manusia.

  Tidak ada kasih yang lebih besar dan lebih agung dalam dunia ini
  selain perwujudan kasih Allah melalui kelahiran Kristus Yesus ke
  dalam dunia. Seperti yang tertulis dalam 1 Yohanes 4:10 yang
  berbunyi, "Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah,
  tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus
  Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita." Sungguh tak
  ternilai harganya apa yang telah Allah kerjakan bagi setiap orang
  percaya. Renungan, Cakrawala, Bimbingan Alkitabiah, dan Kesaksian
  bernuansa Natal telah disiapkan bagi Anda dalam edisi ini.

  Semoga melalui edisi ini Anda semakin bersemangat memberitakan pesan
  Natal bagi dunia dan konseli-konseli Anda.

  Tuhan memberkati.

  Redaksi Tamu e-Konsel,
  Desi Rianto
  http://c3i.sabda.org/
  http://fb.sabda.org/konsel

RENUNGAN  ____________________________________________________________

       NATAL: KESEMPATAN UNTUK MERAYAKAN KASIH ALLAH PADA KITA

  Pernyataan yang paling terkenal di dalam Alkitab adalah penjelasan
  Yesus tentang mengapa Allah mengutus-Nya ke dunia: "Karena begitu
  besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan
  Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya
  tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16)

  Seluruh alasan Natal terletak pada kasih Allah. Allah sangat
  mengasihi Anda hingga Dia datang ke dunia sebagai manusia agar Anda
  dapat mengenal-Nya dan belajar memercayai-Nya dan membalas
  kasih-Nya. Para teolog menyebutnya dengan istilah "Inkarnasi. Allah
  menjadi salah seorang dari kita, manusia, agar oleh karenanya kita
  bisa mengerti seperti apa Dia sebenarnya.

  Allah memberi kita kemampuan untuk mengenal Dia yang tidak bisa
  dilakukan oleh binatang. Dia menciptakan kita seturut gambar-Nya
  (Kejadian 1:26), termasuk kemampuan untuk menikmati hubungan pribadi
  dengan Dia. Selanjutnya Dia berinisiatif untuk mengirimkan Yesus
  agar kita bisa memahami kasih-Nya dan kebutuhan kita akan Diri-Nya.

  Tentu saja, kita cukup bisa mengenal Allah dengan memandang
  ciptaan-Nya. Contohnya, dengan melihat alam kita tahu bahwa Pencipta
  kita menyukai keberagaman: Dia menciptakan dunia yang sangat
  beragam. Perhatikanlah susunan tanaman, binatang, susunan batu
  karang, serpihan-serpihan salju, dan manusia yang tidak terbatas.
  Tidak ada dua orang yang kembar sekalipun yang benar-benar sama.
  Allah tidak pernah menggandakan atau menyalin. Masing-masing kita
  orisinal. Setelah Anda lahir, Allah "menghancurkan" cetakan Anda.

  Dengan melakukan survei terhadap fenomena alam, kita juga akan tahu
  bahwa Allah berkuasa dan terorganisasi, dan Dia menyukai keindahan.
  Kita semua tahu bahwa Allah pasti senang melihat kita menikmati apa
  yang Dia ciptakan. Jika tidak, mengapa Dia memberi kita banyak cara
  untuk menikmatinya? Dia memberi kita alat pengecap dan melengkapi
  dunia dengan berbagai jenis rasa yang luar biasa seperti cokelat,
  kayu manis, dan rempah-rempah lainnya. Dia memberikan kepada kita
  mata untuk melihat berbagai jenis warna dan melengkapi dunia dengan
  pelangi. Dia memberikan kepada kita telinga yang sensitif dan
  melengkapi dunia dengan irama dan musik. Kemampuan Anda untuk
  menikmati kesenangan itu adalah bukti nyata kasih Allah pada kita.
  Dia bisa saja membuat dunia ini tanpa rasa, tanpa warna, dan sunyi.
  Alkitab berkata bahwa Allah "dalam kekayaan-Nya memberikan kepada
  kita segala sesuatu untuk dinikmati." (1 Timotius 6:17b) Seharusnya
  Dia tidak perlu melakukannya, tapi Dia melakukannya karena Dia
  mengasihi kita.

  Namun, hingga Yesus datang, pemahaman kita akan kasih Allah tetap
  terbatas. Oleh karena itu Allah datang ke dunia! Ini adalah invasi
  terbesar sepanjang sejarah dan tidak pernah ada lagi sejak saat itu.
  Allah bisa memilih ribuan cara untuk berbicara dengan kita, tapi
  karena Dia yang membentuk kita, Dia tahu cara terbaik untuk
  berbicara dengan kita muka dengan muka. Allah ingin berbicara dengan
  kita, oleh karenanya Dia menjadi salah seorang dari kita. Dia tidak
  mengirimkan malaikat, nabi, politisi, atau duta besar. Dia datang
  sendiri. Jika Anda ingin orang lain tahu seberapa besar Anda
  mengasihi mereka, Anda tidak bisa mengirim perwakilan Anda untuk
  mengatakannya. Anda harus mengatakannya sendiri. Itulah yang Allah
  lakukan saat Natal.

  Alkitab mengatakan bahwa Allah adalah kasih. Alkitab tidak berkata
  Allah memiliki kasih, tapi Allah adalah kasih. Kasih adalah esensi
  karakter Allah. Kasih adalah sifat-Nya yang paling hakiki. Alasan
  mengapa segala sesuatu tercipta di dunia adalah karena Allah
  mengasihinya. "TUHAN itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat
  terhadap segala yang dijadikan-Nya." (Mazmur 145:9)

  Coba renungkan ini. Jika Allah tidak ingin mengasihi apa pun, Dia
  tidak akan menciptakannya. Semua yang Anda lihat dan berbagai hal
  yang tidak bisa Anda lihat diciptakan oleh Allah karena
  kesenangan-Nya. Dia mengasihi semua ciptaan-Nya, sekalipun kita
  mengacaukannya dengan dosa kita. Dia tetap pada tujuan-Nya. Bintang,
  planet, tumbuhan, hewan, sel-sel, bahkan manusia diciptakan karena
  kasih setia Allah. (t/Setya)

  Diterjemahkan dan disunting dari:
  Judul asli artikel: Christmas Is A Time to Celebrate that God Loves You
  Judul buku: The Purpose of Christmas
  Penulis: Rick Warren
  Penerbit: Howard Books, New York 2008
  Halaman: 17 -- 24

CAKRAWALA   __________________________________________________________

                          ALLAH TURUN TANGAN

  Pernah ada sebuah lagu populer yang dinyanyikan oleh Bimbo Group
  berjudul "Tangan". Liriknya berbunyi demikian:

  Orang yang gampang memukul, kita sebut ringan tangan
  Orang yang hobinya maling, kita sebut panjang tangan
  Orang yang kita percaya, kita sebut kaki tangan
  Kalau Anda setuju, kita akan jabat tangan
  Meraba, membelai, menulis, dan memegang
  Menggaruk, mencubit, memukul, dan hompimpah
  Semua pakai tangan

  Lagu itu hendak berkata: tangan adalah penting. Memang tangan adalah
  anggota tubuh yang paling banyak digunakan. Pagi, malam, ataupun
  siang, tangan terus bergoyang.

  Apa hubungan Natal dengan tangan?

  Dalam Alkitab ada banyak ungkapan tentang tangan Allah. Kalau Allah
  marah, Alkitab berkata: tangan Allah diacungkan, tangan Allah
  menimpa, tangan Allah menekan. Kalau Allah menolong, Alkitab
  berkata: tangan Allah meliputi, tangan Allah menyertai, tangan Allah
  melindungi. Alkitab juga menggambarkan tangan Allah sebagai tangan
  yang memelihara. Tangan Allah yang mengatur perputaran roda sejarah.

  Anda mungkin berkata, kalau tangan Allah mengatur mengapa dunia ini
  kusut semrawut. Yesaya 59:1a berbunyi demikian: "Sesungguhnya, tangan
  TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan." Ayat ini
  sepertinya mau menunjukkan bahwa kusutnya hidup ini bukan karena
  tangan Allah kurang menjangkau, tetapi karena tangan manusia yang
  mengacau.

  Lantas, apa yang diperbuat Allah terhadap dunia dan manusia? Ada
  beberapa kemungkinan. Kemungkinan pertama: Allah lepas tangan.
  Masa bodoh. Lalu Allah cuci tangan dan berpangku tangan. Kemungkinan
  kedua: Allah jadi gatal tangan. Artinya, Allah sudah tidak sabar
  lagi ingin memukul. Allah menjatuhkan tangan, menghukum dunia.
  Kemungkinan ketiga: Allah angkat tangan. Kewalahan. Putus asa. Dunia
  ini sudah payah.

  Nah, kemungkinan mana yang ditempuh Allah? Ternyata tidak ada satu
  pun dari ketiga cara di atas yang ditempuh Allah. Allah memilih cara
  yang keempat. Apa itu? Allah turun tangan. Dan itulah yang terjadi
  pada peristiwa Natal. Allah turun tangan. Natal adalah tangan Allah
  turun ke dunia. Tangan Allah mau membereskan yang kusut. Natal
  adalah Allah mengulurkan tangan.

  Apa motifnya penguluran tangan itu? Yohanes 3:16 berkata:"Karena
  begitu besar kasih Allah kepada dunia ini sehingga Dia mengaruniakan
  anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya
  tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." Allah mengulurkan
  tangan karena cinta. Akan tetapi cinta tidak bisa bertepuk sebelah
  tangan. Pihak Allah sudah menawarkan tangan, masakan pihak manusia
  terus menyimpan tangan?

  Mazmur 144:7 mengajak kita berseru: Ya Tuhan, ulurkanlah tangan-Mu.
  Itulah doa Natal: Ya Tuhan, ulurkanlah tangan-Mu dari tempat yang
  mahatinggi; ulurkanlah tangan-Mu ke bumi. Sebab itu, Natal baru
  bermanfaat kalau uluran tangan pihak Allah dijawab dengan sodoran
  tangan pihak manusia.

  Inilah Natal. Tangan Allah menyentuh tangan manusia lalu Allah
  mengajak kita berjabat tangan.

  Bayangkan, Allah dan manusia berjabat tangan!

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Selamat Natal
  Penulis: Dr. Andar Ismail
  Penerbit: BPK Gunung Mulia, Jakarta 2002
  Halaman: 5 -- 7

BIMBINGAN ALKITABIAH  ________________________________________________

                     MENGAPA ALLAH MENJADI MANUSIA?

  Pada mulanya adalah Allah. Dan, sebagai Allah, Dia menciptakan.

  Ciptaan Allah begitu mengagumkan. Dia menciptakan alam semesta
  dengan dimensi yang tidak terbatas, dikelilingi bintang-bintang dan
  galaksi. Ukurannya seimbang dengan kompleksitasnya yang luas, dalam
  tarian atom dan molekul yang rumit. Komposisi seni, warna, suara,
  dan keheningan menggambarkan kebesaran kuasa dan kasih-Nya.

  Tapi Allah tidak hanya menginginkan dunia; Dia membuat kehidupan.
  Dia melihat dunia-Nya yang spesial -- bumi, dan memenuhinya dengan
  tumbuh-tumbuhan dan binatang dari yang berukuran paling kecil hingga
  paling besar. Suatu kerajaan mahkluk hidup yang dapat bergerak,
  bernapas, dan berpikir, lengkap dengan berbagai jenis makhluk hidup
  liar. Ada juga pohon-pohon besar dan rindang yang bisa bertahan
  selama berabad-abad, yang dikerumuni serangga yang masa hidupnya
  hanya sehari.

  Selanjutnya, Allah tidak hanya menginginkan kehidupan; Dia
  menginginkan persahabatan, oleh karenanya Dia menciptakan umat
  manusia. Inilah yang disebut mahakarya-Nya, manifestasi kehidupan
  yang menggambarkan Diri-Nya. Batu karang, pepohonan, langit, dan
  paus -- semuanya menakjubkan, tapi mereka bukan anak-anak-Nya.
  Laki-laki dan perempuan yang Dia ciptakan, merekalah yang akan
  menjadi keluarga dekat Allah meskipun mereka diciptakan dalam rupa
  manusia (darah dan daging). Ini merupakan suatu perpaduan yang luar
  biasa! Roh sempurna dan sejati -- Allah atas segala sesuatu, dan
  makhluk yang begitu kecil dan terbatas -- manusia.

  Walaupun demikian, kasih Allah terhadap manusia terputus karena
  kejatuhan manusia dalam dosa. Kisah ini akan dibahas pada kesempatan
  yang lain. Yang jelas pada kenyataannya manusia memilih
  ketidaktaatan dan berpaling dari hadirat-Nya dengan rasa malu. Nama
  lain untuk ketidaktaatan adalah dosa, dan dosa menjadi penghalang
  besar antara sang Pencipta dan ciptaan-Nya. Manusia mengenal Allah
  seperti paman jauh yang tidak pernah bertemu muka dengan muka.

  Seorang manusia menyadari bahwa fakta hidup ini berbeda dari yang
  dipikirkan. Seorang pujangga memandang dunia ini indah dan
  menggambarkannya seperti ini:

  "Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan
  bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau
  mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?
  Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah
  memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat." (Mazmur 8:3-5)

  Jurang pemisah antara Sang Pencipta dan manusia yang begitu kecil
  dan tidak berdaya sangat besar. Namun, banyak orang tidak
  menghiraukan-Nya. Orang yang saleh dan taat berusaha sungguh-sungguh
  untuk menyenangkan-Nya, tapi orang yang keras kepala bersikukuh
  dengan ketidaktaatannya, dan apa saja yang dilakukannya selalu
  gagal.

  Manusia tidak memiliki gambaran tentang kelemahan mereka. Mereka
  tahu mereka tersesat, dan mereka sangat membutuhkan Bapa. Namun pada
  saat yang paling berkesan pun, dengan segala kesalahan yang mereka
  lakukan, manusia sadar bahwa Bapa yang ada di tempat jauh sangat
  mengasihi mereka dengan kasih yang tidak berkesudahan. Pada saat
  yang sama mereka masih berputus asa karena keterpisahan itu. Allah
  itu kudus dan manusia berdosa. Bagaimana mereka bisa mencapai
  kesempurnaan yang melayakkan mereka? Mereka seumpama pungguk
  merindukan bulan.

  Jika manusia saja merasa kekosongan ini begitu pahit, betapa
  besarnya rasa sakit yang dirasakan oleh Bapa? Sakitnya sama besar
  dengan kasih-Nya. Seperti halnya dengan orang tua, anak-anak adalah
  sukacita-Nya yang paling besar. Anak-anak sering gagal, bahkan
  mungkin setiap hari, namun kasih sayang orangtua pada mereka tidak
  pernah berhenti. Orangtua mengasihi masing-masing anak dengan
  sempurna, tidak terbatas, seolah-olah dia adalah anak tunggalnya.

  Oleh karena itu, Bapa terus-menerus berusaha dan tidak pernah
  berhenti -- selama berabad-abad dan dari generasi ke generasi --
  untuk menyelamatkan keluarga besar-Nya. Dia melakukannya dengan
  berbagai cara: melalui ciptaan-Nya yang mulia, anugerah-Nya yang
  besar yang diberikan-Nya kepada manusia, lewat kata-kata para nabi
  dan gembala. Dia mengutus hamba-hamba-Nya yang mengatakan hal yang
  sama dengan 10 cara yang sama: "Pulanglah, pulanglah! Kamu dikasihi
  sekarang dan selamanya."

  Setiap masalah pasti ada solusinya. Hal pertama yang harus dilakukan
  adalah memperkenalkan kembali manusia kepada Bapa. Bagaimana mungkin
  manusia fana yang bercacat cela bisa mengenal Roh yang suci. Pasti
  ada cara agar manusia bisa mengenal seperti apakah Allah itu, oleh
  karena itu, perhatikanlah seperti apa hidup ini. Tentu saja, cakupan
  masalah ini lebih besar dari kemampuan pemahaman mereka. Sebagai
  contoh, mereka belum memahami natur ilahi. Untuk bisa memahaminya
  mereka harus masuk pintu gerbang -- tapi dalam kemanusiaan mereka
  yang ternoda, mereka tidak bisa mencapainya.

  Mereka bisa mencapai surga.

  Surga tidak dapat masuk ke dalam tempat yang cemar, yakni dunia.
  Tapi ada cara lain: Allah sendiri yang bisa melakukannya. Dia
  sanggup menyatakan keilahian-Nya dalam darah dan daging dan datang
  ke bumi sebagai seorang manusia! Dia tinggal di antara kita sebagai
  seorang manusia dewasa yang berwibawa, sekaligus sebagai Allah
  seutuhnya pada saat yang sama. Dia sudah berulang kali mengutus
  nabi-nabi-Nya, kini Dia melakukan sesuatu yang jauh lebih besar. Dia
  meninggalkan Kerajaan Surga untuk masuk ke tengah-tengah manusia;
  Raja yang menyamar, Tuhan semesta alam dengan rupa seorang manusia,
  sang Pencipta di antara ciptaan-Nya.

  Selanjutnya natur Allah menjadi jelas bagi manusia. Orang-orang
  biasa di bumi bisa melihat seperti apakah Allah itu. Mereka bisa
  melihat kasih dan kesetiaan-Nya yang sempurna, pengabdian diri-Nya
  yang tidak terbatas. Lebih-lebih mereka yang hatinya terluka, mudah
  putus asa, atau tidak berdaya. Mereka mengetahui beberapa hal
  tentang Dia. Dan dalam inkarnasi itu, mereka melihat contoh sempurna
  tentang kehidupan yang sesungguhnya.

  Semuanya terjadi karena Allah dan manusia harus diperdamaikan. Oleh
  karena itu, Tuhan semesta alam datang ke dunia.

  Dia masuk ke dunia melalui pintu yang disebut Betlehem, dan sejak
  itu dunia berubah.

  Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita
  telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan
  kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan
  kebenaran (Yohanes 1:14).

  Pertanyaan Diskusi
  1. Seandainya Anda Allah, apakah Anda akan memilih cara yang sama
     untuk menjangkau manusia? Mengapa dan mengapa tidak?

  2. Cara apa yang Allah gunakan untuk menyatakan Diri-Nya kepada
     manusia sebelum Dia mengutus Anak-Nya?

  Untuk studi lebih lanjut: Bagaimana manusia memiliki relasi dengan
  Tuhan semesta alam? Bacalah ayat-ayat ini untuk mengerti rencana
  Allah untuk Anda: Yohanes 3:16, Roma 3:23, Roma 6:23, dan Roma 10:9,
  13. (t/Setya)

  Diterjemahkan dari:
  Judul asli artikel: Why Did God Become A Man?
  Judul buku: Why the Nativity?
  Penulis: David Jeremiah
  Penerbit: Tyndale House Publishers, Inc., Illinois 2006
  Halaman: 7 -- 11

KESAKSIAN  __________________________________________________________

                             SAYAP IMAN

  Setiap tahun, pada waktu Natal, anak-anak bangun di malam hari.
  Mereka berharap bisa mendengar tapak kaki rusa Natal yang
  berjingkrak perlahan-lahan di atas atap. Tetapi, anak-anak tidak
  mudah dibohongi. Ketika usia mereka bertambah, mereka mengajukan
  pertanyaan-pertanyaan kritis kepada orang dewasa: "Apakah mungkin
  Sinterklas terbang dalam kereta salju di udara tanpa mesin atau
  sayap?" Bila seorang anak menanyakannya kepadaku, saya akan menjawab,
  "Ya!" Ya, memang mungkin bagi seseorang untuk terbang di udara tanpa
  bantuan. Itu terjadi padaku pada Desember yang lalu.

  Saat itu hari Sabtu di musim dingin yang sangat dingin. Saya seorang
  dokter dan merawat segala macam pasien. Saya juga membantu proses
  kelahiran bayi. Selain berpraktik di Hoisington, Kansas, saya juga
  menjadi anggota dewan lisensi kesehatan negara bagian.
  Pertemuan-pertemuan kami diadakan setiap dua bulan sekali di Topeka.
  Pada Sabtu pagi itulah, saya berangkat dari rumah untuk menghadiri
  pertemuan bulanan itu.

  Perjalanan dengan mobil dapat memakan waktu berjam-jam. Jadi, saya
  naik pesawat terbangku, sebuah Comanche 400, selama 50 menit. Saya
  sudah mengemudikan pesawat terbang selama bertahun-tahun dan saya
  merasa sangat nyaman di kokpit. Tapi, ada sesuatu yang berbeda pada
  Sabtu itu.

  Saya memeriksa keadaan cuaca di lapangan udara sebelum naik pesawat
  terbang. Suhu pada saat itu 20 derajat, dengan hembusan angin dingin
  0 derajat. Cuacanya dingin, tetapi itu tidak berbahaya, karena
  sebelumnya saya sudah pernah terbang dengan cuaca seperti itu. Saya
  sudah berkali-kali mengadakan perjalanan ke Topeka sehingga saya
  lebih bergantung pada pilot otomatis. Saya akan memasang instrumen
  untuk penerbangan langsung ke Topeka. Saya tidak mematikan pilot
  otomatisnya sampai saya siap untuk mendarat. Itu memberiku waktu
  untuk membebaskan pikiranku dari masalah pekerjaan selama seminggu.
  Saya masuk ke dalam suasana hati yang cocok untuk pertemuan dewan
  lisensi.

  Saat itu, langit cerah meskipun cuaca dingin. Saya berangkat dari
  bandara Great Bend pada pukul 07.15 dan tinggal landas tepat pada
  saat matahari terbit. Untuk memanaskan kabin pengemudi, saya
  memasang alat untuk melumerkan salju maupun alat pemanas. Saya naik
  sampai 1.670 m dan mulai mengatur instrumen-instrumen untuk
  penerbangan langsung ke Topeka. Saya menyetel GPS (global
  positioning satellite). Ini berguna untuk mengetahui letak wilayah
  di dunia melalui satelit. Selain itu, saya menyetel radio ke
  frekuensi bandara-bandara yang akan kulalui. Saya memilih keadaan
  yang cocok untuk pemindaiku yang lain dan kupasang pilot otomatis.
  Lalu, saya bersantai untuk menikmati penerbangan.

  Tiga puluh menit selama penerbangan, saya ingat bahwa saya terbang di
  atas sebuah kota kecil, yakni Herington. Kota itu selalu menjadi
  tanda bagiku untuk memasang instrumen untuk pendaratan di Topeka.
  Kusetel radio ke menara bandara Topeka, kudengarkan laporan cuaca,
  dan kupasang NDB (nondirectional beacon). Saat itu pukul 07.45 dan
  saya masih memunyai waktu 5-10 menit sebelum mendarat di Topeka. Apa
  yang terjadi kemudian telah memperbarui imanku tentang mukjizat.

  Tiba-tiba, saya bangun. Saya tidak tahu bahwa saya telah tertidur.
  Tetapi, tiba-tiba saya terjaga. Saat itu pukul 09:30. Saya tidak
  tahu di mana saya berada dan saya pikir saya masih berada di udara.
  Dengan penuh kekalutan, saya mulai mengurangi kecepatan mesin dan
  menurunkan roda gigi untuk mendarat. Saya pikir saya sedang
  mendekati Topeka. Saya tidak tahu mengapa saya bisa tertidur dalam
  beberapa detik saja. Bagaimanapun juga, saya harus mencoba.
  Instrumen-instrumen tidak memberi reaksi atas usahaku. Saya hampir
  jatuh! Saya menengadah dari papan instrumen dan saya melihat suatu
  pemandangan yang aneh. Ada sebaris pohon yang setinggi pesawat di
  hadapanku. Saya melihat ke luar jendela samping dan melihat suatu
  pemandangan yang lebih aneh lagi. Ternyata, pesawatku berada di
  tanah. Saya sudah jatuh!

  Saya duduk di kabin pengemudi untuk beberapa menit dan kucoba untuk
  menjernihkan pikiranku. Perlahan-lahan, saya memanjat untuk keluar
  dari pesawat terbang dan berdiri di sampingnya. Saya sama sekali
  tidak mengenal pemandangan alamnya. Di manakah saya? Ada peternakan
  di kejauhan. Saya menuju ke sana.

  Petani yang membukakan pintu tidak percaya pada ceritaku. Sebuah
  pesawat terbang jatuh di ladangnya? Ia tidak mendengar apa-apa.
  Tetapi, dengan mengulurkan lehernya ke arah yang kutunjuk, ia dapat
  melihat pesawat terbangku yang rusak di ladangnya. Kedua sayap
  pesawat terbang terperangkap di pohon. Ia segera mencari
  pertolongan.

  Rupanya, saya tidak berada di Kansas. Sementara kami menunggu
  datangnya pertolongan, petani itu mengatakan kepadaku bahwa saya
  berada di Kairo, Missouri. Wilayah ini berjarak 48 km di sebelah
  utara Columbia [kota terbesar di Missouri tengah, Red.]. Saya
  tercengang dan segera meminta peta kepadanya. Saya menelusuri jalur
  dengan jariku. Saya sadar bahwa pesawat terbangku telah terbang
  langsung melewati Topeka dengan pilot otomatis. Ia terbang membawaku
  sejauh isi bensin di tangki. Kemudian, pesawat terbang turun dan
  meluncur dengan indahnya di ladang rumput.

  Tetapi, bagaimana? Dan, mengapa? Mengapa saya tidak terbangun? Saya
  mendapatkan jawaban-jawabannya setelah berada di rumah sakit.
  Pemeriksaan yang teliti mengungkapkan adanya racun karbonmonoksida
  yang sangat tinggi di dalam darahku. Pemeriksaan selanjutnya pada
  pesawat terbangku yang rusak menunjukkan bahwa ada retak di alat
  peredam suara sebelah kanan. Pada pesawat terbang, alat peredam
  suara dihubungkan ke sistem pemanasan. Jadi, dengan memasang pemanas
  di pagi yang dingin itu, saya telah mengisi kabin pengemudi dengan
  karbon monoksida.

  Saya sangat beruntung dapat selamat. Saya pingsan beberapa ratus kaki
  di atas tanah. Tetapi, saya benar-benar merasa bahwa sejak saat itu
  Tuhan yang mengendalikan dan membawaku turun dengan selamat. Yang
  kuderita hanyalah luka gores yang kecil, pergelangan tangan yang
  patah, dan sakit kepala yang hebat karena asap.

  Jadi, begitulah. Bila ada seorang anak bertanya kepadaku perihal
  kemampuan Sinterklas untuk bisa terbang di waktu Natal, saya hanya
  akan tersenyum dengan bijaksana. Kadang-kadang, iman yang mengambil
  alih ketika Anda berada di udara.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul asli buku: The Magic of Christmas Miracles
  Penulis artikel: Dr. Bob Frayser
  Penyusun: Jamie C. Miller, Laura Lewis, Jennifer Basye Sander
  Penerjemah: Bambang Soemantri
  Penerbit: PT Bhuana Ilmu Populer, Jakarta 2002
  Halaman: 199 -- 203
_______________________________e-KONSEL ______________________________
Apakah Anda punya masalah/perlu konseling, atau ingin mengirimkan
informasi/artikel/bahan/surat/saran/pertanyaan/sumber konseling?
silakan kirim ke:
< konsel(at)sabda.org > atau < owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
Berlangganan via email: < subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
Berhenti berlangganan < unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
ARSIP: http://c3i.sabda.org/epublish/2
Situs C3I: http://c3i.sabda.org
Facebook Konseling: http://fb.sabda.org/konsel
Twitter Konseling: http://twitter.com/sabdakonsel
______________________________________________________________________

Pimpinan Redaksi: Davida Welni Dana
Staf Redaksi: Tatik Wahyuningsih dan Sri Setyawati
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright (c) 2010 e-Konsel / YLSA -- http://www.ylsa.org
Katalog: http://katalog.sabda.org
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org