Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/221 |
|
e-Konsel edisi 221 (1-12-2010)
|
|
______________________________e-KONSEL________________________________ Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen ______________________________________________________________________ EDISI 221/1 Desember 2010 Daftar Isi: = Pengantar: Kristus Mengasihi Semua Orang = Renungan: Natal: Kesempatan untuk Merayakan Kasih Allah pada Kita = Cakrawala: Allah Turun Tangan = Bimbingan Alkitabiah: Mengapa Allah Menjadi Manusia? = Kesaksian: Sayap Iman PENGANTAR ____________________________________________________________ Salam kasih, Bagi khalayak umum, Natal adalah suatu peringatan kelahiran tokoh agama Kristen yang bernama Yesus. Namun bagi orang Kristen sendiri, arti Natal semestinya bukan sekadar peringatan kelahiran Yesus, melainkan juga penggenapan perwujudan kasih Allah pada manusia. Tidak ada kasih yang lebih besar dan lebih agung dalam dunia ini selain perwujudan kasih Allah melalui kelahiran Kristus Yesus ke dalam dunia. Seperti yang tertulis dalam 1 Yohanes 4:10 yang berbunyi, "Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita." Sungguh tak ternilai harganya apa yang telah Allah kerjakan bagi setiap orang percaya. Renungan, Cakrawala, Bimbingan Alkitabiah, dan Kesaksian bernuansa Natal telah disiapkan bagi Anda dalam edisi ini. Semoga melalui edisi ini Anda semakin bersemangat memberitakan pesan Natal bagi dunia dan konseli-konseli Anda. Tuhan memberkati. Redaksi Tamu e-Konsel, Desi Rianto http://c3i.sabda.org/ http://fb.sabda.org/konsel RENUNGAN ____________________________________________________________ NATAL: KESEMPATAN UNTUK MERAYAKAN KASIH ALLAH PADA KITA Pernyataan yang paling terkenal di dalam Alkitab adalah penjelasan Yesus tentang mengapa Allah mengutus-Nya ke dunia: "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16) Seluruh alasan Natal terletak pada kasih Allah. Allah sangat mengasihi Anda hingga Dia datang ke dunia sebagai manusia agar Anda dapat mengenal-Nya dan belajar memercayai-Nya dan membalas kasih-Nya. Para teolog menyebutnya dengan istilah "Inkarnasi. Allah menjadi salah seorang dari kita, manusia, agar oleh karenanya kita bisa mengerti seperti apa Dia sebenarnya. Allah memberi kita kemampuan untuk mengenal Dia yang tidak bisa dilakukan oleh binatang. Dia menciptakan kita seturut gambar-Nya (Kejadian 1:26), termasuk kemampuan untuk menikmati hubungan pribadi dengan Dia. Selanjutnya Dia berinisiatif untuk mengirimkan Yesus agar kita bisa memahami kasih-Nya dan kebutuhan kita akan Diri-Nya. Tentu saja, kita cukup bisa mengenal Allah dengan memandang ciptaan-Nya. Contohnya, dengan melihat alam kita tahu bahwa Pencipta kita menyukai keberagaman: Dia menciptakan dunia yang sangat beragam. Perhatikanlah susunan tanaman, binatang, susunan batu karang, serpihan-serpihan salju, dan manusia yang tidak terbatas. Tidak ada dua orang yang kembar sekalipun yang benar-benar sama. Allah tidak pernah menggandakan atau menyalin. Masing-masing kita orisinal. Setelah Anda lahir, Allah "menghancurkan" cetakan Anda. Dengan melakukan survei terhadap fenomena alam, kita juga akan tahu bahwa Allah berkuasa dan terorganisasi, dan Dia menyukai keindahan. Kita semua tahu bahwa Allah pasti senang melihat kita menikmati apa yang Dia ciptakan. Jika tidak, mengapa Dia memberi kita banyak cara untuk menikmatinya? Dia memberi kita alat pengecap dan melengkapi dunia dengan berbagai jenis rasa yang luar biasa seperti cokelat, kayu manis, dan rempah-rempah lainnya. Dia memberikan kepada kita mata untuk melihat berbagai jenis warna dan melengkapi dunia dengan pelangi. Dia memberikan kepada kita telinga yang sensitif dan melengkapi dunia dengan irama dan musik. Kemampuan Anda untuk menikmati kesenangan itu adalah bukti nyata kasih Allah pada kita. Dia bisa saja membuat dunia ini tanpa rasa, tanpa warna, dan sunyi. Alkitab berkata bahwa Allah "dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati." (1 Timotius 6:17b) Seharusnya Dia tidak perlu melakukannya, tapi Dia melakukannya karena Dia mengasihi kita. Namun, hingga Yesus datang, pemahaman kita akan kasih Allah tetap terbatas. Oleh karena itu Allah datang ke dunia! Ini adalah invasi terbesar sepanjang sejarah dan tidak pernah ada lagi sejak saat itu. Allah bisa memilih ribuan cara untuk berbicara dengan kita, tapi karena Dia yang membentuk kita, Dia tahu cara terbaik untuk berbicara dengan kita muka dengan muka. Allah ingin berbicara dengan kita, oleh karenanya Dia menjadi salah seorang dari kita. Dia tidak mengirimkan malaikat, nabi, politisi, atau duta besar. Dia datang sendiri. Jika Anda ingin orang lain tahu seberapa besar Anda mengasihi mereka, Anda tidak bisa mengirim perwakilan Anda untuk mengatakannya. Anda harus mengatakannya sendiri. Itulah yang Allah lakukan saat Natal. Alkitab mengatakan bahwa Allah adalah kasih. Alkitab tidak berkata Allah memiliki kasih, tapi Allah adalah kasih. Kasih adalah esensi karakter Allah. Kasih adalah sifat-Nya yang paling hakiki. Alasan mengapa segala sesuatu tercipta di dunia adalah karena Allah mengasihinya. "TUHAN itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya." (Mazmur 145:9) Coba renungkan ini. Jika Allah tidak ingin mengasihi apa pun, Dia tidak akan menciptakannya. Semua yang Anda lihat dan berbagai hal yang tidak bisa Anda lihat diciptakan oleh Allah karena kesenangan-Nya. Dia mengasihi semua ciptaan-Nya, sekalipun kita mengacaukannya dengan dosa kita. Dia tetap pada tujuan-Nya. Bintang, planet, tumbuhan, hewan, sel-sel, bahkan manusia diciptakan karena kasih setia Allah. (t/Setya) Diterjemahkan dan disunting dari: Judul asli artikel: Christmas Is A Time to Celebrate that God Loves You Judul buku: The Purpose of Christmas Penulis: Rick Warren Penerbit: Howard Books, New York 2008 Halaman: 17 -- 24 CAKRAWALA __________________________________________________________ ALLAH TURUN TANGAN Pernah ada sebuah lagu populer yang dinyanyikan oleh Bimbo Group berjudul "Tangan". Liriknya berbunyi demikian: Orang yang gampang memukul, kita sebut ringan tangan Orang yang hobinya maling, kita sebut panjang tangan Orang yang kita percaya, kita sebut kaki tangan Kalau Anda setuju, kita akan jabat tangan Meraba, membelai, menulis, dan memegang Menggaruk, mencubit, memukul, dan hompimpah Semua pakai tangan Lagu itu hendak berkata: tangan adalah penting. Memang tangan adalah anggota tubuh yang paling banyak digunakan. Pagi, malam, ataupun siang, tangan terus bergoyang. Apa hubungan Natal dengan tangan? Dalam Alkitab ada banyak ungkapan tentang tangan Allah. Kalau Allah marah, Alkitab berkata: tangan Allah diacungkan, tangan Allah menimpa, tangan Allah menekan. Kalau Allah menolong, Alkitab berkata: tangan Allah meliputi, tangan Allah menyertai, tangan Allah melindungi. Alkitab juga menggambarkan tangan Allah sebagai tangan yang memelihara. Tangan Allah yang mengatur perputaran roda sejarah. Anda mungkin berkata, kalau tangan Allah mengatur mengapa dunia ini kusut semrawut. Yesaya 59:1a berbunyi demikian: "Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan." Ayat ini sepertinya mau menunjukkan bahwa kusutnya hidup ini bukan karena tangan Allah kurang menjangkau, tetapi karena tangan manusia yang mengacau. Lantas, apa yang diperbuat Allah terhadap dunia dan manusia? Ada beberapa kemungkinan. Kemungkinan pertama: Allah lepas tangan. Masa bodoh. Lalu Allah cuci tangan dan berpangku tangan. Kemungkinan kedua: Allah jadi gatal tangan. Artinya, Allah sudah tidak sabar lagi ingin memukul. Allah menjatuhkan tangan, menghukum dunia. Kemungkinan ketiga: Allah angkat tangan. Kewalahan. Putus asa. Dunia ini sudah payah. Nah, kemungkinan mana yang ditempuh Allah? Ternyata tidak ada satu pun dari ketiga cara di atas yang ditempuh Allah. Allah memilih cara yang keempat. Apa itu? Allah turun tangan. Dan itulah yang terjadi pada peristiwa Natal. Allah turun tangan. Natal adalah tangan Allah turun ke dunia. Tangan Allah mau membereskan yang kusut. Natal adalah Allah mengulurkan tangan. Apa motifnya penguluran tangan itu? Yohanes 3:16 berkata:"Karena begitu besar kasih Allah kepada dunia ini sehingga Dia mengaruniakan anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." Allah mengulurkan tangan karena cinta. Akan tetapi cinta tidak bisa bertepuk sebelah tangan. Pihak Allah sudah menawarkan tangan, masakan pihak manusia terus menyimpan tangan? Mazmur 144:7 mengajak kita berseru: Ya Tuhan, ulurkanlah tangan-Mu. Itulah doa Natal: Ya Tuhan, ulurkanlah tangan-Mu dari tempat yang mahatinggi; ulurkanlah tangan-Mu ke bumi. Sebab itu, Natal baru bermanfaat kalau uluran tangan pihak Allah dijawab dengan sodoran tangan pihak manusia. Inilah Natal. Tangan Allah menyentuh tangan manusia lalu Allah mengajak kita berjabat tangan. Bayangkan, Allah dan manusia berjabat tangan! Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku: Selamat Natal Penulis: Dr. Andar Ismail Penerbit: BPK Gunung Mulia, Jakarta 2002 Halaman: 5 -- 7 BIMBINGAN ALKITABIAH ________________________________________________ MENGAPA ALLAH MENJADI MANUSIA? Pada mulanya adalah Allah. Dan, sebagai Allah, Dia menciptakan. Ciptaan Allah begitu mengagumkan. Dia menciptakan alam semesta dengan dimensi yang tidak terbatas, dikelilingi bintang-bintang dan galaksi. Ukurannya seimbang dengan kompleksitasnya yang luas, dalam tarian atom dan molekul yang rumit. Komposisi seni, warna, suara, dan keheningan menggambarkan kebesaran kuasa dan kasih-Nya. Tapi Allah tidak hanya menginginkan dunia; Dia membuat kehidupan. Dia melihat dunia-Nya yang spesial -- bumi, dan memenuhinya dengan tumbuh-tumbuhan dan binatang dari yang berukuran paling kecil hingga paling besar. Suatu kerajaan mahkluk hidup yang dapat bergerak, bernapas, dan berpikir, lengkap dengan berbagai jenis makhluk hidup liar. Ada juga pohon-pohon besar dan rindang yang bisa bertahan selama berabad-abad, yang dikerumuni serangga yang masa hidupnya hanya sehari. Selanjutnya, Allah tidak hanya menginginkan kehidupan; Dia menginginkan persahabatan, oleh karenanya Dia menciptakan umat manusia. Inilah yang disebut mahakarya-Nya, manifestasi kehidupan yang menggambarkan Diri-Nya. Batu karang, pepohonan, langit, dan paus -- semuanya menakjubkan, tapi mereka bukan anak-anak-Nya. Laki-laki dan perempuan yang Dia ciptakan, merekalah yang akan menjadi keluarga dekat Allah meskipun mereka diciptakan dalam rupa manusia (darah dan daging). Ini merupakan suatu perpaduan yang luar biasa! Roh sempurna dan sejati -- Allah atas segala sesuatu, dan makhluk yang begitu kecil dan terbatas -- manusia. Walaupun demikian, kasih Allah terhadap manusia terputus karena kejatuhan manusia dalam dosa. Kisah ini akan dibahas pada kesempatan yang lain. Yang jelas pada kenyataannya manusia memilih ketidaktaatan dan berpaling dari hadirat-Nya dengan rasa malu. Nama lain untuk ketidaktaatan adalah dosa, dan dosa menjadi penghalang besar antara sang Pencipta dan ciptaan-Nya. Manusia mengenal Allah seperti paman jauh yang tidak pernah bertemu muka dengan muka. Seorang manusia menyadari bahwa fakta hidup ini berbeda dari yang dipikirkan. Seorang pujangga memandang dunia ini indah dan menggambarkannya seperti ini: "Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat." (Mazmur 8:3-5) Jurang pemisah antara Sang Pencipta dan manusia yang begitu kecil dan tidak berdaya sangat besar. Namun, banyak orang tidak menghiraukan-Nya. Orang yang saleh dan taat berusaha sungguh-sungguh untuk menyenangkan-Nya, tapi orang yang keras kepala bersikukuh dengan ketidaktaatannya, dan apa saja yang dilakukannya selalu gagal. Manusia tidak memiliki gambaran tentang kelemahan mereka. Mereka tahu mereka tersesat, dan mereka sangat membutuhkan Bapa. Namun pada saat yang paling berkesan pun, dengan segala kesalahan yang mereka lakukan, manusia sadar bahwa Bapa yang ada di tempat jauh sangat mengasihi mereka dengan kasih yang tidak berkesudahan. Pada saat yang sama mereka masih berputus asa karena keterpisahan itu. Allah itu kudus dan manusia berdosa. Bagaimana mereka bisa mencapai kesempurnaan yang melayakkan mereka? Mereka seumpama pungguk merindukan bulan. Jika manusia saja merasa kekosongan ini begitu pahit, betapa besarnya rasa sakit yang dirasakan oleh Bapa? Sakitnya sama besar dengan kasih-Nya. Seperti halnya dengan orang tua, anak-anak adalah sukacita-Nya yang paling besar. Anak-anak sering gagal, bahkan mungkin setiap hari, namun kasih sayang orangtua pada mereka tidak pernah berhenti. Orangtua mengasihi masing-masing anak dengan sempurna, tidak terbatas, seolah-olah dia adalah anak tunggalnya. Oleh karena itu, Bapa terus-menerus berusaha dan tidak pernah berhenti -- selama berabad-abad dan dari generasi ke generasi -- untuk menyelamatkan keluarga besar-Nya. Dia melakukannya dengan berbagai cara: melalui ciptaan-Nya yang mulia, anugerah-Nya yang besar yang diberikan-Nya kepada manusia, lewat kata-kata para nabi dan gembala. Dia mengutus hamba-hamba-Nya yang mengatakan hal yang sama dengan 10 cara yang sama: "Pulanglah, pulanglah! Kamu dikasihi sekarang dan selamanya." Setiap masalah pasti ada solusinya. Hal pertama yang harus dilakukan adalah memperkenalkan kembali manusia kepada Bapa. Bagaimana mungkin manusia fana yang bercacat cela bisa mengenal Roh yang suci. Pasti ada cara agar manusia bisa mengenal seperti apakah Allah itu, oleh karena itu, perhatikanlah seperti apa hidup ini. Tentu saja, cakupan masalah ini lebih besar dari kemampuan pemahaman mereka. Sebagai contoh, mereka belum memahami natur ilahi. Untuk bisa memahaminya mereka harus masuk pintu gerbang -- tapi dalam kemanusiaan mereka yang ternoda, mereka tidak bisa mencapainya. Mereka bisa mencapai surga. Surga tidak dapat masuk ke dalam tempat yang cemar, yakni dunia. Tapi ada cara lain: Allah sendiri yang bisa melakukannya. Dia sanggup menyatakan keilahian-Nya dalam darah dan daging dan datang ke bumi sebagai seorang manusia! Dia tinggal di antara kita sebagai seorang manusia dewasa yang berwibawa, sekaligus sebagai Allah seutuhnya pada saat yang sama. Dia sudah berulang kali mengutus nabi-nabi-Nya, kini Dia melakukan sesuatu yang jauh lebih besar. Dia meninggalkan Kerajaan Surga untuk masuk ke tengah-tengah manusia; Raja yang menyamar, Tuhan semesta alam dengan rupa seorang manusia, sang Pencipta di antara ciptaan-Nya. Selanjutnya natur Allah menjadi jelas bagi manusia. Orang-orang biasa di bumi bisa melihat seperti apakah Allah itu. Mereka bisa melihat kasih dan kesetiaan-Nya yang sempurna, pengabdian diri-Nya yang tidak terbatas. Lebih-lebih mereka yang hatinya terluka, mudah putus asa, atau tidak berdaya. Mereka mengetahui beberapa hal tentang Dia. Dan dalam inkarnasi itu, mereka melihat contoh sempurna tentang kehidupan yang sesungguhnya. Semuanya terjadi karena Allah dan manusia harus diperdamaikan. Oleh karena itu, Tuhan semesta alam datang ke dunia. Dia masuk ke dunia melalui pintu yang disebut Betlehem, dan sejak itu dunia berubah. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran (Yohanes 1:14). Pertanyaan Diskusi 1. Seandainya Anda Allah, apakah Anda akan memilih cara yang sama untuk menjangkau manusia? Mengapa dan mengapa tidak? 2. Cara apa yang Allah gunakan untuk menyatakan Diri-Nya kepada manusia sebelum Dia mengutus Anak-Nya? Untuk studi lebih lanjut: Bagaimana manusia memiliki relasi dengan Tuhan semesta alam? Bacalah ayat-ayat ini untuk mengerti rencana Allah untuk Anda: Yohanes 3:16, Roma 3:23, Roma 6:23, dan Roma 10:9, 13. (t/Setya) Diterjemahkan dari: Judul asli artikel: Why Did God Become A Man? Judul buku: Why the Nativity? Penulis: David Jeremiah Penerbit: Tyndale House Publishers, Inc., Illinois 2006 Halaman: 7 -- 11 KESAKSIAN __________________________________________________________ SAYAP IMAN Setiap tahun, pada waktu Natal, anak-anak bangun di malam hari. Mereka berharap bisa mendengar tapak kaki rusa Natal yang berjingkrak perlahan-lahan di atas atap. Tetapi, anak-anak tidak mudah dibohongi. Ketika usia mereka bertambah, mereka mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis kepada orang dewasa: "Apakah mungkin Sinterklas terbang dalam kereta salju di udara tanpa mesin atau sayap?" Bila seorang anak menanyakannya kepadaku, saya akan menjawab, "Ya!" Ya, memang mungkin bagi seseorang untuk terbang di udara tanpa bantuan. Itu terjadi padaku pada Desember yang lalu. Saat itu hari Sabtu di musim dingin yang sangat dingin. Saya seorang dokter dan merawat segala macam pasien. Saya juga membantu proses kelahiran bayi. Selain berpraktik di Hoisington, Kansas, saya juga menjadi anggota dewan lisensi kesehatan negara bagian. Pertemuan-pertemuan kami diadakan setiap dua bulan sekali di Topeka. Pada Sabtu pagi itulah, saya berangkat dari rumah untuk menghadiri pertemuan bulanan itu. Perjalanan dengan mobil dapat memakan waktu berjam-jam. Jadi, saya naik pesawat terbangku, sebuah Comanche 400, selama 50 menit. Saya sudah mengemudikan pesawat terbang selama bertahun-tahun dan saya merasa sangat nyaman di kokpit. Tapi, ada sesuatu yang berbeda pada Sabtu itu. Saya memeriksa keadaan cuaca di lapangan udara sebelum naik pesawat terbang. Suhu pada saat itu 20 derajat, dengan hembusan angin dingin 0 derajat. Cuacanya dingin, tetapi itu tidak berbahaya, karena sebelumnya saya sudah pernah terbang dengan cuaca seperti itu. Saya sudah berkali-kali mengadakan perjalanan ke Topeka sehingga saya lebih bergantung pada pilot otomatis. Saya akan memasang instrumen untuk penerbangan langsung ke Topeka. Saya tidak mematikan pilot otomatisnya sampai saya siap untuk mendarat. Itu memberiku waktu untuk membebaskan pikiranku dari masalah pekerjaan selama seminggu. Saya masuk ke dalam suasana hati yang cocok untuk pertemuan dewan lisensi. Saat itu, langit cerah meskipun cuaca dingin. Saya berangkat dari bandara Great Bend pada pukul 07.15 dan tinggal landas tepat pada saat matahari terbit. Untuk memanaskan kabin pengemudi, saya memasang alat untuk melumerkan salju maupun alat pemanas. Saya naik sampai 1.670 m dan mulai mengatur instrumen-instrumen untuk penerbangan langsung ke Topeka. Saya menyetel GPS (global positioning satellite). Ini berguna untuk mengetahui letak wilayah di dunia melalui satelit. Selain itu, saya menyetel radio ke frekuensi bandara-bandara yang akan kulalui. Saya memilih keadaan yang cocok untuk pemindaiku yang lain dan kupasang pilot otomatis. Lalu, saya bersantai untuk menikmati penerbangan. Tiga puluh menit selama penerbangan, saya ingat bahwa saya terbang di atas sebuah kota kecil, yakni Herington. Kota itu selalu menjadi tanda bagiku untuk memasang instrumen untuk pendaratan di Topeka. Kusetel radio ke menara bandara Topeka, kudengarkan laporan cuaca, dan kupasang NDB (nondirectional beacon). Saat itu pukul 07.45 dan saya masih memunyai waktu 5-10 menit sebelum mendarat di Topeka. Apa yang terjadi kemudian telah memperbarui imanku tentang mukjizat. Tiba-tiba, saya bangun. Saya tidak tahu bahwa saya telah tertidur. Tetapi, tiba-tiba saya terjaga. Saat itu pukul 09:30. Saya tidak tahu di mana saya berada dan saya pikir saya masih berada di udara. Dengan penuh kekalutan, saya mulai mengurangi kecepatan mesin dan menurunkan roda gigi untuk mendarat. Saya pikir saya sedang mendekati Topeka. Saya tidak tahu mengapa saya bisa tertidur dalam beberapa detik saja. Bagaimanapun juga, saya harus mencoba. Instrumen-instrumen tidak memberi reaksi atas usahaku. Saya hampir jatuh! Saya menengadah dari papan instrumen dan saya melihat suatu pemandangan yang aneh. Ada sebaris pohon yang setinggi pesawat di hadapanku. Saya melihat ke luar jendela samping dan melihat suatu pemandangan yang lebih aneh lagi. Ternyata, pesawatku berada di tanah. Saya sudah jatuh! Saya duduk di kabin pengemudi untuk beberapa menit dan kucoba untuk menjernihkan pikiranku. Perlahan-lahan, saya memanjat untuk keluar dari pesawat terbang dan berdiri di sampingnya. Saya sama sekali tidak mengenal pemandangan alamnya. Di manakah saya? Ada peternakan di kejauhan. Saya menuju ke sana. Petani yang membukakan pintu tidak percaya pada ceritaku. Sebuah pesawat terbang jatuh di ladangnya? Ia tidak mendengar apa-apa. Tetapi, dengan mengulurkan lehernya ke arah yang kutunjuk, ia dapat melihat pesawat terbangku yang rusak di ladangnya. Kedua sayap pesawat terbang terperangkap di pohon. Ia segera mencari pertolongan. Rupanya, saya tidak berada di Kansas. Sementara kami menunggu datangnya pertolongan, petani itu mengatakan kepadaku bahwa saya berada di Kairo, Missouri. Wilayah ini berjarak 48 km di sebelah utara Columbia [kota terbesar di Missouri tengah, Red.]. Saya tercengang dan segera meminta peta kepadanya. Saya menelusuri jalur dengan jariku. Saya sadar bahwa pesawat terbangku telah terbang langsung melewati Topeka dengan pilot otomatis. Ia terbang membawaku sejauh isi bensin di tangki. Kemudian, pesawat terbang turun dan meluncur dengan indahnya di ladang rumput. Tetapi, bagaimana? Dan, mengapa? Mengapa saya tidak terbangun? Saya mendapatkan jawaban-jawabannya setelah berada di rumah sakit. Pemeriksaan yang teliti mengungkapkan adanya racun karbonmonoksida yang sangat tinggi di dalam darahku. Pemeriksaan selanjutnya pada pesawat terbangku yang rusak menunjukkan bahwa ada retak di alat peredam suara sebelah kanan. Pada pesawat terbang, alat peredam suara dihubungkan ke sistem pemanasan. Jadi, dengan memasang pemanas di pagi yang dingin itu, saya telah mengisi kabin pengemudi dengan karbon monoksida. Saya sangat beruntung dapat selamat. Saya pingsan beberapa ratus kaki di atas tanah. Tetapi, saya benar-benar merasa bahwa sejak saat itu Tuhan yang mengendalikan dan membawaku turun dengan selamat. Yang kuderita hanyalah luka gores yang kecil, pergelangan tangan yang patah, dan sakit kepala yang hebat karena asap. Jadi, begitulah. Bila ada seorang anak bertanya kepadaku perihal kemampuan Sinterklas untuk bisa terbang di waktu Natal, saya hanya akan tersenyum dengan bijaksana. Kadang-kadang, iman yang mengambil alih ketika Anda berada di udara. Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul asli buku: The Magic of Christmas Miracles Penulis artikel: Dr. Bob Frayser Penyusun: Jamie C. Miller, Laura Lewis, Jennifer Basye Sander Penerjemah: Bambang Soemantri Penerbit: PT Bhuana Ilmu Populer, Jakarta 2002 Halaman: 199 -- 203 _______________________________e-KONSEL ______________________________ Apakah Anda punya masalah/perlu konseling, atau ingin mengirimkan informasi/artikel/bahan/surat/saran/pertanyaan/sumber konseling? silakan kirim ke: < konsel(at)sabda.org > atau < owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org > Berlangganan via email: < subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org > Berhenti berlangganan < unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org > ARSIP: http://c3i.sabda.org/epublish/2 Situs C3I: http://c3i.sabda.org Facebook Konseling: http://fb.sabda.org/konsel Twitter Konseling: http://twitter.com/sabdakonsel ______________________________________________________________________ Pimpinan Redaksi: Davida Welni Dana Staf Redaksi: Tatik Wahyuningsih dan Sri Setyawati Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright (c) 2010 e-Konsel / YLSA -- http://www.ylsa.org Katalog: http://katalog.sabda.org Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |