Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/22 |
|
e-Konsel edisi 22 (15-8-2002)
|
|
><> Edisi (022) -- 15 Agustus 2002 <>< e-KONSEL *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Daftar Isi: - Pengantar : Konseling Krisis - Cakrawala : Apakah Krisis Itu? - Bimbingan Alkitabiah : Alkitab dan Krisis - Tips : Proses Intervensi Krisis - Stop Press : Konferensi Konseling Kristen *REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI* -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*- Hidup berarti terus-menerus harus menyelesaikan berbagai persoalan dan kadang-kadang ada persoalan yang sulit sehingga terjadi krisis. Menolong orang yang sedang menghadapi krisis merupakan tantangan tersendiri bagi seorang konselor. Melalui edisi kali ini kami ingin membahas topik "konseling krisis" untuk memperlengkapi konselor agar dapat menolong orang lain yang sedang menghadapi krisis. Sajian-sajian berikut ini akan menjelaskan apakah yang dimaksud dengan "krisis" dan juga petunjuk-petunjuk praktis yang harus diketahui konselor agar dapat menolong orang yang sedang dikonseling. Harapan kami kiranya dengan lebih membekali diri pelayanan kita sebagai konselor akan semakin diberkati Tuhan. Staf e-Konsel *CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA* -*- APAKAH KRISIS ITU? -*- Untuk terlibat dalam pelayanan krisis, kita harus mengerti betul tentang arti krisis itu. Webster mendefinisikan kata krisis sebagai suatu "masa yang gawat/kritis sekali" dan "suatu titik balik dalam sesuatu". Istilah ini sering digunakan untuk suatu reaksi dari dalam diri seseorang terhadap suatu bahaya dari luar. Suatu krisis biasanya meliputi hilangnya kemampuan untuk mengatasi masalah selama sementara waktu, dengan perkiraan bahwa gangguan fungsi emosi dapat kembali seperti semula. Jika seorang mengatasi ancaman itu secara efektif, maka ia dapat kembali berfungsi seperti keadaan sebelum krisis. Huruf Tionghoa untuk krisis terdiri atas dua lambang; yang satu melambangkan keadaan tanpa harapan dan yang lain melambangkan kesempatan. Apabila para dokter berbicara tentang krisis, yang mereka maksudkan ialah saat-saat terjadinya perubahan dalam suatu penyakit, entah perubahan menjadi baik atau perubahan menjadi lebih parah. Apabila seorang konselor berbicara tentang suatu krisis pernikahan, yang mereka maksudkan ialah titik balik ketika pernikahan itu bisa menuju ke dua arah: arah menuju pertumbuhan, keindahan, dan perbaikan, atau menuju ketidakpuasan, penderitaan, dan dalam beberapa hal, tanpa penyelesaian. Apabila orang berada dalam keadaan tidak seimbang karena peristiwa yang terjadi, mereka mengalami suatu krisis. Istilah ini sering kali disalahgunakan karena dipakai untuk peristiwa yang menjengkelkan yang terjadi tiap-tiap hari. Istilah stres dan krisis dipakai dengan cara dipertukartempatkan tetapi secara salah. Suatu krisis dapat disebabkan oleh satu atau beberapa faktor. Krisis dapat merupakan suatu masalah yang terlalu besar atau hebat, misalnya mengalami kematian seorang anak. Krisis dapat juga merupakan masalah yang tidak serius bagi kebanyakan orang, tetapi untuk orang-orang tertentu mempunyai arti khusus sehingga menjadi masalah yang hebat sekali. Krisis dapat merupakan suatu masalah yang terjadi pada waktu orang dalam keadaan rentan atau ketika orang tersebut tidak siap untuk hal itu. Orang-orang biasanya mengatasi masalah tersumbatnya bak tempat cuci piring atau W.C. seperti tanpa kesulitan. Tetapi jika hal ini terjadi ketika mereka sakit, mereka bisa merasa tidak berdaya. Ini dapat terjadi apabila mekanisme normal dari seseorang untuk mengatasi masalah tidak berfungsi dengan baik, atau ketika orang itu tidak mendapat bantuan dari orang lain yang ia butuhkan. Krisis tidak selalu buruk. Sebaliknya krisis menunjukkan suatu titik yang sangat penting di dalam kehidupan seseorang. Oleh karena itu krisis dapat membawa kesempatan, dan juga bahaya. Waktu orang-orang mencari metode-metode untuk menanggulangi krisis, mereka dapat memilih jalan kehancuran -- tapi mereka dapat juga menemukan suatu metode baru yang lebih baik untuk menganggulangi masalahnya daripada metode yang mereka punyai sebelumnya. Jadi kita melihat bahwa krisis mempunyai empat unsur yang jelas. UNSUR-UNSUR YANG UMUM DALAM KRISIS ---------------------------------- Unsur yang pertama adalah kejadian yang penuh risiko. Ini adalah kejadian yang mengawali suatu reaksi berantai dari kejadian- kejadian yang mencapai puncaknya dalam suatu krisis. Seorang istri yang masih muda yang bersiap-siap menghadapi kariernya selama tujuh tahun sekarang menemukan dirinya hamil. Seorang mahasiswa tahun terakhir yang menyerahkan dirinya untuk bermain sepak bola selama waktu kuliahnya agar dipilih sebagai pemain profesional, mengalami kecelakaan sehingga pergelangan kakinya hancur. Seorang duda yang memelihara lima orang anak pra remaja kehilangan pekerjaannya dalam suatu profesi yang sangat khusus. Semua orang yang disebut di atas mempunyai banyak persamaan. Adalah penting bagi orang-orang yang berada dalam krisis dan bagi para penolong untuk mengenal peristiwa- peristiwa yang menimbulkan krisis itu. Unsur yang kedua adalah keadaan rentan. Tidak semua peristiwa ini membawa seseorang kepada suatu krisis. Kalau orang tidak rentan, pasti krisis itu tidak mungkin terjadi. Tidak tidur dua malam saja bisa membuat seorang menjadi rentan terhadap suatu situasi yang biasanya dapat ia tanggulangi tanpa kesulitan. Keadaan sakit dan tertekan menyebabkan mekanisme untuk mengatasi masalah makin menurun. Baru-baru ini saya berbicara dengan seorang wanita yang ingin melepaskan anak angkatnya, membatalkan suatu peristiwa pengumpulan dana yang penting dan meninggalkan usahanya. Ia sedih karena ada ancaman suatu kehilangan lain dalam hidupnya. Saya mengatakan kepadanya untuk tidak membuat keputusan selama ia mengalami depresi, karena keputusan-keputusan itu sering disesalkan kemudian. Unsur ketiga adalah faktor yang menimbulkan krisis tersebut. Cara lain untuk mengatakan hal ini ialah bahwa ini adalah faktor terakhir yang ditambahkan pada faktor-faktor lain. Sebagian orang kelihatannya dapat menguasai diri pada saat dilanda kehilangan yang cukup berat atau kehancuran hati, tetapi kemudian mereka ambruk karena suatu persoalan kecil saja. Ini merupakan persoalan yang terakhir, tetapi reaksi dan air mata saat itu merupakan tanggapan terhadap kehilangan yang cukup berat sebelum itu. Unsur yang terakhir adalah keadaan krisis yang aktif. Ketika seseorang tidak dapat lagi mengatasi situasi, maka krisis yang aktif dapat berkembang. Ada beberapa petunjuk tentang keadaan ini. 1. Ada gejala-gejala stres -- secara psikologis, fisiologis, atau kedua-duanya. Ini dapat termasuk depresi, sakit kepala, kegelisahan, luka lambung. Selalu ada suatu jenis kegelisahan yang ekstrem. 2. Ada sikap panik atau gagal. Orang itu mungkin merasa bahwa ia telah berusaha sekuat tenaga, namun tidak ada hasilnya. Karena itu ia merasa seperti seorang yang gagal -- kalah dan tidak berdaya. Tidak ada harapan. Ia mempunyai dua jalan untuk menanggapi hal tersebut saat ini: pertama, menjadi terdorong untuk berperilaku yang tidak produktif, misalnya: mengikuti arus zaman, mabuk-mabukan, memakai obat bius, kebut-kebutan, atau terlibat dalam suatu perkelahian. Jalan yang kedua adalah menjadi acuh tak acuh atau apatis. Satu contoh adalah tidur terus- menerus. 3. Fokusnya adalah pada pembebasan. "Keluarkan aku dari keadaan ini!" merupakan keinginan dan jeritannya. Ia ingin lepas dari penderitaan karena stres tersebut. Kondisinya tidak memungkinkan dia untuk bertindak secara rasional dalam menghadapi masalah itu. Kadang-kadang seseorang yang berada dalam keadaan krisis kelihatan bingung atau bahkan memberikan reaksi dengan cara yang aneh-aneh. Dalam usaha-usaha mereka, mereka dalam keadaan agak kalut sehingga mengharapkan orang lain untuk menolong. Mereka mungkin akan terlalu bergantung kepada orang lain untuk menolongnya keluar dari permasalahan yang mereka hadapi. 4. Pada masa itu efisiensi menurun. Orang-orang dalam krisis yang aktif mungkin akan tetap berfungsi secara normal, tetapi daya bereaksi mereka yang seharusnya 100% mungkin menurun sampai sekitar 60%. Semakin besar ancaman dari penilaian orang itu akan situasi yang dihadapi, semakin kurang efektif kemampuannya untuk mengatasi. Mereka mungkin sadar akan hal ini yang selanjutnya mematahkan semangat mereka. Aspek penilaian terhadap suatu situasi merupakan bagian penting dari rangkaian krisis. Penilaian itulah yang "didapat" orang dari suatu peristiwa. Setiap pribadi mempunyai cara sendiri dalam melihat suatu peristiwa. Kepercayaan-kepercayaan, ide-ide, harapan-harapan, dan daya memahami dari orang itu, semua bertemu pada saat ini untuk mengevaluasi apakah suatu keadaan merupakan krisis atau bukan krisis. Dan adalah penting bahwa orang-orang dibantu untuk mencoba melihat peristiwa itu melalui mata mereka sendiri dan bukan melalui mata Anda. Meninggalnya seorang sahabat akrab dapat dinilai dari beberapa segi: bagaimana akrabnya hubungan itu sendiri? seberapa seringnya mereka berhubungan, bagaimana tanggapan orang itu terhadap kehilangan-kehilangan lain yang pernah ia alami dan berapa banyak kehilangan yang telah ia alami akhir-akhir ini? Kehilangan suami bagi seorang janda yang sungguh terlibat di dalam kehidupan suaminya itu berbeda dengan kehilangan sahabat akrab, teman usaha, atau paman yang dikunjungi oleh suaminya sekali dalam lima tahun. Kebanyakan orang yang mengalami krisis merasakan kehilangan atau ancaman kehilangan sesuatu yang penting bagi mereka. -*- Sumber -*-: Judul Buku: Konseling Krisis Penulis : H. Norman Wright Penerbit : Yayasan Penerbit Gandum Mas, Malang, Jawa Timur, 1985 Halaman : 10 - 14 *BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH* -*- ALKITAB DAN KRISIS -*- Kebanyakan cerita dalam Alkitab menyajikan masalah-masalah yang berhubungan dengan krisis. Adam, Hawa, Kain, Nuh, Abraham, Ishak, Yusuf, Musa, Simson, Yefta, Saul, Daud, Elia, Daniel, dan masih banyak lagi tokoh-tokoh lainnya yang menghadapi krisis diulas secara rinci dalam Perjanjian Lama. Yesus juga tidak luput dari krisis (terutama pada saat-saat Ia hendak disalibkan), demikian pula dengan murid-murid-Nya, Paulus, dan orang-orang Kristen gereja mula-mula. Beberapa kisah dalam Kisah Para Rasul ditulis untuk membantu para individu atau gereja-gereja dalam menghadapi krisis. Sedangkan dalam Ibrani 11 diulas secara ringkas berbagai macam krisis yang berakhir bahagia maupun yang berakhir dengan penganiayaan, penderitaan yang amat sangat, bahkan kematian. Para penulis kontemporer telah membagi krisis menjadi tiga jenis, dimana masing-masing dari ketiga jenis tersebut mempunyai contoh- contoh yang modern dan alkitabiah. Jenis krisis yang pertama adalah KRISIS YANG 'TIDAK DISENGAJA' atau 'SITUASIONAL'. Krisis ini terjadi terutama saat ada ancaman yang datang tiba-tiba, kejadian yang sangat mengganggu atau datangnya suatu musibah secara tak terduga. Kematian orang yang kita cintai, diketahuinya suatu penyakit yang serius, pengalaman akan perkosaan atau penganiayaan, kehamilan di luar pernikahan, gangguan sosial seperti perang atau depresi ekonomi, kehilangan pekerjaan atau tabungan, kehilangan kehormatan dan status, semuanya ini adalah tekanan situasional yang dapat mempengaruhi baik individu yang bersangkutan maupun keluarganya. Sebuah penelitian yang pernah dilakukan menyebutkan bahwa jika krisis berasal dari luar keluarga -- penganiayaan, bencana alam, kebakaran besar, atau prasangka rasial, misalnya -- seringkali dapat lebih memantapkan keluarga sehingga anggota-anggotanya saling bekerjasama memecahkan krisis. Namun, jika stres berasal dari dalam keluarga itu sendiri -- seperti usaha-usaha bunuh diri, ketidaksetiaan, penganiayaan anak, atau kecanduan alkohol misalnya -- krisis akan terasa lebih mengganggu dan cenderung membuat keluarga yang mengalaminya menjadi terpecah belah. Akan lebih mengganggu lagi jika krisis datang silih berganti secara kontinyu. Bagi beberapa orang, krisis yang membawa mereka datang kepada seorang konselor adalah krisis yang paling terakhir dari krisis- krisis yang telah mereka alami. Krisis tersebut adalah krisis yang paling membawa perubahan yang menekan dan kehilangan yang paling banyak. Krisis seperti ini sama dengan apa yang pernah dialami oleh Ayub. Dalam waktu yang sangat cepat, Ayub, orang yang sangat religius ini, kehilangan keluarganya, kekayaannya, kesehatannya, dan statusnya. Hubungan dalam pernikahannya menjadi tegang dan konselornya akhirnya tahu tentang kemarahan Ayub dan konflik yang terjadi dalam dirinya. Dia tidak dapat mengerti mengapa Tuhan membiarkan hal-hal buruk terjadi pada orang yang baik. KRISIS 'DEVELOPMENTAL', jenis krisis yang kedua, adalah krisis yang terjadi seiring dengan perkembangan normal seseorang dalam kehidupannya. Waktu seseorang mulai bersekolah, masuk ke perguruan tinggi, menyesuaikan diri dengan perkawinan dan perannya sebagai orang tua, menghadapi kritikan, menghadapi pensiun atau kesehatan yang menurun, atau menerima kematian sahabat-sahabatnya, semuanya ini adalah krisis yang menuntut pendekatan-pendekatan baru supaya orang dapat menghadapi dan memecahkan masalah. Abraham dan Sarah misalnya, mereka menghadapi masalah-masalah yang timbul karena harus berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain, adanya banyak kritikan yang datang, tidak dikaruniai anak selama bertahun-tahun, tekanan keluarga dan bahkan dari perintah Tuhan yang mengharuskan bahwa Ishak harus dikorbankan. Kita mungkin akan terheran-heran membayangkan bagaimana Zakharia dan Elisabet merawat anak seunik Yohanes Pembaptis, atau bagaimana Maria dan Yusuf mampu membesarkan seorang anak laki-laki yang tidak biasa dan pintar seperti Yesus. Tentu saja ada krisis developmental yang harus mereka jalani -- suatu titik balik yang menuntut suatu waktu yang lebih panjang untuk dapat membuat suatu keputusan yang bijaksana namun juga membawa kepada kemajuan dalam pertumbuhan. Jenis krisis yang ketiga, yaitu KRISIS 'EKSISTENSIAL', mempunyai pengertian tumpang tindih dengan pengertian kedua krisis di atas. Ada saatnya dalam hidup dimana kita dihadapkan dengan kenyataan yang mengganggu, terutama tentang diri kita sendiri: Saya seorang yang gagal. Saya hampir lulus, tetapi saya belum punya bayangan apa yang akan saya lakukan nantinya. Saya tidak akan pernah sukses dalam perusahaan saya. Saya gagal memperoleh promosi jauh-jauh hari. Sekarang saya adalah janda -- saya sendirian lagi. Hidupku tidak mempunyai tujuan. Pernikahanku berakhir dengan perceraian. Penyakit saya tidak dapat disembuhkan. Saya terjebak di kota ini. Saya tidak mempunyai sesuatu untuk saya percayai. Rumah dan harta saya hilang ditelan api. Saya ditolak karena warna kulit saya. Saya terlalu tua untuk meraih tujuan hidup saya. Kesadaran-kesadaran seperti di atas, dan kenyataan-kenyataan lain yang serupa, memerlukan waktu yang cukup dan usaha dari kita untuk dapat menerimanya. Kesadaran-kesadaran tersebut adalah perubahan- perubahan yang terjadi dalam persepsi diri dimana kita dapat menyangkalnya untuk sementara waktu namun pada suatu saat kita juga harus menghadapinya secara realistis jika kita ingin tetap meneruskan hidup dan memenuhi tuntutan-tuntutannya. Setelah kemenangan besar rohaninya, Elia dikejar oleh Izebel dan lari ke hutan dimana di sana ia menyimpulkan bahwa hidupnya telah gagal. Yunus juga mempunyai pikiran seperti ini ketika ia berdebat dengan Allah. Dan di tengah-tengah pergumulannya, Ayub mulai bertanya-tanya, "Apa yang akan terjadi padaku dan apa yang akan terjadi sekarang?" Apakah para murid Yesus juga memiliki rasa yang sama dengan mereka pada waktu-waktu setelah penyaliban Yesus. Saat orang-orang mulai bertanya-tanya tentang penyebab dari krisis yang sedang mereka alami, adalah hal yang sulit dan seringkali juga tidak mungkin untuk dapat memberikan jawaban yang pasti. Alkitab mengulas ketiga macam krisis seperti yang disebutkan di atas tetapi Alkitab tidak memberikan jawaban yang jelas dan lengkap untuk menjelaskan mengapa, kapan dan bilamana kita harus menderita. Mungkin kita semua setuju dengan pendapat bahwa dibalik setiap peristiwa pasti ada rencana-rencana Allah dan di bawah kuasa Allah. Kita juga tahu bahwa krisis dapat merupakan sarana bagi kita belajar dari pengalaman-pengalaman untuk membentuk karakter kita, memberikan pengetahuan bagi kita tentang Tuhan dan kuasa-Nya, dan menstimulasi pertumbuhan iman. Namun, alasan utama dari suatu krisis hidup tak pernah kita ketahui selama kita masih ada di dunia ini. Untuk sementara waktu, kita dapat membantu konselee menghadapi dan bertumbuh melalui krisis yang sedang dialaminya. -*- Diterjemahkan dari sumber -*-: Judul Buku: Christian Counseling; a Comprehensive Guide Penulis : Gary R. Collins, Ph.D. Penerbit : Word Publishing, Dallas, 1988 Halaman : 64 - 65 *TIPS *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TIPS* -*- PROSES INTERVENSI KRISIS -*- Ada delapan langkah dasar yang harus diikuti dalam menolong seseorang yang sedang menghadapi krisis. Langkah-langkah tersebut dapat diterapkan terhadap bermacam-macam jenis krisis, namun Anda harus peka dan luwes dalam penerapannya. I. Intervensi Langsung ---------------------- Krisis dapat dianggap sebagai suatu bahaya. Bagi orang yang terlibat, krisis itu menakutkan, dan ada batas waktu tertentu sebagai kesempatan untuk turut campur tangan. Cara orang dalam keadaan krisis mencapai keseimbangan bisa secara sehat dan bisa juga secara tidak sehat. Jika mereka tidak menerima pertolongan secepat mungkin, mereka mungkin akan merasa terpukul, sehingga mereka dapat menghancurkan diri mereka sendiri. Anda perlu bertindak cepat karena pertolongan Anda dapat meringankan krisis itu dan kemungkinan dapat melindungi orang tersebut dari tindakan yang merugikan dirinya sendiri. Berbagai prosedur pengaruh langsung dapat digunakan untuk membuat perubahan-perubahan yang diinginkan dalam diri seorang konselee. Cara ini lebih sering digunakan dalam konseling krisis daripada dalam bentuk koseling yang lain. Teknik menopang atau dorongan semangat, harus dipakai pada tahap permulaan untuk menolong seorang yang sedang dalam krisis. Tujuannya ialah untuk mengurangi kegelisahan, rasa bersalah, dan ketegangan serta untuk memberikan dukungan emosi. Dorongan semangat dari konselor dapat menolong si konselee mengatasi perasaan tak berdaya dan keputusasaannya. Tetapi satu hal yang perlu diingat, jangan terlalu banyak dorongan semangat sehingga melenyapkan semua rasa gelisah, karena sedikit rasa gelisah diperlukan untuk menimbulkan perubahan yang positif. Beberapa akibat paling hebat dari suatu krisis ialah bunuh diri, pembunuhan, melarikan diri, menyakiti diri sendiri, psikosis, atau kehancuran keluarga. Seorang yang ingin bunuh diri membutuhkan intervensi secara langsung. Selama krisis Anda mempunyai kesempatan yang luar biasa untuk menolong dan melayani mereka. Keadaan yang tidak pasti dari suatu krisis merupakan suatu waktu untuk berubah dan bersifat luwes. Jikalau Anda ingin mempengaruhi kehidupan seseorang atau keluarga, maka waktu yang paling tepat adalah pada saat seseorang mengalami krisis. Itulah sebenarnya mengapa konseling krisis begitu penting bagi mereka yang melayani khususnya sebagai pendeta. Ada baiknya sebelum kita melakukan konseling krisis, teleponlah konselee terlebih dahulu. Ajukanlah beberapa pertanyaan yang menolong Anda untuk menentukan seberapa mendesaknya keadaan konselee dan apakah hal itu benar-benar merupakan suatu krisis. Waktu berbicara lewat telepon, aturlah waktu untuk pertemuan pertama dan tentukanlah siapa-siapa yang harus hadir. Usahakanlah untuk mendapat sebanyak mungkin informasi untuk menyusun suatu ide sementara tentang permasalahan itu, dan buatlah beberapa rencana sederhana jika perlu untuk pertemuan pertama itu. Anda juga harus bersifat luwes. Apabila karena sesuatu hal, Anda tidak dapat bertemu orang itu dengan segera, aturlah agar ia dapat ditemui oleh orang lain. II. Mengambil Tindakan ---------------------- Langkah kedua dari konseling krisis adalah bertindak. Perlu ada sesuatu yang terjadi segera, kita perlu menggerakkan orang yang dalam krisis agar berperilaku yang positif. Mereka perlu mengetahui bahwa sesuatu sedang dilakukan oleh mereka dan untuk mereka. Konseling yang pertama adalah merupakan awal yang penting bagi Anda sebagai konselor. Anda perlu mengarahkan pertemuan konseling tersebut untuk membantu keberhasilannya dan berpartisipasi di dalamnya. Anda perlu mendengarkan dengan baik untuk mendapatkan informasi. Perhatikanlah informasi yang penting melalui proses interaksi. Anda harus mengetahui apa yang terjadi, siapa yang terlibat, kapan kejadiannya dan seterusnya. Sementara Anda mengumpulkan informasi, berusahalah menemukan hal-hal sebagai berikut: 1. Masalah-masalah manakah dalam kehidupan orang itu yang harus diselesaikan dengan segera?, dan 2. Masalah-masalah manakah yang dapat ditunda? Tolonglah orang tersebut untuk menentukan hal ini, sebab begitu sering orang dalam krisis tidak mengetahui masalah apa yang dapat ditunda dan masalah apa yang harus ditangani sekarang. Waktu Anda memperbincangkan situasi ini dengan orang tersebut, Anda harus menjadi seorang pendengar yang baik. Setiap indikasi, secara lisan atau bukan lisan, bahwa Anda tidak sabar, tidak senang, atau terburu- buru akan mengganggu sekali. Beri waktu untuk berhenti sejenak dan tetaplah tenang. Harus diperhatikan apakah ada situasi-situasi krisis yang membutuhkan tindakan langsung yang tidak bisa ditunda. Para pendeta dan konselor awam selalu bertanya, "Bagaimanakah saya tahu sejauh mana saya harus bertindak?" Suatu petunjuk praktis ialah sebagai berikut: hanya apabila keadaan itu sungguh membatasi kemampuan si konselee, barulah Anda mengambil tindakan secara luas. Dan bila demikian Anda perlu mengarahkan orang tersebut untuk bertindak mandiri secepat mungkin. Jika Anda terlibat dalam menolong orang dengan tindakan secara langsung, ingatlah akan undang-undang tertentu dan prosedur hukum dari negara atau masyarakat Anda. III. Mencegah Suatu Kehancuran ------------------------------ Langkah ketiga adalah mulai mencapai sasaran yang terbatas dari konseling krisis, yaitu mencegah kehancuran dan memulihkan orang tersebut ke keadaan seimbang. Ini bukanlah waktu untuk mengusahakan perubahan-perubahan kepribadian. Pertama, Anda harus menolong orang tersebut untuk mencapai semacam sasaran yang terbatas (dekat). Harus ada sedikit tantangan untuk mencapainya, namun sasaran itu juga harus dapat dicapai. Seseorang yang baru saja kehilangan pekerjaannya mungkin mampu, dengan pertolongan Anda, menyusun suatu daftar tentang kualifikasi, kemampuan dan pengalaman kerjanya. Jika tugas ini dilakukan dengan baik maka akan memberikan suatu perasaan lega. IV. Membangun Harapan dan Kemungkinan Masa Depan yang Positif ------------------------------------------------------------- Orang yang dalam krisis adalah orang yang sedang putus asa, karenanya sangat penting untuk "membangun harapan dan kemungkinan masa depan yang positif". Jangan memberi harapan palsu tapi doronglah untuk menyelesaikan masalah mereka. Ada beberapa cara penting untuk menolong seseorang kembali mencapai keseimbangan: 1. Informasi. Pertama, lihat informasi apa yang diberikan orang itu kepada Anda tentang situasinya. Apakah dia melihat gambaran lengkap atau hanya memilih beberapa segi? Apakah dia memiliki semua fakta? Apakah dia mengubah situasinya karena emosi atau karena prasangkanya sendiri? Adakah dia mengerti bahwa tanggapan dan perasaan tertentu adalah normal pada saat-saat dilanda krisis? Kedua, mengajukan pertanyaan yang berkaitan dan mendorong memberikan jawaban yang informatif dapat menolong orang itu dengan dua cara: Anda bisa menolong kekosongan informasinya. Dengan begitu ketakutan serta keprihatinannya yang berlebihan dapat hilang ketika ia menerima informasi yang tepat. 2. Interaksi. Perhatikanlah bagaimana konselee berinteraksi dengan keadaan yang obyektif. Bagaimana orang itu menerima pilihan untuk bertindak? Pilihan apakah yang terbuka bagi orang itu? Tolonglah dia mempertimbangkan pilihan-pilihan dan akibat dari keputusan bagi dirinya sendiri dan juga bagi orang yang mungkin terlibat. Waktu si konselee memperoleh semakin banyak kekuatan dan kemampuan, maka ia akan dapat memeriksa kapasitasnya sendiri dalam situasi itu. V. Memberi Dukungan ------------------- Salah satu sebab mengapa masalah berkembang menjadi satu krisis adalah karena kurangnya sistem dukungan sosial. Bersedia berbicara melalui telepon merupakan salah satu sumber dukungan. Mengetahui bahwa Anda mendoakan ia tiap hari dan bersedia berdoa dengan ia di telepon pun merupakan sumber dukungan. Bila Anda menjumpai orang yang dalam krisis, berusahalah mengetahui sistem dukungan apa yang ia miliki, apakah itu saudara, teman, atau orang yang bersedia mendengarkan keluhannya. Jika diperlukan, undanglah mereka untuk dapat membicarakan masalah ini bersama-sama. Komunikasi sangat penting dalam usaha mendukung konselee. Oleh karena itu perlu diterapkan beberapa pedoman khusus dalam berkomunikasi: 1. Yang berbicara hendaknya satu persatu. Masing-masing orang didengarkan untuk mengerti pandangannya terhadap masalah itu dan bagaimana perasaannya. 2. Tiap-tiap orang harus berbicara untuk dirinya sendiri, bukan untuk orang lain. Tanggapan terhadap pemikiran atau perasaan orang lain harus diperiksa atau dijelaskan. 3. Perbedaan yang jelas harus dibuat antara pikiran dan perasaan dan antara kenyataan dan pendapat. 4. Sesuatu yang diungkapkan secara samar-samar akan dijelaskan supaya semua yang hadir memahami seluk-beluknya. 5. Tentu akan ada perbedaan pendapat dan itu tidak apa-apa. Pokok- pokok harus dijelaskan dan bukan diperdebatkan. 6. Bila seorang berbicara, ia boleh berbicara tanpa disela, tapi monolog tidak dapat diterima. VI. Pemecahan Masalah yang Terfokus ----------------------------------- Pemecahan masalah yang terfokus adalah tulang punggung konseling krisis, dimana Anda dan konselee mencoba menentukan masalah yang utama yang membawa pada krisis dan kemudian Anda menolong orang tersebut merencanakan dan melaksanakan cara-cara untuk menyelesaikan masalah itu. Anda dapat menemukan masalah-masalah dan persoalan- persoalan sampingan yang lain lagi, namun Anda harus tetap memfokuskan masalah satu ini sampai masalah tersebut terpecahkan. Dalam menyelesaikan satu masalah, yang difokuskan adalah menetapkan sasaran, melihat kemampuan yang ada untuk digunakan dalam mengatasi masalah itu dan merancang berbagai alternatif. Setelah Anda mempertimbangkan berbagai alternatif tersebut, tolonglah orang yang dibimbing untuk memilih satu cara bertindak dan dorong dia untuk melakukannya. Jalankan proses ini langkah-langkah demi langkah dengan terinci dan cobalah mengantisipasi halangan-halangan atau cara-cara yang dengannya orang itu dapat secara kurang hati-hati merusak dirinya sendiri. VII. Membangun Harga Diri ------------------------- Langkah ketujuh ini sangat penting. Tercakup didalamnya: 1. Memulai dan memahami citra diri orang itu; dan 2. Menemukan bagaimana krisis mempengaruhi citra diri itu dan bagaimana tindakan Anda juga mempengaruhinya. Inilah waktu untuk melindungi dan meningkatkan citra diri. Rasa gelisah dan harga diri yang rendah biasa dialami oleh orang yang sedang berada dalam masa krisis. Siaplah untuk menghadapi perasaan- perasaan negatif dari mereka dan terimalah perasaan-perasaan itu sebagaimana adanya, yaitu sebagai penyamaran terhadap rasa sakit karena adanya perasaan tidak enak sehubungan dengan situasi yang mereka hadapi dan juga adanya perasaan yang tidak terlalu enak terhadap diri mereka sendiri. Jadi tugas Anda adalah tetap menolong orang itu melindungi citra dirinya. Kadang-kadang bermanfaat kalau Anda menunjukkan rasa tertarik pada beberapa bidang hidupnya yang tidak sedang goyah. Anda harus percaya bahwa dia berharga, bernilai dan mempunyai kemampuan dan pada saat ini dia diliputi kesulitan. Waktu konselee mengetahui bahwa Anda percaya padanya (refleksi dari 1Korintus 13:7 [BIS], " ... dan mau percaya akan yang terbaik pada setiap orang ..." yang berarti membebaskan orang itu dari dakwaan) dan Anda melihat dia sebagai orang yang mampu, dia akan mengerti bahwa Anda mempunyai harapan-harapan terhadapnya. Sekali lagi ide tentang kerja sama tim perlu ditekankan karena Anda akan berpikir barsama, berdoa bersama dan merencanakan bersama serta memecahkan masalah itu bersama pula. VIII. Menanamkan Rasa Percaya Diri ---------------------------------- Langkah kedelapan dalam konseling krisis yaitu "menanamkan rasa percaya diri". Ingatlah bahwa seorang yang berada dalam krisis ialah orang yang sudah kehabisan akal. Oleh karena itu tingkah lakunya mengalami kemunduran, ia menanggapi dengan kemampuan bertindak yang rendah. Dia ingin diselamatkan dan disembuhkan dengan seketika oleh Anda. Walaupun demikian, jangan menanggapi kebutuhan seperti ini, karena itu akan makin merendahkan harga dirinya dan pada waktunya akan menimbulkan sikap bermusuhan dengan Anda. Untuk mencegah agar seseorang tidak terlalu bergantung kepada Anda, Anda harus menjelaskan kepadanya bahwa Anda tidak selalu mempunyai jawaban terhadap masalah-masalahnya. Satu prinsip yang mendasar untuk diikuti dalam konseling krisis ini adalah: "Janganlah berbuat sesuatu apa pun untuk konselee, kalau ia sendiri mampu melakukannya." Perhatikan agar orang itu melakukan sesuatu dan melakukannya dengan berhasil. Ini berarti langkah-langkah kecil harus dilakukan, jika tidak maka orang itu akan merasa gagal. Percaya diri sendiri justru bisa terjadi pada saat si konselee terlibat dalam perencanaan dan usaha menyelesaikan permasalahannya. Ingatlah, Andalah penolong yang telah dipanggil Tuhan untuk menemani konselee dalam mengarungi masa-masa transisi itu. -*- Diringkas dari sumber -*-: Judul Buku: Konseling Krisis Penulis : H. Norman Wright Penerbit : Yayasan Penerbit Gandum Mas, Malang, Jawa Timur, 1985 Halaman : 67 - 93 *STOP PRESS *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* STOP PRESS* -*- KONFERENSI KONSELING KRISTEN -*- Memasuki millenium baru dengan loncatan kecanggihan manusia dalam berkomunikasi, gereja makin dikejutkan dengan berbagai penyingkapan jiwa dan realita luka-luka batin yang tersembunyi dalam hidup manusia. Gereja sadar bahwa krusialitas pelayanan ini tak mungkin terjawabkan melalui pelayanan tradisional gereja pada umumnya. Gereja membutuhkan individu-individu Kristen yang betul-betul terbeban dalam pelayanan "pembebasan dan pemulihan jiwa" atau konseling demi pembangunan tubuh Kristus di atas muka bumi. Kebutuhan ini terlalu besar untuk dijawab sendiri. Gereja perlu bersatu padu dan saling melengkapi. Konferensi konseling Kristen merupakan salah satu jawaban dari realita tersebut. Melalui konferensi ini perpaduan kinerja penyatuan visi pelayanan konseling menemukan wadahnya. Dalam konferensi yang spiritnya kristiani ini, konselor-konselor Kristen dan pemerhati- pemerhati konseling dari seluruh Indonesia bertemu dan dapat berbagi pengalaman dan pengetahuan. Wadah ini pun bisa menjadi ajang untuk memperkenalkan keunikan konseling Kristen kepada psikolog dan guru- guru Kristen yang selama ini sudah terlibat dengan pelayanan konseling di dalam maupun di luar konteks Gerejawi. Tema : Tantangan dan Peluang Konseling Kristen di Indonesia Tanggal: 1 - 4 Oktober 2002 Tempat : Imperial Country Hotel & Country Club, Lippo Karawaci, Tangerang, Jawa Barat Keynote Speakers (Plenary Sessions): * Yakub Susabda, Ph.D. * Gary R. Collins, Ph.D. Topik Lokakarya: A. Terapi Keluarga dalam Konteks Indonesia Pembicara: Dr. Dwidjo Saputro B. Spiritual Maturity: Integration of Psychology and Theology Pembicara: Yakub Susabda, Ph.D. C. Konseling Pranikah Pembicara: Esther Susabda, Ph.D. D. Play Therapy Pembicara: Dr. Vivian Soesilo E. Menciptakan Anak Unggul Pembicara: Dr. Yonathan Trisna F. System Approaches to Working with Adolescents Pembicara: Anthony Yeat G. Pendampingan Pastoral Pembicara: Dr. Mesach Krisetya H. Konseling Kedukaan dan Orang Sakit Pembicara: Paul Gunadi, Ph.D. Tempat pendaftaran: * Sekretariat Pusat Pelayanan Gereja-gereja Injili Indonesia Alamat: Kompleks Ruko Mega Sunter Blok A, No. 1-2 Jl. Danau Sunter Selatan, Jakarta Utara 14350 * Dengan Sdri. Priska & Lina E-mail: < ccc_ppgii@centrin.net.id > * Dengan Sdri. Sharen Winar E-mail: < puskonsipk@cbn.net.id > * STT Reformed Injili Indonesia Alamat: Jl. Kemang Utara IX/10, Jakarta 12760 Telp. : (021)799-0357 ; Fax: (021)798-7437 Penyelenggara: * STT Reformed Injili Indonesia (STTRII) * Seminari Alkitab Asia Tenggara * STT IMAN * Pusat Pelayanan Gereja-gereja Injili Indonesia (PPGII) -*- Sumber -*-: ==> http://pemudakristen.com/pk1/hot_news/tantangan_dan_peluang_konseling.htm e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL STAF REDAKSI e-Konsel Yulia O., Lani M., Ka Fung PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2002 oleh YLSA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org> Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. dapat dikirimkan ke alamat: <owner-i-kan-konsel@xc.org> *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org Berhenti: Kirim e-mail kosong: unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel ARSIP publikasi e-Konsel: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |