Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/219 |
|
e-Konsel edisi 219 (1-11-2010)
|
|
______________________________e-KONSEL________________________________ Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen ______________________________________________________________________ EDISI 219/1 November 2010 Daftar Isi: = Pengantar: Doa adalah Modal Penting dalam Konseling = Cakrawala: Doa: Dasar Konseling Kristen = Bimbingan Alkitabiah: Berdoa Untuk Orang Lain = TELAGA: Mengapa Berdoa? PENGANTAR ____________________________________________________________ Salam kasih, Sebagai seorang konselor Kristen, doa sudah seharusnya menjadi modal utama dalam membantu konseli. Seorang konselor dapat membantu konseli bukan hanya dengan kemampuannya menganalisa masalah dan mendengar dengan baik, namun juga dengan menjadi mediator antara Allah dan konselinya. Apalagi masalah-masalah yang dialami manusia sangat kompleks. Hanya dengan meminta kekuatan dan pimpinan dari Allah saja setiap konselor dapat membantu konselinya untuk melewati dan mengatasi masalah yang dihadapi. Salah satu kunci yang membuat seorang konselor menjadi semakin efektif dalam konseling adalah dengan menyediakan waktu untuk berdoa bagi diri sendiri maupun sang konseli, baik berdoa sendiri maupun dengan konselinya. Mengapa dan bagaimana berdoa bagi konseli itu? Temukan jawabannya dengan membaca edisi ini sampai selesai. Selamat menikmati sajian kami. Staf Redaksi e-Konsel, Sri Setyawati http://c3i.sabda.org http://fb.sabda.org/konsel CAKRAWALA ____________________________________________________________ DOA: DASAR KONSELING KRISTEN Sebelum memberikan konseling, seorang konselor harus banyak berdoa untuk diri sendiri dan konselinya. Tindakan berdoa untuk konseli bisa muncul secara alamiah setelah membaca catatan arsip saat mempersiapkan sesi selanjutnya. Doa semacam itu -- yang disertai dengan penggambaran masalah konseli dan kemungkinan solusi yang bisa diambil dari Kitab Suci -- dapat menjadi cara yang paling tepat. Apabila doa tumbuh dari suatu pemikiran yang intelejen, isi dan semangatnya pun akan semakin besar. Allah sering kali menggunakan doa yang semacam itu untuk membantu konselor agar dapat mengembangkan rencana-rencana yang berbuah untuk sesi selanjutnya. Seorang murid saya menulis: Kami memerhatikan dalam Yakobus 5:16 bahwa doa orang benarlah yang sangat bermanfaat bagi anggota (jemaat) yang berdosa. Yakobus di sini menandaskan bahwa doa merupakan salah satu faktor yang paling menentukan dalam situasi konseling di ayat tersebut. Jadi, sudah jelas bahwa doa dalam sesi konseling bukanlah sesuatu yang dianggap tabu. Seperti yang diungkapkan oleh Yakobus, doa itu sendiri merupakan elemen penting dalam proses konseling. Dalam kenyataannya, untuk situasi yang umum, doa harus selalu ditawarkan _paling tidak_ di akhir sesi. Pada kesempatan lain, doa _pada saat_ sesi berlangsung mungkin lebih cocok. Doa dalam situasi itu bisa jadi merupakan kelanjutan yang alamiah dari sebuah keputusan atau komitmen yang diambil. Doa tersebut bisa jadi merupakan sebuah seruan permohonan pengampunan yang dilakukan konseli karena firman Tuhan yang disampaikan melahirkan pengakuan dosa dan pertobatan. Walaupun demikian, ada hal yang perlu diperhatikan. Konselor harus peka kapan ketika Roh Kudus menggerakkan konseli untuk berdoa, atau sebaliknya keinginan konselorlah yang dipaksakan kepada konseli. Dalam hal ini seharusnya tidak ada paksaan atau tekanan. Jangan ragu-ragu untuk memberi kesempatan bagi seseorang untuk berdoa jika Roh Kudus meyakinkan Anda melalui Firman-Nya. Doa seorang konselor (ketika digerakkan oleh Roh Kudus) akan menuntunnya untuk mendapatkan hikmat rohani. Doa di setiap akhir sesi konseling cenderung diterima sebagai hal yang tidak terlalu kaku dan formal daripada doa di awal sesi, mungkin karena doa akhir sesi dilakukan dengan memfokuskan pada hal-hal penting yang telah dibahas selama satu jam sebelumnya. Saat awal konseling, konseli biasanya begitu bersemangat, marah, atau jengkel sampai-sampai tidak bisa berdoa dengan baik. Tetapi, malahan dalam beberapa kasus tertentu doa di awal sesi merupakan satu-satunya jawaban. Sebagai contoh, jika konseli masuk dengan mengatakan hal-hal seperti: "Saya sangat jengkel (marah, dsb.) sehingga saya tidak tahu harus bicara apa ...," konselor dapat menjawab: "Baiklah. Tidak perlu katakan apa pun dulu pada saya. Mari lebih dulu kita katakan hal ini kepada Allah. Pertama-tama, mintalah agar Allah mengambil kepahitan (atau apa saja) dari hati Anda supaya kita bisa mengatasi masalah utama yang sulit sekali untuk Anda ungkapkan." Doa Sebagai Resep Doa bisa saja disarankan untuk dilakukan di rumah. Konselor tidak hanya perlu menyarankan doa yang rutin kepada para konselinya, tetapi konselor juga dapat memberikan doa sebagai resep spesifik sebagai bagian dari solusi untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Contohnya, ketika membicarakan masalah kehilangan harapan mungkin diskusi akan mengarah pada Lukas 18:1. Di sana dikatakan bahwa Yesus menganjurkan doa sebagai jawaban masalah. Dengan demikian si konseli dapat diberitahu bahwa sebagai bagian dari solusi ketika ia mulai putus asa, maka ia dapat berdoa seperti yang Yesus katakan. Setidaknya ada dua hal yang berhubungan dengan penyalahgunaan doa yang harus dihindari dalam konseling: 1. hanya bergantung pada doa, bahkan ketika firman Tuhan secara spesifik menuntut suatu tindakan aktif, 2. mengubah doa menjadi sesi untuk mengasihani diri sendiri. Biasa jika konseli ditanya, "Apa yang sudah Anda lakukan dengan hal ini?" maka ia menjawab dengan satu kata: "Berdoa". Konselor perlu menekankan bahwa jawaban dari Alkitab bukan demikian. Alkitab berkata "ora et labora", berdoa dan bekerja. Konselor dapat melakukannya dengan cara berikut: "Anda tidak berdoa `Berikanlah saya pada hari ini makanan saya yang secukupnya` kemudian duduk kembali dan menanti makanan itu turun dari langit dengan parasut, bukan?" "Tidak." "Lalu apa yang Anda lakukan?" "Saya akan mengusahakannya." "Kenapa?" "Karena Kitab Suci mengatakan jika kamu ingin makan kamu harus bekerja." (2 Tesalonika 3:10b) "Benar! Allah biasanya akan menjawab doa Anda dengan memberikan kesehatan, kekuatan, dan kesempatan untuk bekerja kepada Anda; bukan dengan cara yang lain. Sekarang, persoalan yang Anda sampaikan mungkin tidak dapat dipecahkan kecuali dengan berdoa. Kita harus melihat dalam Alkitab untuk mengerti apa yang Allah katakan tentang apa yang harus Anda lakukan dengan masalah Anda." (t/Setya) Diterjemahkan dan disunting dari: Judul artikel: Prayer: The Base for Christian Counselor Judul buku: The Christian Counselor`s Manual Penulis: Jay E. Adams Penerbit: Presbyterian and Reformed Publishing Company, New Jersey 1973 Halaman: 49 -- 51 BIMBINGAN ALKITABIAH ________________________________________________ BERDOA UNTUK ORANG LAIN Allah dapat menjawab doa karena iman orang yang mendoakan. Saya dapat mendoakan orang yang tidak memiliki iman, tapi jika saya memanjatkan doa yang lahir dari iman, maka Allah akan menjawab doa saya. Pada malam perjamuan terakhir, Tuhan Yesus berkata, "Simon, Simon... Aku telah berdoa untuk engkau..." (Lukas 22:31-32). Dan kita pun mengikuti teladan Kristus itu setiap waktu. Suatu hari, saya mengunjungi seorang ibu tua yang lemah dan telah menderita selama bertahun-tahun. Ia berpaling kepada saya lalu bertanya, "Menurut Bapak, mengapa Tuhan masih menginginkan saya di dunia ini?" Saya diam karena tidak tahu jawabnya. Lalu ia mulai bercerita tentang anaknya. Anak itu telah menempuh jalan hidup yang sesat. Ketika mendengar cerita ibu itu, saya teringat akan kata-kata dalam sebuah syair: "Saya tahu kasih siapa yang masih tetap mengikuti saya, oh ibuku." Meskipun ibu itu merasa kecewa akan anaknya dan kenyataannya anak itu telah berulang kali menghancurkan hatinya, ia tetap mengasihi anaknya. Akhirnya, ia menjawab pertanyaannya sendiri, "Tuhan ingin saya tetap di sini agar saya dapat mendoakan anak saya." Sering kali kita merasa tak berdaya, tapi kita selalu dapat berdoa. Berdoa untuk orang lain bukan saja merupakan kehormatan, melainkan juga kewajiban yang sungguh-sungguh harus ditaati. Nabi Samuel berkata: "... jauhlah daripadaku untuk berdosa kepada Tuhan dengan berhenti mendoakanmu...." (1 Samuel 12:23) Orang-orang Kristen mendoakan orang lain yang mereka kasihi dan orang-orang yang sulit untuk dikasihi. Yesus mengatakan, "... dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu." (Matius 5:44) Jika kita berbicara tentang orang yang kita benci, akhirnya api panas dari kebencian di dalam diri kita akan dipadamkan lalu kita akan mulai melihat orang itu dengan pandangan roh Tuhan sehingga kita dapat mengatakan, "Bapa, ampunilah mereka." Bila kita berdoa untuk mereka yang kita kasihi dan yang memerlukan pertolongan, kita mengembangkan pengharapan dengan kekuatannya yang senantiasa bertahan sepanjang hidup kita. Bila anak kita sakit, kita akan merasa lega jika dokter datang karena kita tahu bahwa ia dapat berbuat sesuatu bagi anak kita. Dan bila kita membawa seseorang yang membutuhkan pertolongan ke dalam tangan Tuhan, kita akan merasakan damai dalam hati kita, sebab berdoa untuk orang lain berarti menolong diri kita sendiri. Bila Yesus berkata, "Simon, Aku telah berdoa untukmu," Simon berbesar hati. Bila Martin Luther merasa kuat dan bahagia, ia mengatakan, "Saya merasa seolah-olah ada orang yang mendoakan saya." Orang yang mendapat kritik dari orang lain akan merasa tertekan, tapi jika ia tahu bahwa ada orang yang berdoa untuknya, maka ia akan memperoleh sumber kekuatan yang dapat membuatnya bertahan. Pada masa-masa sulit dalam sejarah Inggris, Oliver Cromwell menulis surat kepada laksamana-laksamana di laut: "Banyak doa dipanjatkan untuk kita setiap hari, hal ini merupakan dorongan semangat yang besar." Beberapa waktu yang lalu ada beberapa orang anggota gereja lain menceritakan kepada saya tentang kekurangan-kekurangan pendetanya. Saya menceritakan kepada mereka bagaimana Paulus meminta agar umatnya mendoakan dia. Dalam setiap surat yang ia tulis, ia minta agar didoakan, kecuali kepada umat di Galatia. Saya lalu menyebut nama-nama pengkhotbah yang cara pelayanannya menunjukkan kemajuan pesat bila mereka tahu bahwa ada orang-orang di dalam gerejanya yang secara tetap mendoakan mereka. Jika seseorang tahu bahwa orang-orang lain berdoa untuknya, maka ia sendiri akan menolong orang itu dengan doanya. Bila saya mendoakan orang lain, berarti saya tergerak melakukan sesuatu untuk menolong orang itu. Dan sering kali usaha orang yang mendoakan itu cukup untuk menjawab doa itu. Contohnya, jika saya berdoa untuk seseorang yang sedang sakit, mungkin salah satu faktor yang menyebabkan penyakitnya ialah karena orang itu merasa kesepian, putus asa, dan kehilangan gairah untuk hidup. Sebagai hasil dari doa saya, saya merasa tergerak untuk menaruh perhatian dan menunjukkan sikap kasih sayang yang mungkin dapat mengubah sikap mental si penderita, dan hal ini bisa jadi merupakan titik balik antara penyakit dan kesehatan. Jika saya berdoa untuk seseorang yang mengalami kesulitan ekonomi, saya tergerak untuk menolong dia dengan memberi atau meminjamkan sebagian dari milik saya. Jika saya berdoa untuk jiwa seseorang, saya tergerak untuk mengundang dia pergi ke gereja bersama-sama. Jika saya berdoa untuk kesejahteraan lingkungan saya, maka saya akan menyediakan lebih banyak waktu lagi untuk pelayanan lingkungan saya. Bila saya berdoa untuk orang lain yang lemah, saya membawa kekuatan yang datang dari Allah untuk dipusatkan pada kehidupan dan keadaan orang itu. Alkitab berkata, "Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia. Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia, dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni, karena itu, hendaklah kamu saling mendoakan." (Yakobus 5:14-16) Perhatikanlah terutama kata-kata "doa yang lahir dari iman". Kita tahu bahwa iman merupakan fondasi utama dari doa, tapi di sini kita melihat bahwa orang yang didoakan tidak selalu harus memiliki iman. Allah dapat menjawab doa karena iman orang yang mendoakan. Saya dapat mendoakan orang yang tidak memiliki iman, tapi jika saya memanjatkan doa yang lahir dari iman, maka Allah akan menjawab doa saya. Di atas kayu salib, Yesus berkata, "Ya Bapa, ampunilah mereka...." (Lukas 23:34) Jelas bahwa Tuhan Yesus tidak akan memanjatkan satu doa yang mustahil. Ia tahu bahwa mereka yang telah menyalibkan Dia adalah orang-orang yang tidak menyesali perbuatannya dan tidak memiliki iman. Walaupun demikian, Tuhan dapat mengampuni mereka karena doa yang telah dipanjatkan untuk mereka lahir dari iman Yesus Kristus. Apakah Anda pernah berdoa untuk seseorang tapi belum terkabul? Setiap doa yang dipanjatkan dengan sungguh-sungguh harus disertai kata-kata Kristus, "... tapi bukan kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang jadi." (Lukas 22:42) Dan mungkin jawaban yang Anda nantikan tidak sesuai dengan kehendak Allah. Atau, mungkin Allah memunyai alasan-alasan tertentu sehingga tidak segera menjawab doa Anda. Mari kita ingat kata-kata pemazmur, "... bergembiralah karena Tuhan maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu, serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak. Berdiam dirilah di hadapan Tuhan dan nantikanlah Dia." (Mazmur 37:4,5,7) Tapi mungkin pula doa Anda tidak terjawab karena Anda tidak berdoa dengan saksama dan saya yakin bahwa beberapa orang mendapatkan jawaban yang lebih lengkap dari orang lain karena mereka tahu cara berdoa yang lebih baik. Berikut ini saya uraikan cara berdoa yang baik untuk orang lain. 1. Berdoalah sungguh-sungguh untuk orang itu. Bayangkanlah orang itu dengan jelas di dalam pikiran kita, sehingga kita seolah-olah dapat melihat dia di hadapan kita. Pastikanlah secara tegas sedapat mungkin apa yang menjadi kebutuhan orang itu dengan mempertimbangkan keadaan hidupnya. 2. Dengan membayangkan orang yang bersangkutan di dalam pikiran kita, pusatkanlah pikiran kita kepada Allah. Untuk ini, saya sering membayangkan suatu kejadian tertentu dalam kehidupan Kristus yang cocok dengan kasus orang itu. Misalnya, jika orang yang saya doakan itu memerlukan kebutuhan jasmani, ingatlah kejadian ketika Kristus memberi makan orang banyak. Jika hidup orang itu tidak benar, ingatlah akan Ia yang berkata, "Pergilah, jangan berbuat dosa lagi." Jika orang itu sakit, ingatlah kepada wanita yang menjamah jubah Yesus. Kita pusatkan pikiran kita kepada Allah dan orang itu bersama-sama. 3. Di dalam doa kita, angkatlah orang itu di hadapan Allah. Kita jangan mencoba menceritakan kepada Tuhan apa-apa yang tidak kita ketahui. Demikian pula jangan mencoba mendesak Allah untuk berbuat sesuatu yang tidak dikehendaki-Nya. Ingatlah kata-kata Agustinus: "Tanpa Tuhan kita tidak bisa, tanpa kita Tuhan tidak mau." Pandanglah diri kita sendiri sebagai perantara manusiawi yang diperlukan untuk mempertemukan orang itu dengan Allah. 4. Ceritakanlah kepada Allah apa yang tersimpan di dalam hati kita. Namun ingatlah untuk berdoa secara positif. Jangan memusatkan doa kita pada kelemahan, penyakit, atau dosa orang itu, melainkan pusatkanlah pada kekuatan orang itu, dan bayangkanlah di dalam hati dan pikiran kita suatu jawaban yang kita kehendaki, lalu bayangkan orang yang menerima jawaban itu. Berdoalah dengan penuh pengharapan. 5. Berdoalah terus sampai jawaban Tuhan kita terima. Pada tahun 1872, Profesor John Tyndall, seorang ilmuwan Inggris, menyatakan bahwa doa itu sesungguhnya tidak ada gunanya. Untuk mempertahankan pendapatnya itu, ia menantang orang-orang Kristen untuk mengadakan tes. Ia berkata, "Pergilah ke rumah sakit dan bagilah penderita-penderita di dalam dua kelompok. Pastikanlah bahwa mereka menderita penyakit yang hampir sama dan mereka menerima perhatian medis yang sama pula. Lalu biarlah orang-orang Kristen mendoakan kelompok yang satu sedang kelompok yang lain diabaikan. Selanjutnya kita akan menyaksikan apakah ada kemajuan-kemajuan yang terlihat pada orang-orang yang didoakan itu. Percobaan itu sama sekali tidak masuk akal. Kita tak dapat membagi orang-orang sakit dalam kelompok sesuai dengan sakit dan penderitaan yang identik. Kita juga tidak dapat memastikan apakah setiap kelompok mendapatkan pelayanan medis yang sama. Tapi yang lebih penting, kita juga tidak dapat memastikan apakah tidak ada di antara orang dalam kelompok yang diabaikan itu yang tidak didoakan oleh orang yang mengasihinya. Walaupun demikian, jika percobaan itu dapat dilaksanakan, pasti dapat dibuktikan bahwa doa akan menimbulkan perbedaan. Doa bukan saja efektif terhadap orang sakit, tapi juga memunyai kekuatan untuk mengisi setiap kebutuhan dalam hidup kita. Berulang kali saya memberikan nasihat kepada seorang istri maupun suami yang pernikahannya kurang bahagia, "Tanpa diketahui oleh yang lain, berdoalah dengan sungguh-sungguh." Sering kali saya menyaksikan bahwa doa berhasil saat segala usaha lain gagal. Suatu hari, seorang wanita menelepon saya dan bertanya apakah saya mengenal seorang pendeta di Los Angeles. Ia bercerita kepada saya tentang saudaranya yang membutuhkan pertolongan Tuhan dan ia ingin agar pendeta itu mendoakan saudaranya. Saya berkata, "Mengapa bukan Anda dan saya saja yang mendoakan dia?" "Oh, dia berada terlalu jauh dari kita," kata wanita itu. Lalu saya menunjukkan kepadanya bahwa saya dapat segera menelepon dan menghubungi pendeta itu. Lalu saya menunjukkan bahwa Allah yang telah memungkinkan hal itu dan jika suara saya dapat diteruskan ke benua lain, maka masuk akal jika kita percaya bahwa Allah juga dapat membawa doa saya dan mengirimkannya ke mana saja. Sering saya teringat akan syair pendek yang ditulis oleh Ethel Romig Fuller dalam bukunya "Proof" (Bukti). Terjemahannya sebagai berikut: Jika jari-jari radio yang ramping dapat memetik melodi di tengah malam buta, lalu memantulkannya menyeberangi laut dan benua, jika nada-nada biola laksana daun-daun bunga dihembuskan melampaui gunung dan kota, jika lagu seperti bunga mawar merah bertaburan dari ruang angkasa, mengapa manusia yang fana merasa heran jika Tuhan dapat mendengar doa kita? Bayangkanlah seseorang di dalam satu ruangan sebuah rumah dan Tuhan berada di ruang sampingnya. Di antara kedua ruang itu terdapat dinding penyekat. Jika kita berdiri di pintu yang menghubungkan kedua ruang itu, kita dapat melihat mereka yang berada di masing-masing ruang. Yang satu dapat berbicara kepada yang lain melalui kita. Mungkin kita memunyai hubungan dengan beberapa orang yang memerlukan pertolongan Tuhan. Di antara Tuhan dan orang itu ada sebuah dinding penghalang. Mungkin dinding itu berupa rasa tidak percaya, sikap acuh tak acuh, atau cara hidup yang salah. Tapi karena kita memunyai hubungan baik dengan orang itu dan juga dengan Tuhan, maka kita dapat menjadi penghubung antara keduanya. Dan, dengan doa-doa kita, kita menyampaikan kebutuhan orang itu kepada kuat kuasa Tuhan. Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku: Segala Sesuatu Mungkin Melalui Doa (Jilid 2) Penulis: Charles L. Allen Penyadur: Y. Kurnia Winata Penerbit: Deputat PI Sinode GKI Jateng, Yogyakarta 1979 Dicetak ulang oleh: Yayasan Gloria, Yogyakarta 1988 Halaman: 39 -- 44 Artikel ini pernah dimuat di e-JEMMi 41/2009 Nama situs: Doa Alamat URL: http://doa.sabda.org/berdoa_orang_lain TELAGA ______________________________________________________________ MENGAPA BERDOA? Salah satu hak terbesar yang dianugerahkan Tuhan kepada kita, anak-anak-Nya adalah hak untuk berdoa. Doa lebih dari sekadar bercakap-cakap dengan Tuhan; doa memunyai begitu banyak makna dan tujuan lainnya. Berikut akan dipaparkan beberapa di antaranya. 1. Ketika berdoa, kita diarahkan kembali kepada kehendak Tuhan. Sewaktu bangsa Israel bersiap memasuki tanah yang dijanjikan Tuhan, mereka mengirimkan 12 pengintai. Sepuluh pengintai mengecilkan hati seluruh umat, tetapi Kaleb dan Yosua justru membesarkan hati mereka. Mereka melihat kepada Tuhan, bukan kepada masalah. Dengarlah perkataan mereka, "Jika TUHAN berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu.... TUHAN menyertai kita, janganlah takut kepada mereka." (Bilangan 14:8-9) Jika kita tidak berdoa, kita hanya melihat manusia dan situasi, tetapi ketika berdoa, kita melihat Tuhan. Itu sebabnya lewat doa, sering kali Tuhan membelokkan kembali langkah hidup kita agar seturut dengan kehendak-Nya. 2. Ketika berdoa, kita memperoleh kekuatan dan hikmat yang kita butuhkan untuk dapat melakukan kehendak Tuhan. Adakalanya Musa menjadi terlalu letih memimpin bangsanya yang memang tegar tengkuk itu. Dengarkanlah keluhannya, "Aku seorang diri tidak dapat memikul tanggung jawab atas seluruh bangsa ini, sebab terlalu berat bagiku." (Bilangan 11:14) Setelah berdoa, Tuhan menjawab dan menyediakan jalan keluar bagi Musa yakni memintanya mengangkat 70 tua-tua untuk membantunya. Kita mesti menyadari bahwa pergumulan kita bukan hanya melawan keletihan jasmaniah tetapi juga keletihan rohaniah. Melalui doa, Tuhan memberi kita kekuatan untuk kembali melangkah. Melalui doa, Ia kerap membukakan mata kita, sehingga kita dapat melihat kehendak-Nya dengan lebih jelas. 3. Ketika berdoa, kita membawa kehadiran Allah di dalam hidup kita. Melalui doa kita dibawa masuk ke dalam hadirat Allah; itu sebabnya bila kita menjadi anak Tuhan yang senantiasa berdoa, kita pun akan senantiasa berada dalam hadirat Allah. Sewaktu Musa berbicara dengan Tuhan, sinar kemuliaan Tuhan turun atasnya pula, sebagaimana dicatat di Keluaran 34:29, "Ketika Musa turun dari gunung Sinai... tidaklah ia tahu bahwa kulit mukanya bercahaya oleh karena ia telah berbicara dengan TUHAN." Lewat doa, kita bertatapan muka dengan Tuhan. Tidak heran bila kita banyak berdoa, kuasa dan kemuliaan Tuhan pun menyertai kita. 4. Ketika kita berdoa bagi orang lain, kita akan lebih menyadari kebutuhan mereka. Sewaktu Musa berada di atas gunung, orang Israel membuat patung anak lembu emas untuk disembah. Tuhan marah dan ingin memusnahkan mereka, tetapi Musa menghalangi niat Tuhan. Kepada bangsanya, Musa berkata, "Kamu ini telah berbuat dosa besar tetapi sekarang aku akan naik menghadap Tuhan, mungkin aku akan dapat mengadakan pendamaian karena dosamu itu." (Keluaran 32:30) Musa selalu memohon belas kasihan Tuhan atas kesalahan bangsanya sebab ia menyadari kelemahan mereka. Bila kita berdoa bagi seseorang, kita akan diingatkan akan kebutuhannya. Tatkala kita mengingat kebutuhannya, kita pun akan memikirkan dan memedulikannya. 5. Ketika kita berdoa untuk pelayanan yang kita lakukan, kita mengundang berkat Tuhan untuk turun atas pekerjaan-Nya. Tuhan Yesus sendiri memberi contoh untuk berdoa. Kendati Ia Putra Allah, namun sebagai manusia biasa Ia memerlukan berkat Allah Bapa atas pekerjaan-Nya. Kita berdoa sebab kita tahu bahwa kita hanyalah alat di tangan Tuhan. Sesungguhnya Ia sendirilah yang tengah melakukan karya-Nya. Di dalam salah satu percakapan antara Tuhan dan Musa, Ia berjanji kepada hamba-Nya, "Aku sendiri hendak membimbing engkau dan memberikan ketenteraman kepadamu." (Keluaran 33:14) Jauh sebelum Musa menyelesaikan tugasnya, ia telah mendapat kepastian berkat Tuhan atas pekerjaan yang diembannya. Tuhan akan membimbingnya dan memberinya istirahat. Semua akan terlaksana dan selesai! Diambil dan disunting seperlunya dari: Nama situs: telaga.org Judul transkrip: Mengapa Berdoa? (TELAGA No. T294A) Alamat url: http://www.telaga.org/audio/mengapa_berdoa _______________________________e-KONSEL ______________________________ Apakah Anda punya masalah/perlu konseling, atau ingin mengirimkan informasi/artikel/bahan/surat/saran/pertanyaan/sumber konseling? silakan kirim ke: < konsel(at)sabda.org > atau < owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org > Berlangganan via email: < subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org > Berhenti berlangganan < unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org > ARSIP: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel Situs C3I: http://c3i.sabda.org Facebook Konseling: http://fb.sabda.org/konsel Twitter Konseling: http://twitter.com/sabdakonsel ______________________________________________________________________ Pimpinan Redaksi: Davida Welni Dana Staf Redaksi: Tatik Wahyuningsih dan Sri Setyawati Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright (c) 2010 e-Konsel / YLSA -- http://www.ylsa.org Katalog: http://katalog.sabda.org Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |