Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/219

e-Konsel edisi 219 (1-11-2010)

Berdoa Dengan Konseli

______________________________e-KONSEL________________________________

        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
______________________________________________________________________

EDISI 219/1 November 2010

Daftar Isi:
  = Pengantar: Doa adalah Modal Penting dalam Konseling
  = Cakrawala: Doa: Dasar Konseling Kristen
  = Bimbingan Alkitabiah: Berdoa Untuk Orang Lain
  = TELAGA: Mengapa Berdoa?

PENGANTAR ____________________________________________________________

  Salam kasih,

  Sebagai seorang konselor Kristen, doa sudah seharusnya menjadi modal
  utama dalam membantu konseli. Seorang konselor dapat membantu
  konseli bukan hanya dengan kemampuannya menganalisa masalah dan
  mendengar dengan baik, namun juga dengan menjadi mediator antara
  Allah dan konselinya. Apalagi masalah-masalah yang dialami manusia
  sangat kompleks. Hanya dengan meminta kekuatan dan pimpinan dari
  Allah saja setiap konselor dapat membantu konselinya untuk melewati
  dan mengatasi masalah yang dihadapi.

  Salah satu kunci yang membuat seorang konselor menjadi semakin
  efektif dalam konseling adalah dengan menyediakan waktu untuk berdoa
  bagi diri sendiri maupun sang konseli, baik berdoa sendiri maupun
  dengan konselinya. Mengapa dan bagaimana berdoa bagi konseli itu?
  Temukan jawabannya dengan membaca edisi ini sampai selesai. Selamat
  menikmati sajian kami.

  Staf Redaksi e-Konsel,
  Sri Setyawati
  http://c3i.sabda.org
  http://fb.sabda.org/konsel

CAKRAWALA ____________________________________________________________

                    DOA: DASAR KONSELING KRISTEN

  Sebelum memberikan konseling, seorang konselor harus banyak berdoa
  untuk diri sendiri dan konselinya. Tindakan berdoa untuk konseli
  bisa muncul secara alamiah setelah membaca catatan arsip saat
  mempersiapkan sesi selanjutnya. Doa semacam itu -- yang disertai
  dengan penggambaran masalah konseli dan kemungkinan solusi yang bisa
  diambil dari Kitab Suci -- dapat menjadi cara yang paling tepat.
  Apabila doa tumbuh dari suatu pemikiran yang intelejen, isi dan
  semangatnya pun akan semakin besar. Allah sering kali menggunakan
  doa yang semacam itu untuk membantu konselor agar dapat
  mengembangkan rencana-rencana yang berbuah untuk sesi selanjutnya.

  Seorang murid saya menulis: Kami memerhatikan dalam Yakobus 5:16
  bahwa doa orang benarlah yang sangat bermanfaat bagi anggota
  (jemaat) yang berdosa.

  Yakobus di sini menandaskan bahwa doa merupakan salah satu faktor
  yang paling menentukan dalam situasi konseling di ayat tersebut.
  Jadi, sudah jelas bahwa doa dalam sesi konseling bukanlah sesuatu
  yang dianggap tabu. Seperti yang diungkapkan oleh Yakobus, doa itu
  sendiri merupakan elemen penting dalam proses konseling. Dalam
  kenyataannya, untuk situasi yang umum, doa harus selalu ditawarkan
  _paling tidak_ di akhir sesi. Pada kesempatan lain, doa _pada saat_
  sesi berlangsung mungkin lebih cocok. Doa dalam situasi itu bisa
  jadi merupakan kelanjutan yang alamiah dari sebuah keputusan atau
  komitmen yang diambil. Doa tersebut bisa jadi merupakan sebuah
  seruan permohonan pengampunan yang dilakukan konseli karena firman
  Tuhan yang disampaikan melahirkan pengakuan dosa dan pertobatan.

  Walaupun demikian, ada hal yang perlu diperhatikan. Konselor harus
  peka kapan ketika Roh Kudus menggerakkan konseli untuk berdoa, atau
  sebaliknya keinginan konselorlah yang dipaksakan kepada konseli.
  Dalam hal ini seharusnya tidak ada paksaan atau tekanan. Jangan
  ragu-ragu untuk memberi kesempatan bagi seseorang untuk berdoa jika
  Roh Kudus meyakinkan Anda melalui Firman-Nya. Doa seorang konselor
  (ketika digerakkan oleh Roh Kudus) akan menuntunnya untuk
  mendapatkan hikmat rohani.

  Doa di setiap akhir sesi konseling cenderung diterima sebagai hal
  yang tidak terlalu kaku dan formal daripada doa di awal sesi,
  mungkin karena doa akhir sesi dilakukan dengan memfokuskan pada
  hal-hal penting yang telah dibahas selama satu jam sebelumnya. Saat
  awal konseling, konseli biasanya begitu bersemangat, marah, atau
  jengkel sampai-sampai tidak bisa berdoa dengan baik. Tetapi, malahan
  dalam beberapa kasus tertentu doa di awal sesi merupakan
  satu-satunya jawaban. Sebagai contoh, jika konseli masuk dengan
  mengatakan hal-hal seperti: "Saya sangat jengkel (marah, dsb.)
  sehingga saya tidak tahu harus bicara apa ...," konselor dapat
  menjawab: "Baiklah. Tidak perlu katakan apa pun dulu pada saya. Mari
  lebih dulu kita katakan hal ini kepada Allah. Pertama-tama, mintalah
  agar Allah mengambil kepahitan (atau apa saja) dari hati Anda supaya
  kita bisa mengatasi masalah utama yang sulit sekali untuk Anda
  ungkapkan."

  Doa Sebagai Resep

  Doa bisa saja disarankan untuk dilakukan di rumah. Konselor tidak
  hanya perlu menyarankan doa yang rutin kepada para konselinya,
  tetapi konselor juga dapat memberikan doa sebagai resep spesifik
  sebagai bagian dari solusi untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
  Contohnya, ketika membicarakan masalah kehilangan harapan mungkin
  diskusi akan mengarah pada Lukas 18:1. Di sana dikatakan bahwa Yesus
  menganjurkan doa sebagai jawaban masalah. Dengan demikian si konseli
  dapat diberitahu bahwa sebagai bagian dari solusi ketika ia mulai
  putus asa, maka ia dapat berdoa seperti yang Yesus katakan.

  Setidaknya ada dua hal yang berhubungan dengan penyalahgunaan doa
  yang harus dihindari dalam konseling:
  1. hanya bergantung pada doa, bahkan ketika firman Tuhan secara
     spesifik menuntut suatu tindakan aktif, 2. mengubah doa menjadi sesi untuk mengasihani diri sendiri.

  Biasa jika konseli ditanya, "Apa yang sudah Anda lakukan dengan hal
  ini?" maka ia menjawab dengan satu kata: "Berdoa". Konselor perlu
  menekankan bahwa jawaban dari Alkitab bukan demikian. Alkitab
  berkata "ora et labora", berdoa dan bekerja.

  Konselor dapat melakukannya dengan cara berikut:

  "Anda tidak berdoa `Berikanlah saya pada hari ini makanan saya yang
  secukupnya` kemudian duduk kembali dan menanti makanan itu turun
  dari langit dengan parasut, bukan?"

  "Tidak."

  "Lalu apa yang Anda lakukan?"

  "Saya akan mengusahakannya."

  "Kenapa?"

  "Karena Kitab Suci mengatakan jika kamu ingin makan kamu harus
  bekerja." (2 Tesalonika 3:10b)

  "Benar! Allah biasanya akan menjawab doa Anda dengan memberikan
  kesehatan, kekuatan, dan kesempatan untuk bekerja kepada Anda; bukan
  dengan cara yang lain. Sekarang, persoalan yang Anda sampaikan
  mungkin tidak dapat dipecahkan kecuali dengan berdoa. Kita harus
  melihat dalam Alkitab untuk mengerti apa yang Allah katakan tentang
  apa yang harus Anda lakukan dengan masalah Anda." (t/Setya)

  Diterjemahkan dan disunting dari:
  Judul artikel: Prayer: The Base for Christian Counselor
  Judul buku: The Christian Counselor`s Manual
  Penulis: Jay E. Adams
  Penerbit: Presbyterian and Reformed Publishing Company, New Jersey 1973
  Halaman: 49 -- 51

BIMBINGAN ALKITABIAH ________________________________________________

                        BERDOA UNTUK ORANG LAIN

    Allah dapat menjawab doa karena iman orang yang mendoakan.
    Saya dapat mendoakan orang yang tidak memiliki iman, tapi
    jika saya memanjatkan doa yang lahir dari iman, maka Allah
    akan menjawab doa saya.

  Pada malam perjamuan terakhir, Tuhan Yesus berkata, "Simon, Simon...
  Aku telah berdoa untuk engkau..." (Lukas 22:31-32). Dan kita pun
  mengikuti teladan Kristus itu setiap waktu.

  Suatu hari, saya mengunjungi seorang ibu tua yang lemah dan telah
  menderita selama bertahun-tahun. Ia berpaling kepada saya lalu
  bertanya, "Menurut Bapak, mengapa Tuhan masih menginginkan saya di
  dunia ini?" Saya diam karena tidak tahu jawabnya. Lalu ia mulai
  bercerita tentang anaknya. Anak itu telah menempuh jalan hidup yang
  sesat. Ketika mendengar cerita ibu itu, saya teringat akan kata-kata
  dalam sebuah syair: "Saya tahu kasih siapa yang masih tetap
  mengikuti saya, oh ibuku." Meskipun ibu itu merasa kecewa akan
  anaknya dan kenyataannya anak itu telah berulang kali menghancurkan
  hatinya, ia tetap mengasihi anaknya. Akhirnya, ia menjawab
  pertanyaannya sendiri, "Tuhan ingin saya tetap di sini agar saya
  dapat mendoakan anak saya."

  Sering kali kita merasa tak berdaya, tapi kita selalu dapat berdoa.
  Berdoa untuk orang lain bukan saja merupakan kehormatan, melainkan
  juga kewajiban yang sungguh-sungguh harus ditaati. Nabi Samuel
  berkata: "... jauhlah daripadaku untuk berdosa kepada Tuhan dengan
  berhenti mendoakanmu...." (1 Samuel 12:23) Orang-orang Kristen
  mendoakan orang lain yang mereka kasihi dan orang-orang yang sulit
  untuk dikasihi. Yesus mengatakan, "... dan berdoalah bagi mereka yang
  menganiaya kamu." (Matius 5:44)

  Jika kita berbicara tentang orang yang kita benci, akhirnya api
  panas dari kebencian di dalam diri kita akan dipadamkan lalu kita
  akan mulai melihat orang itu dengan pandangan roh Tuhan sehingga
  kita dapat mengatakan, "Bapa, ampunilah mereka."

  Bila kita berdoa untuk mereka yang kita kasihi dan yang memerlukan
  pertolongan, kita mengembangkan pengharapan dengan kekuatannya yang
  senantiasa bertahan sepanjang hidup kita.

  Bila anak kita sakit, kita akan merasa lega jika dokter datang
  karena kita tahu bahwa ia dapat berbuat sesuatu bagi anak kita. Dan
  bila kita membawa seseorang yang membutuhkan pertolongan ke dalam
  tangan Tuhan, kita akan merasakan damai dalam hati kita, sebab
  berdoa untuk orang lain berarti menolong diri kita sendiri.

  Bila Yesus berkata, "Simon, Aku telah berdoa untukmu," Simon
  berbesar hati. Bila Martin Luther merasa kuat dan bahagia, ia
  mengatakan, "Saya merasa seolah-olah ada orang yang mendoakan saya."
  Orang yang mendapat kritik dari orang lain akan merasa tertekan,
  tapi jika ia tahu bahwa ada orang yang berdoa untuknya, maka ia akan
  memperoleh sumber kekuatan yang dapat membuatnya bertahan.

  Pada masa-masa sulit dalam sejarah Inggris, Oliver Cromwell menulis
  surat kepada laksamana-laksamana di laut: "Banyak doa dipanjatkan
  untuk kita setiap hari, hal ini merupakan dorongan semangat yang
  besar."

  Beberapa waktu yang lalu ada beberapa orang anggota gereja lain
  menceritakan kepada saya tentang kekurangan-kekurangan pendetanya.
  Saya menceritakan kepada mereka bagaimana Paulus meminta agar
  umatnya mendoakan dia. Dalam setiap surat yang ia tulis, ia minta
  agar didoakan, kecuali kepada umat di Galatia. Saya lalu menyebut
  nama-nama pengkhotbah yang cara pelayanannya menunjukkan kemajuan
  pesat bila mereka tahu bahwa ada orang-orang di dalam gerejanya yang
  secara tetap mendoakan mereka. Jika seseorang tahu bahwa orang-orang
  lain berdoa untuknya, maka ia sendiri akan menolong orang itu dengan
  doanya.

  Bila saya mendoakan orang lain, berarti saya tergerak melakukan
  sesuatu untuk menolong orang itu. Dan sering kali usaha orang yang
  mendoakan itu cukup untuk menjawab doa itu. Contohnya, jika saya
  berdoa untuk seseorang yang sedang sakit, mungkin salah satu faktor
  yang menyebabkan penyakitnya ialah karena orang itu merasa kesepian,
  putus asa, dan kehilangan gairah untuk hidup. Sebagai hasil dari doa
  saya, saya merasa tergerak untuk menaruh perhatian dan menunjukkan
  sikap kasih sayang yang mungkin dapat mengubah sikap mental si
  penderita, dan hal ini bisa jadi merupakan titik balik antara
  penyakit dan kesehatan.

  Jika saya berdoa untuk seseorang yang mengalami kesulitan ekonomi,
  saya tergerak untuk menolong dia dengan memberi atau meminjamkan
  sebagian dari milik saya. Jika saya berdoa untuk jiwa seseorang,
  saya tergerak untuk mengundang dia pergi ke gereja bersama-sama.
  Jika saya berdoa untuk kesejahteraan lingkungan saya, maka saya akan
  menyediakan lebih banyak waktu lagi untuk pelayanan lingkungan saya.
  Bila saya berdoa untuk orang lain yang lemah, saya membawa kekuatan
  yang datang dari Allah untuk dipusatkan pada kehidupan dan keadaan
  orang itu.

  Alkitab berkata, "Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit,
  baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan
  dia. Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu
  dan Tuhan akan membangunkan dia, dan jika ia telah berbuat dosa,
  maka dosanya itu akan diampuni, karena itu, hendaklah kamu saling
  mendoakan." (Yakobus 5:14-16)

  Perhatikanlah terutama kata-kata "doa yang lahir dari iman". Kita
  tahu bahwa iman merupakan fondasi utama dari doa, tapi di sini kita
  melihat bahwa orang yang didoakan tidak selalu harus memiliki iman.
  Allah dapat menjawab doa karena iman orang yang mendoakan. Saya dapat
  mendoakan orang yang tidak memiliki iman, tapi jika saya memanjatkan
  doa yang lahir dari iman, maka Allah akan menjawab doa saya.

  Di atas kayu salib, Yesus berkata, "Ya Bapa, ampunilah mereka...."
  (Lukas 23:34) Jelas bahwa Tuhan Yesus tidak akan memanjatkan satu
  doa yang mustahil. Ia tahu bahwa mereka yang telah menyalibkan Dia
  adalah orang-orang yang tidak menyesali perbuatannya dan tidak
  memiliki iman. Walaupun demikian, Tuhan dapat mengampuni mereka
  karena doa yang telah dipanjatkan untuk mereka lahir dari iman Yesus
  Kristus.

  Apakah Anda pernah berdoa untuk seseorang tapi belum terkabul?
  Setiap doa yang dipanjatkan dengan sungguh-sungguh harus disertai
  kata-kata Kristus, "... tapi bukan kehendak-Ku, melainkan
  kehendak-Mulah yang jadi." (Lukas 22:42) Dan mungkin jawaban yang
  Anda nantikan tidak sesuai dengan kehendak Allah. Atau, mungkin
  Allah memunyai alasan-alasan tertentu sehingga tidak segera menjawab
  doa Anda.

  Mari kita ingat kata-kata pemazmur, "... bergembiralah karena Tuhan
  maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu,
  serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya, dan Ia
  akan bertindak. Berdiam dirilah di hadapan Tuhan dan nantikanlah
  Dia." (Mazmur 37:4,5,7)

  Tapi mungkin pula doa Anda tidak terjawab karena Anda tidak berdoa
  dengan saksama dan saya yakin bahwa beberapa orang mendapatkan
  jawaban yang lebih lengkap dari orang lain karena mereka tahu cara
  berdoa yang lebih baik. Berikut ini saya uraikan cara berdoa yang
  baik untuk orang lain.

  1. Berdoalah sungguh-sungguh untuk orang itu. Bayangkanlah orang itu
     dengan jelas di dalam pikiran kita, sehingga kita seolah-olah
     dapat melihat dia di hadapan kita. Pastikanlah secara tegas
     sedapat mungkin apa yang menjadi kebutuhan orang itu dengan
     mempertimbangkan keadaan hidupnya.

  2. Dengan membayangkan orang yang bersangkutan di dalam pikiran
     kita, pusatkanlah pikiran kita kepada Allah. Untuk ini, saya
     sering membayangkan suatu kejadian tertentu dalam kehidupan
     Kristus yang cocok dengan kasus orang itu. Misalnya, jika orang
     yang saya doakan itu memerlukan kebutuhan jasmani, ingatlah
     kejadian ketika Kristus memberi makan orang banyak. Jika hidup
     orang itu tidak benar, ingatlah akan Ia yang berkata, "Pergilah,
     jangan berbuat dosa lagi." Jika orang itu sakit, ingatlah kepada
     wanita yang menjamah jubah Yesus. Kita pusatkan pikiran kita
     kepada Allah dan orang itu bersama-sama.

  3. Di dalam doa kita, angkatlah orang itu di hadapan Allah. Kita
     jangan mencoba menceritakan kepada Tuhan apa-apa yang tidak kita
     ketahui. Demikian pula jangan mencoba mendesak Allah untuk
     berbuat sesuatu yang tidak dikehendaki-Nya. Ingatlah kata-kata
     Agustinus: "Tanpa Tuhan kita tidak bisa, tanpa kita Tuhan tidak
     mau." Pandanglah diri kita sendiri sebagai perantara manusiawi
     yang diperlukan untuk mempertemukan orang itu dengan Allah.

  4. Ceritakanlah kepada Allah apa yang tersimpan di dalam hati kita.
     Namun ingatlah untuk berdoa secara positif. Jangan memusatkan
     doa kita pada kelemahan, penyakit, atau dosa orang itu, melainkan
     pusatkanlah pada kekuatan orang itu, dan bayangkanlah di dalam
     hati dan pikiran kita suatu jawaban yang kita kehendaki, lalu
     bayangkan orang yang menerima jawaban itu. Berdoalah dengan penuh
     pengharapan.

  5. Berdoalah terus sampai jawaban Tuhan kita terima.

  Pada tahun 1872, Profesor John Tyndall, seorang ilmuwan Inggris,
  menyatakan bahwa doa itu sesungguhnya tidak ada gunanya. Untuk
  mempertahankan pendapatnya itu, ia menantang orang-orang Kristen
  untuk mengadakan tes. Ia berkata, "Pergilah ke rumah sakit dan
  bagilah penderita-penderita di dalam dua kelompok. Pastikanlah bahwa
  mereka menderita penyakit yang hampir sama dan mereka menerima
  perhatian medis yang sama pula. Lalu biarlah orang-orang Kristen
  mendoakan kelompok yang satu sedang kelompok yang lain diabaikan.
  Selanjutnya kita akan menyaksikan apakah ada kemajuan-kemajuan yang
  terlihat pada orang-orang yang didoakan itu.

  Percobaan itu sama sekali tidak masuk akal. Kita tak dapat membagi
  orang-orang sakit dalam kelompok sesuai dengan sakit dan penderitaan
  yang identik. Kita juga tidak dapat memastikan apakah setiap
  kelompok mendapatkan pelayanan medis yang sama. Tapi yang lebih
  penting, kita juga tidak dapat memastikan apakah tidak ada di antara
  orang dalam kelompok yang diabaikan itu yang tidak didoakan oleh
  orang yang mengasihinya. Walaupun demikian, jika percobaan itu dapat
  dilaksanakan, pasti dapat dibuktikan bahwa doa akan menimbulkan
  perbedaan.

  Doa bukan saja efektif terhadap orang sakit, tapi juga memunyai
  kekuatan untuk mengisi setiap kebutuhan dalam hidup kita. Berulang
  kali saya memberikan nasihat kepada seorang istri maupun suami yang
  pernikahannya kurang bahagia, "Tanpa diketahui oleh yang lain,
  berdoalah dengan sungguh-sungguh." Sering kali saya menyaksikan
  bahwa doa berhasil saat segala usaha lain gagal.

  Suatu hari, seorang wanita menelepon saya dan bertanya apakah saya
  mengenal seorang pendeta di Los Angeles. Ia bercerita kepada saya
  tentang saudaranya yang membutuhkan pertolongan Tuhan dan ia ingin
  agar pendeta itu mendoakan saudaranya. Saya berkata, "Mengapa bukan
  Anda dan saya saja yang mendoakan dia?" "Oh, dia berada terlalu jauh
  dari kita," kata wanita itu. Lalu saya menunjukkan kepadanya bahwa
  saya dapat segera menelepon dan menghubungi pendeta itu. Lalu saya
  menunjukkan bahwa Allah yang telah memungkinkan hal itu dan jika
  suara saya dapat diteruskan ke benua lain, maka masuk akal jika kita
  percaya bahwa Allah juga dapat membawa doa saya dan mengirimkannya
  ke mana saja.

  Sering saya teringat akan syair pendek yang ditulis oleh Ethel Romig
  Fuller dalam bukunya "Proof" (Bukti). Terjemahannya sebagai berikut:

    Jika jari-jari radio yang ramping
    dapat memetik melodi di tengah malam buta,
    lalu memantulkannya menyeberangi laut dan benua,

    jika nada-nada biola
    laksana daun-daun bunga
    dihembuskan melampaui gunung dan kota,

    jika lagu seperti bunga mawar merah
    bertaburan dari ruang angkasa,

    mengapa manusia yang fana merasa heran
    jika Tuhan dapat mendengar doa kita?

  Bayangkanlah seseorang di dalam satu ruangan sebuah rumah dan Tuhan
  berada di ruang sampingnya. Di antara kedua ruang itu terdapat
  dinding penyekat. Jika kita berdiri di pintu yang menghubungkan
  kedua ruang itu, kita dapat melihat mereka yang berada di
  masing-masing ruang. Yang satu dapat berbicara kepada yang lain
  melalui kita. Mungkin kita memunyai hubungan dengan beberapa orang
  yang memerlukan pertolongan Tuhan. Di antara Tuhan dan orang itu ada
  sebuah dinding penghalang. Mungkin dinding itu berupa rasa tidak
  percaya, sikap acuh tak acuh, atau cara hidup yang salah. Tapi
  karena kita memunyai hubungan baik dengan orang itu dan juga dengan
  Tuhan, maka kita dapat menjadi penghubung antara keduanya. Dan,
  dengan doa-doa kita, kita menyampaikan kebutuhan orang itu kepada
  kuat kuasa Tuhan.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Segala Sesuatu Mungkin Melalui Doa (Jilid 2)
  Penulis: Charles L. Allen
  Penyadur: Y. Kurnia Winata
  Penerbit: Deputat PI Sinode GKI Jateng, Yogyakarta 1979
  Dicetak ulang oleh: Yayasan Gloria, Yogyakarta 1988
  Halaman: 39 -- 44

  Artikel ini pernah dimuat di e-JEMMi 41/2009
  Nama situs: Doa
  Alamat URL: http://doa.sabda.org/berdoa_orang_lain

TELAGA  ______________________________________________________________

                            MENGAPA BERDOA?

  Salah satu hak terbesar yang dianugerahkan Tuhan kepada kita,
  anak-anak-Nya adalah hak untuk berdoa. Doa lebih dari sekadar
  bercakap-cakap dengan Tuhan; doa memunyai begitu banyak makna dan
  tujuan lainnya. Berikut akan dipaparkan beberapa di antaranya.

  1. Ketika berdoa, kita diarahkan kembali kepada kehendak Tuhan.

     Sewaktu bangsa Israel bersiap memasuki tanah yang dijanjikan
     Tuhan, mereka mengirimkan 12 pengintai. Sepuluh pengintai
     mengecilkan hati seluruh umat, tetapi Kaleb dan Yosua justru
     membesarkan hati mereka. Mereka melihat kepada Tuhan, bukan
     kepada masalah. Dengarlah perkataan mereka, "Jika TUHAN berkenan
     kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu....
     TUHAN menyertai kita, janganlah takut kepada mereka." (Bilangan
     14:8-9)

     Jika kita tidak berdoa, kita hanya melihat manusia dan situasi,
     tetapi ketika berdoa, kita melihat Tuhan. Itu sebabnya lewat doa,
     sering kali Tuhan membelokkan kembali langkah hidup kita agar
     seturut dengan kehendak-Nya.

  2. Ketika berdoa, kita memperoleh kekuatan dan hikmat yang kita
     butuhkan untuk dapat melakukan kehendak Tuhan.

     Adakalanya Musa menjadi terlalu letih memimpin bangsanya yang
     memang tegar tengkuk itu. Dengarkanlah keluhannya, "Aku seorang
     diri tidak dapat memikul tanggung jawab atas seluruh bangsa ini,
     sebab terlalu berat bagiku." (Bilangan 11:14) Setelah berdoa,
     Tuhan menjawab dan menyediakan jalan keluar bagi Musa yakni
     memintanya mengangkat 70 tua-tua untuk membantunya.

     Kita mesti menyadari bahwa pergumulan kita bukan hanya melawan
     keletihan jasmaniah tetapi juga keletihan rohaniah. Melalui doa,
     Tuhan memberi kita kekuatan untuk kembali melangkah. Melalui doa,
     Ia kerap membukakan mata kita, sehingga kita dapat melihat
     kehendak-Nya dengan lebih jelas.

  3. Ketika berdoa, kita membawa kehadiran Allah di dalam hidup kita.

     Melalui doa kita dibawa masuk ke dalam hadirat Allah; itu
     sebabnya bila kita menjadi anak Tuhan yang senantiasa berdoa,
     kita pun akan senantiasa berada dalam hadirat Allah.

     Sewaktu Musa berbicara dengan Tuhan, sinar kemuliaan Tuhan turun
     atasnya pula, sebagaimana dicatat di Keluaran 34:29, "Ketika Musa
     turun dari gunung Sinai... tidaklah ia tahu bahwa kulit mukanya
     bercahaya oleh karena ia telah berbicara dengan TUHAN."

     Lewat doa, kita bertatapan muka dengan Tuhan. Tidak heran bila
     kita banyak berdoa, kuasa dan kemuliaan Tuhan pun menyertai kita.

  4. Ketika kita berdoa bagi orang lain, kita akan lebih menyadari
     kebutuhan mereka.

     Sewaktu Musa berada di atas gunung, orang Israel membuat patung
     anak lembu emas untuk disembah. Tuhan marah dan ingin memusnahkan
     mereka, tetapi Musa menghalangi niat Tuhan. Kepada bangsanya,
     Musa berkata, "Kamu ini telah berbuat dosa besar tetapi sekarang
     aku akan naik menghadap Tuhan, mungkin aku akan dapat mengadakan
     pendamaian karena dosamu itu." (Keluaran 32:30) Musa selalu
     memohon belas kasihan Tuhan atas kesalahan bangsanya sebab ia
     menyadari kelemahan mereka.

     Bila kita berdoa bagi seseorang, kita akan diingatkan akan
     kebutuhannya. Tatkala kita mengingat kebutuhannya, kita pun akan
     memikirkan dan memedulikannya.

  5. Ketika kita berdoa untuk pelayanan yang kita lakukan, kita
     mengundang berkat Tuhan untuk turun atas pekerjaan-Nya.

     Tuhan Yesus sendiri memberi contoh untuk berdoa. Kendati Ia Putra
     Allah, namun sebagai manusia biasa Ia memerlukan berkat Allah
     Bapa atas pekerjaan-Nya. Kita berdoa sebab kita tahu bahwa kita
     hanyalah alat di tangan Tuhan. Sesungguhnya Ia sendirilah yang
     tengah melakukan karya-Nya.

     Di dalam salah satu percakapan antara Tuhan dan Musa, Ia berjanji
     kepada hamba-Nya, "Aku sendiri hendak membimbing engkau dan
     memberikan ketenteraman kepadamu." (Keluaran 33:14)

     Jauh sebelum Musa menyelesaikan tugasnya, ia telah mendapat
     kepastian berkat Tuhan atas pekerjaan yang diembannya. Tuhan akan
     membimbingnya dan memberinya istirahat. Semua akan terlaksana dan
     selesai!

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Nama situs: telaga.org
  Judul transkrip: Mengapa Berdoa? (TELAGA No. T294A)
  Alamat url: http://www.telaga.org/audio/mengapa_berdoa

_______________________________e-KONSEL ______________________________
Apakah Anda punya masalah/perlu konseling, atau ingin mengirimkan
informasi/artikel/bahan/surat/saran/pertanyaan/sumber konseling?
silakan kirim ke:
< konsel(at)sabda.org > atau < owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
Berlangganan via email: < subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
Berhenti berlangganan < unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
ARSIP: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel
Situs C3I: http://c3i.sabda.org
Facebook Konseling: http://fb.sabda.org/konsel
Twitter Konseling: http://twitter.com/sabdakonsel
______________________________________________________________________

Pimpinan Redaksi: Davida Welni Dana
Staf Redaksi: Tatik Wahyuningsih dan Sri Setyawati
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright (c) 2010 e-Konsel / YLSA -- http://www.ylsa.org
Katalog: http://katalog.sabda.org
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org