Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/218 |
|
e-Konsel edisi 218 (15-10-2010)
|
|
______________________________e-KONSEL________________________________ Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen ______________________________________________________________________ EDISI 218/15 Oktober 2010 Daftar Isi: = Pengantar = Cakrawala: Masalah-Masalah Umum yang Dihadapi Remaja Zaman Sekarang = TELAGA: Pergolakan Rohani Remaja II = Info: SABDA Space Teens: Komunitas Blogger Remaja Kristen PENGANTAR ____________________________________________________________ Salam kasih, Masa remaja merupakan masa-masa yang penuh dengan pergumulan, baik itu pergumulan dalam hal fisik/jasmani maupun dalam hal mental/rohani. Dalam hal rohani, remaja perlu diberi pengertian bahwa mereka perlu memerhatikan pertumbuhan hidup rohani mereka. Hal ini merupakan salah satu kunci untuk menghadapi masalah-masalah lain dalam kehidupannya. Orangtua dan gereja merupakan pembimbing para remaja dalam proses pertumbuhan iman rohani mereka. Di tengah kemajuan zaman, hal rohani yang ditanamkan kepada mereka dapat menolong mereka terhindar dari hal-hal yang tidak berkenan kepada Allah. Dengan itu, mereka dapat menghadapi setiap tantangan iman dan semakin dekat dengan Allah. Kami mengajak Anda menyimak e-Konsel edisi ini yang akan fokus pada masalah-masalah umum yang dihadapi remaja zaman ini dan juga pergolakan hidup rohani mereka. Kiranya edisi e-Konsel kali ini boleh menjadi berkat bagi Anda sehingga Anda dapat menjadi pembimbing yang baik bagi para remaja yang Tuhan percayakan untuk Anda layani. Selamat membaca. Pimpinan Redaksi e-Konsel, Davida Welni Dana < evie(at)in-christ.net > http://c3i.sabda.org http://fb.sabda.org/konsel CAKRAWALA ____________________________________________________________ MASALAH-MASALAH UMUM YANG DIHADAPI REMAJA ZAMAN SEKARANG Di tengah-tengah globalisasi dunia, anak-anak remaja diperhadapkan dengan permasalahan yang sama di negara mana pun mereka tinggal. Dalam artikel yang ditulis untuk konteks remaja Kristen Amerika ini, kita masih dapat memetik pelajaran berharga untuk kita terapkan dalam pelayanan remaja kita. Ketika anak-anak kita memasuki masa remaja dan dewasa, mereka akan menghadapi tantangan-tantangan perdana atas iman kepercayaan mereka. Mereka dihadapkan pada kenyataan bahwa orangtua, guru, dan gembala mereka adalah orang biasa yang dapat berbuat salah, bahkan kadang kesalahan yang besar. Kebenaran iman yang dulu diterima anak-anak dengan begitu mudah akan dianggap sebagai mitos naif oleh sebagian banyak orang ketika mereka mulai masuk ke sekolah atau kampus. Mereka mulai melihat bahwa jalan hidup orang Kristen bukanlah sesuatu yang menonjol dan memengaruhi kota, negara, atau dunia mereka. Mereka harus benar-benar mulai menggali apa arti iman yang sesungguhnya bagi hidup mereka. Memperlengkapi Remaja Kunci untuk memperlengkapi para anak muda dengan kecakapan memelihara iman mereka untuk melewati tahap-tahap kehidupan yang tersulit adalah dengan mengajarkan tentang mengasihi dan menghormati orang lain. Kita justru harus memperkuat mereka dengan kekuatan karakter, dan bukan membatasi dan mempersempit pengetahuan dan pengalaman yang bisa mereka capai. Kita harus mendidik mereka untuk menghormati perbedaan di antara manusia, bagaimana mereka hidup dan membuat pilihan-pilihan. Dengan melegalkan pilihan kekristenan, di dunia yang lebih luas yang akan mereka tinggali. Kita tidak perlu takut atau bersembunyi dari pendapat atau cara pandang dunia. Hanya dengan kasih dan hormat terhadap orang lain dan cara pandang mereka kita akan mampu menciptakan kesempatan untuk manjalin ralasi. Menghormati kepercayaan orang lain adalah menghormati hak kita sendiri untuk memercayai apa yang tak terlihat. Kita harus memperlengkapi anak muda dengan kekuatan karakter untuk menjadi orang yang berbeda. Bagaimana caranya membawa kekuatan ini ke dalam hidup mereka? Dengan membantu mereka memiliki pengertian penuh akan pilihan iman. Mereka harus mengerti bahwa pilihan ini adalah masalah pribadi dan mereka bertanggung jawab dengan hal itu. Kita harus memberitahu mereka bahwa iman adalah perihal memercayai dan bukan mengetahui. Dengan kepercayaan yang benar di dalam Allah mereka akan merasakan kedamaian dan kekuatan. Kita harus mengajar mereka bahwa keyakinan mereka akan diuji. Akan ada saatnya mereka melipat tangan dan berlutut untuk berdoa, dan merasa benar-benar sendiri. Mereka tidak tahu apakah Allah tetap mau mendengarkan. Mereka akan ditantang untuk tetap bertahan dalam iman. Kita harus mengajarkan bahwa keyakinan mereka akan berubah saat mereka semakin tua. Seperti kita yang belajar tentang diri kita sendiri, Allah dan iman kita, segala sesuatu berubah. Satu-satunya cara agar iman mereka bertahan saat mereka bertambah besar dan berubah adalah dengan memiliki dasar kasih dalam perbuatan nyata. Apabila kita mengajarkan sesuatu tanpa dasar kasih, dijamin iman anak-anak kita akan hancur. Kecerdasan, pengabdian diri, semangat besar, dan kreativitas tidak bisa menguatkan jiwa anak-anak kita. Kita harus menolong mereka untuk memperoleh pemahaman iman, kasih, dan hormat. Saat dedikasi tidak disertai kasih dan pengertian kita akan menemukan bencana. Kita banyak menemukan hal-hal semacam ini dalam keluarga Kristen. Bahkan, kita menemukan masalah yang sama saat kita melihat kembali ke kehidupan rasul Paulus. Paulus dulunya adalah seorang pemburu dan pembunuh orang-orang Kristen hingga Allah membuat matanya buta untuk sementara. Apakah kita harus membenci Saulus dan mengasihi Paulus? Bagaimana kita bisa mengajarkan sebaliknya? Seperti Abraham, kita harus bersedia mengurbankan anak-anak kita untuk iman kita. Hanya dengan menyatakan iman dalam perbuatan, kita bisa menunjukkan iman yang benar kepada anak-anak kita. Jika kita menyimpan ketakutan dan kebencian pada dunia dan orang lain, iman kita dinyatakan. Jika kita melihat dunia dan hidup di dalamnya dengan kasih, keberanian, dan hormat, iman kita menjadi nyata. Allahlah yang bertanggung jawab dan kasih adalah pesannya. Jika kita bertindak sebaliknya kita mengajarkan yang sebaliknya juga. Hal yang indah adalah bahwa satu-satunya cara untuk mengajarkan sesuatu tentang iman ialah dengan memilikinya. Tidak ada ajaran "lakukan seperti yang aku katakan bukan seperti apa yang aku lakukan". Jika kita mencoba menerapkan hal ini dalam keyakinan dan iman, remaja akan mengenal kita sebagai orang-orang munafik dan agama hanyalah sebuah dongeng yang idealis. Tapi, masalahnya hal ini sering terjadi. Dalam 1 Korintus 13 kita menemukan nasihat tentang kasih. Meskipun diberi angka "sial", 13, di sini kita melihat Kasih itu melebihi segala sesuatu yang lain. Kemampuan untuk mengasihi seseorang tidak mudah. Kita harus menemukan Kristus di mata setiap orang. Yohanes 3:16 mulai dengan "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini." Kristus telah mengalahkan masalah dosa. Kita harus berusaha mengajarkan kepada anak-anak kita untuk melihat Kristus dan Kasih dunia bukanlah dosa dan pemisahan. Dalam Yohanes 13:34 kita diberi perintah untuk mengasihi. Seorang remaja yang dipersiapkan dengan baik untuk memasuki masa dewasa akan memiliki pemahaman kasih yang dalam, keyakinan yang kuat dan keberanian iman, dan penghormatan yang utuh terhadap orang lain. Sebagai orangtua, guru, dan gembala Kristen kita harus ingat rasa takut yang kita kalahkan di depan anak-anak kita memperlihatkan kurangnya iman kita kepada Tuhan dan kepada mereka. Kita harus memberikan teladan iman yang kuat untuk menguatkan mereka dalam menjalani kehidupan yang luar biasa yang Tuhan tawarkan. Kita harus mengarahkan mereka untuk melihat penyataan Allah dan Kasih yang terbesar dalam diri mereka. Jika kita memperlengkapi remaja-remaja kita dengan pemahaman akan kasih Allah dan iman mereka yang benar, ketika mereka berada seorang diri di kelas, ruang tunggu, kantor polisi, atau rumah sakit itu tidak menjadi soal. Mereka sudah memiliki dasar kuat untuk menjalani hidup. Dalam Roma 12:13 kita menemukan sebuah nasihat untuk terus mengasihi semua orang, termasuk orang yang tidak mengasihi kita. (t/Setya) Diterjemahkan dari: Artikel asli: Common Problems Faced by American Christian Teenagers Nama situs: Helium Penulis: J.A. Williamson Alamat URL: http://www.helium.com/items/ 1033404-common-problems-faced-by-american-christian-teenagers Tanggal akses: 30 Agustus 2010 TELAGA ______________________________________________________________ PERGOLAKAN ROHANI REMAJA (II) Masa remaja adalah masa pergolakan. Salah satu pergolakan yang kerap dialami remaja adalah pergolakan rohani. Dalam pergolakan rohaninya, remaja mulai menolak nilai-nilai yang tadinya mereka percayai. Berikut akan dipaparkan enam penyebab pergolakan ini dan tanggapan yang sebaiknya diberikan orangtua. Pada masa remaja, anak akan: 1. mengembangkan kemampuan berpikir abstrak dan melihat jauh ke depan. 2. berada pada posisi labil akibat perubahan fisik dan hormonal sehingga rawan mengambil keputusan secara impulsif. 3. mengembangkan kemandirian dan salah satu bentuknya adalah memiliki pemikiran dan pendapat sendiri. 4. memasuki sebuah dunia yang jauh lebih kompleks dan terekspos kepada pelbagai keyakinan rohani dan moral yang lain. 5. berhadapan dengan godaan dosa dalam volume yang tinggi sekaligus dituntut untuk bertahan dalam kehendak Tuhan. 6. berpapasan dengan ketidaksempurnaan dan ketidakkonsistenan. ---------------------------------------------------------------- 1. Pada masa remaja anak mengembangkan kemampuan berpikir abstrak dan melihat jauh ke depan. Lewat kemampuannya berpikir abstrak, remaja mulai mempertanyakan hal-hal yang ia alami atau lihat. Jika sebelumnya semua dilihat dan diterima tanpa pertanyaan, sekarang dengan kemampuannya berpikir abstrak, remaja mulai mempertanyakan hal-hal yang ia anggap tidak masuk akal. Pada masa inilah mungkin remaja melihat ketidakadilan di dalam dunia dan mengaitkannya dengan keadilan Tuhan. Ia mulai bertanya, jika Tuhan ada, mengapakah Ia membiarkan ketidakadilan terus merajalela? Sebagai orangtua, kita mungkin terkejut mendengar pertanyaannya. Kita mungkin mengira bahwa anak remaja kita telah murtad dan meninggalkan imannya. Semua reaksi orangtua ini sebenarnya wajar- wajar saja sebab keluar dari hati yang takut akan Tuhan dan dari keinginan melihat anak terus setia mengikut Kristus. Walaupun demikian, ada baiknya kita berusaha keras menahan emosi marah. Sedapatnya, janganlah ketus menuduh anak murtad atau malah dikuasai Iblis. Sebaliknya, dengan sikap lembut, berupayalah menjawab pertanyaan anak selogis mungkin. Ingat, pada tahap pertumbuhannya ini, remaja mulai berpikir abstrak dan ini berarti ia bergantung penuh pada pengunaan daya nalarnya. 2. Pada masa remaja anak berada pada posisi labil akibat perubahan fisik dan hormonal sehingga rawan mengambil keputusan secara impulsif, tanpa berpikir panjang. Tidak jarang, remaja memutuskan untuk melakukan sesuatu tanpa memikirkan akibatnya sehingga mereka akhirnya jatuh ke dalam dosa. Kejatuhan ini membuatnya enggan untuk dekat dengan Tuhan dan mendorongnya untuk hidup terpisah dari Tuhan. Contoh: seorang remaja yang mulai terlibat dalam pornografi dan bergumul dengan kekudusan memiliki kemungkinan besar pergumulan ini membuatnya merasa diri kotor dan tidak layak untuk datang ke hadirat Tuhan. Akhirnya, remaja memilih untuk menjauh dari persekutuan dan ibadah. Sebagai orangtua, kita harus peka dengan pergumulan remaja melawan dosa. Kita mesti menunjukkan bahwa kita mengerti betapa sulitnya mempertahankan kekudusan. Kita dapat menyampaikan kepadanya bahwa kita pun pernah melewati masa pergumulan yang serupa dan mengakui bahwa tidak selalu kita berhasil menang melawan godaan. Kita mungkin dapat membagikan kepadanya bahwa ada momen-momen di dalam hidup ini yang dapat membuat kita tergoda untuk menyerah dan mengambil sikap putus asa. Kita pun dapat membacakan pergumulan Paulus yang diceritakan di Roma 7:15, "Sebab apa yang aku perbuat aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat." Atau Musa yang tidak menaati perintah Tuhan di Meriba, Daud yang jatuh ke dalam dosa perzinahan dan pembunuhan, dan Petrus yang jatuh ke dalam dosa dusta dan ketidaksetiaan. Semua adalah anak Tuhan yang berusaha mengikut Tuhan, namun di dalam perjalanan mereka ada kalanya anak Tuhan pun jatuh. Yang terpenting adalah kita mau mengakui dosa, bangkit, dan berjalan kembali. 3. Pada masa remaja anak mengembangkan kemandirian dan salah satu bentuknya adalah memiliki pemikiran dan pendapat sendiri. Salah satu karakteristik kedewasaan adalah kemampuan untuk mengambil keputusan sendiri, tanpa harus tunduk pada kehendak orang. Sebagai seorang anak yang tengah berjalan menuju ke arah kedewasaan, ia pun akan mulai mempraktikkan kemandiriannya dalam pengambilan keputusan. Dalam kaitannya dengan hal rohani, pada akhirnya remaja harus membuat iman kepercayaan orangtuanya sebagai milik pribadinya. Bila pada masa lampau ia hanya mengikuti pengarahan orangtuanya, sekarang ia harus menempuh sebuah perjalanan rohani sehingga ia dapat tiba pada kesimpulannya sendiri. Singkat kata, iman orangtua harus menjadi imannya sendiri. Itu sebabnya kita harus membimbing sekaligus memberinya ruang untuk menggumulkan imannya sendiri. Iman yang tidak pernah dimilikinya sendiri pada akhirnya akan menjadi iman yang tidak bisa berdiri sendiri. Apabila pada masa kecilnya kita telah menanamkan firman Tuhan pada dirinya, maka pada masa remaja, firman Tuhan akan terus bersemayam di hatinya. "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu." (Amsal 22:6) 4. Pada masa remaja anak memasuki sebuah dunia yang jauh lebih kompleks dan terekspos kepada pelbagai keyakinan rohani dan moral yang lain. Teman-temannya tidak lagi seiman dengannya, dan kalau pun seiman, ada yang memiliki nilai moral yang berbeda. Tidak bisa tidak, semua ini akan memberi pengaruh pada pertumbuhan iman seorang remaja. Ia pun mulai mempertanyakan kebenaran iman kristiani yang tadinya dipeluknya tanpa ragu. Itu sebabnya, pada masa ini remaja kerap bertanya tentang keyakinan rohani lainnya, karena memang ia ingin tahu tentang kebenaran. Sebagai orangtua, kita mesti menyikapi pertanyaan ini dengan bijak dan penuh pengertian. Terus paparkanlah apa yang dikatakan oleh firman Tuhan tanpa harus menyerang dan menjelek-jelekan keyakinan lainnya. Sikap keras terhadap keyakinan lain hanyalah berdampak buruk. Pertama, ia akan merendahkan orang yang berkeyakinan lain, dan jika ini terjadi ia tidak akan dapat mengasihi mereka. Kedua, ia justru berbalik dan marah kepada kita, orangtuanya, oleh karena ia merasa kita terlalu menghakimi. Ingatlah bahwa pada dasarnya kita tengah membicarakan tentang teman-temannya yang dinilainya baik. Itu sebabnya komentar kita yang mendiskreditkan mereka tanpa mengenalnya -- selain dari landasan keyakinan yang berbeda -- akan membuatnya mengecap kita sebagai orang yang tidak baik. 5. Pada masa remaja anak harus berhadapan dengan godaan dosa dalam volume yang tinggi sekaligus dituntut untuk bertahan dalam kehendak Tuhan. Tidak bisa tidak, hal ini akan menimbulkan ketegangan yang kuat. Di tengah tarik-menarik ini remaja akan bergerak ke ekstrem kanan dan kiri: kadang teguh namun kadang lemah. Sekurangnya ada tiga reaksi remaja terhadap dosa: a. melawannya, b. menyerah namun mengakui keberdosaan manusia, dan c. melabelkan dosa sebagai bukan dosa. Adakalanya, remaja berhasil melawan. Kadang, ia gagal dan menyerah. Namun terkadang, daripada mengakui kekalahannya, ia justru mendistorsi realita dan perintah Tuhan, serta mengganggap perbuatannya tidak berdosa. Nah, pada waktu ia mendistorsi firman Tuhan inilah remaja biasanya bersitegang dengan kita. Ia melawan dan menuduh kita "mau menang sendiri" dan mempertanyakan dasar kita mendefinisikan sesuatu itu dosa atau tidak. Pada dasarnya, ia tengah berupaya membenarkan tindakannya supaya ia dapat terus berkubang di dalam dosa. Sebagai orangtua kita mesti berdiri di atas firman Tuhan dan tidak menuruti pikirannya jika memang ia keliru. Namun, kita pun mesti sabar dan lembut dalam menyikapi pemberontakannya. Kita harus menyampaikan kepadanya bahwa kita mengerti pergumulannya dan akan terus mendoakannya. Kita harus mengatakan dengan jelas bahwa walaupun pada kenyataannya manusia tidak bisa hidup sesuai dengan firman Tuhan, itu tidak berarti kita boleh menurunkan standar Tuhan. Doronglah ia untuk mengakui keterbatasannya dan memohon pengampunan Tuhan. Ajaklah ia untuk terus berusaha, kendati susah. 6. Pada masa remaja anak harus berpapasan dengan ketidaksempurnaan dan ketidakkonsistenan. Mungkin remaja melihat tindakan orangtua yang tidak sesuai dengan perkataan mereka; atau, mungkin remaja mendengar atau mengetahui kasus kejatuhan pembina rohaninya. Semua ini berpotensi melemahkan iman kepercayaannya. Bagi remaja, kegagalan panutan rohaninya dapat berarti kegagalan iman kristiani. Tidak heran ada sejumlah remaja yang akhirnya meninggalkan iman kristiani dan hanya melandaskan kehidupan rohaninya pada doktrin, "yang terpenting adalah berbuat baik." Sebagai orangtua, jangan kita membela diri tatkala telah menghidupi hidup yang tidak konsisten dengan ajaran Kristus. Akuilah kegagalan kita sendiri tanpa perlu merasa defensif. Yang terpenting adalah bertobat dan tidak mengulang kesalahan yang sama. Jikalau ini menyangkut ketidakkonsistenan pembina rohaninya, akuilah dan jangan mencoba menutupinya. Tindakan menutup-nutupi hanyalah akan memperbesar ketidakpuasannya. Tuhan Yesus berkata, "Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan?" (Lukas 14:34). Memang sewaktu seorang pembina rohani jatuh, itu sama dengan garam yang telah menjadi tawar dan membuat hati remaja menjadi tawar. Tidak ada lagi keinginan untuk hidup kudus dan berkenan kepada Tuhan; sewaktu mendengar orang berkata-kata tentang Tuhan maka reaksi awal mereka kemudian adalah tidak ingin menggubrisnya. Mereka mengalami disilusi (pembuyaran ilusi) dan kecewa. Sungguhpun demikian ingatkanlah remaja tersebut bahwa kita hidup untuk Kristus, jadi kita semua harus terus memandang-Nya, bukan orang lain. Diambil dan disunting seperlunya dari: Nama situs: telaga.org Judul transkrip: Pergolakan Rohani Remaja (TELAGA No. T269) Alamat url: http://www.telaga.org/audio/pergolakan_rohani_remaja_i INFO _________________________________________________________________ SABDA SPACE TEENS: KOMUNITAS BLOGGER REMAJA KRISTEN Ada perjuangan yang dibutuhkan untuk mengajak para remaja giat menulis, walau beberapa tahun belakangan ini ada sedikit kemajuan. Sejak gaya novel literatur remaja ("teenlit") menjamur, dunia literatur cetak, demikian pula dunia blogging Indonesia, mulai diramaikan oleh penulis-penulis usia belasan tahun. Tren penulisan pun mulai berimbang; tidak melulu kisah cinta anak, beberapa tulisan sudah mulai serius merambah bidang lain. Bagaimana kualitas tulisan remaja-remaja Kristen di Indonesia? Situs SABDA Space Teens agaknya bisa menjadi salah satu alat uji. SABDA Space Teens menawarkan alternatif baru bagi remaja Kristen dalam membentuk komunitas saudara seiman di dunia maya. Dari segi fasilitas, SABDA Space Teens sebenarnya cukup mumpuni untuk sebuah komunitas blogger. Ada cara penampilan blog berdasarkan kata kunci, komentar terbaru, maupun blog terbaru. Ada fitur avatar, emoticon, dan mengirim pesan untuk ekspresi diri dan komunikasi antarpenulis blog. Fasilitas untuk kemudahan seperti kotak pencarian, FAQ, dan sindikasi juga ditambahkan. Sekalian juga peramai blog seperti poin, daftar ulang tahun, dan shoutbox. Isi situs ini terbilang baik, terutama karena situs ini memberlakukan kebijakan penulisan (baca di halaman Policy). Tentu situs ini dapat menjadi rekomendasi untuk latihan dan ekspresi penulisan remaja Kristen. Alangkah baiknya jika makin banyak yang meramaikan. Anda mungkin berminat mengisi atau mengajak remaja lain terlibat? (RMS) ==> http://teens.sabdaspace.org Diambil dan disunting dari: Nama situs: Arsip Publikasi ICW Penulis: Risdo M.S. Alamat URL: http://sabda.org/publikasi/icw/1130 Tanggal akses: 14 Oktober 2010 _______________________________e-KONSEL ______________________________ Apakah Anda punya masalah/perlu konseling, atau ingin mengirimkan informasi/artikel/bahan/surat/saran/pertanyaan/sumber konseling? silakan kirim ke: < konsel(at)sabda.org > atau < owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org > Berlangganan via email: < subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org > Berhenti berlangganan < unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org > ARSIP: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel Situs C3I: http://c3i.sabda.org Facebook Konseling: http://fb.sabda.org/konsel Twitter Konseling: http://twitter.com/sabdakonsel ______________________________________________________________________ Pimpinan Redaksi: Davida Welni Dana Staf Redaksi: Tatik Wahyuningsih dan Sri Setyawati Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright (c) 2010 e-Konsel / YLSA -- http://www.ylsa.org Katalog: http://katalog.sabda.org Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |