Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/217 |
|
e-Konsel edisi 217 (1-10-2010)
|
|
______________________________e-KONSEL________________________________ Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen ______________________________________________________________________ EDISI 217/Oktober 2010 Daftar Isi: = Pengantar: = Cakrawala (1): Masalah yang Dihadapi Pemuda Masa Kini = Cakrawala (2): Memilih Pasangan Hidup = TELAGA: Pemuda dan Karier = Stop Press: Dapatkan Kumpulan Bahan Natal Di Situs Natal SABDA PENGANTAR ____________________________________________________________ Salam kasih, Pada bulan Oktober ini, bangsa Indonesia memperingati hari Sumpah Pemuda. Peringatan ini dilakukan untuk mengenang para pemuda yang begitu bersemangat mendengungkan komitmen kebangsaan mereka, tepatnya pada tanggal 28 Oktober 1928. Ya, pemuda memang identik dengan semangat yang berkobar-kobar. Namun, di balik semangat mereka, ternyata ada pula masalah yang harus mereka hadapi, baik itu masalah umum yang dihadapi para pemuda, maupun masalah-masalah khusus. Pada edisi kali ini kita akan melihat apa saja masalah yang dapat dihadapi para pemuda Kristen dan melaluinya kita bisa menolong mereka menghadapi masalah tersebut. Selamat membaca. Pimpinan Redaksi e-Konsel, Davida Welni Dana < evie(at)in-christ.net > http://c3i.sabda.org http://fb.sabda.org/konsel CAKRAWALA (1) ________________________________________________________ MASALAH YANG DIHADAPI PEMUDA MASA KINI Diringkas oleh: Sri Setyawati Saat pemuda dan orang dewasa bekerja bersama-sama di hadapan Allah, mereka akan menjadi sesuai apa yang Allah inginkan. Tidak ada yang lebih menantang dibanding kehidupan orang muda. Masa depan mereka terbuka dan batas-batas yang ada lebih luas. Salomo menasihatkan, "Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu ..." (Pengkhotbah 12:1). Allah sangat memerhatikan pertumbuhan rohani pemuda. Pertumbuhan mereka menjadi perhatian dan kepentingan utama sehingga teguran ini disampaikan. Teguran ini semula ditujukan bagi mereka yang masih muda dan dialamatkan bagi mereka. Ada tujuh fakta yang harus kita sadari terlebih dahulu. 1. Pemuda itu termasuk orang yang Tuhan perhatikan. 2. Ada banyak masalah yang harus dihadapi pemuda di dunia ini. 3. Mereka akan menjadi tua seiring berjalannya waktu. 4. Pemuda zaman sekarang bukanlah orang yang pertama kali dan juga bukan satu-satunya orang yang menghadapi masalah. 5. Pemuda bukanlah orang yang lebih remeh atau lebih unggul dibanding orang dewasa. 6. Ada banyak masalah yang tidak bisa diatasi anak muda karena mereka belum saatnya menghadapi masalah itu. 7. Ada banyak masalah yang bisa diatasi anak muda. Akan tetapi, jika masalah-masalah tersebut tidak diatasi sekarang, masalah itu bisa berkembang semakin besar. Orang dewasa dan anak muda jelas tidak sama. Pemuda tidak memiliki respons, kesempatan, ataupun kecakapan yang sama. Pemuda tidak bisa langsung menjadi dewasa dan orang dewasa tidak bisa menjadi muda lagi. Orang dewasa memiliki masalah yang tidak bisa diselesaikan pemuda, demikian juga sebaliknya. Masalah itu tidak lebih berat ataupun lebih ringan dibanding masalah lainnya. Ada perbedaan besar antara orang dewasa dan pemuda yang harus kita ingat. Orang dewasa sudah pernah menjadi pemuda, tapi pemuda belum pernah menjadi orang dewasa. Oleh karena itu, orang dewasa memiliki kelebihan dalam melihat dan mengalami kedua masa itu. Kadang para pemuda lupa akan hal ini. Ada masalah-masalah kepemimpinan, tuntunan, pengendalian, dan tugas yang berkenaan dengan orang dewasa yang belum diperhadapkan pada pemuda. Bahkan, pemuda mungkin juga dibebani oleh masalah-masalah yang melebihi kendali mereka. Inilah hidup. Hal ini pun terjadi pada orang dewasa. Persiapan Pemuda menghadapi masalah persiapan. Masa muda adalah masa untuk mempersiapkan kehidupan yang akan datang. Sebenarnya, seumur hidup merupakan masa untuk mempersiapkan kekekalan. Khususnya pada masa muda, inilah saatnya untuk menetapkan standar. Banyak pemuda yang membuat batas tertinggi selagi muda yang tidak bisa mereka capai saat mereka menjadi dewasa. Mereka harus dipersiapkan secara sosial, mental, fisik, dan -- lebih penting lagi -- secara rohani. Jika persiapannya kurang apalagi mengabaikan sisi rohani, ini akan sangat mengerikan. Masa muda adalah masa untuk belajar, meskipun tidak dikhususkan untuk pemuda. Tidak satu pun orang terpelajar yang tidak dikenalkan dengan Alkitab. Saat seseorang menjadi dewasa dia dipaksa masuk ke dalam hidup yang menuntut kesiapan. Jika para pemuda tidak dipersiapkan dengan baik, mereka akan mengalami banyak masalah. Sebelum dibebani dengan tugas dan tanggung jawab orang dewasa, anak muda memanfaatkan kesempatan untuk mempersiapkan dirinya dalam banyak hal. Nasihat kita untuk anak muda adalah, "Jangan sia-siakan kesempatan." Terlalu Dini Pemuda sering kali terlalu terburu-buru dalam hidup. Pemuda ingin menjadi lebih dewasa dari dirinya yang sebenarnya. Anak muda tidak sabar untuk "tumbuh". Proses pendewasaan tidak dapat dipaksakan atau hal itu akan menjadi sebuah bumerang. Pertumbuhan dan perkembangan pasti membutuhkan waktu. Setiap masa dalam hidup memunyai kelebihannya sendiri-sendiri. Pemuda harus memberikan yang terbaik saat masih muda dan menuai hasilnya kelak. Kegagalan pada masa muda akan mengakibatkan masa tuanya tidak menyenangkan. Pemuda bukan orang yang setengah dewasa. Mereka benar-benar orang yang masih muda. Kita harus membiarkan mereka menikmati masa muda mereka seutuhnya tanpa berusaha membuat mereka menjadi orang yang setengah dewasa. Kita sering melihat anak berusia 10 atau 12 tahun berdandan seolah mereka berusia 25 tahun, remaja menggunakan waktunya seolah mereka sudah dewasa. Banyak di antara mereka yang memiliki kebebasan dan kurang pengawasan yang justru hanya menuntun mereka pada kehancuran. Tidak heran beberapa dari mereka menjadi frustrasi dan mengalami kepenatan yang luar biasa sebelum mereka memasuki masa dewasa. Kita dapat memahami mengapa beberapa pemuda menjadi begitu cepat bosan dengan hidup mereka -- karena mereka dipaksa menjalani hidup seperti orang dewasa sebelum waktunya. Tekanan Teman Sebaya Pemuda pasti menghadapi masalah tekanan sosial yang disebut tekanan teman sebaya. Ada tekanan besar yang harus dihadapi atas apa yang dilakukan orang-orang di sekitar mereka. Semua orang -- tua maupun muda -- tidak bisa melawan tekanan agar bisa diterima dan disukai orang lain. Ini adalah masalah yang seumur hidup, pemuda harus belajar mengatasinya sejak dini. Pemuda harus belajar menjadi diri sendiri dan tidak meniru orang lain. Mereka perlu belajar berpikir sendiri dan tidak serta-merta mengikuti jalan hidup orang banyak. Apabila seorang pemuda meniru orang lain, ia tidak akan pernah menjadi dirinya sendiri. Tentu saja, semua orang berusaha agar diterima sebagai seorang yang bermartabat, ramah, berani, adil, baik hati, menyenangkan, dan sopan. Walaupun demikian, semua orang harus belajar mandiri dan tidak bergantung pada orang lain untuk berkembang. Seorang pemuda tidak boleh berkompromi dengan apa yang benar dan baik di hadapan Allah untuk menyetujui dan hidup sesuai kemauan seseorang. Bakat pemuda yang harus dikembangkan adalah kemampuan untuk tetap bertahan sekalipun mereka harus berdiri sendirian. Umat Allah harus selalu bisa menjadi pribadi yang kuat. Pemuda perlu menjadikan firman Tuhan sebagai pedoman hidup. Hal yang paling indah adalah memunyai orangtua yang mengasihi anak mereka dan mengasihi Tuhan untuk menuntun anak mereka di jalan Tuhan. Jika Allah tidak diizinkan menjadi penuntun maka orang banyaklah yang akan menetapkan standar hidup yang justru bisa mencelakakan jiwa pemuda itu sendiri. Kemunafikan Orang Dewasa Pemuda bisa dibingungkan dengan apa yang mereka lihat sebagai kemunafikan dalam hidup orang dewasa. Seorang yang munafik melakukan sesuatu untuk dilihat orang lain. Seorang yang munafik mengatakan yang satu tapi melakukan yang lain. Anak-anak menganggap apa yang dikatakan dan dilakukan orang dewasa selalu benar. Tetapi ketika anak muda tumbuh menjadi lebih dewasa, mereka mulai menyadari bahwa orang dewasa tidak selalu hidup sesuai dengan apa yang mereka katakan atau apa yang seharusnya. Bahkan orang-orang yang dipercayai kadang-kadang terbukti sebagai orang yang sangat mengecewakan dan menyakiti hati mereka. Respons atas kesiapan ini menyebabkan beberapa pemuda berpikir bahwa tidak ada satu orang pun yang jujur, peduli, dan berusaha melakukan apa yang benar. Akan tetapi, respons dan kesimpulan ini salah. Membuang jauh-jauh semua kebenaran adalah suatu kecerobohan hanya karena seseorang yang kita percayai tidak hidup sesuai kebenaran. Itu bukan kesalahan dari kebenaran. Tidak seorang pun yang sempurna, bahkan orang dewasa sekalipun. Akan tetapi, tidak semua orang dewasa itu munafik. Tidak setiap orang yang melakukan kesalahan itu orang yang munafik. Orang dewasa adalah manusia biasa dan mereka juga menghadapi banyak masalah, cobaan, dan ancaman yang tidak disadari oleh pemuda. Hanya Kristus yang sempurna dan hanya Dia patokan untuk mengukur segala sesuatu. Orangtua sekalipun tidak sempurna. Pengkhotbah dan tua-tua juga tidak sempurna. Pemuda sendiri pun tidak sempurna. Oleh karena itu, pemuda harus mengarahkan pandangannya kepada Kristus, bukan pada manusia. Masalah Dosa Pemuda, seperti orang dewasa, menghadapi masalah dosa. Saat seseorang berbuat dosa, maka dia sedang menjual dirinya kepada setan. Dosa memisahkan seseorang dari Allah. Seseorang tidak bisa menjalani hidupnya seperti yang Allah kehendaki bagi hidupnya jika dia tetap tinggal dalam dosa. Setiap orang semestinya bertanya, "Apakah aku akan hidup dalam dosa atau dalam Kristus?" Dalam hal ini setiap orang harus membuat keputusan pribadi. Kita harus menaati Injil agar bisa sampai kepada Kristus. Pemuda zaman ini harus menghadapi masalah dosa zaman ini. Dosa ini masuk melalui narkoba, minuman beralkohol, godaan amoral, ketidakjujuran, tidak adanya penghormatan terhadap otoritas, dan meninggalkan Allah. Walaupun begitu pemuda bisa menghadapi masalah ini dan mengatasinya jika mereka menyatukan diri dengan Pencipta dan Hakim mereka. Mengikuti tren, memberontak terhadap Allah, menelan mentah-mentah apa saja yang dikatakan oleh dunia mungkin terdengar menyenangkan, menantang emosi, dan keren, tetapi hidup yang baik hanya bisa dicapai dengan memiliki kehidupan yang baik seperti yang dikehendaki oleh Allah. Solusi Sama seperti masalah-masalah hidup lainnya, masalah zaman sekarang dapat dihadapi jika ada dasar dan petunjuk rohani yang kuat dan alkitabiah. "Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih?" Yakni dengan menjaganya sesuai dengan firman Allah. Pemuda tidak perlu putus asa atau takut. Hidup dalam Kristus adalah hidup yang luar biasa, penuh dengan tujuan dan makna, berkat, dan keuntungan, dan tiap hari menjadi berarti dan produktif. Masalah-masalah adalah tantangan dan ujian. Masalah-masalah dapat menjadi batu pijakan, bukan batu sandungan. Saat pemuda dan orang dewasa bekerja bersama-sama di hadapan Allah, mereka akan menjadi sesuai apa yang Allah inginkan. Tidak ada yang lebih menantang dibanding kehidupan orang muda. Masa depan mereka terbuka dan batas-batas yang ada lebih luas. Semoga Allah menolong kita dan para pemuda di mana pun berada untuk mengalahkan iblis dan membawa kemuliaan Allah dalam hidup. (t/Setya) Diterjemahkan dan diringkas dari: Judul artikel asli: Today`s Youth Facing Today`s Problems Penulis: James W. Boyd Nama situs: A Burning Fire Alamat URL: http://www.aburningfire.net/home/Problems.htm Tanggal akses: 30 Agustus 2010 CAKRAWALA (2) ________________________________________________________ MEMILIH PASANGAN HIDUP Dalam memilih pasangan hidup, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu proses pemilihan dan prinsip kesepadanan. Proses alamiah dalam memilih pasangan hidup melibatkan penginderaan, rasa ketertarikan, dan pendekatan, sementara prinsip kesepadanan yang harus dipegang adalah seiman kepada Yesus, kedewasaan berpikir, latar belakang budaya, ekonomi/status sosial, dan usia. Ketika seseorang memasuki masa muda dan meninggalkan usia remaja, dia akan menghadapi banyak permasalahan. Salah satunya adalah masalah memilih pasangan hidup. Sejalan dengan kedudukan pernikahan yang sentral, maka pemilihan pasangan hidup menjadi sangat menentukan dalam proses kehidupan manusia, karena bertumbuh-kembangnya suatu keluarga mulai ditentukan oleh pemilihan pasangan hidup. Proses Pemilihan Proses pemilihan pasangan hidup berarti penelusuran langkah-langkah kegiatan yang ditempuh manusia untuk menemukan dan menentukan pilihan atas seseorang yang sepadan sebagai pasangan hidup. Dalam proses pemilihan pasangan hidup, ada beberapa tahapan yang dilalui, yaitu: 1. Penginderaan Yaitu pengamatan manusia terhadap lingkungan sekitar dengan menggunakan indera, dengan tujuan untuk mendapatkan persepsi tentang lingkungan itu. Salah satu unsur kejiwaan yang turut menentukan persepsi atas proses pemilihan adalah dorongan untuk melanjutkan keturunan. Naluri itulah yang menggerakkan manusia untuk mencari pasangan hidup. Inilah tingkat awal dari proses pemilihan pasangan hidup secara bebas. Namun dorongan yang berasal dari bawah ambang kesadaran tidak berkemampuan memilih yang baik. Kesadaranlah yang memberikan arah kepada dorongan itu karena kesadaran dapat membedakan yang baik dan yang buruk. 2. Ketertarikan Yaitu yang berhubungan dengan penampilan dan dapat dipilah menjadi ketertarikan naluriah dan ketertarikan rasional. Ketertarikan naluriah bersifat jasmaniah karena lebih terfokus pada penampilan fisik yang sehat dari lawan jenis. Ketertarikan naluriah adalah sesuatu yang wajar mengingat pemilihan pasangan akan bermuara pada pelanjutan keturunan yang sehat dan berkualitas untuk mempertahankan dan memperkuat eksistensi manusia di bumi. Ketertarikan rasional, yaitu yang berhubungan dengan daya tarik berdasarkan pertimbangan-pertimbangan logis. Pertimbangan-pertimbangan ini berpusat pada kualitas pribadi serta lebih bersifat psikologis dan dapat dipelajari melalui sikap dan tingkah laku serta karakter lawan jenis. 3. Pendekatan Hasil penginderaan dan pilihan berdasarkan ketertarikan hanya berarti jika disusul dengan langkah-langkah pendekatan, yang meliputi tahap-tahap: a. perkenalan sebagai langkah pertama dalam proses dialog dengan orang yang berkemungkinan menjadi calon pasangan hidup; b. pertemanan/persahabatan yang dinyatakan dalam bentuk kebersamaan dalam melakukan kegiatan-kegiatan tertentu, bahkan saling menceritakan hal-hal yang bersifat pribadi dan saling memerhatikan; c. pertunangan sebagai kesepakatan bersama antara 2 orang untuk memasuki pernikahan yang kemudian disetujui oleh keluarga atau orangtua; d. pernikahan. Setelah mencapai tahap pernikahan terjadi pendewasaan yang meliputi upaya untuk mengembangkan rasa tanggung jawab baik perorangan maupun bersama-sama. Prinsip Kesepadanan Menikah adalah hak asasi seorang manusia. Jikalau seseorang yakin akan panggilannya atau karena sesuatu hal tidak ingin atau tidak bisa menikah itu adalah pilihan yang tidak salah. Sebelum menikah, seseorang harus memastikan apakah pasangannya sudah memenuhi syarat dan mampu untuk menjadi suami/istri dan orangtua yang baik bagi anak-anak yang kelak lahir dalam keluarga mereka. 1. Seiman Kepada Yesus Kristus Dalam buku yang berjudul Tujuh Pilar Pernikahan, Jaliaman Sinaga mengungkapkan, "Pernikahan yang bahagia didasari oleh falsafah hidup yang sama. Falsafah hidup yang sama didasari oleh iman yang sama." Pendapat ini selaras dengan 2 Korintus 6:14, "Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya... bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?" Menikah dengan pasangan yang tidak seiman merupakan pelanggaran terhadap prinsip-prinsip dasar pernikahan yang ditetapkan Tuhan, antara lain prinsip kesepadanan. Antara orang beriman dan orang yang tidak percaya tidak memunyai kesamaan rohani. Tidak mungkin 2 orang yang mencintai dua hal yang bertentangan dapat tetap merupakan kesatuan yang erat, satu daging. Memilih pasangan yang bukan orang percaya untuk membangun pernikahan memiliki konsekuensi negatif bagi orang beriman, yaitu dapat membahayakan imannya sendiri dan penerusan imannya kepada anak-anaknya (Maleakhi 2:15). 2. Kedewasaan Berpikir (Intelektualitas) Komunikasi merupakan salah satu kunci penting dalam pernikahan. Komunikasi yang baik akan terjalin bila pihak-pihak yang berkomunikasi memiliki pola pikir dan tingkat pemahaman serta wawasan yang setara. Kesenjangan pola pikir dan wawasan yang terlalu besar dapat menimbulkan kemacetan dalam berkomunikasi dan berpeluang menimbulkan pertentangan karena kesalahpahaman. Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman yang bisa berakibat pada ketidakharmonisan keluarga, bahkan membuka peluang untuk terjadinya perceraian maka pasangan yang akan menikah harus memerhatikan dan mempertimbangkan tingkat perbedaan jenjang pendidikan dan kemampuan berpikir dari pasangannya. 3. Latar Belakang Budaya Tradisi budaya seseorang tidak boleh bertolak belakang dengan tradisi budaya pasangannya karena akan menghambat pembentukan keluarga yang harmonis secara optimal dan berpotensi menciptakan konflik keluarga. Misalkan seorang suami berlatar belakang budaya patrilineal sedangkan istri berlatar belakang budaya matrilineal, jika tidak ada kesepakatan bersama maka penentuan status kepala keluarga pasti akan menimbulkan masalah. 4. Ekonomi/Status Sosial Sekalipun Alkitab mengajarkan untuk tidak membedakan orang berdasarkan status sosial tetapi tidak jarang dalam kenyataan -- khususnya sehubungan dengan pernikahan -- hal ini tidak dapat diabaikan begitu saja. Pihak yang berasal dari status sosial yang dianggap lebih rendah atau golongan ekonomi yang lebih lemah selalu menjadi pihak yang tertekan. Pasangan suami istri bisa mengabaikan kesenjangan status dengan penerimaan diri satu dengan yang lainnya, tetapi seringkali tekanan-tekanan datang dari anggota keluarga yang lain. 5. Perbedaan Usia Perbedaan usia antara suami dan istri harus dipertimbangankan. Secara natur, usia yang lebih tua memiliki potensi untuk lebih dulu mengalami berbagai gejala kemunduran kesehatan dibanding yang masih muda. Perbedaan usia yang terlalu jauh tidak akan terlalu berpengaruh pada usia pernikahan muda (di bawah lima tahun). Tetapi pada usia pernikahan madya (enam sampai dua puluh tahun) permasalahan akan mulai muncul dan berpuncak ketika memasuki usia pernikahan lanjut (dua puluh satu tahun ke atas), yaitu munculnya banyak masalah yang kompleks. Alkitab secara eksplisit tidak menentukan siapa yang harus lebih tua usianya antara suami dan istri, tetapi bagaimanapun juga Adam diciptakan Tuhan lebih dulu dari Hawa. Sebagai kepala dan pemegang otoritas tertinggi dalam keluarga, sebaiknya suami berusia lebih tua dari istri. Tetapi di sisi lain, istri bisa berusia lebih tua dari suami dengan syarat bahwa otoritas suami sebagai kepala keluarga harus tetap dihargai dengan penundukan diri istri. Diambil dan disunting dari: Nama situs: GPdI World Today Penulis: Standly Sampelan Alamat URL: http://www.gpdibrisbane.org/gwt/?p=887 Tanggal akses: 7 September 2010 TELAGA ______________________________________________________________ PEMUDA DAN KARIER Dalam kehidupan, banyak anak remaja yang bingung mau melanjutkan sekolah ke mana, yang sudah kuliah pun bingung nantinya akan bekerja di bidang apa. Di sini diharapkan mereka dapat bergumul menentukan karier yang harus dia jalani atau profesi yang harus dia tekuni. Kita harus memiliki konsep yang jelas di manakah tempat kita di dalam hidup ini. Jikalau kita tidak memiliki pemahaman yang jelas di manakah tempat kita dalam hidup ini, kita dapat diibaratkan seperti daun yang tertiup angin. Istilah "tempat" di sini mengacu pada karunia kita dan jalur karier kita dalam hidup ini. Tidak bisa tidak jalur karier atau pekerjaan kita itu berpengaruh besar terhadap tujuan hidup ini. Kalau kita tidak mengetahui jelas apa jalur karier yang harus kita tempuh, maka akan sukar sekali menetapkan tujuan hidup kita. Pencarian dan Penentuan Karier Tahapan Perkembangan Karier menurut Donald Super 1. Kristalisasi (usia 14 -- 18): pilihan masih samar namun mulai memikirkan beberapa kemungkinan. 2. Spesifikasi (usia 18 -- 21): beranjak dari beberapa alternatif yang bersifat umum ke satu pilihan tertentu, namun semua masih dalam bentuk pertimbangan, belum berupa tindakan konkret. 3. Implementasi (usia 18 -- 25): mengambil keputusan untuk menempuh jalur karier tertentu, menindaklanjuti keputusan dengan langkah-langkah konkret. 4. Stabilisasi (usia 21 -- 30): membangun konsep diri yang sesuai dengan pilihan karier, mulai menancapkan akar pada karier tersebut, masa pemantapan. 5. Konsolidasi (usia 30 -- 45): mengembangkan karier dan menjadi bagian dari karier itu. Kesimpulan 1. Masa keraguan penuh dengan tantangan dan kesempatan. Jika berhasil, inilah saatnya kita membangun kepercayaan dan jati diri yang sesungguhnya. Sebaliknya, bila gagal, kita mengalami frustrasi dan kehilangan kepercayaan diri, jati diri pun tidak jelas. 2. Masa pertumbuhan iman dihadapkan dengan pilihan untuk melibatkan atau tidak melibatkan Tuhan dalam proses pencarian dan pemantapan karier. Jika berhasil, inilah saatnya kita mematangkan iman, kita bertumbuh dari iman Sinterklas ke iman Salib. Bila gagal, kita apatis, iman tidak bertumbuh, mengaitkan pemeliharaan Tuhan hanya dengan berkat kasat mata. Amsal 3:5-6, "Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu." Diambil dan disunting dari: Nama situs: TELAGA.org Judul transkrip: Pemuda dan Karier (TELAGA No. T143A) Alamat url: http://www.telaga.org/audio/pemuda_dan_karier Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat e-mail, silakan kirim surat ke: < konsel(at)sabda.org > STOP PRESS __________________________________________________________ DAPATKAN KUMPULAN BAHAN NATAL DI SITUS NATAL SABDA Bulan Oktober telah tiba. Kami yakin Anda yang aktif di pelayanan pasti sudah mulai berpikir untuk mempersiapkan Natal, bukan? Nah, dengan gembira kami menginformasikan bahwa Yayasan Lembaga SABDA telah menyediakan wadah di Situs Natal Indonesia bagi setiap pelayan Tuhan agar bisa saling berbagi bahan-bahan Natal dalam bahasa Indonesia. Ada banyak bahan yang bisa didapatkan, seperti Renungan Natal, Artikel Natal, Cerita/Kesaksian Natal, Drama Natal, Puisi Natal, Tips Natal, Bahan Mengajar Natal, Blog Natal, Resensi Buku Natal, Review Situs Natal, e-Cards Natal, Gambar/Desain Natal, Lagu Natal, dan bahkan sarana diskusi tentang topik Natal. Yang istimewa adalah situs ini dirancang sebagai situs yang interaktif, sehingga pengunjung dapat mendaftarkan diri untuk berpartisipasi aktif dengan mengirimkan tulisan, menulis blog, memberikan komentar, dan mengucapkan selamat Natal kepada rekan pengunjung lain. Jadi, tunggu apa lagi? Segera kunjungi Situs Natal Indonesia. Mari berbagi berkat pada perayaan hari kedatangan Kristus ke dunia 2000 tahun yang lalu ini dengan menjadi berkat bagi kemuliaan nama-Nya. ==> http://natal.sabda.org _______________________________e-KONSEL ______________________________ Apakah Anda punya masalah/perlu konseling, atau ingin mengirimkan informasi/artikel/bahan/surat/saran/pertanyaan/sumber konseling? silakan kirim ke: < konsel(at)sabda.org > atau < owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org > Berlangganan via email: < subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org > Berhenti berlangganan < unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org > ARSIP: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel Situs C3I: http://c3i.sabda.org Facebook Konseling: http://fb.sabda.org/konsel Twitter Konseling: http://twitter.com/sabdakonsel ______________________________________________________________________ Pimpinan Redaksi: Davida Welni Dana Staf Redaksi: Tatik Wahyuningsih dan Sri Setyawati Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright (c) 2010 e-Konsel / YLSA -- http://www.ylsa.org Katalog: http://katalog.sabda.org Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |