Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/215

e-Konsel edisi 215 (1-9-2010)

Pengampunan

______________________________e-KONSEL________________________________

        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
______________________________________________________________________

EDISI 215/01 September 2010

Daftar Isi:
  = Pengantar: Mengampuni Karena Telah Diampuni
  = Cakrawala: Mengampuni Orang Lain
  = Tips: Proses dan Langkah Praktis untuk Memaafkan
  = Bimbingan Alkitabiah: Ketika Susah Mengampuni

PENGANTAR ____________________________________________________________

                  MENGAMPUNI KARENA TELAH DIAMPUNI

  Perlakuan yang tidak menyenangkan, cibiran, dan perkataan yang
  meremehkan dari orang lain sangat tentu tidak mengenakkan. Sebagai
  makhluk yang memiliki emosi dan perasaan, manusia cenderung menerima
  segala sesuatu dengan melibatkan emosi dan perasaannya. Perlakuan
  buruk orang lain, termasuk anggota keluarga, tidak jarang
  meninggalkan rasa kesal, jengkel, dan akar pahit bagi seseorang.

  Apakah kita akan membiarkan rasa sakit hati menggerogoti damai
  sejahtera dan sukacita kita? Apakah kita rela hidup dalam kesesakan
  dan penderitaan terus-menerus dengan terus menyimpan kesalahan orang
  lain? Sebagai orang yang memperoleh anugerah pengampunan Tuhan atas
  segala dosa, apakah kita hanya mau mendapat pengampunan tanpa mau
  mengampuni?

  Untuk membantu Anda keluar dari keterpurukan rasa sakit hati,
  kesesakan, dan penderitaan akibat kebencian dan kesalahan orang lain
  yang mungkin masih Anda simpan, e-Konsel kali ini menghadirkan
  tulisan-tulisan yang berkaitan dengan pengampunan. Pengampunan
  sejati yang telah Tuhan Yesus berikan kiranya memampukan kita untuk
  mengampuni orang lain dengan sungguh-sungguh.

  Mari kita terima pengampunan Tuhan dan memberikan pengampunan kita
  kepada orang yang menyakiti kita. Pastikan damai sejahtera dan
  sukacita dari Allah Bapa kembali kita rasakan.

  Tuhan mengampuni dan memberkati kita.

  Staf Redaksi e-Konsel,
  Sri Setyawati
  http://c3i.sabda.org
  http://fb.sabda.org/konsel

CAKRAWALA ____________________________________________________________

                       MENGAMPUNI ORANG LAIN

     Karena Yesus telah membayar harga dosa di atas kayu salib,
             Ia menyediakan pengampunan bagi semua orang.

  Pengampunan Allah sangat besar, oleh karena itu respons seorang
  Kristen yang telah diampuni adalah mengampuni orang lain. Yesus
  mengajar para pengikut-Nya supaya saling mengampuni, bukan hanya
  beberapa kali melainkan berkali-kali. Paulus berkata, "Sama seperti
  Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian" (Kolose
  3:13).

  Sama seperti dosa memisahkan manusia dari Allah, dosa memisahkan
  manusia dari manusia. Karena itu, pengakuan dan pengampunan
  antarmanusia merupakan jalan kasih. Pengampunan merupakan tindakan
  yang terlibat dalam mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri
  dan khususnya dalam orang-orang Kristen yang saling mengasihi
  seperti Yesus mengasihi mereka.

  Ketika seseorang sungguh-sungguh mengerti pengampunan Yesus dan apa
  yang harus ditanggung-Nya untuk mati di kayu salib, dan ketika ia
  telah menerima pengampunan ini dari Yesus, maka ia akan mampu
  mengampuni orang lain. Tetapi jika ia tidak mengerti arti salib,
  atau jika ia merasa bahwa ia tidak membutuhkan banyak pengampunan
  dari Allah, maka mungkin ia tidak bersedia untuk mengampuni.

  Pada waktu kita mengampuni seseorang, kita sendiri menanggung harga
  dosa yang dilakukan terhadap kita. Sering harganya tinggi sehubungan
  dengan emosi, sakit hati, dan kekecewaan. Karena itu, pengampunan
  harus lebih merupakan suatu pilihan daripada suatu perasaan. Ini
  adalah pilihan dan janji untuk tidak lagi menanggungkan dosa kepada
  si pelanggar.

  Ini adalah respons kasih yang aktif oleh seseorang yang didiami
  Allah dan yang ingin supaya kehidupan Yesus dinyatakan melalui dia.
  Pengampunan menerima rasa sakit yang disebabkan oleh pelanggaran dan
  melepaskan hak untuk membalas dan untuk merasakan kepahitan hati
  atau kemarahan. Jika seseorang terus-menerus menaruh dendam terhadap
  seseorang, maka hal itu berarti pengampunan belum dilaksanakan.

  Pengampunan dimulai dari jiwa seseorang ketika ia memutuskan untuk
  mengampuni, bahkan sebelum orang yang berdosa itu bertobat. Suatu
  sikap mengampuni memampukan seseorang yang disakiti hatinya untuk
  memberikan pengampunan verbal secara cuma-cuma kepada orang berdosa
  ketika orang tersebut mengakui dosanya dan bertobat. Suatu sikap
  mengampuni mencegah kepahitan hati dan kemarahan, namun tidak
  mencegah seseorang untuk berusaha memperbaiki keadaan dengan cara
  melakukan konfrontasi seorang saudara seiman dalam kasih.

  Sikap tidak mengampuni mengakibatkan hubungan yang buruk dan bahkan 
  masalah-masalah kesehatan. Sikap ini membuat orang yang tidak mau 
  mengampuni dan yang tidak diampuni tetap berada dalam belenggu. 
  Sering akar dari sikap tidak mengampuni tertanam dalam-dalam dan 
  membuat seseorang melanjutkan pola pemikiran dan tingkah laku yang 
  merusak dirinya dan orang lain.

  Sikap tidak mengampuni juga sering menyebabkan seseorang menjadi
  kesepian dan menaruh dendam. Karena ketidakadilan atau dosa yang
  tidak mengampuni membentuk suatu penghalang bagi keintiman dan rasa
  belas kasihan, maka kepekaan terhadap orang lain diganti dengan
  perlindungan dan pembenaran diri sendiri. Pasangan-pasangan yang
  mengeluh bahwa mereka memunyai masalah komunikasi mungkin
  menyembunyikan sikap tidak mengampuni. Kemarahan dan kepahitan hati
  sering sukar diatasi karena keduanya terserap ke dalam sifat orang
  yang tidak mau mengampuni. Tetapi dengan pertolongan Allah kita
  mungkin mengatasi pola-pola seperti itu.

  Di samping menciptakan penghalang-penghalang antarmanusia, sikap
  tidak mengampuni menjauhkan manusia dari Allah. Jika seseorang tidak
  dapat mengalami kasih dan pengampunan Allah, ada kemungkinan ia
  tidak mau mengampuni orang lain. Hati yang tidak mengampuni sering
  menjadi penghalang bagi seseorang untuk menerima kasih Allah.
  Kepahitan hati mengeraskan hati sehingga tidak mau menerima kasih
  Allah dan kasih orang-orang lain.

  Jika seseorang tidak mau mengampuni, ia tidak dapat menerima apa
  yang ditawarkan Allah dengan cuma-cuma. Yesus memberikan peringatan
  yang jelas sekali berkenaan dengan pengampunan (Matius 6:14-15).
  Banyak orang hidup dalam penghukuman dan rasa bersalah karena mereka
  telah menolak untuk mengampuni orang lain.

  Pilihan untuk mengampuni akan mengaktifkan pekerjaan Roh Kudus dalam
  kehidupan seseorang. Ketika seseorang memilih untuk mengampuni, ia
  bertindak sesuai dengan sifat Allah. Ia sedang melakukan tepat
  seperti apa yang sedang dilakukan Tuhan: mengampuni.

  Pilihan untuk mengampuni melepaskan seseorang yang mengampuni itu
  dari kepahitan hati dan kemarahan yang lebih lanjut dan membebaskan
  dia untuk mengasihi dan hidup dalam hubungan dengan Allah dan orang
  lain. Pilihan untuk mengampuni juga memberikan kebebasan kepada
  orang yang bersalah untuk melakukan apa yang benar.

  Pengampunan juga berarti memercayai Allah untuk menangani orang
  yang bersalah maupun akibat-akibat kesalahannya. Pengampunan
  melepaskan orang yang mengampuni dan orang yang diampuni dari
  hubungan yang mempersalahkan, balas dendam, kepahitan hati, dan
  kemarahan. Pilihan untuk mengampuni membuka arus kasih Allah melalui
  orang yang mengampuni.

  Berkat-berkat pengampunan sungguh mengagumkan, tetapi orang-orang
  percaya harus mengatasi rintangan-rintangan tertentu terhadap
  pengampunan. Satu rintangan yang menyangkal pelanggaran atau sakit
  hati dengan tidak mengakui bahwa pelanggaran telah dilakukan
  terhadap kita atau dengan menjadi marah dengan segera. Juga, ada
  kecenderungan manusia untuk mempersalahkan orang lain dengan tujuan
  membenarkan diri.

  Sering dalam proses pengampunan seseorang harus mengakui
  kesalahannya sendiri dalam keadaan itu. Ia mungkin harus mengakui
  dosa dan juga mengampuni. Namun, pengakuan tidak boleh berisi
  tuduhan seperti: "Ampunilah saya atas kemarahan saya terhadap Anda
  karena Anda tidak berpikiran panjang."

  Sebagian orang takut bahwa jika mereka mengampuni, mereka bersalah 
  karena justru memberi kebebasan kepada orang mengulangi 
  kesalahannya. Pengampunan tidak bersifat pasif; pengampunan 
  sebenarnya merupakan suatu pilihan yang membebaskan kita untuk 
  mengubah keadaan atau menyelesaikan masalah yang mungkin telah 
  mengakibatkan pelanggaran. Akhirnya, kita mungkin tidak mau 
  mengampuni karena kita memusatkan perhatian pada sakit hati pribadi 
  dan tetap memikirkan ketidakadilan dan tidak memilih untuk mengasihi 
  orang lain sama seperti diri sendiri.

  Pembimbing perlu menjelaskan prinsip-prinsip dan sumber pengampunan 
  sehingga orang itu dapat mengampuni bukan hanya pelanggaran-
  pelanggaran yang sekali-sekali, tetapi juga pengulangan pelanggaran 
  yang sama (Lukas 17:3-4).

  Karena manusia tidak dapat dengan sepenuhnya mengalami arus
  pengampunan dalam menghadapi ketidakadilan, kekerasan, penolakan,
  kemarahan, dan sakit hati, maka perlu sekali adanya pengampunan
  ilahi untuk mengalir melalui orang percaya yang disakiti. Sama
  seperti Yesus mengampuni setiap orang, Ia hidup di dalam orang
  percaya untuk mengampuni.

  Pengampunan adalah tindakan bersama. Yesus memampukan orang-orang
  percaya untuk mengampuni karena mereka memilih untuk mengampuni.
  Sebaliknya, sikap tidak mau mengampuni adalah dosa dan memisahkan
  orang yang tidak mengampuni itu dari Allah.

  Dunia bukan tempat yang adil, namun ada Allah yang adil yang juga
  mengasihi dan mengampuni. Banyak penderitaan berasal dari
  ketidakadilan. Jika seseorang menghubungkan ketidakadilan kepada
  Allah, maka ia tidak akan mengerti kasih dan pengampunan Allah.
  Karena itu, seorang pembimbing mungkin perlu menggunakan banyak
  waktu untuk mengajarkan sifat Allah, keadilan Allah, dan pengampunan
  Allah sehingga orang yang dibimbing akan bersedia untuk mengampuni
  dan diampuni.

  Ketika seseorang sungguh-sungguh memilih untuk mengampuni, tindakan
  itu dilaksanakan oleh kehendak dan dimampukan oleh Roh Kudus. Namun,
  pembimbing dapat memberikan kepada orang yang dibimbing gambaran
  mengenai langkah-langkah berikut menuju pengampunan.

  1. Memberitahukan kepada Allah tentang situasinya, mengakui
     dosa-dosa Anda, dan memohon kepada-Nya untuk memberikan
     kesembuhan, pengampunan, dan kemampuan untuk mengampuni.
  2. Ingatlah akan besarnya pengampunan Allah dan mahalnya harga salib
     Kristus.
  3. Pilihlah untuk mengampuni dan untuk tidak menanggungkan kesalahan
     terhadap orang yang bersalah.
  4. Jika Anda sendiri telah berdosa terhadap orang yang bersalah,
     hampirilah dia dan akuilah dosa Anda sendiri dan mintalah
     pengampunan tanpa mempersalahkan atau bahkan mengharapkan dia
     untuk meminta pengampunan Anda.
  5. Tetaplah bersikap mengampuni dan lawanlah pencobaan untuk menaruh
     dendam untuk luka-luka masa lampau.
  6. Jika sikap tidak mengampuni atau kepahitan hati lagi-lagi timbul
     karena hal-hal yang mengingatkan kembali atau karena dosa itu
     diulangi, pertahankan pilihan untuk mengampuni dengan sungguh-
     sungguh sekalipun jika perasaan lambat untuk menerima.

  Jika seorang yang dibimbing tetap merasa sakit hati karena suatu
  kesalahan atau memunyai perasaan untuk tidak mengampuni setelah
  memilih untuk mengampuni, pembimbing dapat mengajukan
  pertanyaan-pertanyaan berikut.

  l. Apakah Anda masih sakit hati? Jika demikian, ingatlah bahwa
     sebagian luka pribadi mungkin tidak sembuh sama cepatnya seperti
     pilihan untuk mengampuni. Perasaan sakit hati tidak selalu
     merupakan petunjuk dari sikap tidak mengampuni.
  2. Apakah Anda memilih dengan tindakan Anda untuk tidak menuntut
     pembayaran atas pelanggaran sehubungan dengan pembalasan dendam
     atau keinginan agar orang yang bersalah menderita atas
     tindakan-tindakannya?
  3. Apakah Anda berdoa kiranya Allah akan mengampuni dan memberkati
     orang yang bersalah?

  Setelah mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini, pembimbing dapat
  menasihati orang yang dibimbing agar jangan tinggal dalam rasa sakit
  hati dan jangan membawanya dalam percakapan dengan orang lain. Dalam
  memilih untuk melupakan dengan cara sengaja tidak memikirkan atau
  membicarakan rasa sakit hati, orang yang dibimbing tentu akan
  melupakannya, dan perasaan luka akan hilang.

  Diambil dan disunting dari:
  Judul buku: Bimbingan Berdasarkan Firman Allah
  Judul buku asli: How to Counsel From Scripture
  Penulis: Martin dan Deidre Bobgan
  Penerjemah: Drs. Tan Giok Lie
  Penerbit: Yayasan Kalam Hidup, Bandung 1996
  Halaman: 190 -- 195

TIPS _________________________________________________________________

             PROSES DAN LANGKAH PRAKTIS UNTUK MEMAAFKAN

  PROSES MEMAAFKAN

  Ada lima tahap penting dalam proses kita mengampuni orang lain.

  1. Menyadari dan menerima rasa sakit hati.
  2. Pahami alasannya.
  3. Sadarilah.
  4. Jangan mau jadi korban.
  5. Menerima kenyataan.

     Adanya kemampuan menyadari dan menerima rasa sakit hati kita
     akibat perbuatan orang lain. Jangan menolak, menyangkal atau
     menganggap remeh sakit hati Anda. Sadari juga akibat-akibat
     yang sudah ditimbulkan rasa sakit itu.

     Cobalah memahami alasan orang itu menyakiti hati Anda. Mengampuni
     hanya akan terjadi bila kita mengulurkan tangan kita kembali
     kepada pihak yang bersalah, berusaha melihat nilai-nilai baik
     yang ada pada orang yang melukai kita, dan belajar memahami dari
     perspektif orang tersebut, meski ini tidaklah mudah.

     Sadarilah bahwa ada kalanya Anda tidak sanggup memikul akibat itu 
     sendirian. Anda perlu membagikan kesusahan dan penderitaan Anda 
     pada seseorang yang Anda percayai. Ada kalanya Anda frustasi 
     menghadapi kenyataan itu dan kadang menjadi begitu sayang diri. 
     Misal, muncullah pertanyaan: "mengapa saya harus mengalami hal 
     ini?" Kita juga perlu ingat bahwa masa lalu adalah kenyataan yang 
     tidak dapat diubah, kita harus belajar menerimanya dan bahkan 
     menjadikannya bagian penting dari pembentukan diri kita 
     seutuhnya. Dengan kesadaran ini akan muncul kekuatan dan kemauan 
     untuk membangun kembali hubungan dengan orang yang sudah melukai 
     kita. Pengampunan berarti kita membuka dan membangun kembali 
     hubungan yang sudah rusak dan retak tadi.

     Kadang juga timbul kemarahan. Kita tidak mau menjadi korban dari
     kesalahan orang lain.

     Anda mulai menerima kenyataan Anda terluka dan harus menghadapi
     secara riil. Pada tahap ini Anda berusaha menjadi pribadi yang
     tetap bahagia meski mengalami kesusahan akibat ulah orang lain.
     Satu hal yang kita syukuri adalah bahwa pengalaman terluka ini
     akan membuat kita punya kekuatan untuk menghadapi luka yang akan
     terjadi di masa yang akan datang. Dalam sebuah relasi yang dekat
     dan kuat akan selalu ada kemungkinan untuk kita saling
     mengecewakan.

  BEBERAPA LANGKAH PRAKTIS UNTUK MEMAAFKAN

  1. Mengakui kebutuhan Anda untuk disembuhkan.
  2. Mengakui emosi yang negatif.
  3. Belajar mengampuni.

     Bagi banyak orang hal ini bukan masalah, tetapi jika kita terluka 
     dan tidak mengakui, maka jelas tidak ada tempat untuk 
     pertolongan. Mengakui kebutuhan kita merupakan suatu tanda 
     kesehatan mental yang baik dan bukti sikap yang jujur. Seringkali 
     kita ingin mengakui tapi kita takut untuk ditolak. Kerelaan untuk 
     belajar dan kerendahan hatilah yang akan mengizinkan kesembuhan 
     dimulai. Mulailah bersikap jujur dengan Allah, kemudian cari 
     teman yang bisa mengerti keadaan Anda. Kejujuran akan 
     mendatangkan kasih karunia Allah dalam hidup kita.

     Beberapa di antara kita mengarungi kehidupan dengan mengumpulkan
     emosi yang negatif. Kita tidak diajarkan bagaimana mengenali atau
     mengkomunikasikan perasaan kita sehingga kita menimbun kemarahan,
     kekecewaan, ketakutan, kepahitan, dan emosi negatif lain sejak
     anak-anak. Kita menindih emosi negatif yang satu di atas yang
     lain, sama seperti menumpuk sampah. Proses penimbunan emosi ini
     menimbulkan akibat yang tragis.

     Emosi itu sendiri bukanlah dosa. Emosi dapat menghasilkan sikap
     berdosa jika diarahkan dengan cara yang negatif kepada Allah,
     diri sendiri, dan orang lain. Untuk memutuskan lingkaran
     penindasan emosi mintalah Allah untuk memberi Anda kesempatan
     untuk mengungkapkannya kepada orang yang mengerti Anda dan
     memberikan dorongan untuk jujur dengan perasaan Anda.

     Mengampuni bukan sekadar melupakan kesalahan yang dilakukan
     seseorang terhadap kita. Mengampuni berarti memaafkan orang untuk
     kesalahan yang telah diperbuatnya. Mengampuni berarti menunjukkan
     kasih dan penerimaan, meskipun disakiti. Mengampuni seringkali
     merupakan suatu proses dan bukan suatu tindakan `sekali jadi`.

     Pengampunan adalah membuat keputusan secara sadar untuk berhenti 
     membenci karena kebencian itu sama sekali tidak ada gunanya. Kita 
     terus mengampuni sampai rasa sakit itu hilang. Semakin dalam 
     lukanya, semakin besar energi atau daya pengampunan itu 
     diperlukan. Memaafkan bukanlah tindakan yang dilakukan kadang-
     kadang saja, melainkan merupakan sikap yang permanen. Sama 
     seperti seorang dokter harus membersihkan luka di tubuh kita dan 
     menjaga agar jangan terkena infeksi supaya dapat sembuh dengan 
     baik. Begitu pula kita harus menjaga kebersihan luka-luka batin 
     kita dari kepahitan supaya luka itu cepat sembuh.

     Mengampuni adalah antiseptik bagi luka batin kita. Jika kita
     sudah menerima pengampunan secara cuma-cuma oleh kurban Kristus,
     Tuhan meminta kita memaafkan sesama kita yang bersalah kepada
     kita. Tetapi itu tidak cukup. Sang Penebus, meminta kita menjadi
     "agen" penebus yang mendistribusikan kasih dan pengampunan-Nya
     itu kepada sebanyak mungkin orang. Inilah tugas konseling. Anda
     dipanggil untuk melatih sesama mengampuni sesamanya.

  Akhirnya, menerima maaf melegakan hati. Memaafkan diri sendiri itu
  sehat. Memaafkan sesama, itu ilahi. Melatih orang memaafkan itu
  mulia. Membantu orang menerima pengampunan Tuhan, itu memberinya
  hidup kekal.

  Diambil dan disunting dari:
  Judul buku: Perlengkapan Seorang Konselor
  Judul bab: Mencinta Hingga Terluka, Seni Memaafkan Sesama
  Penulis: Julianto Simanjuntak
  Penerbit: Layanan Konseling Keluarga dan Karir (LK3), Jakarta 2007
  Halaman: 61 -- 62 dan 64 -- 66

BIMBINGAN ALKITABIAH _________________________________________________

                      KETIKA SUSAH MENGAMPUNI

    Kita harus ingat, mengampuni bukanlah suatu perasaan tetapi suatu 
    keputusan -- suatu tindakan berdasarkan niat. Kau memutuskan untuk 
    mengampuni, baik suka atau tidak. Kau menyediakan kerelaan, Allah 
    akan memberikan kekuatan.

  Beberapa orang berpikir bahwa kekristenan memberikan standar yang
  tidak mungkin bagi orang-orang percaya untuk mengampuni mereka yang
  telah menyakiti mereka. Tetapi bagi Allah "tidak ada yang mustahil."

  Ada tiga alasan utama mengapa kita sulit untuk mengampuni.

  1. Tidak sadar seberapa besar telah diampuni.

     Kita tidak memiliki kesadaran yang cukup dalam mengenai seberapa
     besar diri kita telah diampuni. Dosa orang lain terhadap kita
     bukanlah apa-apa bila dibandingkan dosa kita terhadap Allah --
     tetapi Dia telah mengampuni kita.

  2. Tidak menyimpan rasa benci.

     Menyimpan rasa benci atau kemarahan terhadap orang lain yang
     telah menyakiti kita memberi kita kuasa dan kendali atas perasaan
     tersebut, dan saat kita menyerah, kita merasa sedikit tidak
     berdaya. Tetapi di dalam ketidakberdayaan kita, ingat kata-kata
     ini: "Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut
     pembalasan, firman Tuhan." (Roma 12:19). Mengampuni berarti
     melepaskan kendali dan memercayai Allah dengan hasilnya.

  3. Tidak lagi bergantung kepada Tuhan.

     Mengapa kita sulit mengampuni adalah apa yang kita sebut 
     "ketergantungan yang salah ditempatkan". Ini terjadi saat kita 
     secara keliru meyakini bahwa interaksi positif seseorang dengan 
     kita adalah penting agar kita merasa baik tentang diri sendiri, 
     jadi kita melepaskan ketergantungan kita pada Tuhan dan 
     bergantung pada orang lain. Kemudian saat mereka menyakiti kita, 
     karena yakin kita membutuhkan mereka, kita merasa mereka telah 
     menghancurkan jiwa kita. Itulah sebabnya kita sering kali terluka 
     oleh mereka yang terdekat dengan kita. Tetapi manusia tidak dapat 
     menghancurkan kita; hanya Tuhan yang dapat melakukan itu (lihat 
     Matius 10:28). Jauh lebih mudah untuk mengampuni bila kita 
     melihat bahwa hidup kita bukanlah di dalam manusia, tetapi di 
     dalam Allah.

  REFERENSI ALKITAB

  1. Perhatikan besarnya pengampunan Ilahi. (Mazmur 103:12)
     "Sejauh timur dari barat demikian dijauhkan-Nya dari pada kita
     pelanggaran kita.", 2. Tuhan hanya membenci kejahatan. (Roma 12:19)
     "Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut
     pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada
     tertulis: Pembalasan itu hak-Ku, Akulah yang menuntut pembalasan,
     Firman Tuhan.", 3. Apa yang telah Allah lakukan bagi kita, harus kita lakukan bagi
     orang lain. (Kolose 3:13)
     "Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang
     akan yang lain, apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang
     lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat
     jugalah demikian.", 4. Sikap tidak mengampuni akan menghancurkan kita. (Ibrani 12:15)
     "Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih
     karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang
     menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang.", 5. Pengampunan adalah perintah utama kepada orang Kristen.
     (2 Korintus 5:19)
     "Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus 
     dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah
     mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami.", 6. Setan tidak memiliki hak dalam pengampunan. (2 Korintus 2:10-11)
     "Sebab barangsiapa yang kamu ampuni kesalahannya, aku
     mengampuninya juga. Sebab jika aku mengampuni , - seandainya ada
     yang harus kuampuni -, maka hal itu kubuat oleh karena kamu di
     hadapan Kristus, supaya iblis jangan beroleh keuntungan atas
     kita, sebab kita tahu apa maksudnya.", 7. Menolak mengampuni orang lain menghalangi pengampunan Tuhan bagi
     kita. (Markus 11:25)
     "Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya 
     ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga 
     Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu.", 8. Akibat serius terjadi bila kita menolak untuk mengampuni. 
     (Matius 18:35) 
     "Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap 
     kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu 
     dengan segenap hatimu."

  Diambil dan disunting dari:
  Judul buku: Buku Pintar Konseling Krisis: Pertolongan Praktis
              Alkitabiah di Masa Sukar
  Judul buku asli: Your Personal Encourager
  Penulis: Selwyn Hughes
  Penerjemah: Genesis Team
  Penerbit: Betlehem Publisher, 2002
  Halaman: 26 -- 29
_______________________________e-KONSEL ______________________________
Apakah Anda punya masalah/perlu konseling, atau ingin mengirimkan
informasi/artikel/bahan/surat/saran/pertanyaan/sumber konseling?
silakan kirim ke:
< konsel(at)sabda.org > atau < owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
ARSIP: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel
Situs C3I: http://c3i.sabda.org
Facebook Konseling: http://fb.sabda.org/konsel
Twitter Konseling: http://twitter.com/sabdakonsel
______________________________________________________________________

Pimpinan Redaksi: Davida Welni Dana
Staf Redaksi: Tatik Wahyuningsih dan Sri Setyawati
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright (c) 2010 Konsel / YLSA -- http://www.ylsa.org
Katalog: http://katalog.sabda.org
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org