Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/215 |
|
e-Konsel edisi 215 (1-9-2010)
|
|
______________________________e-KONSEL________________________________ Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen ______________________________________________________________________ EDISI 215/01 September 2010 Daftar Isi: = Pengantar: Mengampuni Karena Telah Diampuni = Cakrawala: Mengampuni Orang Lain = Tips: Proses dan Langkah Praktis untuk Memaafkan = Bimbingan Alkitabiah: Ketika Susah Mengampuni PENGANTAR ____________________________________________________________ MENGAMPUNI KARENA TELAH DIAMPUNI Perlakuan yang tidak menyenangkan, cibiran, dan perkataan yang meremehkan dari orang lain sangat tentu tidak mengenakkan. Sebagai makhluk yang memiliki emosi dan perasaan, manusia cenderung menerima segala sesuatu dengan melibatkan emosi dan perasaannya. Perlakuan buruk orang lain, termasuk anggota keluarga, tidak jarang meninggalkan rasa kesal, jengkel, dan akar pahit bagi seseorang. Apakah kita akan membiarkan rasa sakit hati menggerogoti damai sejahtera dan sukacita kita? Apakah kita rela hidup dalam kesesakan dan penderitaan terus-menerus dengan terus menyimpan kesalahan orang lain? Sebagai orang yang memperoleh anugerah pengampunan Tuhan atas segala dosa, apakah kita hanya mau mendapat pengampunan tanpa mau mengampuni? Untuk membantu Anda keluar dari keterpurukan rasa sakit hati, kesesakan, dan penderitaan akibat kebencian dan kesalahan orang lain yang mungkin masih Anda simpan, e-Konsel kali ini menghadirkan tulisan-tulisan yang berkaitan dengan pengampunan. Pengampunan sejati yang telah Tuhan Yesus berikan kiranya memampukan kita untuk mengampuni orang lain dengan sungguh-sungguh. Mari kita terima pengampunan Tuhan dan memberikan pengampunan kita kepada orang yang menyakiti kita. Pastikan damai sejahtera dan sukacita dari Allah Bapa kembali kita rasakan. Tuhan mengampuni dan memberkati kita. Staf Redaksi e-Konsel, Sri Setyawati http://c3i.sabda.org http://fb.sabda.org/konsel CAKRAWALA ____________________________________________________________ MENGAMPUNI ORANG LAIN Karena Yesus telah membayar harga dosa di atas kayu salib, Ia menyediakan pengampunan bagi semua orang. Pengampunan Allah sangat besar, oleh karena itu respons seorang Kristen yang telah diampuni adalah mengampuni orang lain. Yesus mengajar para pengikut-Nya supaya saling mengampuni, bukan hanya beberapa kali melainkan berkali-kali. Paulus berkata, "Sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian" (Kolose 3:13). Sama seperti dosa memisahkan manusia dari Allah, dosa memisahkan manusia dari manusia. Karena itu, pengakuan dan pengampunan antarmanusia merupakan jalan kasih. Pengampunan merupakan tindakan yang terlibat dalam mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri dan khususnya dalam orang-orang Kristen yang saling mengasihi seperti Yesus mengasihi mereka. Ketika seseorang sungguh-sungguh mengerti pengampunan Yesus dan apa yang harus ditanggung-Nya untuk mati di kayu salib, dan ketika ia telah menerima pengampunan ini dari Yesus, maka ia akan mampu mengampuni orang lain. Tetapi jika ia tidak mengerti arti salib, atau jika ia merasa bahwa ia tidak membutuhkan banyak pengampunan dari Allah, maka mungkin ia tidak bersedia untuk mengampuni. Pada waktu kita mengampuni seseorang, kita sendiri menanggung harga dosa yang dilakukan terhadap kita. Sering harganya tinggi sehubungan dengan emosi, sakit hati, dan kekecewaan. Karena itu, pengampunan harus lebih merupakan suatu pilihan daripada suatu perasaan. Ini adalah pilihan dan janji untuk tidak lagi menanggungkan dosa kepada si pelanggar. Ini adalah respons kasih yang aktif oleh seseorang yang didiami Allah dan yang ingin supaya kehidupan Yesus dinyatakan melalui dia. Pengampunan menerima rasa sakit yang disebabkan oleh pelanggaran dan melepaskan hak untuk membalas dan untuk merasakan kepahitan hati atau kemarahan. Jika seseorang terus-menerus menaruh dendam terhadap seseorang, maka hal itu berarti pengampunan belum dilaksanakan. Pengampunan dimulai dari jiwa seseorang ketika ia memutuskan untuk mengampuni, bahkan sebelum orang yang berdosa itu bertobat. Suatu sikap mengampuni memampukan seseorang yang disakiti hatinya untuk memberikan pengampunan verbal secara cuma-cuma kepada orang berdosa ketika orang tersebut mengakui dosanya dan bertobat. Suatu sikap mengampuni mencegah kepahitan hati dan kemarahan, namun tidak mencegah seseorang untuk berusaha memperbaiki keadaan dengan cara melakukan konfrontasi seorang saudara seiman dalam kasih. Sikap tidak mengampuni mengakibatkan hubungan yang buruk dan bahkan masalah-masalah kesehatan. Sikap ini membuat orang yang tidak mau mengampuni dan yang tidak diampuni tetap berada dalam belenggu. Sering akar dari sikap tidak mengampuni tertanam dalam-dalam dan membuat seseorang melanjutkan pola pemikiran dan tingkah laku yang merusak dirinya dan orang lain. Sikap tidak mengampuni juga sering menyebabkan seseorang menjadi kesepian dan menaruh dendam. Karena ketidakadilan atau dosa yang tidak mengampuni membentuk suatu penghalang bagi keintiman dan rasa belas kasihan, maka kepekaan terhadap orang lain diganti dengan perlindungan dan pembenaran diri sendiri. Pasangan-pasangan yang mengeluh bahwa mereka memunyai masalah komunikasi mungkin menyembunyikan sikap tidak mengampuni. Kemarahan dan kepahitan hati sering sukar diatasi karena keduanya terserap ke dalam sifat orang yang tidak mau mengampuni. Tetapi dengan pertolongan Allah kita mungkin mengatasi pola-pola seperti itu. Di samping menciptakan penghalang-penghalang antarmanusia, sikap tidak mengampuni menjauhkan manusia dari Allah. Jika seseorang tidak dapat mengalami kasih dan pengampunan Allah, ada kemungkinan ia tidak mau mengampuni orang lain. Hati yang tidak mengampuni sering menjadi penghalang bagi seseorang untuk menerima kasih Allah. Kepahitan hati mengeraskan hati sehingga tidak mau menerima kasih Allah dan kasih orang-orang lain. Jika seseorang tidak mau mengampuni, ia tidak dapat menerima apa yang ditawarkan Allah dengan cuma-cuma. Yesus memberikan peringatan yang jelas sekali berkenaan dengan pengampunan (Matius 6:14-15). Banyak orang hidup dalam penghukuman dan rasa bersalah karena mereka telah menolak untuk mengampuni orang lain. Pilihan untuk mengampuni akan mengaktifkan pekerjaan Roh Kudus dalam kehidupan seseorang. Ketika seseorang memilih untuk mengampuni, ia bertindak sesuai dengan sifat Allah. Ia sedang melakukan tepat seperti apa yang sedang dilakukan Tuhan: mengampuni. Pilihan untuk mengampuni melepaskan seseorang yang mengampuni itu dari kepahitan hati dan kemarahan yang lebih lanjut dan membebaskan dia untuk mengasihi dan hidup dalam hubungan dengan Allah dan orang lain. Pilihan untuk mengampuni juga memberikan kebebasan kepada orang yang bersalah untuk melakukan apa yang benar. Pengampunan juga berarti memercayai Allah untuk menangani orang yang bersalah maupun akibat-akibat kesalahannya. Pengampunan melepaskan orang yang mengampuni dan orang yang diampuni dari hubungan yang mempersalahkan, balas dendam, kepahitan hati, dan kemarahan. Pilihan untuk mengampuni membuka arus kasih Allah melalui orang yang mengampuni. Berkat-berkat pengampunan sungguh mengagumkan, tetapi orang-orang percaya harus mengatasi rintangan-rintangan tertentu terhadap pengampunan. Satu rintangan yang menyangkal pelanggaran atau sakit hati dengan tidak mengakui bahwa pelanggaran telah dilakukan terhadap kita atau dengan menjadi marah dengan segera. Juga, ada kecenderungan manusia untuk mempersalahkan orang lain dengan tujuan membenarkan diri. Sering dalam proses pengampunan seseorang harus mengakui kesalahannya sendiri dalam keadaan itu. Ia mungkin harus mengakui dosa dan juga mengampuni. Namun, pengakuan tidak boleh berisi tuduhan seperti: "Ampunilah saya atas kemarahan saya terhadap Anda karena Anda tidak berpikiran panjang." Sebagian orang takut bahwa jika mereka mengampuni, mereka bersalah karena justru memberi kebebasan kepada orang mengulangi kesalahannya. Pengampunan tidak bersifat pasif; pengampunan sebenarnya merupakan suatu pilihan yang membebaskan kita untuk mengubah keadaan atau menyelesaikan masalah yang mungkin telah mengakibatkan pelanggaran. Akhirnya, kita mungkin tidak mau mengampuni karena kita memusatkan perhatian pada sakit hati pribadi dan tetap memikirkan ketidakadilan dan tidak memilih untuk mengasihi orang lain sama seperti diri sendiri. Pembimbing perlu menjelaskan prinsip-prinsip dan sumber pengampunan sehingga orang itu dapat mengampuni bukan hanya pelanggaran- pelanggaran yang sekali-sekali, tetapi juga pengulangan pelanggaran yang sama (Lukas 17:3-4). Karena manusia tidak dapat dengan sepenuhnya mengalami arus pengampunan dalam menghadapi ketidakadilan, kekerasan, penolakan, kemarahan, dan sakit hati, maka perlu sekali adanya pengampunan ilahi untuk mengalir melalui orang percaya yang disakiti. Sama seperti Yesus mengampuni setiap orang, Ia hidup di dalam orang percaya untuk mengampuni. Pengampunan adalah tindakan bersama. Yesus memampukan orang-orang percaya untuk mengampuni karena mereka memilih untuk mengampuni. Sebaliknya, sikap tidak mau mengampuni adalah dosa dan memisahkan orang yang tidak mengampuni itu dari Allah. Dunia bukan tempat yang adil, namun ada Allah yang adil yang juga mengasihi dan mengampuni. Banyak penderitaan berasal dari ketidakadilan. Jika seseorang menghubungkan ketidakadilan kepada Allah, maka ia tidak akan mengerti kasih dan pengampunan Allah. Karena itu, seorang pembimbing mungkin perlu menggunakan banyak waktu untuk mengajarkan sifat Allah, keadilan Allah, dan pengampunan Allah sehingga orang yang dibimbing akan bersedia untuk mengampuni dan diampuni. Ketika seseorang sungguh-sungguh memilih untuk mengampuni, tindakan itu dilaksanakan oleh kehendak dan dimampukan oleh Roh Kudus. Namun, pembimbing dapat memberikan kepada orang yang dibimbing gambaran mengenai langkah-langkah berikut menuju pengampunan. 1. Memberitahukan kepada Allah tentang situasinya, mengakui dosa-dosa Anda, dan memohon kepada-Nya untuk memberikan kesembuhan, pengampunan, dan kemampuan untuk mengampuni. 2. Ingatlah akan besarnya pengampunan Allah dan mahalnya harga salib Kristus. 3. Pilihlah untuk mengampuni dan untuk tidak menanggungkan kesalahan terhadap orang yang bersalah. 4. Jika Anda sendiri telah berdosa terhadap orang yang bersalah, hampirilah dia dan akuilah dosa Anda sendiri dan mintalah pengampunan tanpa mempersalahkan atau bahkan mengharapkan dia untuk meminta pengampunan Anda. 5. Tetaplah bersikap mengampuni dan lawanlah pencobaan untuk menaruh dendam untuk luka-luka masa lampau. 6. Jika sikap tidak mengampuni atau kepahitan hati lagi-lagi timbul karena hal-hal yang mengingatkan kembali atau karena dosa itu diulangi, pertahankan pilihan untuk mengampuni dengan sungguh- sungguh sekalipun jika perasaan lambat untuk menerima. Jika seorang yang dibimbing tetap merasa sakit hati karena suatu kesalahan atau memunyai perasaan untuk tidak mengampuni setelah memilih untuk mengampuni, pembimbing dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut. l. Apakah Anda masih sakit hati? Jika demikian, ingatlah bahwa sebagian luka pribadi mungkin tidak sembuh sama cepatnya seperti pilihan untuk mengampuni. Perasaan sakit hati tidak selalu merupakan petunjuk dari sikap tidak mengampuni. 2. Apakah Anda memilih dengan tindakan Anda untuk tidak menuntut pembayaran atas pelanggaran sehubungan dengan pembalasan dendam atau keinginan agar orang yang bersalah menderita atas tindakan-tindakannya? 3. Apakah Anda berdoa kiranya Allah akan mengampuni dan memberkati orang yang bersalah? Setelah mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini, pembimbing dapat menasihati orang yang dibimbing agar jangan tinggal dalam rasa sakit hati dan jangan membawanya dalam percakapan dengan orang lain. Dalam memilih untuk melupakan dengan cara sengaja tidak memikirkan atau membicarakan rasa sakit hati, orang yang dibimbing tentu akan melupakannya, dan perasaan luka akan hilang. Diambil dan disunting dari: Judul buku: Bimbingan Berdasarkan Firman Allah Judul buku asli: How to Counsel From Scripture Penulis: Martin dan Deidre Bobgan Penerjemah: Drs. Tan Giok Lie Penerbit: Yayasan Kalam Hidup, Bandung 1996 Halaman: 190 -- 195 TIPS _________________________________________________________________ PROSES DAN LANGKAH PRAKTIS UNTUK MEMAAFKAN PROSES MEMAAFKAN Ada lima tahap penting dalam proses kita mengampuni orang lain. 1. Menyadari dan menerima rasa sakit hati. 2. Pahami alasannya. 3. Sadarilah. 4. Jangan mau jadi korban. 5. Menerima kenyataan. Adanya kemampuan menyadari dan menerima rasa sakit hati kita akibat perbuatan orang lain. Jangan menolak, menyangkal atau menganggap remeh sakit hati Anda. Sadari juga akibat-akibat yang sudah ditimbulkan rasa sakit itu. Cobalah memahami alasan orang itu menyakiti hati Anda. Mengampuni hanya akan terjadi bila kita mengulurkan tangan kita kembali kepada pihak yang bersalah, berusaha melihat nilai-nilai baik yang ada pada orang yang melukai kita, dan belajar memahami dari perspektif orang tersebut, meski ini tidaklah mudah. Sadarilah bahwa ada kalanya Anda tidak sanggup memikul akibat itu sendirian. Anda perlu membagikan kesusahan dan penderitaan Anda pada seseorang yang Anda percayai. Ada kalanya Anda frustasi menghadapi kenyataan itu dan kadang menjadi begitu sayang diri. Misal, muncullah pertanyaan: "mengapa saya harus mengalami hal ini?" Kita juga perlu ingat bahwa masa lalu adalah kenyataan yang tidak dapat diubah, kita harus belajar menerimanya dan bahkan menjadikannya bagian penting dari pembentukan diri kita seutuhnya. Dengan kesadaran ini akan muncul kekuatan dan kemauan untuk membangun kembali hubungan dengan orang yang sudah melukai kita. Pengampunan berarti kita membuka dan membangun kembali hubungan yang sudah rusak dan retak tadi. Kadang juga timbul kemarahan. Kita tidak mau menjadi korban dari kesalahan orang lain. Anda mulai menerima kenyataan Anda terluka dan harus menghadapi secara riil. Pada tahap ini Anda berusaha menjadi pribadi yang tetap bahagia meski mengalami kesusahan akibat ulah orang lain. Satu hal yang kita syukuri adalah bahwa pengalaman terluka ini akan membuat kita punya kekuatan untuk menghadapi luka yang akan terjadi di masa yang akan datang. Dalam sebuah relasi yang dekat dan kuat akan selalu ada kemungkinan untuk kita saling mengecewakan. BEBERAPA LANGKAH PRAKTIS UNTUK MEMAAFKAN 1. Mengakui kebutuhan Anda untuk disembuhkan. 2. Mengakui emosi yang negatif. 3. Belajar mengampuni. Bagi banyak orang hal ini bukan masalah, tetapi jika kita terluka dan tidak mengakui, maka jelas tidak ada tempat untuk pertolongan. Mengakui kebutuhan kita merupakan suatu tanda kesehatan mental yang baik dan bukti sikap yang jujur. Seringkali kita ingin mengakui tapi kita takut untuk ditolak. Kerelaan untuk belajar dan kerendahan hatilah yang akan mengizinkan kesembuhan dimulai. Mulailah bersikap jujur dengan Allah, kemudian cari teman yang bisa mengerti keadaan Anda. Kejujuran akan mendatangkan kasih karunia Allah dalam hidup kita. Beberapa di antara kita mengarungi kehidupan dengan mengumpulkan emosi yang negatif. Kita tidak diajarkan bagaimana mengenali atau mengkomunikasikan perasaan kita sehingga kita menimbun kemarahan, kekecewaan, ketakutan, kepahitan, dan emosi negatif lain sejak anak-anak. Kita menindih emosi negatif yang satu di atas yang lain, sama seperti menumpuk sampah. Proses penimbunan emosi ini menimbulkan akibat yang tragis. Emosi itu sendiri bukanlah dosa. Emosi dapat menghasilkan sikap berdosa jika diarahkan dengan cara yang negatif kepada Allah, diri sendiri, dan orang lain. Untuk memutuskan lingkaran penindasan emosi mintalah Allah untuk memberi Anda kesempatan untuk mengungkapkannya kepada orang yang mengerti Anda dan memberikan dorongan untuk jujur dengan perasaan Anda. Mengampuni bukan sekadar melupakan kesalahan yang dilakukan seseorang terhadap kita. Mengampuni berarti memaafkan orang untuk kesalahan yang telah diperbuatnya. Mengampuni berarti menunjukkan kasih dan penerimaan, meskipun disakiti. Mengampuni seringkali merupakan suatu proses dan bukan suatu tindakan `sekali jadi`. Pengampunan adalah membuat keputusan secara sadar untuk berhenti membenci karena kebencian itu sama sekali tidak ada gunanya. Kita terus mengampuni sampai rasa sakit itu hilang. Semakin dalam lukanya, semakin besar energi atau daya pengampunan itu diperlukan. Memaafkan bukanlah tindakan yang dilakukan kadang- kadang saja, melainkan merupakan sikap yang permanen. Sama seperti seorang dokter harus membersihkan luka di tubuh kita dan menjaga agar jangan terkena infeksi supaya dapat sembuh dengan baik. Begitu pula kita harus menjaga kebersihan luka-luka batin kita dari kepahitan supaya luka itu cepat sembuh. Mengampuni adalah antiseptik bagi luka batin kita. Jika kita sudah menerima pengampunan secara cuma-cuma oleh kurban Kristus, Tuhan meminta kita memaafkan sesama kita yang bersalah kepada kita. Tetapi itu tidak cukup. Sang Penebus, meminta kita menjadi "agen" penebus yang mendistribusikan kasih dan pengampunan-Nya itu kepada sebanyak mungkin orang. Inilah tugas konseling. Anda dipanggil untuk melatih sesama mengampuni sesamanya. Akhirnya, menerima maaf melegakan hati. Memaafkan diri sendiri itu sehat. Memaafkan sesama, itu ilahi. Melatih orang memaafkan itu mulia. Membantu orang menerima pengampunan Tuhan, itu memberinya hidup kekal. Diambil dan disunting dari: Judul buku: Perlengkapan Seorang Konselor Judul bab: Mencinta Hingga Terluka, Seni Memaafkan Sesama Penulis: Julianto Simanjuntak Penerbit: Layanan Konseling Keluarga dan Karir (LK3), Jakarta 2007 Halaman: 61 -- 62 dan 64 -- 66 BIMBINGAN ALKITABIAH _________________________________________________ KETIKA SUSAH MENGAMPUNI Kita harus ingat, mengampuni bukanlah suatu perasaan tetapi suatu keputusan -- suatu tindakan berdasarkan niat. Kau memutuskan untuk mengampuni, baik suka atau tidak. Kau menyediakan kerelaan, Allah akan memberikan kekuatan. Beberapa orang berpikir bahwa kekristenan memberikan standar yang tidak mungkin bagi orang-orang percaya untuk mengampuni mereka yang telah menyakiti mereka. Tetapi bagi Allah "tidak ada yang mustahil." Ada tiga alasan utama mengapa kita sulit untuk mengampuni. 1. Tidak sadar seberapa besar telah diampuni. Kita tidak memiliki kesadaran yang cukup dalam mengenai seberapa besar diri kita telah diampuni. Dosa orang lain terhadap kita bukanlah apa-apa bila dibandingkan dosa kita terhadap Allah -- tetapi Dia telah mengampuni kita. 2. Tidak menyimpan rasa benci. Menyimpan rasa benci atau kemarahan terhadap orang lain yang telah menyakiti kita memberi kita kuasa dan kendali atas perasaan tersebut, dan saat kita menyerah, kita merasa sedikit tidak berdaya. Tetapi di dalam ketidakberdayaan kita, ingat kata-kata ini: "Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan." (Roma 12:19). Mengampuni berarti melepaskan kendali dan memercayai Allah dengan hasilnya. 3. Tidak lagi bergantung kepada Tuhan. Mengapa kita sulit mengampuni adalah apa yang kita sebut "ketergantungan yang salah ditempatkan". Ini terjadi saat kita secara keliru meyakini bahwa interaksi positif seseorang dengan kita adalah penting agar kita merasa baik tentang diri sendiri, jadi kita melepaskan ketergantungan kita pada Tuhan dan bergantung pada orang lain. Kemudian saat mereka menyakiti kita, karena yakin kita membutuhkan mereka, kita merasa mereka telah menghancurkan jiwa kita. Itulah sebabnya kita sering kali terluka oleh mereka yang terdekat dengan kita. Tetapi manusia tidak dapat menghancurkan kita; hanya Tuhan yang dapat melakukan itu (lihat Matius 10:28). Jauh lebih mudah untuk mengampuni bila kita melihat bahwa hidup kita bukanlah di dalam manusia, tetapi di dalam Allah. REFERENSI ALKITAB 1. Perhatikan besarnya pengampunan Ilahi. (Mazmur 103:12) "Sejauh timur dari barat demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita.", 2. Tuhan hanya membenci kejahatan. (Roma 12:19) "Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu hak-Ku, Akulah yang menuntut pembalasan, Firman Tuhan.", 3. Apa yang telah Allah lakukan bagi kita, harus kita lakukan bagi orang lain. (Kolose 3:13) "Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain, apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.", 4. Sikap tidak mengampuni akan menghancurkan kita. (Ibrani 12:15) "Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang.", 5. Pengampunan adalah perintah utama kepada orang Kristen. (2 Korintus 5:19) "Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami.", 6. Setan tidak memiliki hak dalam pengampunan. (2 Korintus 2:10-11) "Sebab barangsiapa yang kamu ampuni kesalahannya, aku mengampuninya juga. Sebab jika aku mengampuni , - seandainya ada yang harus kuampuni -, maka hal itu kubuat oleh karena kamu di hadapan Kristus, supaya iblis jangan beroleh keuntungan atas kita, sebab kita tahu apa maksudnya.", 7. Menolak mengampuni orang lain menghalangi pengampunan Tuhan bagi kita. (Markus 11:25) "Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu.", 8. Akibat serius terjadi bila kita menolak untuk mengampuni. (Matius 18:35) "Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu." Diambil dan disunting dari: Judul buku: Buku Pintar Konseling Krisis: Pertolongan Praktis Alkitabiah di Masa Sukar Judul buku asli: Your Personal Encourager Penulis: Selwyn Hughes Penerjemah: Genesis Team Penerbit: Betlehem Publisher, 2002 Halaman: 26 -- 29 _______________________________e-KONSEL ______________________________ Apakah Anda punya masalah/perlu konseling, atau ingin mengirimkan informasi/artikel/bahan/surat/saran/pertanyaan/sumber konseling? silakan kirim ke: < konsel(at)sabda.org > atau < owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org > Berlangganan: < subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org > Berhenti: < unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org > ARSIP: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel Situs C3I: http://c3i.sabda.org Facebook Konseling: http://fb.sabda.org/konsel Twitter Konseling: http://twitter.com/sabdakonsel ______________________________________________________________________ Pimpinan Redaksi: Davida Welni Dana Staf Redaksi: Tatik Wahyuningsih dan Sri Setyawati Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright (c) 2010 Konsel / YLSA -- http://www.ylsa.org Katalog: http://katalog.sabda.org Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |