Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/214 |
|
e-Konsel edisi 214 (15-8-2010)
|
|
______________________________e-KONSEL________________________________ Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen ______________________________________________________________________ EDISI 214/15 Agustus 2010 Daftar Isi: = Pengantar: = Cakrawala: Masalah Hidup: Dianalisa Dulu Baru Diatasi = Tips (1): Tatkala Bahaya Mengancam, Apa yang Harus Diperbuat? = Tips (2): Bagaimana Caranya Menghadapi Masalah Hidup Yang Menekan? = Artikel Terkait: Artikel tentang Masalah Hidup PENGANTAR ____________________________________________________________ Salam kasih, Sebagai orang yang telah dimerdekakan dari dosa, Yesus memberikan jaminan kepada kita bahwa Dia akan selalu menyertai kita. Dia akan memampukan kita untuk mengatasi segala hal yang dapat menjauhkan kita dari kasih Allah. Meskipun demikian, bukan berarti hidup kita akan mulus-mulus saja. Tidak jarang Tuhan tetap mengizinkan berbagai masalah hidup datang menerpa -- toh manusia tidak lepas dari segala konsekuensi perbuatannya. Status kita sebagai orang yang telah dimerdekakan Tuhan merupakan jaminan bahwa dalam setiap masalah yang menerpa, Tuhan selalu memegang tangan kita, sehingga kita tidak jatuh sampai tergeletak. Publikasi e-Konsel kali ini mengajak kita semua untuk menganalisa setiap masalah hidup yang kita alami. Proses menganalisa masalah merupakan salah satu hikmat yang Tuhan berikan untuk menolong kita mengatasi masalah hidup. Tuhan pun akan memberikan kita hikmat untuk waspada terhadap ancaman-ancaman kehidupan yang dapat menimbulkan masalah. Semua hal mengenai masalah hidup dapat Anda temukan dalam edisi kali ini. Selamat menyimak dan kiranya Anda selalu mengerti setiap pertolongan tangan Tuhan dalam menghadapi dan mengatasi masalah hidup. Percayalah, Dia selalu memegang tangan kita ketika sepenuhnya bergantung kepada-Nya. Pimpinan Redaksi e-Konsel, Davida Welni Dana < evie(at)in-christ.net > http://c3i.sabda.org http://fb.sabda.org/konsel CAKRAWALA 1 __________________________________________________________ MASALAH HIDUP: DIANALISA DULU BARU DIATASI Diringkas oleh: Sri Setyawati Banyak masalah dalam hidup yang harus kita atasi. Agar lebih mudah menentukan tindakan yang harus kita ambil untuk mengatasinya, kita akan membedakan masalah hidup menjadi dua macam. A. MASALAH BUATAN Masalah buatan adalah masalah yang datang oleh diri kita sendiri. Masalah itu timbul karena tingkah laku dosa, sikap salah, ataupun akibat kepribadian buruk kita. Masalah buatan bukanlah masalah semu, hanya saja penyebabnya adalah diri kita sendiri. Contoh: kisah Akhan dalam Yosua 6:18, 19, 7:1-15; masalah yang dihadapi umat Israel ketika akan mengalahkan kota Ai adalah masalah buatan, yang timbul karena dosa. Untuk mengatasi masalah ini Allah tidak "menyulap" hingga orang Ai kalah setelah Yosua sujud di hadapan tabut Allah. Allah tidak melakukan hal itu; umat Israellah yang harus bertindak. Selama ini kita mengetahui ada tiga hal cara Allah menjawab doa, yaitu "Ya", "Tidak", atau "Tunggu". Tetapi ada juga cara yang keempat, yaitu "Bertindaklah!" Berikut uraian maksud setiap jawaban Tuhan. 1. Ya! Ketika Allah menjawab doa kita dengan "Ya", itu berarti Ia mengabulkan permohonan kita. Ia melihat bahwa untuk kebaikan kitalah Ia mengabulkan permintaan itu. 2. Tidak! Allah tidak mengabulkan permohonan kita karena Ia melihat bahwa yang kita minta itu bukan untuk kebaikan kita. 3. Tunggu! Allah akan mengabulkan permohonan kita pada masa yang akan datang, bukan sekarang. Ia melihat bahwa untuk kebaikan kita permohonan kita dikabulkan pada masa yang akan datang, bukan saat ini. Waktu tunggu ini sesuai dengan waktu Allah. 4. Bertindaklah! Allah menghendaki kitalah yang harus bertindak. Kitalah yang harus bertobat, memperbaiki diri, meninggalkan jalan kita yang berdosa. Kitalah yang harus meninggalkan kebiasaan buruk dan kebiasaan berdosa. Allah tidak akan melakukannya bagi kita. Ia pasti akan menolong kita, tapi kitalah yang harus bertindak! Ketika menghadapi masalah buatan, Allah sering mengharuskan kita untuk bertindak. Ia akan menolong kita tapi Ia tidak akan melakukannya bagi kita. Dalam perubahan kepribadian, sering kita mengharapkan Allah melakukan hal itu tanpa kita berusaha dan bertindak. Kita mengharapkan Allah dengan ajaib menyulap kita dari orang yang sewenang-wenang, pemarah, pendendam, dsb. secara seketika menjadi orang yang sabar, pengasih dan penyayang, mudah mengampuni, dll.. Ini tidak akan dilakukan secara otomatis oleh Allah. Allah jelas akan menolong kita melalui Roh-Nya, tapi kita juga harus berusaha. Kita harus bertobat dari kebiasaan berbuat dosa. Kita harus bertekad untuk meninggalkan kejahatan. Kita harus berhenti membaca bacaan porno atau menonton film porno agar tidak terangsang dan berzinah dalam hati. Kita harus menjauhi bar-bar dan minuman keras agar kita tidak kembali menjadi pemabuk. Allah menyediakan kemampuan kepada kita untuk melakukannya. Dalam peristiwa lahir baru, Roh Kudus mengubahkan kodrat manusiawi kita dan kita menerima anugerah-anugerah-Nya yang besar sesuai dengan janji-Nya. Setelah itu Roh Kudus memasukkan kita dalam program pendewasaan yang akan berlangsung seumur hidup kita. Semuanya sesuai dengan rencana-Nya menjadikan kita semakin menyerupai Kristus. Bertindaklah! B. MASALAH SUNGGUHAN Masalah sungguhan adalah masalah yang datang tidak disebabkan oleh sikap atau tingkah laku kita sendiri. Masalah ini mungkin datang karena keinginan, perbuatan, dosa orang lain, bencana alam, kecelakaan, situasi negara, situasi ekonomi, dll.. Contoh: kisah Yosafat dan kaum Yehuda dalam 2 Tawarikh 20:1-26. Yosafat dan rakyatnya menghadapi suatu masalah sungguhan (yang datang bukan karena dosa yang mereka perbuat) yang tidak sanggup mereka atasi. Tindakan mereka merupakan contoh bagi umat Kristen. Bila musibah, kecelakaan, dan sengsara datang, umat Kristen dianjurkan untuk langsung menghadap Allah untuk meminta tolong dan berlindung pada-Nya. Terhadap ancaman luar biasa yang tidak tertahankan, kita diimbau untuk segera datang kepada Allah, menerima perlindungan dan penjagaan-Nya. Allah yang akan berperang ganti kita dan Ia yang akan memberi kita kekuatan untuk bertahan terus sampai bahaya itu lewat. Hal terutama yang harus kita lakukan ialah memasrahkan diri kepada Allah sambil terus menyembah dan memuji Dia serta tetap hidup benar. Tak perlu putus asa atau bunuh diri saat usaha kita terancam bangkrut atau sudah bangkrut. Tetaplah bertahan saat kita mengalami fitnahan hebat. Tetaplah setia saat suami/istri kita menyeleweng (yang bukan karena sifat dosa kita). TINDAKAN KITA Setelah kita mempelajari kedua macam masalah di atas, kita dapat menentukan langkah-langkah yang harus kita ambil bila kita menghadapi suatu masalah. Bila menghadapi suatu masalah, janganlah kita langsung panik, marah-marah, atau putus asa. Iman kita mengatakan bahwa masalah yang kita alami itu juga untuk kebaikan kita yang memiliki Tuhan Yesus, yang mengasihi-Nya, dan yang dipanggil sesuai dengan rencana Allah (Roma 8:28). Allah mengizinkan masalah hadir dalam hidup kita untuk kekudusan kita, menyadarkan kita akan adanya sifat-sifat yang tidak diperkenan Allah dalam diri kita, atau untuk pendewasaan kita. Kita juga sadar bahwa Allah bukan saja memperbolehkan suatu masalah datang kepada kita, kadang-kadang Ia malah mendesain suatu masalah untuk kebaikan kita. Lalu apa yang harus kita lakukan? 1. Kita perlu memeriksa apakah masalah itu merupakan masalah buatan atau masalah sungguhan. Sebagian besar dari masalah hidup manusia adalah masalah buatan. Seringkali orang langsung menyangka bahwa masalah mereka adalah masalah sungguhan dan tidak sadar bahwa salah satu cara efektif untuk mengatasi banyak masalah adalah melalui perubahan sikap dan tingkah laku. 2. Bila kita tahu bahwa masalah itu adalah masalah buatan; datanglah segera kepada Allah, melihat kelemahan dan dosa kita, bertobat, dan memohon anugerah-Nya untuk mengubah tingkah laku dan diri kita. Jadi, kalau kita masuk dalam penderitaan atau kesesakan karena dosa dan kesalahan kita, bertobatlah dan meminta pertolongan Tuhan untuk mengubahkan kita. Sebaliknya, bila kita tahu bahwa masalah itu adalah masalah sungguhan, kita datang kepada Allah dan memohon kekuatan serta pertolongan-Nya untuk menyelesaikan masalah kita. Bagi seorang konselor Kristen, tahu menganalisa suatu masalah dan kemudian membimbing konseli agar tidak salah bertindak adalah penting. JIka kita mengacaukan pengertian kedua macam masalah di atas dan membimbing konseli secara terbalik (misalnya hanya menganjurkan berdoa dalam suatu masalah buatan) akan menyebabkan frustrasi pada konseli karena masalahnya tidak akan terselesaikan. Diambil dan diringkas dari: Judul artikel: Masalah Hidup Judul buku: Mengatasi Masalah Hidup Penulis: Dr. Jonathan A. Trisna Penerbit: Lembaga Pendidikan Theologia Bethel Jakarta, Jakarta 1993 Halaman: 1 -- 16 TIPS 1___________________________________________________________ TATKALA BAHAYA MENGANCAM, APA YANG HARUS DIPERBUAT? Diringkas oleh: Sri Setyawati Dalam hidup ini, bahaya selalu siap mengancam setiap orang. Bahaya akan datang kapan saja, di mana saja, kepada siapa saja. Dalam bidang usaha, selalu terbuka kemungkinan untuk ditipu orang. Dalam keluarga, hubungan suami istri bisa saja menjadi tidak harmonis karena pihak ketiga maupun karena merasa tidak puas dengan pasangannya. Tentunya masih banyak ancaman atau masalah hidup lainnya yang siap menghancurkan kehidupan kita jika kita tidak hidup dekat dengan Allah. Dalam 2 Raja-raja 19:14-20 kita bisa mencermati kisah Hizkia dan belajar dari pengalamannya. Hizkia, Raja Yehuda, akan dikepung oleh Sanherib, Raja Asyur. Sebelum dikepung, Sanherib sudah mengirimkan utusan kepadanya untuk menyampaikan pesan yang bertujuan membuat Hizkia merasa gentar, takut, dan gelisah. Lantas, apa yang Hizkia lakukan ketika bahaya mengancam dirinya? Berikut ini ada beberapa tindakan yang dilakukannya yang bisa kita contoh. 1. Berserulah Kepada Tuhan Sebelum Sanherib mengepung, Hizkia tidak mengumpulkan tentara dan tidak melakukan perlawanan sama sekali. Sebaliknya, ia justru masuk ke rumah Tuhan dan menyerukan nama Tuhan. Secara sepintas langkah ini mungkin kurang cerdas. Apa hubungan antara perang dan menyerukan nama Tuhan? Sekilas tampaknya, tidak ada hubungan apa-apa, bukan? Beberapa orang mungkin akan berkomentar bahwa Hizkia adalah tipe pemimpin yang pengecut. Kelihatannya saja rohani tapi sangat merugikan rakyat. Atau ada yang mengatakan bahwa Hizkia adalah pemimpin yang hanya memedulikan keselamatan pribadi. Bagaimana menurut Anda? Apakah langkah Hizkia itu keliru? Jika kita menyimak firman Tuhan di atas, kita akan mengetahui bahwa langkah Hizkia tidaklah keliru. Ia malah telah mengambil langkah raksasa yang spektakuler. Inilah awal dari kemenangan Hizkia. Ketika ia menyerukan nama Tuhan, pada saat itulah Tuhan memihaknya. Kebanyakan orang akhirnya menyalahkan Tuhan tatkala masalah besar terjadi dalam hidup mereka, padahal saat tidak ada masalah, mereka tidak peduli dan membelakangi Tuhan. Mereka acuh dan pura-pura tidak kenal dengan Tuhan. Bahkan, ada pula orang-orang yang nekat memusuhi Tuhan. 2. Mintalah Nasihat Hizkia bukanlah orang yang bodoh secara intelektual. Kalau bodoh, mustahil Hizkia dapat memimpin dengan baik dan bijaksana. Meskipun demikian, Alkitab menyatakan bahwa Hizkia tidak mengandalkan kekuatan, kepintaran, kehebatan, kebijaksanaan manusiawinya, dan potensi dirinya. Sebaliknya, dia mengandalkan Tuhan dan firman-Nya. Karena itu, Allah mengirimkan nabi Yesaya kepada Hizkia agar ia tahu apa yang harus dilakukannya. Hizkia sadar bahayanya jika hanya mengandalkan kekuatan manusia. "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!" (Yeremia 17:5). Hasil: Allah Bertindak Kekuatan manusia sangat terbatas. Orang yang hebat dan ahli dalam bidang tertentu sekalipun tetap masih memiliki celah yang belum sempat dipikirkannya. Dalam kisah Hizkia, kita melihat malaikat Tuhan membunuh 185.000 orang di perkemahan Asyur -- jumlah pasukan yang sangat besar. Mungkin kekuatan tentara Hizkia pun tidak sanggup membunuh laskar sebanyak itu. Jika Hizkia mengerahkan semua kehebatannya, ia tetap tidak akan mampu melakukan hal yang sedahsyat itu. Karena mengandalkan Allah akhirnya Hizkia mendapat kemenangan. Diambil dan diringkas dari: Judul artikel: Tatkala Bahaya Mengancam Judul buku: Pintu Masih Terbuka Penulis: Manati I. Zega Penerbit: Penerbit ANDI, Yogyakarta 2006 Halaman: 32 -- 38 TIPS 2 _______________________________________________________________ BAGAIMANA CARANYA MENGHADAPI MASALAH HIDUP YANG MENEKAN? Diringkas oleh: Sri Setyawati Pada tahun 1923 di Chicago, diadakan pertemuan antara sembilan investor paling berhasil di dunia. Dua puluh lima tahun kemudian, riset menunjukkan bahwa beberapa orang di antaranya mati bunuh diri. Mereka memang sudah belajar seni mencari nafkah untuk hidup, tetapi rupanya tidak seorang pun yang belajar seni menjalani hidup. Mereka tidak tahu bagaimana menangani masalah hidup yang menekan mereka. Ternyata bukan hanya mereka yang berbuat demikian; banyak juga orang-orang di dunia ini yang karena merasa tertekan akhirnya mengakhiri hidup mereka. Sayangnya, para dokter belum menemukan alat untuk menyesuaikan jumlah tekanan yang dialami seseorang pada saat tertentu; mereka hanya bisa mengukur efek-efek tekanan. Sehingga dokter tidak bisa segera menolong mereka yang mengalami tekanan. Kita tahu bahwa masalah tidak dapat dihindari. Berusaha untuk mengelak dari masalah pun mungkin tidak menyenangkan. Akan tetapi, dalam banyak hal masalah dapat menjadi motivasi yang kuat apabila dikendalikan dengan semestinya. Sebaliknya, jika tidak dikendalikan masalah itu akan menjadi kekuatan yang negatif. Bagaimana caranya mengendalikan masalah sehingga hal itu tidak membuat kita kalah? Garis pedoman berikut ini adalah solusinya. 1. Menumbuhkan sikap mental yang positif. Langkah pertama untuk mengendalikan tekanan karena adanya masalah ialah memperbaiki sikap mental. Jika kita gagal dalam ujian ini, semua tekanan yang kita miliki akan semakin besar. Ini tidak berarti bahwa kita tidak dapat menyesuaikan diri dengan tekanan, tetapi tekanan itu akan lebih berat daripada kalau dihadapi dengan semestinya. 2. Mencari kehendak Tuhan bagi hidup kita dan melakukannya. Jika kita tidak menemukan sesuatu yang memiliki arti untuk dilakukan dalam hidup, maka hidup kita akan dipenuhi oleh kegiatan-kegiatan yang tidak berarti. Allah telah merancang keseluruhan diri kita (pikiran, jiwa, hati, dan tubuh) untuk bekerja, melayani, dan menjadi aktif. Kita perlu terlibat dengan kehidupan dan umat manusia, serta menyumbangkan sesuatu kepada umat manusia selama kita ada di dunia. Orang Kristen memunyai keuntungan besar dalam aspek hidup karena kita ditantang untuk "mempersembahkan tubuh [kita] sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadah [kita] yang sejati" (Roma 12:1). Jika kita melakukan firman tersebut, maka kita ikut tergabung dalam bala tentara yang penuh pengabdian dan merasa sukacita karena dapat melayani Yesus Kristus. Yang terpenting dalam hidup ini bukanlah mencari kekayaan sebanyak-banyaknya, namun mengerti dan melakukan apa yang Tuhan kehendaki. Untuk menemukan kehendak Allah bagi hidup, kita akan melibatkan empat faktor: a. firman Allah (Mazmur 119:105, 32:8, Yesaya 58:11, Roma 12:2), b. ketaatan mutlak kepada firman (Yohanes 14:21), c. waktu (Wahyu 3:7), dan d. pimpinan Roh Kudus (Kolose 3:15-17). Pengetahuan itulah yang dapat meringankan tekanan. Setiap kali kita meninggalkan kehendak Allah, maka tekanan yang kita hadapi akan berlipat ganda, dan kita tidak akan mengalami damai sejahtera dengan Allah. Jadi, jangan pernah menerima apa pun yang bukan kehendak Allah bagi hidup kita. 3. Mengikat diri pada nilai-nilai dasar dan tetaplah berpegang padanya. Sepanjang hidup, kita akan mengalami tekanan -- baik oleh keadaan atau orang -- untuk menyesuaikan nilai-nilai atau prinsip-prinsip kita pada kecenderungan zaman sekarang atau gagasan yang mutakhir. Perbuatan yang merusakkan hal-hal mutlak yang Allah tetapkan di bidang sosial dan moral hanya akan memperhebat tekanan hidup. Kebenaran terkadang menyakitkan, tapi dalam jangka waktu yang lama kebenaran itu melegakan tekanan dalam keputusan-keputusan yang sulit. Jika kita mengabdi pada hal yang benar, walaupun dalam hal-hal kecil, maka hal itu akan membuat kita lebih mudah, dan tekanan yang kita hadapi akan lebih ringan. 4. Tetapkan tujuan-tujuan yang tinggi, jelas, dan layak lalu abdikan diri kita padanya. Milikilah tujuan (jangka pendek maupun jangka panjang) dan pusatkan perhatian pada tujuan tersebut. Makin banyak kita memusatkan perhatian pada tujuan tersebut, makin jelaslah tujuan-tujuan itu dan secara berangsur dari alam bawah sadar kita akan timbul pikiran-pikiran yang memungkinkan kita mencapai tujuan tersebut. 5. Meminta nasihat pada orang-orang yang lebih ahli. Alkitab mengatakan, "Jikalau tidak ada pimpinan, jatuhlah bangsa. Tetapi jikalau penasihat banyak, keselamatan ada." (Amsal 11:14) Mintalah bantuan pada penasihat yang rohani. Kriteria pertama dalam mencari nasihat adalah dengan terlebih dahulu melihat sifat-sifat rohani orang yang kita mintai nasihat. Mintalah nasihat pada ahli yang cakap dan berpengalaman. Sebagian nasihat yang diperlukan adalah nasihat teknis sehingga dibutuhkan orang yang benar-benar terlatih untuk memberikan nasihat. Setelah mendapat nasihat, jangan lupa untuk mengevaluasinya. Carilah penasihat yang objektif, yang tidak berprasangka atau bersikap berat sebelah, yang berpikiran rohani, yang tunduk kepada firman Tuhan, juga yang cakap memberi nasihat, dan sedapat mungkin dengan pandangan yang objektif. Selanjutnya, kumpulkan bukti-bukti, pertimbangkan dengan saksama semua akibatnya, mintalah pimpinan Allah, serahkan diri kepada-Nya, lalu ambillah keputusan akhir. 6. Menentukan suatu rencana yang telah didefinisikan dengan jelas untuk mencapai tujuan-tujuan kita. Sebagian besar masalah yang melampaui batas yang dialami manusia berasal dari perencanaan yang buruk, walaupun ada juga yang diakibatkan karena tidak ada perencanaan sama sekali. Aturan praktis yang bisa dipegang: semakin baik rencana, semakin sedikit tekanannya. Jika Anda harus mengubah tujuan menjadi rencana, tuliskan pikiran-pikiran Anda pada secarik kertas. Selalu sediakan sebuah catatan dekat tempat tidur, di meja tulis, dan bahkan di dalam mobil. Perlengkapan tersebut akan sangat menolong dalam proses perencanaan. 7. Menghitung biaya dengan saksama dan menentukan suatu rencana yang masuk akal untuk memenuhinya. Walaupun Alkitab menantang kita untuk hidup oleh iman, namun iman bukanlah alasan untuk bertindak bodoh. Jangan mudah berkata sesuatu adalah "kehendak" Tuhan sebagai dalih perencanaan yang tidak tepat. Hal itu hanya membuat pekerjaan Tuhan dicela. Jika Tuhan memimpin Anda untuk melakukan sesuatu dengan iman, maka Ia akan menyediakan sebuah rencana untuk membayar semua rekeningnya. Jangan membuat perencanaan kalau Anda tidak bermaksud untuk mengikutinya. 8. Belajarlah untuk selalu mencatat. Masalah hidup beberapa dasawarsa ini meningkat sangat pesat, sehingga mempercepat tuntutan-tuntutan yang diminta dari kita. Sedihnya, ada banyak orang yang cakap yang sangat menghambat diri sendiri karena mereka menolak untuk mencatat gagasan, tanggung jawab, dan rencana masa depan. Salah satu cara untuk menanamkan kesan yang lebih dalam di pikiran kita tentang sebuah persoalan adalah dengan membuat catatan. Dengan demikian, kemungkinan untuk melupakannya cukup tipis. Daftar apa yang akan kita kerjakan hari ini, besok atau lusa yang dicatat dalam secarik kertas kecil akan sangat efektif. 9. Menetapkan prioritas yang pantas untuk kehidupan sehari-hari. Tim LaHaye menyatakan bahwa urutan prioritas pokok yang sehat sesuai dengan Alkitab adalah Allah, suami/istri, keluarga, dan pekerjaan. Jika kita tidak memiliki agenda sendiri, maka orang lainlah yang akan menyusunnya bagi kita, lalu kita akan mengalami bermacam-macam tekanan karena prioritas/keperluan kita tidak dipenuhi. Itulah sebabnya, memunyai jadwal/agenda mengenai hal-hal yang akan dilakukan waktu mendatang sangat penting. Perencanaan setiap hari dan tiap minggu memberikan peluang bagi Saudara untuk mencatat prioritas kita dalam jadwal tersebut sebelum orang lain melakukannya. Makin aktif hidup kita, makin pentinglah prioritas harian itu. Apabila kita gagal menetapkannya, kita harus menyesuaikan diri dengan rencana orang lain, harus bekerja lebih keras, dan merasakan lebih banyak tekanan karena kita tidak dapat menyelesaikan pekerjaan prioritas kita. 10. Meluangkan waktu untuk mengasihi orang lain. Manusia bukanlah mesin. Manusia adalah makhluk yang memiliki pikiran, jiwa, hati, dan tubuh. Ia memiliki emosi dengan orang lain. Setiap manusia memerlukan orang lain untuk berbagi hidup dengannya. Saat kita mengasihi orang lain, mereka mungkin akan membalas kasih kita. Jika tidak pun, itu tidak masalah. Tanggung jawab kita ialah mengasihi, bukan memperoleh kasih. Berilah karena Anda suka memberi. Luangkan waktu untuk mengungkap kasih, keramahan, dan perhatian pribadi kepada mereka yang Anda kasihi. Jangan lupa juga untuk mencurahkan kasih kepada mereka yang membenci dan menentang kita. Kasih adalah kunci untuk mencapai kepuasan dalam hidup. 11. Menjaga agar api tetap menyala. Kita tahu bahwa tekanan diperhebat saat tidak ada harapan. Tidak seorang pun yang tahan hidup lama tanpa adanya harapan. Tanpa harapan tidak ada iman. Alkitab mengatakan, "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan" (Ibrani 11:1). Pengharapan dalam Alkitab menyatakan sikap penentuan yang penuh keyakinan yang didasarkan atas iman. Kedudukan yang paling menyedihkan dalam dunia adalah hidup dalam keadaan tidak berpengharapan. Jika nyala harapan berkelap-kelip dan kemudian padam, maka kita akan merasakan tekanan yang paling berat. Satu prinsip Alkitab yang sangat penting untuk memelihara kesehatan mental adalah "Bila tidak ada wahyu menjadi liarlah rakyat" (Amsal 19:18). Jika nyala terang di ujung terowongan sudah padam berarti tekanan karena masalah hidup kita sudah tidak tertanggungkan lagi. Jangan kuatir, Allah memberikan berita pengharapan pasti bagi anak-anak-Nya dalam Alkitab. Firman Allah adalah benar-benar terbukti sebagai "penolong" dalam kesesakan. Bacalah untuk menjaga api Saudara. Diambil dan diringkas dari: Judul artikel: Bagaimana Caranya Menanggulangi Tekanan Judul asli buku: How to Manage Pressure before Pressure Manages You Judul buku: Bagaimana Caranya Menanggulangi Tekanan Penulis: Tim La Haye Penerjemah: Tim penerjemah Gandum Mas Penerbit: Penerbit Gandum Mas, Malang Halaman: 216 -- 253 ARTIKEL TERKAIT ______________________________________________________ ARTIKEL TENTANG MASALAH HIDUP Beberapa artikel tentang masalah dapat pula Pembaca simak di situs C3I dengan judul dan alamat situs berikut ini: 1. Positifnya Masalah ==> http://c3i.sabda.org/positifnya_masalah 2. Tips: Mengapa Tuhan Memberikan Kita Masalah? ==> http://c3i.sabda.org/tip_mengapa_tuhan_memberikan_kita_masalah _______________________________e-KONSEL ______________________________ Apakah Anda punya masalah/perlu konseling, atau ingin mengirimkan informasi/artikel/bahan/surat/saran/pertanyaan/sumber konseling? silakan kirim ke: < konsel(at)sabda.org > atau < owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org > Berlangganan: < subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org > Berhenti: < unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org > ARSIP: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel Situs C3I: http://c3i.sabda.org Facebook Konseling: http://fb.sabda.org/konsel Twitter Konseling: http://twitter.com/sabdakonsel ______________________________________________________________________ Pimpinan Redaksi: Davida Welni Dana Staf Redaksi: Tatik Wahyuningsih dan Sri Setyawati Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright (c) 2010 Konsel / YLSA -- http://www.ylsa.org Katalog: http://katalog.sabda.org Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |