Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/21 |
|
e-Konsel edisi 21 (1-8-2002)
|
|
><> Edisi (021) -- 01 Agustus 2002 <>< e-KONSEL *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Daftar Isi: - Pengantar : Konflik dalam Pekerjaan - Cakrawala : Dampak yang Lebih Luas dari Konflik yang Tidak Diselesaikan - Telaga : Pencobaan di Tengah Kejayaan ( 50A) - Bimbingan Alkitabiah : Pertolongan pada Masanya - Tips : Menangani Konflik Secara Praktis - Surat : Bagaimana Mendapatkan Transkrip Telaga? *REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI* -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*- Bagaimana Anda menangani konflik dalam pekerjaan Anda? Apakah Anda kadang merasa bahwa pekerjaan Anda sekarang lebih merupakan musibah daripada anugerah? Banyak orang Kristen berpikir bahwa pekerjaan adalah hal yang sekuler dan bukan hal yang rohani, oleh karena itu konflik dalam pekerjaan dianggap hal yang biasa dan tidak perlu dipikirkan dengan serius. Hal ini tidak seluruhnya betul karena dimanapun orang Kristen berada, termasuk dalam pekerjaan, ia adalah anak Allah yang harus memuliakan Nama-Nya. Konflik dalam pekerjaan dapat menjadi sarana yang Tuhan pakai agar kita lebih bertumbuh secara rohani. Nah, sajian kami edisi ini akan menolong kita mengerti lebih lanjut tentang dampak dari konflik pekerjaan yang tidak terselesaikan dan apa yang seharusnya kita lakukan sebagai orang Kristen. Selain itu ada juga tips bagaimana kita bisa menghindari/menangani konflik, khususnya dari cara kita berkomunikasi. Selamat membaca. Staf Redaksi *CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA* -*- DAMPAK YANG LEBIH LUAS DARI KONFLIK YANG TIDAK DISELESAIKAN -*- Konflik dalam pekerjaan yang tidak diselesaikan dapat menimbulkan berbagai masalah dalam bidang lain kehidupan Anda. Saya melewati periode kacau akibat perseteruan dengan bos yang tidak peka. Kemudian, saya menemukan adanya efek negatif terhadap istri dan anak-anak saya. Di rumah, saya tidak "hidup", saya cenderung banyak berpikir, dan -- seperti yang mereka katakan kepada saya sekarang -- saya "tidak terlalu senang ditemani". Ketika rasa frustasi yang berat membayangi kita, kualitas pekerjaan kita dan keakraban hubungan kita dengan orang lain akan terpengaruh. Kesehatan kita -- secara fisik maupun emosional -- juga dapat terganggu. Mungkin kita akan berhenti berolahraga atau menarik diri dari teman-teman dan gereja pada saat kita merasa semakin frustasi atau tertimpa kesedihan. Kerinduan saya -- karena saya juga pernah mengalaminya -- adalah memberi wawasan dan pengharapan bagi Anda yang mengalami konflik seperti ini. Saya ingin Anda tahu bahwa penyelesaian akan masalah pekerjaan ini berkisar pada beberapa hal penting di bawah ini: - Identifikasi masalah (Apakah ini masalahku atau masalah mereka?); - Segera menghadapi masalah (Kalau tidak, masalah itu akan semakin buruk); - Mengandalkan Allah; - Tanggung Jawab (Belajar bersikap terbuka, jujur, dan tekun berdoa bersama orang lain); dan - Antisipasi (Mengharapkan Allah menolong dan mengarahkan Anda dalam setiap situasi). DUA SUMBER KONFLIK Sebelum kita mulai, saya ingin menjelaskan sesuatu. Kita biasanya menganggap bahwa konflik disebabkan oleh seseorang atau sesuatu di luar diri kita. Namun, sering kali kita juga frustasi karena konflik-konflik internal. Kita ambil kisah Luke sebagai contoh. Eksternal. Luke mempunyai masalah dalam hubungan dengan rekan sekerja dan bosnya. Saya harus menentukan apakah memang mereka yang salah atau apakah Luke memiliki kelemahan tak disadari yang turut memicu masalah. Kami menemukan kesalahan pada kedua pihak. Luke memiliki beberapa kebiasaan yang sangat menjengkelkan, dan bosnya perlu "pencangkokan kepribadian"! Konflik berkepanjangan dengan orang lain merupakan sumber utama konflik eksternal. Internal. Luke tidak sanggup memutuskan meninggalkan pekerjaannya. Jadi, ia tetap mendua hati, berada di antara dua pilihan: rasa aman (disertai kebosanan) dan risiko (disertai kegairahan). Kondisi ini merupakan sumber konflik yang sangat besar, dan sikapnya terus memburuk selama beberapa tahun ini. Luke telah membuat komitmen untuk mengikuti Kristus dan hidup sebagai orang Kristen sejak kecil, namun secara perlahan ia menjadi orang Kristen "Minggu-an". Ia merasa terpisah dari Allah karena ia juga semakin dalam terlibat perselingkuhan dengan seorang rekan kerjanya yang sudah menikah, dan ini menambah kekacauan yang sudah ada. Kebanyakan orang yang saya tangani mengalami peperangan batin antara kepercayaan diri, rasa bersalah, dan ketakutan. Langkah pertama untuk keluar dari konflik adalah menyediakan waktu untuk dengan jujur dan hati-hati mengidentifikasikan sumber atau berbagai sumber yang sesungguhnya dari konflik yang Anda hadapi. Hal ini termasuk memandang diri secara positif. MENANGANI KONFLIK Dalam hidup ini, saya terbiasa menggunakan reaksi "sentakan lutut" (terlalu cepat bereaksi) dan pendekatan "kepala di dalam pasir" (bersembunyi dari masalah) untuk memecahkan konflik dalam pekerjaan. Berharap bahwa jika Anda mengabaikan masalah maka masalah itu akan berlalu adalah hal yang mudah. Reaksi manusiawi semacam ini jarang berhasil. Jarang sekali masalah lenyap dengan sendirinya. Dan, Anda juga tidak dapat mengandalkan orang lain untuk memecahkan masalah Anda. Ketegangan Luke mulai mencair ketika ia menyadari bahwa dirinya bukanlah korban. Selama itu ia justru telah memusatkan diri pada banyak hal yang ia anggap merupakan kesalahan atau tanggung jawab orang lain. Ketika ia mampu menyadari bahwa dirinya punya masalah dalam berkomunikasi dan mulai mengambil langkah-langkah perubahan, ia terkejut menemukan orang lain tiba-tiba lebih mudah bekerja sama dengan dirinya. Tidak, ia tidak dapat menjadi sahabat terbaik untuk bosnya yang sulit itu. Namun, ia mampu menjalin hubungan kerja yang tulus dalam sisa waktunya bekerja di tempat tersebut. Kita bukanlah pion yang dapat dimanfaatkan oleh situasi atau orang lain. Ada sesuatu yang dapat Anda lakukan untuk memperbaiki situasi kerja Anda yang buruk, meskipun Anda bukan penyebabnya. Dan, sebagai orang Kristen, saya dapat meyakinkan Anda bahwa Allah menghargai orang-orang yang mencari Dia dan menantikan pertolongan-Nya dalam setiap situasi, juga orang-orang yang bersedia melakukan tugas yang harus dikerjakan karena adanya perubahan. Banyak di antara kita berada dalam jurang penderitaan. Kita terpaksa bertahan dalam konflik karena perubahan terlalu berisiko. Keluar dari jurang itu membutuhkan penyelesaian konflik dan peralihan ke tahap pertumbuhan berikutnya. Itu artinya melepaskan cara berpikir dan bertindak yang lama, dan bertanggung jawab atas kedewasaan diri dan kebutuhan kerja kita. Saya tidak akan mengatakan bahwa satu jawaban "cocok untuk semuanya". Itu mustahil karena Allah merancang kita secara unik dan kita memiliki pola alamiah yang berbeda dalam menangani konflik, perubahan dan komunikasi. Sahabat baik saya, Spike, senang menangani situasi dengan segera. Selama bertahun-tahun ia harus belajar untuk tidak terlalu cepat bertindak. Saya lebih suka menganalisis dan menunda setiap tindakan. Saya harus belajar untuk bisa lebih cepat dan tepat dalam menghadapi masalah. Intinya adalah mempelajari keterampilan baru yang Anda perlukan untuk menolong diri Anda membuat perubahan yang tepat dalam hidup Anda. -*- Sumber -*-: Judul Buku : Bebas dari Konflik Judul Artikel: Dampak yang Lebih Luas dari Konflik yang Tidak Diselesaikan Penulis : Paul Tomlinson Penerbit : Yayasan Media Buana Indonesia, 2001 Halaman : 6 - 9 *TELAGA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TELAGA* Adalah hal yang lumrah jika manusia selalu mendambakan keberhasilan dalam hidupnya. Berikut ini kami menyajikan perbincangan bersama Dr. Paul Gunadi tentang bahaya dari sebuah kejayaan yang selalu menggoda kita untuk jatuh ke dalam dosa. -*- PENCOBAAN DI TENGAH KEJAYAAN -*- ------- T: Rasanya semua orang menginginkan, mendambakan keberhasilan atau kesuksesan di dalam kehidupannya, maksudnya secara jasmani mereka tentunya ingin kaya, ingin lebih dari yang lain. Tetapi kita pun menyadari bahwa banyak orang yang justru mengalami banyak masalah di dalam hidupnya pada saat dia mengalami kejayaan. Padahal, sebelumnya masalah-masalah tersebut tidak dialaminya. Sebenarnya apa yang melatarbelakangi atau menjadi alasan timbulnya masalah tersebut? J: Ada beberapa penyebab timbulnya masalah, yang pertama adalah keangkuhan. Nah saya akan mengutip perkataan pendeta yang bernama Maxell Cadow. Beliau pernah ditanya mana yang lebih berbahaya, kejayaan atau kesusahan, dia menjawab dengan tegas kejayaan. Sebabnya adalah waktu kita jaya, kita cenderung berpikir bahwa memang kita itu hebat. Nah waktu kita berpikir memang sehebat itu keangkuhan mulai masuk, waktu keangkuhan mulai masuk, kita mulai berpikir bahwa kita ini bisa berbuat apa saja melewati batas. Waktu kita dalam keadaan susah kita cenderung lebih melihat diri kita sebagai orang yang terbatas, tidak bisa ini, tidak bisa itu dan sebagainya. Waktu kita makin jaya seolah-olah kita berpikir batas-batas itu mulai hilang, kita menjadi orang yang bisa melakukan banyak hal yang tadinya tidak bisa kita lakukan. Nah pada saat itulah kalau tidak hati-hati, dalam keangkuhan kita bisa melakukan banyak hal, kita melewati batas, akhirnya malah kita masuk ke dalam pencobaan. ------- T: Itu tadi cenderung pada faktor internalnya, ya, jadi pribadinya. Tetapi ada faktor-faktor eksternal seperti pengaruh orang-orang di sekitarnya yang memuji-muji dia, atau merangsang dia untuk melakukan hal-hal yang tidak terpuji. Apakah hal itu juga menjadi salah satu faktor penyebab kehancuran seseorang ...? J: Benar sekali. Jadi orang yang jaya apalagi seorang pria cenderung menjadi target atau sasaran, godaan atau undangan. Sebab orang yang jaya adalah orang yang bisa memberikan banyak kepada orang-orang lain secara material. Dalam hal inilah dia menjadi sasaran karena dia menjadi orang yang sangat menarik, sangat berpengaruh bagi kehidupan orang-orang di sekitarnya. Saya kira sudah merupakan kenyataan bahwa banyak orang Kristen yang berniat untuk tidak mengkhianati istri mereka tapi akhirnya dalam tugas pekerjaannya dan pergaulannya mereka masuk dalam perangkap dan jatuh dalam dosa perzinahan. Dan saya kira yang tadi Anda katakan memang betul sekali, pada masa kejayaan ada orang-orang yang rela memberikan dan menyediakan tubuh mereka bagi orang- orang yang sedang jaya ini. ------- T: Mungkin supaya kita bicara lebih konkret, dapatkah Anda memberikan contoh atau salah satu contoh yang ada dalam Alkitab? J: Saya akan membacakan Kejadian pasal 39:6-7, Tuhan memberkati rumah orang Mesir itu karena Yusuf sehingga berkat Tuhan ada atas segala miliknya, baik yang di rumah maupun yang di ladang, segala miliknya diserahkan pada kekuasaan Yusuf. Dan dengan bantuan Yusuf dia tidak usah lagi mengatur apa-apa pun selain dari makanannya sendiri. Adapun Yusuf itu manis sikapnya dan elok parasnya, selang beberapa waktu istri tuannya memandang Yusuf dengan birahi lalu katanya: "Marilah tidur dengan aku." Tapi puji Tuhan disini dikatakan ayat 8, "tetapi Yusuf menolak." Yang saya tekankan di sini adalah Yusuf mulai menjadi sasaran dari majikannya atau istri majikannya setelah dia menjadi orang yang berhasil. Menarik sekali bahwa pencobaan ini atau tawaran atau berselingkuh dengan istri Potifar tidak terjadi pada tahap awal sewaktu Yusuf masih menjadi budak, yang masih tidak berhasil dan tidak terpandang. Tapi lama kelamaan tatkala Yusuf makin berhasil dan mungkin sekali disaksikan oleh orang sekitarnya bahwa dia adalah seorang pemuda yang berhikmat dan pandai dan kebetulan didukung oleh wajah yang baik ya, yang bagus. Nah kejayaan itulah yang akhirnya seolah-olah menyadarkan istri Potifar bahwa yang berada di hadapannya hari lepas hari bukanlah seorang budak belaka, tapi seorang pria yang mempunyai kualitas tertentu. Nah pada saat inilah Yusuf menjadi seseorang yang sangat menarik dan kalau dia tidak hati-hati dia sudah jatuh kedalam dosa perzinahan, tapi puji Tuhan, Yusuf memang berhasil menolaknya. ------- T: Jadi bagi orang-orang yang berhasil, tantangan dari luar itu semakin banyak dan itu juga dipengaruhi faktor kedagingan dari orang itu? J: Betul, betul, kalau dia memang orang yang tidak bisa menguasai dirinya dia sudah akan masuk ke dalam perangkap tersebut. Saya kira hidup pada masa sekarang ini ya lebih sulit daripada dulu- dulu, karena kita memang harus mengakui tekanan sosial untuk perilaku-perilaku yang menyimpang ini makin hari makin berkurang. Pada zaman-zaman 50-an, 60-an, bahkan 70-an tekanan sosial untuk meredam perilaku menyimpang ini cukup besar, sehingga orang takut karena tahu ada sanksi sosial yang besar. Namun di masa sekarang saya kira orang makin merasa kebal dengan perilaku menyimpang ini dan menganggap ini sesuatu yang menyenangkan, bukan yang mengerikan, apalagi didukung dengan film-film atau sinetron- sinetron yang seolah-olah tampak sengaja atau disengaja. Saya tidak tahu menggambarkan betapa menggairahkannya dan menantangnya kehidupan ganda seperti itu atau kehidupan menyimpang seperti itu. Kalau mempunyai simpanan, jatuh cinta dengan orang lain selain istri kita, atau jatuh cinta dengan pria lain selain suami kita, itu merupakan suatu pengalaman yang benar-benar menggairahkan, suatu petualangan yang menarik. Nah, saya kira akhirnya seperti ini: melonggarnya tekanan sosial dan juga kerohanian yang tidak begitu kuat akan menjerumuskan seorang yang sedang jaya masuk ke dalam perangkap perzinahan. ------- T: ... Mengapa Tuhan mengizinkan hal itu terjadi? J: Itu pertanyaan yang bagus. Adakalanya seseorang yang jatuh ke dalam pencobaan mencoba merunut-runut ke belakang kenapa saya jatuh ke dalam pencobaan. Celakanya, setelah merunut ke belakang akhirnya berkesimpulan Tuhanlah yang menyebabkan saya jatuh. Nah kenapa orang sampai berkesimpulan seperti itu karena orang itu berkata atau orang-orang ini berkata, kalau Tuhan tidak membuka jalan, saya tidak akan bertemu dengan orang tersebut. Kalau Tuhan tidak mempertemukan kami tidak mungkin kami akan bisa bertemu, kalau dia tidak menunjukkan itikad tertarik kepada saya, saya juga nggak akan memberikan inisiatif, menyambutnya dan sebagainya. Jadi segalanya memang di lihat dari sudut Tuhan tapi setelah jatuh ke dalam pencobaan seperti Daud ya. Yusuf mengaitkan segalanya dengan Tuhan sebelum datang pencobaan, nah pertanyaannya apakah Tuhan mengizinkan hal itu terjadi. Saya percaya, Tuhan tidak merancang, Tuhan tidak menghendaki manusia jatuh ke dalam dosa, Tuhan tidak merencanakan hal itu terjadi, ya, Tuhan tidak memimpin orang untuk berdosa, tidak. Tapi Tuhan mengizinkan pencobaan datang dan mencobai orang Kristen, alasannya satu dan yang saya mau tekankan di sini adalah dalam konteks kejayaan. ... Jadi kita melihat bahwa kejayaan dan pencobaan berdampingan. Nah kenapa Tuhan mengizinkan. Saya berkeyakinan Tuhan mengizinkan pencobaan mendatangi orang Kristen, nomor satu supaya Tuhan bisa menguji kita, apakah kualitas rohani kita seturut dengan kualitas eksternal atau jasmani kita. Apakah kerohanian kita sejaya kemenangan jasmani kita, nah apakah kekuatan internal atau rohani kita sama besarnya dengan kekuatan jasmani kita itu saya kira yang pertama. Dan yang kedua saya kira Tuhan membiarkan atau mengizinkan pencobaan datang, supaya melalui itu Tuhan membentuk kita, supaya kita akhirnya makin mirip dan makin serupa dengan Tuhan kita, saya kira itu intinya. -*- Sumber -*- [[Sajian kami di atas, kami ambil dari isi salah satu kaset TELAGA No. 50A, yang telah kami ringkas/sajikan dalam bentuk tulisan.]] -- Jika Anda ingin mendapatkan transkrip seluruh kaset ini lewat e-Mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel@xc.org > -- Informasi tentang pelayanan TELAGA/Tegur Sapa Gembala Keluarga dapat Anda lihat dalam kolom INFO edisi e-Konsel 03 dari URL: ==> http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/003/ [01 Nov 2001] *BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*--*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH* "Pertolongan Pada Masanya" merupakan salah satu topik yang diambil dari Pengantar/Alkitab yang diterbitkan untuk Gideon Internasional. Dengan ini Anda akan ditolong untuk mengerti maksud dan kehendak Tuhan dalam kehidupan Anda. -*- PERTOLONGAN PADA MASANYA -*- (HELPS IN TIMES OF NEEDS) Filipi 4:6,7 Damai pada Masa Kegelisahan (Peace) Yohanes 14:6 Jalan Keselamatan Kisah 16:31 (Salvation) Roma 10:9 1Yohanes 1:7-9 Keampunan pada Masa Kesesatan Lagi Mazmur 51:1-19 (Forgiveness) Ibrani 13:5,6 Keberanian pada Masa Ketakutan Efesus 6:10-18 (Courage) Yakobus 1:12-16 Kekuatan pada Masa Pencobaan 1Korintus 10:6-13 (Strength) 2Korintus 12:8-10 Kelepasan pada Masa Sengsara Ibrani 12:3-13 (Trials) 2Korintus 1:3-5 Penghiburan pada Masa Kedukaan Roma 8:26-28 (Consolation) Galatia 5:19-21 Peringatan pada masa Acuh tak Acuh Ibrani 10:26-31 (Warning) Mazmur 91:1-16 Perlindungan pada Masa Bahaya Mazmur 121:1-8 (Protection) Yakobus 1:5,6 Pimpinan pada Masa Keputusan Amsal 3:5,6 (Guidance) Matius 11:28-30 Sentosa pada Masa Kelelahan Mazmur 23:1-6 (Rest) -*- Sumber -*- CD-SABDA : Topik 05003 Pengantar dari Gideon Internasional Topik 05009 Topik: Bacaan Alkitab (8 Bagian) Topik 05010 A. Pertolongan Pada Masanya *TIPS *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TIPS* -*- MENANGANI KONFLIK SECARA PRAKTIS -*- Menurut Dr. Robby I. Chandra dalam bukunya yang berjudul "Konflik dalam Hidup Sehari-hari", langkah pertama di dalam pelaksanaan penanganan konflik ialah penyelenggaraan dan pengendalian cara berkomunikasi. Yang sepatutnya dituju dan dihasilkan oleh kedua pihak yang berkonflik adalah menggunakan 'descriptive speech', atau penggunaan cara komunikasi yang lebih menggambarkan kenyataan daripada yang memberikan penilaian. Salah satu sifat 'descriptive speech' ialah cenderung memperkecil ketidakpastian. Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut: Carl Rogers berpendapat bahwa tiap orang cenderung untuk menghakimi dan menilai orang lain. Karena itu setiap orang mudah membangun rintangan terhadap komunikasi yang efektif. Dengan demikian kita perlu menyadari bahwa bila kita bermaksud menangani konflik dengan baik, kita harus memilih kata-kata dan susunan kalimat secara terencana. Strategi untuk menjalankan hal tersebut bertumpu pada faktor-faktor di bawah ini: 1. Mengakui pendapat dan perspektif diri sendiri 2. Menyampaikan topik masalah dengan jelas dan rinci 3. Memperhatikan dan mengendalikan semantik 4. Memperhatikan rintangan semantik 5. Memperhatikan pemilihan sintaks 1. Mengakui pendapat dan perspektif diri sendiri ------------------------------------------------ Seringkali di dalam proses konflik, salah satu pihak berbicara dan menyampaikan pendapat seakan-akan mewakili orang lain. Misalnya: "Maaf ya, Pak. Seluruh karyawan di pabrik ini tidak bisa menerima cara wakil Bapak memimpin kami." Pernyataan serupa itu atau suatu pernyataan yang disampaikan dengan cara serupa itu akan segera memancing sikap bertahan dari lawan bicaranya. Orang akan segera merasa diserang oleh banyak orang, karenanya ia harus mempertahankan diri. Cara yang lebih baik adalah, "Maaf Pak, bila Bapak tidak berkeberatan saya ingin menyampaikan bahwa pada hemat saya kepemimpinan wakil Bapak tidak bisa diterima oleh rekan-rekan saya dan saya sendiri." Tentunya, respons dari pihak lain tetap dapat merupakan suatu respons yang bersifat negatif. Namun sekurang- kurangnya suatu ketidakpastian telah dikurangi dengan pernyataan yang jujur dan terbuka seperti itu. 2. Menyampaikan topik masalah dengan jelas dan rinci ---------------------------------------------------- Di dalam membicarakan suatu masalah atau topik seringkali orang- orang, khususnya di Asia, terjebak ke dalam generalisasi- generalisasi. Mereka sudah memahami apa yang mereka maksudkan, namun lalai menyadari bahwa orang lain mungkin hanya memahami sebagian kecil dari pemaparan mereka karena generalisasi tersebut. Contohnya: Seorang bos bertanya, "Apakah masalah yang pelik tersebut dapat ditangani dengan baik?" Yang tidak jelas dari pertanyaan tersebut ialah pengertian 'ditangani dengan baik' yang digunakan oleh seorang bos. Walaupun budaya atau situasi politik Indonesia di masa lalu seakan- akan menuntut orang untuk berbicara sesamar mungkin, namun dari sudut penyelesaian konflik, pernyataan atau situasi yang dapat ditafsirkan ke segala arah akan memperbesar kemungkinan timbulnya masalah-masalah lain. Hal ini disebabkan karena kecenderungan manusia untuk menafsirkan hal-hal yang tidak diketahui secara negatif. Dengan demikian sebaiknya kalimat "Masalah yang pelik tersebut ...." direvisi menjadi "Apakah masalah yang pelik tersebut dapat ditangani dengan cepat sebelum akhir bulan?" atau "Apakah masalah yang pelik tersebut dapat ditangani dengan memberhentikan kasir itu?" Revisi serupa itu menolong untuk membuat komunikasi si bos dipahami dengan rinci sehingga tercegah kesalah-pahaman. 3. Memperhatikan dan mengendalikan semantik ------------------------------------------- Masalah pemilihan kata di dalam suatu komunikasi akan menentukan suatu penyelesaian konflik. Seperti telah dijelaskan di dalam pembukaan tentang metafor, pemilihan kata pada dasarnya mengungkapkan pikiran kita, bahkan cara kita memahami dunia. Suatu contoh dari pengungkapan itu nyata ketika di dalam suatu penanganan konflik dipergunakan kalimat-kalimat di bawah ini: - Anda mencoba men-torpedo program kami. - Anda membabat habis anggaran yang kami usulkan. - Saya ingin memusnahkan cara pikir seperti itu. Dengan mudah kita tangkap bahwa orang yang menggunakan kalimat- kalimat tersebut memiliki pola pikir yang berorientasi pada "persaingan", "kekerasan", dan "penghancuran". Ia memandang konflik atau kritik sebagai suatu "perang", sehingga memperlakukannya sedemikian rupa dengan kata-kata dan sikapnya. Tentu saja, penanganan konflik yang efektif akan sulit dilaksanakan bila pemilihan kata yang terjadi seperti itu. 4. Memperhatikan rintangan semantik ----------------------------------- Selain pemilihan kata, di dalam komunikasi untuk penanganan konflik, perlu juga disadari bahaya penggunaan bahasa pasar/slang/prokem, stereotype dan ungkapan-ungkapan otomatis. Ketika hal itu mempertajam pembedaan antara seorang dengan orang lain secara negatif. Slang atau bahasa pasar adalah penggunaan istilah-istilah atau cara berbahasa yang digunakan hanya oleh kalangan tertentu. Misalnya: nyokap (ibu), bokap (bapak), mejeng (berdiri menunggu), ngeceng, cabut (pergi). Penggunaan kata serupa itu di dalam suatu komunikasi dapat ditafsirkan bahwa si pembicara memandang rendah lawan bicaranya. Mengapa? sebab tata krama dan sopan santun seakan-akan ditiadakan dengan sengaja. Hal itu lebih terasa bila dilakukan di dalam lingkungan yang resmi. Stereotype adalah menyampaikan hal-hal yang diasumsikan sebagai hal yang diterima atau dianut bersama. Stereotype dapat berwujud sebagai stereotype tentang jenis kelamin, ras, agama, atau kelompok tertentu. Misalnya di tengah hangatnya suatu perdebatan mendadak timbul ungkapan, "Saya kira kita tidak ingin mengambil cara berbisnis seperti yang dilakukan oleh Tionghoa." Ungkapan ini didasarkan oleh suatu asumsi bahwa semua orang mengenal apa itu bisnis gaya Tionghoa. Selanjutnya diasumsikan pula bahwa semua yang hadir memandang gaya tersebut secara negatif. Dengan mudah kita lihat bahwa suatu bahasa yang penuh dengan stereotype tidak akan pernah memberikan deskripsi yang efektif, namun memberikan penilaian. Bahaya penggunaan stereotype terletak pada hal-hal berikut: 1. Asumsi bahwa semua orang sepaham. 2. Asumsi tersebut tidak lagi diuji benar atau salahnya. Di samping slang dan stereotype, penggunaan ungkapan otomatis juga sangat menghambat komunikasi di dalam penanganan suatu konflik karena slang tersebut dapat ditafsirkan sebagai adanya kecurigaan atau keraguan. Mehrabian mendapatkan tiga jenis ungkapan otomatis tersebut, yaitu: 1. Pengisi 2. Ekor tanya 3. Istirahat Pengisi adalah kata-kata yang secara linguistik tidak memiliki suatu penggunaan di dalam isi berita. Contohnya: - Saya kira, mmm, hal itu harus mm ... - Kita harus belajar untuk, Anda tentu paham, survive. - Bagaimana juga, gimana ya, kita harus mencapai, gimana ya, sasaran pekerjaan itu. Kata-kata ini memperkecil keeratan hubungan antara si pembicara dengan berita yang disampaikan sehingga efektivitas dari berita itu berkurang. Ekor tanya ialah kata-kata yang diletakkan di akhir kalimat sebagai usaha untuk menularkan pendapat mereka. Hal ini cenderung mengakibatkan persetujuan atau bantahan dari lawan bicara. Walaupun hal ini dapat berguna di dalam suatu komunikasi, dapat juga terjadi bahwa orang yang dipaksa untuk memberi respons merasa terganggu dengan usaha tersebut. Hal yang terakhir adalah istirahat. Penggunaan saat hening sebagai istirahat dapat mengganggu karena membuat lawan bicara mendapat kesan bahwa ada topik yang tidak ingin dibicarakan, bahkan disembunyikan, atau ada ketidakpastian yang besar. Contoh: "Saya kira ... baik juga untuk ... kita ...." Secara umum ketiga hal tersebut membuat munculnya ketidakpastian dan menghasilkan kesan bahwa pada komunikasi tersebut terdapat ketidakjujuran atau hal-hal yang disembunyikan. 5. Memperhatikan pemilihan sintaks ---------------------------------- Pemilihan sintaks perlu diperhatikan terutama penggunaan ancaman, humor yang berisi ejekan, atau pertanyaan yang sarkastis. Ancaman. Berbagai pernyataan dalam kalimat memperlihatkan aliran gagasan di antara orang. Salah satu di antaranya ialah penggunaan ancaman. Ancaman tersebut mungkin dilontarkan dalam pernyataan yang jelas dan terbuka, misalnya "Bila Anda tidak memindahkan mobil itu, saya akan membakarnya." Kerapkali ancaman juga disampaikan secara terselubung. "Perusahaan kami tidak terlalu senang terhadap karyawan-karyawan yang segan melakukan tugas lembur." Peneliti seperti Gibb atau Hocker dan Wilnet mengamati bahwa suatu ancaman menghasilkan sasaran yang positif. Sebabnya cukup nyata, yaitu bahwa ancaman membuat orang mendukung sikap bertahan. Humor yang berisi ejekan dan sarkasme. Walaupun ancaman menceritakan perasaan tak enak, namun sekurang- kurangnya tujuannya jelas. Sebaliknya bila disampaikan humor yang berisi ejekan dan permusuhan, suasana yang dihasilkan lebih sulit diramalkan. Salah satu pihak harus menduga-duga kedalaman unsur negatif di dalam apa yang ia dengar. Namun hasilnya cukup dapat diramalkan, yaitu adanya sesuatu yang segera lenyap di dalam komunikasi, yaitu kejujuran. Pertanyaan yang sarkatis. Bila seseorang mengucapkan pertanyaan yang merupakan dakwaan, atau usaha mencari kesalahan secara negatif, akibat yang ditimbulkan ialah sikap defensif. Contohnya, "Apakah Anda tidak mau memikirkan orang lain dan sering bertindak semau diri sendiri?" Pertanyaan serupa ini dengan mudah memancing jawab yang sejenis, "Cuma orang tolol yang bertindak semau gua. Atau mungkin pertanyaan itu sendiri adalah pertanyaan yang tolol!" Pertanyaan yang berisi penilaian negatif dan sarkastis sering merupakan alat tercepat yang mengobarkan konflik lebih luas. -*- Sumber -*-: Judul Buku : Konflik dalam Hidup Sehari-hari Judul Artikel: Menangani Konflik Secara Praktis Penulis : Robby I. Chandra Penerbit : Penerbit Kanisius, 1992 Halaman : 116 - 122 *SURAT *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- DARI ANDA -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* SURAT* From: "HENOCH WILIANTO" <maranatha@> >Bagaimana caranya agar saya mendapatkan transkripsi kaset-kaset >Telaga? Mohon informasi. > >Salam, >Pdt. Henoch Wilianto H. >GBI Maranatha Surabaya Redaksi: Untuk mendapatkan transkrip kaset Telaga caranya mudah. Silakan Anda kirim surat ke Redaksi dan sebutkan nomor-nomor kaset Telaga yang Anda inginkan (khusus yang telah ditampilkan dalam edisi-edisi e-Konsel) dan Redaksi akan mengirimkan transkrip kaset Telaga kepada Anda. e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL STAF REDAKSI e-Konsel Yulia O., Lani M., Ka Fung PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2002 oleh YLSA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org> Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. dapat dikirimkan ke alamat: <owner-i-kan-konsel@xc.org> *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org Berhenti: Kirim e-mail kosong: unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel ARSIP publikasi e-Konsel: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |