Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/209

e-Konsel edisi 209 (1-6-2010)

Waktu untuk Berlibur

______________________________e-KONSEL________________________________

         Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
______________________________________________________________________

EDISI 209/1 Juni 2010

Daftar Isi:
   = Pengantar: Menikmati Masa Liburan
   = Cakrawala: Liburan = Istirahat?
   = Tips: Saran Khusus Untuk Perjalanan: Perjalanan yang Kristiani
   = Info: Forum Diskusi Konseling di Situs In-Christ.Net

PENGANTAR ____________________________________________________________

   Shalom,

   Bulan Juni-Juli biasanya menjadi bulan yang menyenangkan bagi
   anak-anak sekolah. Mengapa? Karena biasanya di bulan inilah
   anak-anak sekolah mendapat libur panjang kenaikan kelas selama
   beberapa minggu. Umumnya bila liburan tiba orang tua dan anak sibuk
   menyusun rencana untuk menghabiskan liburan tersebut. Ada yang
   berlibur dengan berekreasi ke tempat-tempat wisata, mengunjungi
   kerabat, mengikuti kegiatan atau program liburan tertentu atau hanya
   di rumah saja.

   Memang ada banyak cara untuk menikmati masa liburan dan ada banyak
   pula manfaat yang bisa dipetik dari berlibur. Secara umum tujuan
   berlibur adalah untuk menyegarkan pikiran dan tubuh setelah bekerja
   dalam jangka waktu yang cukup panjang. Namun dalam artikel pertama
   e-Konsel kali ini kita diminta untuk merenungkan kembali makna
   liburan, apakah semata-mata untuk beristirahat. Mari simak
   penjelasan lebih lengkapnya.

   Selamat membaca.

   Redaksi e-Konsel,
   Christiana Ratri Yuliani
   http://c3i.sabda.org
   http://fb.sabda.org/konsel

CAKRAWALA (1) ________________________________________________________

                          LIBURAN = ISTIRAHAT?

   Siapa yang tidak senang bila liburan tiba? Dari anak kecil yang baru
   masuk "playgroup" sampai profesor yang sudah berakar di kampus; dari
   tukang sapu jalanan hingga mereka yang duduk di puncak kekuasaan;
   semua menantikan datangnya liburan itu. Bahkan sejak jauh-jauh hari,
   apa saja yang akan dilakukan di dalam masa liburan sudah
   direncanakan dengan saksama. Liburan dinantikan dengan sungguh tidak
   sabar. Bahkan di hari-hari mendekati masa liburan, penantian itu
   sudah mengganggu konsentrasi kita dalam melakukan aktivitas yang
   lain. "Bau" liburan itu terlalu kuat....

   Bukan hanya itu, ke mana-mana kita sudah dibuat untuk mencium "bau"
   liburan tersebut. Masuk mal? Dari jauh saja kita sudah "mencium"
   berbagai tawaran harga khusus liburan. Diskon baju, sepatu,
   alat-alat rumah tangga, alat-alat sekolah, HP, apa saja. Semua
   orang berbondong-bondong memborong barang-barang diskon tersebut
   tanpa memikirkan dan mempertimbangkan apakah barang itu diperlukan
   atau tidak. Yang ada hanyalah pikiran bahwa barang-barang tersebut
   suatu hari mungkin akan dibutuhkan maka dari itu perlu dibeli
   sekarang, selagi diskon. Atau, kita mencuci otak kita sendiri dengan
   mengatakan bahwa yang di rumah itu sudah selayaknya diganti, makanya
   berhubung ada diskon ya dibeli saja; rugi kalau nanti pada saat mau
   beli sudah tidak ada diskon lagi. Maka, jadilah rumah kita sebagai
   gudang penampungan barang-barang diskon yang dengan bangga kita
   tunjukkan kepada teman-teman kita, betapa "pintarnya" kita
   mendapatkan barang diskon.

   Demikian juga dengan tempat-tempat hiburan, hotel, restoran, dan
   segala macam lainnya. Di mana-mana kita melihat tawaran diskon
   piknik keluarga; sekian macam permainan, bungalow, tempat menginap,
   tempat pemandian, dan sebagainya, semuanya diskon. Semuanya berlomba
   untuk menarik mereka yang ingin memanjakan dirinya, menyenangkan
   dirinya, dan memuaskan dirinya. Dan lagi-lagi kita menganggap sayang
   kalau hal tersebut diabaikan. Mumpung diskon. Kapan lagi bisa dapat
   diskon dan bisa berkumpul bersama keluarga untuk bersenang-senang?

   Bukan hanya itu, bahkan tempat-tempat kursus pun menawarkan diskon.
   Ingin lebih cantik? Ingin cepat kurus? Ingin cepat menguasai bahasa
   asing? Ingin cepat menguasai komputer? Semuanya ikut meramaikan
   program dalam liburan yang memberikan kesan "sayang untuk
   dilewatkan". Tidak lupa pula, waktu tidur tambahan juga sayang untuk
   dilewatkan; hari libur adalah hari tidur. Kita tidak segan-segan
   menghabiskan waktu untuk semua itu dan justru merasa sayang kalau
   dilewatkan. Kita pun rela mengambil cuti untuk itu bila hendak
   berlibur bersama keluarga. Tapi kita tidak merasa sayang kalau telah
   menyia-nyiakan waktu pelayanan dan waktu untuk belajar mengenal
   kebenaran. Justru kalau fokusnya ke pelayanan kita malah merasa
   rugi. Kita tidak merasa "sayang untuk dilewatkan" karena kita
   menganggap kesempatan pelayanan (apalagi yang sudah rutin) dan
   kesempatan belajar kebenaran (apalagi tiap minggu rajin ke gereja
   dan ikut PA atau KTB) masih banyak, sedangkan kesempatan berlibur
   sangat langka. Itulah yang sering kita pikirkan, lebih-lebih lagi
   kalau kita menganggap bahwa sehari-harinya hidup kita sudah penuh
   diisi dengan pelayanan. Maka dari itu, kita merasa pantas-pantas
   saja untuk menarik diri sejenak dari seluruh aktivitas pelayanan
   untuk memanjakan diri (yang kita anggap hanya sebentar saja itu).
   Alasannya adalah kita perlu untuk melepaskan kejenuhan itu. Jenuh
   kerja, jenuh sekolah, jenuh kuliah, dan bahkan jenuh pelayanan serta
   jenuh dengan "firman melulu" sehingga perlu liburan.

   Kita pun mulai menyusun apa-apa saja yang akan kita lakukan selama
   liburan. Ke mana saja kita "perlu" pergi. Apa saja yang kita "perlu"
   nikmati. Semuanya dengan satu bayangan, yaitu agar kepenatan hidup
   ini menjadi hilang untuk sementara dengan menikmatinya bersama teman
   atau keluarga. Dan ironisnya, kita sama sekali tidak keberatan untuk
   mengeluarkan uang beratus-ratus ribu, berjuta-juta, berpuluh-puluh
   juta, bahkan beratus-ratus juta demi kepuasan diri tersebut. Tetapi
   anehnya, ketika uang sebesar itu diperuntukkan bagi pelayanan,
   rasanya uang itu ada lemnya, susah dilepaskan dari kantong kita.

   Sesungguhnya sebagai orang Kristen bagaimanakah kita menyikapi hari
   libur? Ikut serta mengatur kesibukan liburan? Ikut serta berbaur
   dalam liburan? Ikut serta menikmati liburan? Ataukah menganggap
   liburan itu tidak ada? Apa yang diajarkan Alkitab soal liburan?

   Alkitab mulai dari kitab Kejadian sampai Wahyu tidak pernah dan
   tidak ada bagian yang membicarakan soal liburan seperti yang kita
   bayangkan. Yang ada adalah dalam Kejadian 1, kita membaca bahwa
   Allah menciptakan langit, bumi, dan segala isinya termasuk manusia
   dari hari pertama hingga hari keenam dan dikatakan bahwa pada hari
   ketujuh Allah berhenti dari pekerjaan penciptaan-Nya. Apakah Allah
   berhenti pada hari ketujuh itu dapat kita ambil sebagai dasar acuan
   bahwa itu adalah masa istirahat dari segala kesibukan, sehingga
   dengan alasan itu pula kita mengadopsinya dan mempraktikkannya dalam
   kehidupan dengan merencanakan dan memakai hari-hari libur untuk
   beristirahat sejenak dari kesibukan kita sehari-hari?

   Konsep "berhenti" atau Sabat pada hari ketujuh jika
   diinterpretasikan dari seluruh PL dan PB berarti "kembali kepada
   diri Allah". Di dalam Keluaran 35:2 dikatakan, "Enam hari lamanya
   boleh dilakukan pekerjaan, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah
   ada perhentian kudus bagimu, yakni sabat, hari perhentian penuh
   *bagi TUHAN*; setiap orang yang melakukan pekerjaan pada hari itu,
   haruslah dihukum mati." [penekanan dari penulis, Red.] Dengan
   demikian, istirahat tidak bisa kita artikan berhenti dari segala
   aktivitas kita lalu melampiaskan aktivitas yang lain (liburan) untuk
   pemuasan diri kita. Istirahat yang benar adalah ketika kehidupan
   kita semuanya kembali kepada Allah. Maka sesungguhnya, tidak ada
   yang namanya istirahat tanpa melakukan kegiatan apa pun lalu
   menghabiskan waktu hanya untuk menyenangkan diri dan melampiaskan
   kepuasan diri. Bila kita memahami hal ini maka sesungguhnya dalam
   hidup kita tidak ada yang namanya meliburkan diri dan melampiaskan
   kenikmatan dan kepuasan yang berhenti pada diri.

   Dalam suatu "master class" oleh Pdt. Stephen Tong, ia mengatakan
   bahwa hidup ini sangat singkat, oleh karena itu hidup perlu
   kebijaksanaan dalam melayani dengan sepenuh hati, sepenuh keinginan,
   sepenuh waspada, dan sepenuh aktualisasi. Ia memunyai prinsip
   "squeeze your time", peraslah waktu Anda sampai keluar sari-sarinya
   untuk dipersembahkan kepada Tuhan. Ia sungguh menyadari bahwa
   waktu-waktu ini adalah jahat. Waktu adalah milik Tuhan bukan milik
   diri atau Iblis maka dari itu waktu harus ditebus kembali kepada
   Tuhan (Efesus 5:16). Orang bijak tahu memakai waktu dengan benar.

   Yang menjadi pertanyaan adalah waktu libur itu siapa yang membuat?
   Jelas bukan Tuhan seperti sudah dijelaskan di atas. Manusia membuat
   waktu libur karena manusia tidak pernah selesai dalam mencari
   istirahat itu. Semakin banyak hari libur namun manusia tidak pernah
   semakin puas dalam liburnya. Mengapa? Karena memang dunia tidak
   pernah bisa mengisi kekosongan jiwa manusia. Manusia perlu
   peristirahatan yang sejati yaitu peristirahatan dalam Tuhan. Oleh
   karena itu, seharusnya kita tidak ikut terbawa dalam "waktu libur"
   itu. Karena seluruh hari dan setiap hari adalah milik Tuhan, tidak
   ada satu detik pun yang merupakan hak kita yang dapat kita ambil
   sebagai milik kita untuk kita pakai semau kita. Seharusnya, waktu
   libur, waktu-waktu tidak ada aktivitas rutin, kita gunakan untuk
   memikirkan hal atau kegiatan yang perlu kita lakukan untuk semakin
   mengenal kebenaran, yang pada hari-hari biasa kita tidak memiliki
   kesempatan untuk itu. Tetapi sering kali hal itu sama sekali tidak
   ada dalam pikiran prioritas kita. Yang ada adalah kita memeras otak,
   memeras konsentrasi, memeras mata dan telinga, mencari informasi apa
   pun yang bisa kita dapat mengenai berbagai hal yang menyangkut
   liburan. Dan untuk itu, kita bisa siapkan jauh-jauh hari dan kalau
   perlu dijadwalkan terlebih dahulu karena takut ketinggalan atau
   kehabisan. Tetapi kita tidak pernah punya rasa takut kehabisan
   kebenaran atau ketinggalan tidak mengerti kebenaran. Kita merasa
   sangat sayang jikalau tidak menghabiskan liburan dengan bersantai
   dan bersenang-senang. Tetapi kita tidak pernah merasa sayang kalau
   kita tidak memperoleh kehidupan yang utuh dalam kebenaran dan
   menikmati kedamaian dan sukacita yang utuh meskipun situasi tidak
   pernah menunjang. Inikah kehidupan Kristen yang "bagi kemuliaan
   Tuhan saja"?

   Jika demikian, bagaimana seharusnya orang Kristen menyikapi waktu
   libur? Pertama, seluruh waktu kita adalah milik Tuhan. Maka, baik
   waktu libur maupun bukan semuanya untuk Tuhan. Kita tidak berhak
   mengambil satu waktu pun untuk diri sendiri. Karena ketika kita
   mengambil waktu untuk diri sendiri, kita sedang mencuri waktu milik
   Tuhan. Selain itu, pengambilan waktu bagi diri tidak pernah membawa
   kita semakin dekat kepada Tuhan dan mengenal Tuhan serta
   merespons-Nya dengan benar. Yang ada adalah penarikan diri jauh dari
   Tuhan, menjadikan diri sebagai allah yang menjadi penentu untuk
   kepuasan diri.

   Kedua, beristirahat bukanlah berarti waktu tersebut kita pakai untuk
   menikmati dan memanjakan diri tetapi istirahat yang sejati adalah
   ketika seluruh kegiatan pergerakan hidup kita dikembalikan kepada
   Tuhan. Itulah Sabat sejati. Dan Sabat yang tidak kelihatan ini
   direfleksikan ke dalam Sabat yang kelihatan, yang kita kenal dengan
   ibadah pada hari Minggu. Jadi, bila kita hanya mengutamakan yang
   kelihatan tetapi mengabaikan yang tidak kelihatan, itu tidak ada
   gunanya. Sama seperti bila kita hanya menekankan yang kelihatan
   yaitu berpakaian yang indah dan mewah, tetapi sesungguhnya organ
   dalam tubuh kita rusak. Kata Tuhan Yesus, "Celakalah kamu, hai
   ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang
   munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang
   sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya
   penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran." (Matius 23:27)

   Ketiga, Agustinus, Bapa Gereja, berkata bahwa waktu itu linear.
   Waktu tidak pernah bisa kembali lagi; dia akan terus berjalan ke
   depan. Kita tidak pernah bisa menebus kembali waktu yang telah
   lewat. Apa yang kita kerjakan di dalam waktu yang sementara ini akan
   kita bawa untuk dipertanggungjawabkan dalam kekekalan ketika bertemu
   dengan Tuhan. Kesadaran akan waktu yang tidak bisa kembali dan
   kesadaran waktu yang terkait dengan kekekalan membuat kita tidak
   akan sembarangan memakai waktu yang ada. Dalam buku "Waktu dan
   Hikmat", Pdt. Stephen Tong mengatakan, "Dalam kesementaraan
   terkandung kekekalan dan dalam kekekalan terkandung kesementaraan.
   Di dalam waktu hidup kita yang sementara kita menuju kekekalan;
   apakah yang kita persiapkan untuk itu? Kalau kita hanya melihat
   dunia sekarang ini dan menikmati segala sesuatu di dalam hidup kita,
   seolah-olah sesudah mati kita selesai, apakah bedanya kita dengan
   semua binatang?"

   Keempat, istirahat terakhir adalah istirahat dalam Tuhan. Dalam
   Ibrani 4:11 dikatakan, "Karena itu baiklah kita berusaha untuk masuk
   ke dalam perhentian itu, supaya jangan seorangpun jatuh karena
   mengikuti contoh ketidaktaatan itu juga." Perhentian abadi kelak
   akan kita nikmati bersama Tuhan. Oleh karena itu, kita harus
   menyadari bahwa seluruh yang kembali kepada Allah (istirahat sejati)
   selama kita hidup akan kita bawa ketika bertemu dengan Dia. Pada
   waktu itu, seluruhnya akan berhenti dan terpuaskan di dalam Allah.

   Jadi, ketika liburan itu datang, bagaimana seharusnya sikap kita?
   Selamat merenungkan dan menggumulkan.

   Diambil dan disunting dari:
   Nama buletin: Pillar No. 78/Januari/10
   Penulis: Diana Samara
   Alamat URL: 
http://www.buletinpillar.org/fileadmin/user_upload/Media/No.78_Januari_2010.pdf
   Halaman: 10 -- 11

TIPS _________________________________________________________________

        SARAN KHUSUS UNTUK PERJALANAN: PERJALANAN YANG KRISTIANI

   Meskipun melakukan perjalanan bisa menjadi tantangan bagi iman
   Kristen, Anda tidak boleh mengabaikan nilai-nilai Kristen supaya
   bisa bersenang-senang.

   Melakukan perjalanan merupakan hal yang disukai banyak orang.
   Tempat-tempat yang bisa kunjungi dan hal-hal yang bisa Anda lakukan
   sangatlah banyak. Namun, bila Anda adalah orang Kristen,
   kemungkinannya tidaklah tak terbatas. Banyak orang Kristen yang
   meskipun berpendirian teguh berulangkali merasa dibatasi oleh
   pendirian yang sama ketika mencoba melakukan perjalanan dan
   menikmati hal-hal yang ditawarkan oleh dunia. Meskipun demikian,
   banyak tempat dan banyak hal yang bisa mereka lakukan dan tetap akan
   membuat mereka menikmati segala ciptaan Tuhan. Berikut beberapa
   saran bagi orang-orang Kristen yang ingin melakukan perjalanan:

   1. Kunjungilah tempat-tempat yang tidak akan menggoda Anda untuk
      tidak menghormati kepercayaan Anda. Disneyland boleh saja
      dikunjungi, tapi tidak untuk Las Vegas.

   2. Carilah tema untuk liburan Anda. Tempat-tempat rekreasi keluarga
      paling banyak memberikan variasi. Ada juga kelompok-kelompok
      orang Kristen yang mengadakan perjalanan ke beberapa tempat.

   3. Kunjungi tempat-tempat yang bernilai spiritual. Roma, Israel, dan
      beberapa tempat lain memiliki tur-tur wisata yang mengunjungi
      gereja-gereja terkenal.

   4. Lakukan penelitian terlebih dahulu. Carilah informasi mengenai
      apa yang akan ada di tempat liburan tersebut selama Anda berada
      di sana. Ke New Orleans selama festival Mardi Gras mungkin bukan
      saat yang tepat bagi orang Kristen.

   5. Buatlah rencana. Ketika Anda memutuskan untuk mengunjungi suatu
      kota dan telah meneliti tempat yang akan Anda kunjungi,
      rencanakan kegiatan Anda sehingga Anda bisa memaksimalkan liburan
      Anda.

   6. Ketahuilah batasan Anda. Bila Anda tahu bahwa tempat tertentu
      punya pertunjukkan atau hiburan yang bertentangan dengan iman
      Anda, Anda harus menghindarinya, sekalipun pertunjukkan atau
      hiburan tersebut diadakan di restoran terkenal atau tempat lain.

   7. Kegiatan di malam hari juga bisa menyenangkan. Tidak semua tempat
      dan kegiatan yang dilakukan pada malam hari bertentangan dengan
      gaya hidup Kristen. Konser jazz atau taman-taman tertentu
      menawarkan kegiatan dan hiburan yang menyenangkan pula.

   8. Bukalah pikiran. Cobalah olah raga baru, berkemah, atau kunjungi
      suatu tempat yang belum pernah Anda kunjungi. Melakukan sesuatu
      yang berbeda bisa menjadi kesenangan tersendiri bagi Anda.
      Keragaman merupakan warna dalam hidup ini.

   9. Santai. Ke mana pun Anda pergi, akan selalu ada satu atau
      beberapa hal yang bertentangan dengan nilai-nilai kekristenan
      Anda. Anda tidak harus berpartisipasi di dalamnya. Sebagian besar
      kegiatan liburan itu sendiri pada dasarnya tidaklah buruk—yang
      buruk adalah jika Anda berpartisipasi di dalamnya. Meskipun
      demikian Anda masih tetap bisa bersenang-senang.

  10. Ambil alih. Bila Anda terganggu dengan film yang ditayangkan
      selama di pesawat terbang, bawalah pemutar DVD sendiri.

  11. Detail. Tanyakan kepada pramusaji atau pelayan tentang minuman
      yang tidak memabukkan. Bila Anda menyewa tempat penginapan,
      tanyakan secara rinci pada pegawai penginapan itu tentang
      kegiatan-kegiatan yang sudah direncanakan oleh penginapan
      tersebut.

  12. Kreatif. Anda bisa pergi ke suatu pulau dan menyewa penginapan
      atau bungalow pribadi dan rencanakan kegiatan Anda sendiri.
      Membiarkan kreativitas Anda mengalir membantu Anda menemukan diri
      Anda lebih dalam lagi.

  13. Hadiri konferensi atau pertemuan Kristen. Di beberapa negara
      terdapat konferensi nasional Kristen yang semua kegiatannya
      diperuntukkan bagi orang Kristen. Sebagian besar acara tahunan
      dilakukan di kota-kota yang berbeda sehingga memudahkan Anda
      untuk memutuskan ke mana berlibur.(t/Ratri)

   Diterjemahkan dan disesuaikan dari:
   Nama situs: essortment.com
   Judul asli artikel: Speciality Travel Tips: Christian Travel
   Penulis: Tidak disebutkan
   Alamat URL: http://www.essortment.com/travel/christiantravel_svbq.htm

INFO _________________________________________________________________

             FORUM DISKUSI KONSELING DI IN-CHRIST.NET
      http://www.in-christ.net/forum/index.php/board,10.0.html

   Jika Anda memiliki pertanyaan-pertanyaan seputar dunia konseling,
   Forum Konseling ICN-lah adalah tempatnya. Yayasan Lembaga SABDA
   menyediakan wadah ini bagi Anda yang ingin berbagi cerita mengenai
   permasalahan kehidupan sehingga rekan-rekan yang lain dapat
   memberikan dukungan dan semangat dalam menghadapi permasalahan Anda.
   Topik-topik seputar dunia pelayanan konseling pun dapat Anda
   lemparkan dalam forum ini, dan rekan-rekan yang lain pun akan
   menimpali dengan masukan yang dapat menjadi berkat.

   Sekarang juga, Anda dapat menjadi pengguna dalam forum diskusi
   konseling di situs In-Christ.Net. Jangan tunda lagi, tidak ada
   masalah yang berat jika ditanggung bersama-sama dan dibawa
   bersama-sama pula kepada Kristus. Bergabunglah dalam forum diskusi
   konseling situs In-Christ.Net.

_______________________________e-KONSEL ______________________________
Apakah Anda punya masalah/perlu konseling, atau ingin mengirimkan
informasi/artikel/bahan/surat/saran/pertanyaan/sumber konseling?
silakan kirim ke:
< konsel(at)sabda.org > atau < owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
ARSIP: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel
Situs C3I: http://c3i.sabda.org
Facebook Konseling: http://fb.sabda.org/konsel
Twitter Konseling: http://twitter.com/sabdakonsel
______________________________________________________________________
Pimpinan Redaksi: Christiana Ratri Yuliani
Staf Redaksi: Tatik Wahyuningsih
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) Konsel 2010 / YLSA -- http://www.ylsa.org
Katalog: http://katalog.sabda.org
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
ARSIP: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
Situs C3I: http://c3i.sabda.org/
Network Konseling: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_konseling
Facebook: http://fb.sabda.org/konsel
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org